KRP-Pelajaran 05

table>

Nama Kelas : Kehidupan Rasul Paulus Nama Pelajaran : Pengadilan, Pemenjaraan, dan Akhir Hidup Paulus Kode Pelajaran : KRP-P05

Pelajaran 05 -- Pengadilan, Pemenjaraan, dan Akhir Hidup Paulus

Daftar Isi

  1. Paulus Diadili
    1. Di Hadapan Feliks
    2. Di Hadapan Festus
    3. Di Hadapan Agripa
  2. Paulus Naik Banding
    1. Berlayar ke Roma
    2. Kandas di Malia
  3. Pemenjaraan Paulus
    1. Sebagai Tahanan Rumah
    2. Kebakaran di Roma
  4. Akhir Hidup Paulus
    1. Paulus Ditangkap
    2. Kematian Paulus

Doa

Pelajaran 05: Pengadilan, Pemenjaraan, dan Akhir Hidup Paulus

  1. Paulus Diadili
    1. Di Hadapan Feliks
    2. Sidang Paulus yang pertama adalah di hadapan Feliks, seorang penguasa yang jahat dan tidak adil. Orang-orang yang mendakwa Paulus bukan orang Yahudi yang berasal dari Asia, melainkan dari Yerusalem. Mereka menyewa Tertulus, pengacara bangsa Romawi. Tertulus mulai menyampaikan tuduhannya di hadapan sidang dengan terlebih dahulu memuji-muji Feliks. Ada dua dakwaan yang disampaikan:

      - Paulus adalah seorang anggota sekte Nasrani.

      - Ia melanggar kekudusan Bait Allah.

      Paulus tidak memiliki pengacara, tetapi dengan keahliannya ia membela kasusnya sendiri. Ia membuktikan bahwa ia tidak melanggar kekudusan Bait Allah. Paulus memenangkan persidangan ini, jadi seharusnya ia dibebaskan. Namun, Feliks takut kepada para pemimpin Yahudi sehingga ia menunda keputusannya dan membiarkan Paulus tetap di dalam penjara (lih. Kisah Para Rasul 24).

    3. Di Hadapan Festus
    4. Kaisar Nero mengganti Feliks dengan Ponsius Festus, yang diharapkan menjadi seorang pemimpin yang lebih baik daripada Feliks. Dengan adanya pemimpin baru, orang Yahudi sekali lagi membawa perkara Paulus ke hadapan Festus dan memintanya mengadakan pertemuan dengan para Yahudi di Yerusalem. Mereka juga meminta Paulus dikembalikan ke Yerusalem. Festus menolak permintaan itu, tetapi ia mengizinkan mereka meneruskan kasus itu di Kaisarea. Karena itulah, Paulus disidang untuk kedua kalinya di Kaesaria, di hadapan Festus.

      Orang Yahudi menuduh Paulus telah menjadi penyebab banyak masalah di antara mereka, seperti hasutan untuk tidak menaati tradisi Taurat, dsb.. Karena Festus tidak terlalu mengerti masalah agama Yahudi, ia mengusulkan agar Paulus dibawa ke Mahkamah Agama di kota Yerusalem. Namun, Paulus tahu bahwa dia tidak akan disidang secara adil di hadapan para pemimpin Yahudi di Yerusalem. Paulus pun minta naik banding karena sebagai warga negara Romawi ia berhak mengajukannya (lih. Kisah Para Rasul 25:11). Rupanya Festus terkejut, tetapi mau tidak mau, ia harus menerima permohonan Paulus. Festus menjawab: "Kamu telah naik banding kepada Kaisar, jadi kamu harus pergi kepada Kaisar." (Kisah Para Rasul 25:12, AYT)

    5. Di Hadapan Agripa
    6. Perubahan keputusan ini membuat Festus dalam posisi yang memalukan. Dengan menyerahkan kasus ini kepada Kaisar tanpa satu tuduhan pun, akan menjadikan Festus terlihat bodoh. Ia mungkin akan kehilangan kedudukannya sebagai pemimpin. Namun, kebetulan, waktu itu Herodes Agripa II dan saudara perempuannya sedang mengunjungi Festus. Festus beranggapan bahwa mereka semua akan terhibur dengan mendengar apa yang dikatakan oleh tahanan ini. Lagi pula, Agripa tahu tentang adat istiadat dan peraturan agama Yahudi. Festus juga beranggapan bahwa mungkin Agripa dapat menolongnya menyiapkan kasus ini untuk dikirimkan bersama Paulus ke Roma. Acara yang hebat telah disiapkan. Paulus dibawa menghadap sidang yang dipimpin oleh Agripa. Paulus mulai menceritakan pengalamannya, mulai dari saat Yesus berbicara kepadanya dalam perjalanannya ke Damsyik, sampai ketika ia mulai memberitakan firman tentang Yesus Kristus. Dalam Kisah Para Rasul 26, Festus, Agripa, dan yang hadir saat itu sangat terkesan. Begitu terkesannya sampai Raja Agripa berkata: "Dalam waktu yang singkat, kamu ingin meyakinkan aku untuk menjadi orang Kristen?" (Kisah Para Rasul 26:28, AYT). Semua pemimpin yang hadir di persidangan itu setuju bahwa Paulus tidak melakukan kesalahan yang setimpal dengan hukuman mati. Akan tetapi, mereka enggan melepaskannya.

  2. Paulus Naik Banding
    1. Berlayar ke Roma
    2. Beberapa hari setelah persidangan itu, Festus mengizinkan Paulus naik banding. Paulus memulai perjalanannya ke Roma. Yulius, seorang perwira, menjaga Paulus dan tahanan lainnya. Lukas dan Aristarkus juga ikut bersama Paulus. Mereka menuju pelabuhan di sepanjang pantai Asia. Setelah sehari, mereka pun sampai di Sidon dan Paulus diizinkan untuk mengunjungi teman-temannya di kota itu. Kemudian, mereka berlayar lagi ke utara Siprus dan terus ke Mira, sebuah kota di Likia. Dari sini, mereka menumpang kapal yang langsung menuju ke Italia. Setelah beberapa hari, mereka akhirnya tiba di Pelabuhan Indah di Pulau Kreta. Musim badai sudah datang. Karena itu, Paulus memperingatkan mereka supaya tetap tinggal di sana hingga badai berlalu. Akan tetapi, orang banyak, termasuk nakhoda dan pemilik kapal, memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke kota Feniks dan tinggal di sana selama musim dingin (lih. Kisah Para Rasul 27:1-13).

    3. Kandas di Malia
    4. Ketika meninggalkan Pelabuhan Indah, mereka berharap bisa berlayar beberapa jam saja karena tidak jauh. Akan tetapi, angin kencang melanda dan menghanyutkan mereka sampai ke Pulau Kauda. Karena takut terdampar di Tebing Sirtis, mereka membuang muatan kapal ke laut dan menurunkan layar untuk membuat kapal lebih ringan. Selama beberapa hari lamanya, baik matahari maupun bintang tidak kelihatan, sehingga para pelaut itu tidak tahu tempat mereka berada. Mereka kehilangan harapan untuk selamat (lih. Kisah Para Rasul 27:14-44).

      Paulus memberi semangat dan memberitahukan kepada mereka bahwa melalui malaikat, Tuhan berjanji akan memelihara semua tahanan. Di samping itu, Tuhan juga mengatakan bahwa Paulus akan dipelihara karena ia harus berdiri di hadapan Kaisar (lih. Kisah Para Rasul 27:21-24).

      Selama 14 hari, kapal terombang-ambing di lautan. Pada suatu malam, pelaut-pelaut itu mendengar suara ombak memecah pantai. Mereka melempar sauh dan berharap kapal mereka tidak kandas di batu karang. Kemudian, mereka menunggu sampai pagi. Namun, beberapa anak buah kapal tidak mau menunggu sampai pagi. Mereka mencoba meninggalkan kapal dengan sekoci. Ketika melihat hal ini, Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya, "Jika orang-orang itu tidak tinggal di dalam kapal, kamu tidak dapat diselamatkan." (Kisah Para Rasul 27:31, AYT) Oleh karena itu, awak kapal tidak diizinkan untuk meninggalkan kapal.

      Lalu, Paulus mengambil sepotong roti dan mengucap syukur kepada Tuhan. Mereka semua makan dan menjadi kuat hatinya. Ketika pagi tiba, mereka membuang lebih banyak muatan dan mencoba sedapat mungkin mendamparkan kapal ke pantai, tetapi kapal itu kandas. Pada waktu itu, para prajurit bermaksud untuk membunuh para tahanan supaya jangan seorang pun dari mereka yang melarikan diri. Namun, perwira itu melarang mereka dan memerintahkan supaya orang-orang yang pandai berenang lebih dahulu terjun ke laut dan naik ke darat. Setelah itu, yang lain dapat menyusul dengan menggunakan papan atau pecahan-pecahan kapal (lih. Kisah Para Rasul 27:43-44).

      Demikianlah mereka semua mendarat di Pulau Malta. Karena hawanya dingin, mereka membuat api unggun. Saat Paulus memungut seberkas ranting, seekor ular beludak menggigit tangannya. Seseorang dari mereka berkata, "Tidak diragukan lagi, orang ini adalah seorang pembunuh. Walaupun ia telah selamat dari laut, Keadilan tidak akan membiarkannya hidup." (Kisah Para Rasul 28:4, AYT)

      Dengan tenang, Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api. Orang-orang melihat ke Paulus dan menanti-nanti, tetapi tangannya sama sekali tidak bengkak! Ia seharusnya rebah dan mati. "... mereka berubah pikiran dan mengatakan bahwa Paulus adalah dewa." (Kisah Para Rasul 28:6, AYT) Publius, gubernur pulau itu, mengundang dan menjamu para awak kapal ke rumahnya. Di sana, Paulus melihat ayah Publius terbaring karena sakit demam dan disentri. Lalu, Paulus berdoa dan menumpangkan tangannya ke atas orang tua itu dan menyembuhkan dia. Setelah peristiwa itu, mereka membawa orang yang sakit kepada Paulus dan mereka juga disembuhkan (lih. Kisah Para Rasul 28:1-10). Tiga bulan kemudian, Paulus dan yang lainnya meninggalkan tempat itu menuju Roma. Orang-orang di pulau itu memberi banyak hadiah dan bekal untuk perjalanan. Kemudian, terdengar berita di Roma bahwa Paulus akan segera datang.

      Kapal Paulus berlabuh di Teluk Napel, kurang lebih 210 km dari Roma. Paulus sangat bersukacita karena ada dua kelompok anggota jemaat dan saudara Kristen yang datang dari Roma. Lalu, mereka melanjutkan perjalanan ke Roma. Akhirnya, Paulus tiba di ibu kota kekaisaran Roma, kota yang terpenting di dunia pada masa itu.

  3. Pemenjaraan Paulus
    1. Sebagai Tahanan Rumah
    2. Ketika sampai di Roma, semua tahanan dimasukkan ke dalam penjara, kecuali Paulus. Ia tinggal di dalam rumahnya sendiri dan diizinkan untuk dikunjungi teman-temannya. Untuk beberapa alasan, Paulus diberi hak istimewa ini, walaupun Paulus masih harus dirantai dan dijaga oleh seorang prajurit.

      Pada waktu itu, banyak orang Yahudi yang menetap di Roma. Tiga hari setelah Paulus tiba di kota itu, ia mengundang orang-orang terkemuka Yahudi. Ia memberitahu mereka tentang hal-hal yang telah terjadi atasnya karena mereka tidak pernah menerima surat tentang Paulus dari Yerusalem. Mereka menjadi lebih ingin tahu lagi tentang kepercayaan Kristen. Mereka menentukan hari untuk mendengar yang akan diajarkan oleh Paulus. Ketika waktunya tiba, banyak orang datang untuk mendengarkan Paulus berkhotbah tentang Injil Kristus. Dari pagi sampai sore, ia menjelaskan tentang kebenaran Kristus. Sebagian orang menjadi percaya, tetapi sebagian lain tetap tidak percaya. Paulus mengatakan kepada mereka bahwa ia akan menghabiskan waktunya di Roma untuk mengajar bangsa-bangsa lain.

      Paulus berharap dapat menghadapi persidangan dalam waktu yang cepat dan segera dilepaskan. Dua tahun berlalu, dan Paulus masih menunggu kabar. Sementara menunggu, Paulus memberitakan firman Tuhan, mengajar, dan menyambut setiap orang yang datang mengunjunginya. Dia tidak pernah takut. Selama waktu menunggu itu, banyak orang menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat.

    3. Kebakaran di Roma
    4. Kekaisaran Romawi memiliki beberapa penguasa yang jahat dan kejam, tetapi Kaisar Nero adalah penguasa yang paling kejam. Ia memerintah selama 14 tahun dan terlibat dalam semua tindak kejahatan yang pernah ada di sana. Ia bahkan telah membunuh ibunya sendiri, beberapa istri, dan kawan-kawannya. Sejarah menceritakan kepada kita bahwa Kaisar Nero juga pernah membakar kota Roma.

      Nero merasa ia adalah seorang pemusik yang hebat. Ia berpikir kalau ia menyaksikan api yang sangat besar, barangkali ia dapat bermain biola dengan lebih baik. Lalu, api dinyalakan sementara Kaisar Nero duduk di serambi yang tinggi memainkan biola, menyaksikan kota Roma terbakar. Kota itu terbakar selama enam hari. Penduduk kota Roma sangat marah. Akan tetapi, Nero menyalahkan orang Kristen dan mengatakan bahwa mereka yang memulai kebakaran itu. Karena itu, mereka mulai menganiaya orang Kristen. Ribuan orang Kristen dibakar dengan sangat kejam di atas tiang-tiang pembakaran. Banyak juga orang Kristen yang ditangkap dan diadu dengan gladiator atau binatang buas. Paulus sudah dikenal sebagai pemimpin orang Kristen, hidupnya pun dalam bahaya yang besar.

  4. Akhir Hidup Paulus
    1. Paulus Ditangkap
    2. Ketika Paulus ditangkap untuk kedua kalinya di Roma, ada kemungkinan ia dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah yang dingin, gelap, dan sangat mengerikan. Teman-teman Paulus tidak lagi berani mengunjunginya karena mereka pasti juga akan ditangkap dan dibunuh.

      Surat terakhir yang ditulis Paulus adalah suratnya kepada Timotius ketika ia mengunjungi jemaatnya untuk terakhir kalinya. Dalam surat itu, Paulus memanggilnya "anakku yang sah di dalam iman". Timotius kemudian menjadi pemimpin jemaat di Efesus.

    3. Kematian Paulus
    4. Cerita dalam Kisah Para Rasul berakhir dengan tibanya Paulus di Roma. Lukas lebih menaruh perhatian terhadap laporan merebaknya berita kekristenan dari Yerusalem ke Roma daripada pembawa beritanya. Akan tetapi, semua tradisi jemaat mula-mula menyatakan bahwa Paulus mati syahid di Roma dalam penganiayaan yang diperintahkan Nero pada tahun 64 M. Terdapat dugaan, setelah penundaan yang lama, Paulus akhirnya diadili di Roma. Kemungkinan Paulus dinyatakan bersalah atas tuduhan-tuduhan yang menyebabkan ia dikirim ke Roma dan akhirnya langsung dihukum mati setelah itu.

      Eusebius, salah seorang sejarawan gereja mula-mula, memberi tahu bahwa "setelah membela dirinya, sang rasul diutus kembali supaya melakukan pelayanan pemberitaan Injil, dan ketika datang untuk kedua kalinya ke kota yang sama, ia mati syahid di bawah pemerintahan Nero".

Akhir Pelajaran (KRP-P05)

Doa

"Tuhan, ajarlah aku untuk meneladani kehidupan Paulus yang tak pernah kehilangan akal untuk memberitakan keselamatan dalam Kristus sampai akhir hidupnya. Bimbinglah aku untuk melihat setiap kesempatan sebagai cara Allah membawa aku kepada orang-orang yang membutuhkan Injil-Mu. Sertailah setiap langkahku agar kuasa Allah nyata melalui kehidupanku sampai Engkau memanggilku pulang. Amin."