GSM-Referensi 05a

Pelajaran 05 | Pertanyaan 05 | Referensi 05b

Nama Kursus : Training Guru Sekolah Minggu (GSM)
Nama Pelajaran : Teknik Memimpin Kebaktian Sekolah Minggu
Kode Pelajaran : GSM-R05a

Referensi GSM-R05a diambil dari:

Nama situs : http://www.sabda.org
Alamat URL : http://www.sabda.org/pepak/23/aug/2001/

REFERENSI PELAJARAN 05a - TEKNIK MEMIMPIN KEBAKTIAN SM

MUSIK DAN PUJIAN DI SEKOLAH MINGGU

Musik dan pujian yang mengarah kepada Tuhan dapat membawa perubahan dalam diri seseorang. Musik dan pujian tsb. jika tepat dibawakan juga akan sanggup memenuhi hati yang mendengar dengan kedamaian, kegembiraan, semangat, dan sukacita yang melimpah. Demikian pula musik dan pujian yang benar dapat membuat suasana Sekolah Minggu menjadi lebih hidup untuk siap menghadap hadirat Tuhan.

Dalam situasi dan kondisi yang terbatas, dimana penggunaan alat musik tidak memungkinkan, pujian masih tetap memegang peran yang sangat penting dalam susunan acara kebaktian anak. Pujian bukan sekedar "acara pembukaan" melainkan salah satu bagian penting dalam susunan / liturgi sebuah kebaktian karena pujian adalah untuk mempersiapkan jemaat memuliakan Tuhan. Tapi hal yang lebih penting dari semuanya adalah bahwa pujian ditujukan kepada Tuhan dan Tuhan berkenan atas pujian dari manusia. Ulasan di bawah ini akan memaparkan arti penting Musik dan Pujian di Sekolah Minggu.

A. Latar Belakang Alkitab

Apa kata Firman Tuhan mengenai musik dan pujian? Firman Tuhan mengungkapkan banyak hal mengenai musik dan pujian. Tuhan sendirilah yang menaruh pujian pada setiap mulut manusia, ciptaan-Nya yang tertinggi. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dalam Mazmur 40:4, yang berbunyi, "Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku, untuk memuji Allah kita." Tuhan juga menaruh pujian dalam mulut bayi-bayi dan anak-anak menyusu (lihat Matius 21:17 dan Mazmur 8:3). Tuhan juga menaruh pujian pada semua ciptaan-Nya, baik itu malaikat, matahari, bulan, bintang, air, api, hujan, binatang, buah-buahan dan sebagainya (lihat Mazmur 148). Tuhan berkenan pada pujian dan nyanyian setiap umat-Nya, bahkan Dia bersemayam di atas puji-pujian umat-Nya (lihat Mazmur 22:4).

Puji-pujian dalam Alkitab dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan menyanyi, mengangkat tangan, bertepuk tangan, bersorak-sorai, menari, maupun dengan memainkan alat musik.

Mari kita perhatikan beberapa ayat berikut ini:

  1. Menyanyi
    "Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan, hai orang-orang yang dikasihi- Nya." (Mazmur 30:5)

  2. Mengangkat Tangan
    "Angkatlah tanganmu ke tempat Kudus dan pujilah Tuhan.(Mazmur 134:2)

  3. Bertepuk Tangan
    "Hai segala bangsa, bertepuk tanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai." (Mazmur 47:2)

  4. Bersorak-sorak
    "Biarkanlah bersorak-sorai dan bersukacita orang-orang yang ingin melihat Aku dibenarkan." (Mazmur 35:27)

  5. Menari
    "Biarkanlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi." (Mazmur 149:3).

  6. Memainkan Alat Musik
    "Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! Pujilah Dia dengan permainan seruling! Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang!" (Mazmur 150:3-5)

Masih ada banyak ayat lain yang mengungkapkan betapa Tuhan berkenan pada puji-pujian setiap umat-Nya. Banyak tokoh yang dicatat dalam Alkitab dikisahkan senang memuji-muji Tuhan, seperti: Miryam, Daud, Salomo, Habakuk, Debora, Barak, Nehemia, Yesaya, Ezra dansebagainya.

B. Tujuan Musik dan Pujian di Sekolah Minggu

Musik dan pujian di Sekolah Minggu tidak hanya sekedar membuat suasana Sekolah Minggu lebih semarak. Namun lebih dari itu, musik dan pujian memiliki tujuan khusus yang lebih dalam dan penting.

Adapun tujuan musik dan pujian di Sekolah Minggu adalah:

  1. Mengajak Anak Memuji dan Menyembah Tuhan
    Tuhan mau segala yang bernafas memuji Dia (lihat Mazmur 148 dan Mazmur 150), setiap mulut mengakui Dia adalah Tuhan (lihat Roma 10:9), dan setiap lutut bertekuk menyembah Tuhan (lihat Yesaya 45:23 dan Roma 14:11).

  2. Membantu Mengajarkan Kebenaran Alkitab pada Anak-anak
    Bagi anak-anak, pujian/lagu/nyanyian lebih mudah diingat daripada sebuah ayat hafalan yang panjang, sebuah perikop dalam Alkitab, atau sebuah konsep kebenaran Alkitab. Sehingga seringkali kebenaran Alkitab dapat lebih efektif bila disampaikan melalui nyanyian. Misalnya lagu: "Demikian Allah Mengasihi Dunia" (Yohanes 3:16),
    "Orang Pandai dan Orang Bodoh" (Matius 7:24-27), dan
    "Yesus Sayang Padaku",
    "Alkitab Mengajarku", dst.
    (Untuk mengajarkan bahwa Tuhan mengasihi kita).

  3. Membangun Suasana Ibadah yang Hidup dan Terarah, khususnya Penyembahan Kepada Tuhan
    Hadirnya musik dan pujian dapat membawa perubahan suasana hati anak-anak yang mengikutinya. Lagu yang riang gembira mengenai alam ciptaan Tuhan akan membawa anak menyadari kuasa dan pemeliharaan Tuhan atas seisi dunia, lagu yang lembut mengenai Kasih Tuhan akan membawa anak menyadari pengorbanan Kristus bagi jiwa mereka, dsb.

  4. Membina Persekutuan yang Penuh Kasih
    Ibadah memiliki dua aspek penting, pertama, persekutuan dengan Tuhan (hubungan vertikal), kedua persekutuan dengan sesama orang percaya (hubungan horisontal). Dengan musik dan pujian, anak-anak dapat dikondisikan untuk saling berinteraksi, baik dengan sesama anak-anak SM maupun dengan guru SM. Misalnya: menyanyikan lagu sambil berjabat tangan, melakukan gerakan secara berpasangan, menyanyi bersahutan, dsb.

C. Fungsi Musik dan Pujian di Sekolah Minggu

Hadirnya musik dan pujian di kelas Sekolah Minggu membawa beragam manfaat praktis bagi guru SM dalam menyusun acara ibadah yang baik, antara lain:

  1. Sebagai Waktu Persiapan
    Sebelum anak-anak masuk ke dalam kelas atau sewaktu anak masih sibuk dengan berbagai urusannya sendiri, musik dan lagu pujian bisa digunakan sebagai "tanda" bahwa kelas akan segera dimulai. Jadi, setiap mendengar lagu pembukaan tersebut anak-anak dapat dipersiapkan hati, jiwa, dan pikirannya untuk mengikuti acara kebaktian. Demikian pula musik dan pujian dapat membantu memusatkan perhatian anak-anak untuk mendengarkan Firman-Nya.
  2. Alat Bantu Mengajar
    Musik dan pujian dapat membantu anak-anak memahami kebenaran Alkitab yang diajarkan guru SM. Sebaliknya, melalui lagu pujian yang dinyanyikan, guru juga dapat membahas kebenaran Alkitab yang terdapat dalam syair lagunya.

  3. Sebagai Penyembahan
    Musik dan pujian yang lembut dapat mempersiapkan suasana hati, jiwa, pikiran dan perasaan anak untuk masuk hadirat Allah, untuk menyembah dan memuliakan Allah. Musik dan pujian juga dapat membawa anak pada suasana khidmat, sehingga anak dapat menaruh segala rasa hormat, pujian dan syukur kepada Allah.

  4. Sebagai Ungkapan Perasaan
    Musik dan pujian dapat membantu seseorang dalam mengungkapkan perasaan terdalamnya pada Tuhan, betapa dia mengasihi Allah, berterima kasih, bersyukur akan kasih Allah, menyesali dosanya, dan memohon ampun pada Allah.

  5. Sebagai Pemersatu
    Musik dan pujian dapat berfungsi sebagai alat pemersatu diantara anak-anak Sekolah Minggu dan guru Sekolah Minggu, sehingga tercipta suasana persekutuan, persahabatan dan persaudaraan yang indah di dalam Tuhan. Dan setiap anak merasa bahwa mereka adalah satu keluarga.

Dengan demikan, tentunya guru Sekolah Minggu perlu melakukan persiapan khusus untuk memilih dan menentukan lagu yang cocok serta merancangnya menjadi satu kesatuan yang utuh. Lagu disesuaikan dengan tema kebaktian agar sejalan dengan Firman Tuhan yang disampaikan hari itu, sehingga seluruh rangkaian acara kebaktian Sekolah Minggu dapat berlangsung dengan baik dan terarah. Mengenai perencanaan, persiapan dan pemilihan lagu menurut fungsinya akan kita bahas secara lebih mendalam pada edisi berikut.

Taxonomy upgrade extras: 

GSM-Referensi 05b

Pelajaran 05 | Pertanyaan 05 | Referensi 05a |

Nama Kursus : Training Guru Sekolah Minggu (GSM)
Nama Pelajaran : Teknik Memimpin Kebaktian Sekolah Minggu
Kode Pelajaran : GSM-R05b

Referensi GSM-R05b diambil dari:

Judul Buku : Pembaruan Mengajar
Judul Artikel : Selayang Pandang Tentang Teknik Bercerita
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman : 92 - 94

REFERENSI PELAJARAN 05b - TEKNIK MEMIMPIN KEBAKTIAN SM

SELAYANG PANDANG TENTANG TEKNIK BERCERITA

Bercerita merupakan metode mengajar yang paling sering dipakai oleh guru-guru Sekolah Minggu dalam proses mengajar. Tuhan Yesus juga sering memakai metode bercerita untuk mengajarkan kebenaran. Sepanjang sejarah, banyak guru besar memakai metode bercerita, untuk menyampaikan pesan-pesan dan pembicaraan mereka yang penting kepada para pendengarnya. Pasal ini akan mengetengahkan secara ringkas hal- hal penting yang harus diperhatikan para pembawa cerita, dan menganalisis teknik-teknik dasar bercerita. Semoga pasal ini dapat menolong para guru menggunakan teknik bercerita dengan lebih efisien.

ORANG YANG BERCERITA

  1. Cara berpakaian: harus rapi, bersih, anggun, leluasa, wajar, dan sesuai dengan keadaan/situasi.
  2. Sikap: sikap yang baik adalah mengendalikan tubuh dengan wajar, misalnya mimik, nafas dan lain-lain harus santai, jangan tegang. Usahakan penampilan yang sopan dan leluasa.
  3. Gerak-gerik: segalanya harus wajar, hindari gerak-gerik yang berlebihan. Jangan selalu mengulang gerakan yang sama. Jangan menjadi terkenal karena suatu gerakan yang aneh. Tenang dan jangan tergesa-gesa.
  4. Pandangan mata: harus memperhatikan semua murid, juga reaksi mereka. Jangan hanya menatap pada satu arah yang sama saja.
  5. Suara: jangan terlalu diperhatikan, tapi juga jangan melalaikan penggunaan suara. Pada waktu berbicara, longgarkanlah bagian tenggorokan, tarik nafas yang dalam, kemudian kumpulkanlah suara. Karena hanya dengan berbuat demikian, barulah dapat diperoleh hasil yang paling ideal.
  6. Nada suara: perhatikan saat kapan nada suara harus tinggi, rendah, besar, kecil, cepat, lambat, berubah, berhenti dan sebagainya. Adakalanya perlu memakai suara tiruan.
  7. Ekspresi: harus dapat mengekspresikan perasaan suka, marah, sedih, gembira, takut, murung, dan lain-lain yang terdapat dalam cerita.
  8. Penggunaan istilah: pilihlah penggunaan istilah yang sesuai dengan usia murid, supaya mereka dapat mengerti isi pelajaran. Boleh menggunakan banyak bentuk dialog langsung, dan usahakan sedikit mungkin pemakaian orang ketiga atau pernyataan yang tidak langsung.

KESELURUHAN CERITA

  1. Pendahuluan: harus menarik, jangan selalu mengulang ucapan yang sama: "Hari ini cerita yang akan Bapak sampaikan adalah ...", "Apakah kalian suka mendengar cerita", "Dahulu, dahulu kala". Pilihlah pendahuluan dengan cermat, carilah yang baru, menyenangkan dan menarik. Jangan terlalu cepat membocorkan isi atau akhir cerita.
  2. Penyampaian cerita: harus jelas, terinci dan cukup menawan hati. Isi cerita adalah bagian yang penting, baik sikap maupun gerak- gerik jangan terlalu dibuat-buat, agar murid jangan hanya terpaku pada gerak-gerik kita dan melalaikan isi cerita itu sendiri.
  3. Perubahan: harus ada perubahan yang tidak diduga-duga, jangan selalu menyampaikan dengan cara yang datar dam tak ada, liku- likunya.

  4. Klimaks: Sebaiknya akhirilah cerita pada klimaksnya. Bila tidak, bukan saja akan menjemukan, tetapi juga membuat pendengar letih.
  5. isipan: jangan menyisipkan ajaran moral di tengah-tengah cerita. Sebenarnya tokoh dalam cerita itu sendiri, sudah cukup menjadi contoh yang dapat diteladani oleh murid, atau menjadi peringatan bagi mereka. Bila disisipkan ajaran yang membosankan, cerita itu akan kehilangan daya tariknya.
  6. Kesimpulan: cerita harus diakhiri dengan seru dan penuh kekuatan. Berikan kesan yang mendalam pada murid, jangan mengulang ucapan yang sama, atau mendadak berubah jadi datar dan membosankan: "Sampai di sini cerita hari ini! Maka ... demikian ...begin ..."

PADA SAAT BERCERITA

  1. Usahakan untuk memegang Alkitab di tangan: materi bacaan berupa buku-buku dongeng, mitos, novel, dan cerita-cerita fiktif lainnya telah membanjiri toko-toko buku. Untuk menghindari anak-anak yang masih kecil menganggap mujizat sebagai cerita fiktif, guru harus memegang Alkitab pada saat bercerita. Dengan demikian anak-anak akan mengerti bahwa Alkitab adalah firman Allah dan cerita-cerita yang terdapat dalamnya adalah cerita nyata.
  2. arus sungguh-sungguh dan bersemangat: menyampaikan cerita Alkitab harus penuh semangat. Kesungguhan hati dan sikap yang berkobar- kobar akan membuat murid merasakan pentingnya cerita Alkitab.
  3. Harus menekankan penerapannya: hanya menyampaikan cerita Alkitab saja masih belum cukup sempurna, guru harus menghubungkan kebenaran dengan kehidupan murid setiap hari, agar mereka belajar bagaimana melaksanakan kebenaran.
  4. Pada saat menyampaikan cerita Alkitab harus mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang, bagaikan berhadapan dengan orang yang sudah berada di pinggir neraka. Berupaya meyakinkannya dengan bijaksana agar ia terlepas dari tempat yang berbahaya itu dan jiwanya diselamatkan. Sebab itu, pada saat guru menyampaikan cerita Alkitab, bukan saja harus menarik, tapi juga harus mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang.
Taxonomy upgrade extras: