BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA

(http://www.pesta.org/buang_sampah_pada_tempatnya)

Kita dari kecil diajari untuk menjaga kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya, karena jika membuang sampah di sembarang tempat maka bisa menyebabkan berbagai masalah misalnya lingkungan yang tidak sehat atau banjir karena saluran air tersumbat sampah.

Di Indonesia memang ada aturan melarang membuang sampah sembarangan, tetapi budaya menjaga kebersihan masih belum berjalan dengan baik sehingga merupakan hal yang sangat biasa kita melihat orang membuang sampah di mana-mana. Orang biasa membuang sampah di jalan, di kali, di laut, di tanah kosong, termasuk di jalan tol - kaca mobil dibuka, sampah dilempar keluar dan beres, mobil tetap bersih … Itu adalah kenyataan bahwa masyarakat di sini merasa mempunyai tempat sampah yang sangat luas di mana saja di seluruh wilayah Indonesia tercinta.

Tentu saja hal ini tidak bisa dibandingkan dengan keadaan luar negeri, di negara maju seperti Jepang, Eropa atau Amerika, bahkan di negara tetangga yang terdekat seperti di Singapura dan Malaysia. Negara itu terlihat bersih dan rapih baik di taman, di kota, di desa, di sungai atau di laut, karena semua orang baik tua, muda, di kota atau di pelosok desa, dengan penuh kesadaran menjaga kebersihan lingkunganya dengan membuang sampah pada tempatnya. Itulah yang membedakan masyarakat di negara maju dan negara yang masih berkembang, bukan karena kepandaian atau kekayaan - tetapi karena semua orang di seluruh negri menjunjung tinggi hukum dan aturan yang berlaku di tengah masyarakat.

BUDAYA BERSIH

Satu kali di bulan April saya pergi ke Taman Negishi di Yokohama Jepang, yang memiliki luas sekitar 1800 meter persegi dan ada 350 pohon Sakura yang besar-besar dan tinggi, sebesar pohon mangga. Ketika Sakura berbunga, seluruh daunnya gugur digantikan dengan bunga Sakura berwarna pink, sehingga yang terlihat adalah hutan bunga Sakura di mana-mana, indah sekali. Bunga Sakura mekar hanya selama satu minggu, sehingga waktu itu dipergunakan oleh masyarakat di sana untuk berekreasi bersama keluarga dan sahabat, menggelar tikar, membuka bekal makanan, bakar-bakar ikan, daging, nyanyi dengan diiringi gitar, anak-anak bebas bermain, dll. Taman seluas itu penuh dengan orang-orang yang melakukan rekreasi menikmati waktu yang sangat spesial di bawah pohon sakura yang penuh bunga.

Di sore hari semua orang bersiap-siap untuk pulang. Mereka merapihkan semua barang-barang yang dibawa, dan ada satu hal yang sama dilakukan oleh semua orang yaitu mengeluarkan kantong plastik hitam besar dan mulai memunguti semua sampah yang ada di sekitar tempat mereka berada. Bukan hanya sampah-sampah yang dipunguti, tetapi juga daun atau bunga-bunga yang gugur, semuanya dipungut dan dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam yang dibawa. Setelah semua barang bawaan dibereskan, mereka keluar menuju mobil masing-masing, dan tas plastik hitam dilemparkan ke dalam bak mobil sampah yang diparkir di luar. Dan hasilnya luar biasa sekali, taman seluas itu yang paginya agak kotor karena bunga-bunga dan daun yang gugur, setelah orang banyak pulang menjadi bersih sekali, tidak ada satu pun sampah yang tersisa.

Melihat pemandangan itu saya hanya membayangkan kalau seandainya taman ini ada di Indonesia … Pada saat ribuan orang menikmati rekreasi, makan minum bersama keluarga dan para sahabat, kemudian semua orang meninggalkan taman, maka berikutnya petugas kebersihan harus bekerja keras untuk membersihkan gunungan sampah yang ditinggal berserakan begitu saja.

MENYIMPAN SAMPAH

Sekalipun umumnya masyarakat di Indonesia biasa membuang sampah di mana saja, tetapi mereka tetap ingin rumahnya dalam keadaan bersih. Tiap hari rumah dan halaman disapu, dipel dan dibersihkan. Tetapi bagaimana jika ada orang buang sampah di depan rumah kita? Pasti kita akan marah, dan langsung pungut dan membuangnya di tempat sampah.

Apa jadinya kalau sampah-sampah itu tidak kita buang di tempat sampah, tapi diambil, dimasukkan dan simpan di dalam kamar tidur kita? Pasti semua orang akan berkata : “Tidak mungkin, tidak masuk akal! Kamar tidur adalah tempat pribadi yang selalu dijaga kebersihannya supaya kita nyaman beristirahat.”

Dalam pelayanan Pelasan dan Pemulihan, ketika konseling kita banyak bertemu dengan anak-anak Tuhan yang ‘hatinya pahit’ karena perkataan suami, isteri, orang tua, anak, atasan, teman pelayanan bahkan karena perkataan hamba Tuhan. Kata-kata yang pedas, tajam, menyakitkan, menuduh, bahkan fitnah, membuat hati anak-anak Tuhan sakit, dan ketika terus menerus terjadi maka akan menjadi ‘pahit’. Di dalam Roh, orang yang memiliki kepahitan hatinya berwarna hitam, penuh cairan warna hitam yang bahkan menetes ke luar.

Orang-orang yang memiliki hati yang pahit bisa terlihat dengan mudah dalam hidupnya, yaitu perkataannya selalu diwarnai dengan keluhan, sungut-sungut dan kepahitan. Dimana pun mereka berada, susana yang tadinya penuh sukacita, canda tawa, berubah menjadi suram, galau dan pahit. Itu adalah ‘buah’ kehidupan orang yang pahit sesuai dengan Firman Tuhan di Ibrani 12:15 - "Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang."

Hati yang pahit berawal dari ‘menyimpan perkataan yang menyakitkan’ di dalam hati. Perkataan yang pedas, menyindir, menyerang, menyakitkan, memedihkan, itu semua adalah SAMPAH! Dan ketika kita mendengarkan, menyimpan dan merenungkannya, itu sama dengan menyimpan sampah di dalam hati, atau jika itu adalah rumah berarti memasukkan sampah-sampah ke dalam kamar tidur!

Saya biasa menyampaikan analogi pertanyaan itu pada saat konseling, “Apa yang akan dilakukan kalau ada orang buang sampah di depan rumah kita?”

Semuanya pasti menjawab, “Sampah itu dipungut dan dibuang ke tempat sampah.”

Tetapi ternyata yang terjadi adalah : “Sampah itu dipungut, dibawa masuk ke dalam kamar tidur, dan terus diperhatikan, diamat-amati dan dipikirkan.”

Setiap kali ada yang membuang sampah, maka sampah-sampah itu diambil dan dibawa masuk, disimpan di dalam kamar tidur. Semakin lama kamar tidur penuh dengan sampah yang busuk dan menjadi penyakit, tetapi tetap saja tidak dibersihkan atau dibuang. Setiap ada kesempatan terus ditambah-tambahi sampah yang lain. Itu adalah ‘kepahitan.’

Setelah tahu apa yang terjadi di dalam hati mengenai kepahitan, kemudian apakah yang bersangkutan segera mau membersikannya? Ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Orang yang hatinya sakit, di dalam konseling selalu menuding orang-orang yang telah menyakiti hatinya, baik itu suami, isteri, orang tua, anak-anak, teman pelayanan, atasan atau para hamba Tuhan. Semuanya fokus kepada orang-orang yang sudah ‘membuang sampah’ dan bukan kepada ‘sampah-sampah’ yang sudah dimasukkan dan ditumpuk ke dalam ‘kamar tidur’nya dengan sukarela. Padahal orang-orang yang disebutkan itu tidak pernah memikirkan mereka dan segera lupa terhadap apa yang sudah dilakukan.

Orang-orang yang ‘membuang sampah’ tidak peduli dengan perasaan dan hati orang lain, tetapi terus saja ‘buang sampah’ ke mana-mana. Kalau mereka tidak peduli dengan ‘sampah-sampah’ yang dilemparkan, kemudian mengapa kita sibuk ‘memunguti’ satu persatu dan memasukkan ke dalam ‘kamar tidur’ rumah rohani kita?

Apa yang harus dilakukan kita lakukan terhadap semua ‘sampah’, sudah dinyatakan dengan jelas di dalam Firman Tuhan : “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8).

Artinya : “Tidak usah mengurusi sampah-sampah yang dilemparkan orang-orang, segera buang di tempat sampah. Jangan sekali-kali dipungut dan dimasukkan ke dalam ‘kamar tidur’ rumah rohani kita. Yang boleh dimasukkan hanyalah semua hal yang menjadi berkat, sukacita dan damai sejahtera dari surga.”

SAMPAH DI MEDSOS

Satu kali kita melayani seorang Hamba Tuhan, dia mempunyai kepahitan terhadap isterinya karena sering menyerang dengan mengirimkan tulisan yang panjang lebar melalui WA. Semua tulisan-tulisan itu disimpan dengan rapih di HP-nya, dan dia menunjukkan urutan tanggal, jam, isinya apa saja, lengkap. Dia mengasihi isterinya karena sudah menikah puluhan tahun, tetapi semua tulisan WA itu sangat menyakiti hatinya. Setiap kali dia membuka HP dan membaca tulisan-tulisan isterinya, maka luka hatinya selalu terbuka dan mejadi pedih lagi, yang berujung pada kepahitan terhadap isterinya.

Kemudian saya mendoakan supaya hatinya dan hikmatnya dibukakan oleh Tuhan Yesus, dan menyampaikan mengenai ‘sampah yang disimpan di kamar tidur’. Pada saat itu Roh Kudus menjamah dan membukakan pemahan baru, bahwa selama ini dia sudah bertahun-tahun menyimpan ‘sampah-sampah’ yang dilemparkan isterinya dan menyimpan baik-baik di dalam ‘kamar tidur’ rumah rohaninya. Selanjutnya saya minta dia menghapus semua tulisan-tulisan ‘sampah’ itu, tetapi ternyata tidak semudah yang dipikirkan. Dia merasa ‘sayang’ untuk menghapus dan melupakannya. Katanya, “Enak saja, dia selama ini sudah menyakiti hati saya dan sekarang saya harus menghapus dan melupakan begitu saja.”

Kemudian saya sampaikan Firman Tuhan, “Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.” (Lukas 6:28). Bahkan terhadap orang yang mengutuk dan mencaci, Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk membalas dengan mendoakan dan memberkati, apalagi terhadap istri yang sudah dipersatukan oleh Tuhan.

Pada saat itu Tuhan Yesus memberikan kekuatan kasih, sehingga mulai satu persatu tulisan di WA dihapus sampai selesai. Setelah itu kita bimbing untuk berdoa tumpeng tangan ke atas HP, “Semua serangan dan kutukan manusia dan setan aku ikat dan patahkan dalam nama Tuhan Yesus. Aku mengasihi dan memberkati isteriku menjadi penolong yang sepadan dari surga, dalam nama Tuhan Yesus.” Setelah itu semua beban di dalam hatinya lepas digantikan dengan damai sejahtera dari surga. Di dalam roh yang terlihat adalah rantai hitam besar yang membelit hatinya dari HP putus dan hancur. Ternyata HP yang berisi kata-kata serangan dan kepahitan dari isterinya dipakai iblis menjadi ‘portal roh’ yang mengikat dan membelenggu hati suaminya.

Dari bertahun-tahun melayani anak-anak Tuhan, ternyata ‘sampah-sampah’ yang paling ‘ampuh’ adalah yang dilemparkan oleh orang-orang terdekat atau orang-orang yang dikasihi, seperti isteri, suami, anak, orang tua, keluarga atau sahabat.

Bahkan serangan yang paling dahyat bagi para hamba Tuhan adalah pasangan hidupnya sendiri yaitu isteri atau suami. Alkitab mencatat Ayub mendapat ‘serangan telak’ justru dari isterinya dengan berkata,”Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” (Ayub 2:9).

Hal yang disampaikan oleh para hamba Tuhan, bahwa kalau orang lain atau jemaat yang menyerang, mereka masih bisa bertahan, tetapi jika yang menyerang adalah pasangannya (isteri atau suami) maka serangan itu langsung menusuk hati dan mematahkan semangatnya. Pasangan yang seharusnya melindungi suami atau isteri sebagai hamba Tuhan, jika ‘menyerang’ maka akan sangat ‘mematikan’ karena tahu persis kelemahan pasangannya. Dan yang selalu ‘diserang’ adalah bagian sensitive mengenai ‘pelayanan’ yang dilakukan dengan sepenuh hati dan setia kepada Tuhan, seperti yang dilakukan oleh isteri Ayub.

‘Serangan yang mematikan’ oleh pasangan hidup ini dijelaskan dalam artikel : ‘Tikaman Maut’ (http://www.pesta.org/node/1985)

Di waktu yang lain, dalam satu konseling ada seorang anak Tuhan memperlihatkan WA dari saudara kandungnya yang ‘menyerang habis-habisan’. Ada juga WA dari orang tua yang ‘menghakimi dan mengatakan anak tidak berbakti.’ Yang lain memperlihatkan komentar di group Face Book yang menyindir dan nyinyir. Ternyata ‘medsos’ (media sosial) sekarang ini sudah menjadi sarana ampuh untuk melemparkan ‘sampah-sampah’ kepada orang-orang di sekitar.

Di group media sosial, baik group WA, Face Book, Line, Email, IG, dll. selalu saja ada orang-orang yang ‘pahit’ hatinya untuk menyebarkan ‘sampah-sampah’ kepada orang-orang yang ada di group itu. Saya menyebutnya sebagai ‘dementor’. Entah itu group medsos pekerjaan, pelayanan, arisan, sekolah, alumnus atau group apa pun, biasanya ada sosok ‘dementor’ yang selalu menebarkan ‘sampah’ setiap ada kesempatan.

Penjelasan mengenai ‘manusia dementor’ ada di artikel : (https://groups.yahoo.com/neo/groups/GKO/conversations/messages/12261)

Jika berada di group medsos di mana ada sosok ‘manusia dementor’ dan hanya menjadi beban di hati, maka kita sebaiknya keluar dari group itu tanpa perlu berpikir dua kali. Ada anak-anak Tuhan yang hidupnya terintimidasi karena ikut dalam group Face Book, yang anggotanya terlibat ‘saingan’ dalam penampilan, piknik, wisata kuliner atau kesuksesan pribadi.

Ada sarana medsos yang setiap ganti profil atau status maka secara otomatis dibagikan ke semua anggotanya, biasanya ‘rawan’ dijadikan ‘sarang pamer’. Jika tidak bisa mengikuti ‘gaya hidup’ atau merasa terintimidasi, sebaiknya langsung ‘keluar’ saja. Hati yang penuh damai sejahtera adalah segalanya, dibandingkan dengan ‘perang status’ yang tidak ada habisnya.

(Amsal 4:23) "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan."

Sementara itu jika kita membutuhkan group itu untuk sarana komunikasi atau bisnis, maka ada satu cara ampuh untuk mengatasinya yaitu ‘klik dan hapus’ posting ‘si dementor’ tanpa perlu dibaca, karena kita sudah tahu orang-orang seperti itu komentarnya hanya akan menyebabkan ‘kepahitan’ dan ‘kerusuhan’.

Bahkan cara ‘klik dan hapus’ juga ampuh ketika kita terlibat dalam komunikasi yang panas dan berusaha mengakhirinya. Misalnya sedang ada perselisihan antara suami dan isteri, kemudian ada posting tulisan yang panjang dan lebar di HP, itu biasanya ‘sampah’ karena kita sudah paham sekali karakter dan sifat pasangan kita. Pada waktu itu sebaiknya gunakan cara ‘klik dan hapus’ tanpa perlu membacanya, karena ketika kita ‘kepo’ untuk mengintip dan membaca, pada saat itu ada ‘tikaman maut’ menusuk hati tanpa bisa dihindari. Semua tulisan yang panjang dan lebar ketika sedang berselisih tujuannya adalah untuk memberikan serangan yang paling ‘mematikan’ yang akan ‘memuaskan hati’ bagi yang mengirim.

Ketika kita terlanjur membaca, maka sekalipun kita bisa mengampuni pasangan atau keluarga kita, tetapi kata-kata yang menikam hati sudah menjadi luka dan tidak bisa disembuhkan dalam waktu singkat. Bahkan walaupun sudah disembuhkan, maka kita tidak akan bisa melupakan karena itu memang sudah merupakan sifat manusia : “Bisa mengampuni tetapi tidak bisa melupakan.” Dan ketika masalah timbul di lain hari, maka luka itu akan terbuka lagi. Jadi lebih baik kita tidak usah tahu apa yang ditulis, sehingga iblis tidak memiliki ‘senjata’ untuk menyerang di masa yang akan datang.

Khusus untuk pasangan suami isteri atau keluarga, yang bisa dilakukan untuk membersihkan ‘sampah’ yang dikirimkan adalah dengan cara :
1. ‘Klik dan hapus’, bahkan tanpa perlu dibaca.
2. Doakan dengan menumpangkan tangan di HP, “Semua serangan dan kutukan manusia dan setan aku ikat dan patahkan dalam nama Tuhan Yesus. Aku mengasihi dan memberkati … (sebutkan Namanya) dalam nama Tuhan Yesus.”

SAMPAH DI PERKATAAN

Cara menebarkan ‘sampah’ selain melalui medsos adalah melalui perkataan yang pedas dan menyakitkan. Itu biasanya dilemparkan ketika ada perselisihan antara suami isteri, keluarga, di persekutuan, di kantor, dll. Kata-kata yang diucapkan mempunyai satu tujuan untuk menyerang, menyakiti dan membuat luka yang paling dalam dan mematikan. Sekalipun hanya kata-kata, tetapi akibatnya bisa sangat berbahaya, karena akhir-akhir ini banyak berita, karena tidak tahan dihina maka suami membunuh isterinya, orang membunuh temannya, dll.

Jika kita berhadapan dengan keadaan seperti itu, maka kita segera bisa ‘membuang sampah’ yang dilemparkan adalah dengan cara :

1. Tutup mulut, tidak perlu menanggapi apa yang didengar, karena orang-orang yang melempar sampah hanya ingin menyerang dan menyakiti sehebat mungkin.
(Mazmur 4:5) "Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam."
Dengan menutup mulut, maka kita menutup celah roh sehingga setan tidak bisa menyerang masuk melaui semua perkataan pedas dan pahit yang dilemparkan oleh orang yang menyerang.

2. Doakan dan berkati dalam nama Tuhan Yesus. Jika pikiran atau hati ingat terhadap orang yang menyerang, ucapkan doa (sambil berbisik), “Aku mengampuni dan memberkati … (sebutkan namanya) dalam nama Tuhan Yesus.”
(Lukas 6:28) “mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.”
Ketika kita kita mendoakan dan memberkati maka kita sedang merubah kutuk menjadi berkat, baik bagi diri kita maupun untuk diri orang yang menyerang. Kita mematahkan ‘serangan’ manusia dan setan dengan kuasa kasih Kristus.

3. Jika kita merasa ‘sampah-sampah’ yang dilemparkan sudah masuk di dalam hati dan membuat nyeri dan pedih, kita bisa menyerahkan ‘sampah-sampah’ itu ke dalam tangan Tuhan Yesus dengan Doa Penyerahan : “Aku menyerahkan semua letih lesu, beban berat, pergumulan hidup, sakit penyakit, dosa, ketakutan, kekuatiran, kecemasan, kegentaran, penderitaan dan kekecewaan yang aku rasakan dan tanggung di hati dan hidupku ke dalam tangan Tuhan Yesus, dan terima kasih Tuhan Yesus sudah memberikan damai sejahtera, dan sukacita dari surga. Dalam nama Tuhan Yesus.” (Matius 11:28).
Kita bisa mengucapkan doa penyerahan ini setiap hari, karena ada banyak ‘sampah’ yang membusuk di ‘kamar tidur’ hati kita yang tidak bisa dibersihkan sekaligus. Perlu terus menerus pembersihkan sampai akhirnya kita mempunyai hati yang baru di dalam Kristus yang penuh kasih, terbebas dari semua ‘sampah’ yang selama ini membebani dan mengintimidasi.

BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA

Jika kita mendapati ada ‘sampah-sampah’ yang dilemparkan di depan rumah kehidupan kita, jangan sekali-kali memungut dan dimasukkan ke dalam ‘kamar tidur’, tetapi segera buang ke ‘tempat sampah’ dengan cara :
- ‘Klik dan hapus’ untuk media sosial.
- Tutup mulut dan tidak menanggapi, untuk perbantahan yang dihadapi langsung.
- Mendoakan dan memberkati orang-orang yang menyebarkan sampah.
- Selalu membersihkan sampah-sampah di hati dengan dengan Doa Penyerahan kepada Tuhan Yesus.

Tuhan mengingatkan agar kita menjaga hati yang adalah ‘kamar tidur’ pribadi di rumah kehidupan kita agar selalu bersih dan hanya diisi dengan kasih surgawi yang membawa damai sejahtera dan sukacita, yang akan menjadi mata air yang mengalir dan meluap menjadi berkat bagi banyak orang sampai kepada Akhir Jaman.

(Amsal 4:23) "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan."

(Yohanes 7:38) "Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."

(Filipi 4:8) “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”

Tetap semangat di dalam Firman Tuhan dan Langkah Iman.

GBU
(Indriatmo)

* * * * *

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA