Nama Kursus | : | Doktrin Allah Sejati |
Nama Pelajaran | : | Keberadaan Allah dan Pengenalan akan Allah |
Kode Pelajaran | : | DAS-P01 |
"Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barang siapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia".
(Ibrani 11:6).
Orang Kristen menerima kebenaran tentang keberadaan Allah dengan iman. Tetapi iman ini bukanlah iman yang buta, melainkan berdasarkan bukti, dan bukti ini ditemukan di dalam Alkitab sebagai firman Allah dan wahyu Allah melalui ciptaan-Nya. Wahyu Allah ini adalah dasar dari iman kita tentang keberadaan Allah, dan membuat iman tersebut seluruhnya bersifat masuk akal. Satu hal yang harus selalu kita ingat adalah, bahwa hanya melalui iman saja maka kita dapat menerima tentang kebenaran wahyu Allah dan mampu memiliki pemahaman yang benar ke dalam isi iman itu.
Manusia sudah memunyai kesadaran di dalam dirinya tentang keberadaan Allah (meskipun hanya samar-samar), tetapi Alkitab mengatakan bahwa manusia menolak kesaksian ini (Roma 1:18-32). Tugas orang Kristen adalah menghadapkan orang bukan Kristen pada Allah, bukan untuk mempertimbangkan perkiraan bahwa mungkin Allah ada. Melainkan mengubah konsep berpikir mereka dengan menanamkan suatu keyakinan sebagai iman dasar bahwa Allah yang benar adalah Allah yang terdapat dalam Tuhan Yesus Kristus, seperti yang telah tertulis dalam Alkitab. Sementara itu, Roh Kudus akan menolong mereka untuk mengenal Allah dengan lebih baik dan memberikan suatu kehidupan yang baru bagi mereka melalui kelahiran kembali. Karena orang berdosa hanya dapat memperoleh pengetahuan sesungguhnya tentang Allah melalui dilahirkan kembali oleh Roh Kudus pada waktu mereka mendengar Injil.
Orang-orang yang memperbandingkan agama mengakui kenyataan bahwa ide tentang keberadaan Allah itu bersifat universal. Karena Allah dianggap ada dalam setiap suku bangsa dan agama. Ide tentang Allah ini bahkan ditemukan di dalam bangsa-bangsa dan suku-suku yang paling tak beradab sekalipun di dunia ini. Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa sama sekali tidak ada orang yang menyangkal keberadaan Allah, dan tidak berarti juga bahwa orang-orang yang tinggal di negara-negara Kristen tidak ada yang menyangkal keberadaan Allah. Karena fakta menunjukkan, bahwa dari masa ke masa telah banyak orang yang secara terang-terangan menyangkal akan keberadaan Allah.
Dewasa ini, terdapat beberapa kelompok tertentu yang menyangkal keberadaan Allah. Sifat dan bobot penyangkalan mereka pun berbeda-beda. Berikut ini kita akan melihat beberapa macam penyangkalan manusia terhadap keberadaan Allah.
Kelompok pertama, adalah orang yang menyangkal keberadaan Allah secara mutlak. Bentuk dari penyangkalan semacam ini masih digolongkan dalam 2 kategori, yaitu:
Sesuai dengan namanya, Ateis Teoritis merupakan orang-orang yang mendasarkan penyangkalannya terhadap Tuhan pada suatu proses pemikiran. Biasanya mereka adalah tipe orang yang lebih intelektual dan berusaha untuk membenarkan keyakinan bahwa Allah tidak ada dengan argumentasi rasional. Penyangkalan orang-orang ini dapat juga disebut sebagai penyangkalan yang mutlak, karena mereka benar-benar menolak keberadaan Tuhan secara terang-terangan. Keberadaan orang-orang semacam ini sempat disinggung dalam salah satu bagian nats pada Alkitab. Di mana dikatakan dalam 2 Korintus 4:4-5, "Yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah. Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus."
Orang-orang yang tidak peduli apakah Allah ada atau tidak. Dalam hidup sehari-harinya ia tidak mengindahkan tentang adanya Tuhan, sehingga ia menjalani hidup dengan beranggapan seolah-olah Tuhan itu tidak ada. Mazmur 14:1, "Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Orang bebal berkata dalam hatinya: 'Tidak ada Allah.' Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik." Mazmur 10:4, "Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: 'Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!', itulah seluruh pikirannya."
Di dalam perkembangan ilmu teologi, kita juga menemui beberapa pandangan yang salah dalam memberikan konsep dasar pemahaman mereka tentang Allah. Adapun beberapa konsep kontemporer tersebut adalah sebagai berikut.
Konsep ini memiliki pemahaman bahwa kehadiran dan kuasa Allah memang senantiasa berlaku dalam ciptaan-Nya. Keberadaan Allah bukanlah sesuatu yang jauh, dan juga Ia bukanlah Allah yang masa bodoh. Termasuk Ia merasuk ke segala sesuatu bahkan ke dalam kehidupan ciptaan-Nya.
Konsep ini memiliki pendapat bahwa Allah terlepas dari ciptaan-Nya, sebagai Pribadi yang berdaulat dan bebas bertindak sendiri dan yang ada dengan sendiri-Nya. Ia tidak dikungkung oleh alam, tetapi tanpa batas.
Pengertian ini menyiratkan bahwa Allah dibatasi oleh alam semesta, ruang dan waktu, atau terikat pada alam semesta. Konsep ini secara terang-terangan menyatakan bahwa Allah itu memiliki keterbatasan dan tentu saja secara tidak langsung telah menyangkal kemahakuasaan Allah.
Di sepanjang zaman, argumen-argumen rasional tentang keberadaan Allah terus dikembangkan, dan memperoleh dasar pijakan dalam ilmu teologi, karena mereka beranggapan bahwa keberadaan tentang Allah dapat dibuktikan secara rasional. Sebagian dari argumen ini pada hakikatnya sudah dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles, dan sebagian lain ditambahkan ke dalam zaman modern oleh para mahasiswa filsafat agama. Beberapa argumen yang paling umum:
Pandangan klasik yang dikemukakan oleh Thomas Aquinas:
Perluasan dari argumen kosmologis, yang sebenarnya adalah pandangan purba yang masuk ke dunia barat melalui Plato. Pandangan ini digambarkan dengan analogi jam yang ditemukan di atas tanah. Tidak mungkin jam itu terjadi secara kebetulan saja, pasti ada seorang ahli yang membuatnya. Begitu juga dengan alam semesta, pasti diciptakan oleh seorang Perencana Agung.
Imanuel Kant mengatakan bahwa manusia memiliki kesadaran akan adanya kebaikan (moralitas) yang "Tertinggi". Allah adalah "landasan" kehidupan moral, sebagai nilai transenden yang hanya dimiliki oleh Allah. Sebagian orang sering menyaksikan perbedaan yang terjadi, antara kelakuan moral manusia dan kemakmuran yang mereka nikmati dalam hidup dimasa sekarang. Mereka berpendapat bahwa hal ini membutuhkan penyesuaian di masa yang akan datang, yang pada gilirannya membutuhkan seorang hakim yang benar.
Pandangan klasik yang diberikan oleh Anselmus ini menyatakan bahwa manusia memunyai ide tentang adanya suatu keberadaan yang sempurna secara mutlak, sehingga yang mutlak itu harus ada. Fakta bahwa kita memunyai ide tentang Allah belum dapat membuktikan keberadaan-Nya yang objektif. Lebih jauh lagi, argumen ini mengandaikan bahwa pengetahuan tentang keberadaan Allah yang memang ada dalam akal manusia, mungkin diturunkan dari pemikiran logis.
Adanya perasaan tentang yang ilahi yang bersifat universal dari sifat dasar manusia sehingga mengharuskan akan adanya keberadaan yang Maha Tinggi.
Meskipun sudah jatuh ke dalam dosa, manusia tetap merupakan makhluk yang diciptakan menurut rupa dan gambar Allah, yaitu dengan akal budi. Oleh sebab itu, Allah tidak sepenuhnya absen dari pikiran manusia sehingga penalaran manusia tentang dunia mungkin saja merupakan jalan kepada Allah.
Paulus dan Tuhan Yesus seringkali berdebat di depan umum untuk memberikan pembelaan Injil terhadap kritik rasional. Petrus dan Paulus sering menyebut suara hati orang kafir sebagai tolok ukur sifat moral Kristen (Kisah Para Rasul 19; 17; 1 Timotius. 3:7; 1 Petrus 3:16).
Ada jurang yang sangat lebar antara orang Kristen dan orang yang belum percaya. Oleh karena itu, seringkali dibutuhkan jembatan untuk membantu menghilangkan praduga yang salah bahwa untuk menjadi Kristen seseorang harus membunuh akal budinya.
Di satu pihak Gereja Kristen mengakui bahwa Allah adalah Pribadi yang terjangkau pengertian manusia, namun di pihak lain mereka juga mengakui bahwa Allah dapat dikenal dan bahwa pengenalan akan Dia adalah syarat mutlak untuk keselamatan. Seperti yang tertulis dalam Hosea 6:3, "Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi."
Pengertian Allah Menurut Alkitab
Pendapat penganut Agnostisisme, bahwa manusia dapat mengenal Allah telah disangkal berdasarkan berbagai alasan. Penyangkalan ini pada umumnya didasarkan akan keterbatasan-keterbatasan daya nalar manusia.
Hume disebut sebagai bapa agnostisisme modern. Ia tidak menyangkal eksistensi Allah, tetapi ia menegaskan bahwa kita tidak memunyai pengenalan yang benar tentang sifat-sifat-Nya. Agnostisisme Hume adalah hasil dari prinsip umum bahwa semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman.
Berdasarkan sejarah, Allah menggunakan dua cara dalam mengambil prakarsa untuk menyatakan diri-Nya, disebut penyataan umum dan penyataan khusus.
Penyataan Allah adalah perbuatan Allah yang menyatakan/menunjukkan kebenaran-Nya kepada manusia. Harus diakui bahwa sekian lama manusia telah dibutakan oleh dosa sehingga manusia tidak dapat mengenal Allah yang benar. Penyataan Allah inilah yang kemudian membuktikan bahwa Allah itu benar-benar ada dan perlu bagi manusia untuk mengenal-Nya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penyataan Allah merupakan cara Allah untuk dikenal oleh manusia. Penyataan itu sendiri dibagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut ini.
Penyataan umum mencakup segala sesuatu yang dinyatakan Allah di dalam dunia sekitar kita, termasuk manusia.
Sarana Penyataan Umum: Adapun sarana yang dapat dipakai Allah untuk secara umum menyatakan diri-Nya adalah melalui sejarah, alam semesta, dan hati nurani (Mazmur 19:1-2; Roma 1:19-20; 2:14,15).
Penyataan khusus mencakup berbagai cara yang dipakai Allah untuk menyampaikan wahyu-Nya yang disusun di dalam Alkitab.
Sarana Penyataan Khusus: Penyataan khusus yang dipakai Allah untuk memperkenalkan diri-Nya kepada umat manusia adalah melalui kehadiran Yesus Kristus dan Alkitab (Bilangan 12:6-8; Ibrani 1:1; 2 Petrus 1:21).
DOA
"Kami sungguh mengucap syukur atas anugerah yang Engkau berikan bagi kami, sehingga kami diperkenankan untuk mengenal lebih dekat lagi kepribadian Allah yang selama ini telah menjadi mercusuar dalam kehidupan kami. Urapilah kami lebih lagi agar kami dapat membagi berkat rohani ini kepada orang lain. Amin."