Nama Kursus : DASAR PENGAJARAN ALKITAB
Nama Pelajaran : Alkitab
Kode Pelajaran : DPA-R01b
Referensi DPA-R01b diambil dari:
Judul Buku : Mengenal Alkitab Anda
Disusun dan disunting : Daud H. Soesilo
Penerbit : Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2002
Halaman : 13 - 22
REFERENSI PELAJARAN 01b - ALKITAB
KANONISASI ALKITAB
Kitab-kitab dari Alkitab dikumpulkan secara bertahap dalam kurun waktu
kurang-lebih 1500 tahun. Penulisannya oleh orang-orang yang berbeda,
dalam berbagai bahasa (Ibrani, Aram dan Yunani) serta di tempat yang
berbeda juga (Mesopotamia, Babilonia, Mesir, Palestina, Roma dan
Yunani).
Kanonisasi berasal dari kata Yunani "kanon " yang berarti
ukuran/patokan (bnd. Gal. 6:16; 2Kor. 10:13, 15-16). Prosesnya sendiri
cukup rumit dan memakan waktu yang lama. Arti umum Kanon Alkitab
adalah kumpulan atau daftar kitab-kitab/buku-buku yang diakui sebagai
patokan iman dan pelaksanaannya. Adapun rintisan kanonisasi tersebut
dapat dilihat dari dalam Alkitab itu sendiri, misalnya dalam Ul. 4:12;
12:32; Yer. 26:2; Ams. 30:6; Pkh. 3:14; 2Ptr. 3:15-16; Why. 22:6-8,18-
19.
Jadi, kanonisasi Alkitab adalah pengakuan pada buku-buku yang benar-
benar merupakan bagian dari Kitab Suci - yakni yang diilhami oleh
Allah, dan pengesahannya sebagai kumpulan tulisan suci yaitu Firman
Allah dalam bahasa manusia, karena di dalamnya dimuat Sabda Allah yang
tertulis. Sabda inilah yang menyatakan kasih Allah dan kehendak Allah
yang bermanfaat bagi umat manusia di segala zaman.
A. PERJANJIAN LAMA
Bagian ini sebenarnya adalah Kitab Suci umat Yahudi yang disampaikan,
ditulis dan dihimpun dalam waktu lebih dari 1000 tahun. Semuanya
ditulis dalam bahasa Ibrani kecuali sebagian buku Daniel (2:4-7:28)
dan sebagian buku Ezra (4:8-6:18; 7:12-26), yang ditulis dalam bahasa
Aram. (Bahasa Aram adalah bahasa resmi pada masa kejayaan Kerajaan
Persia.)
Pada mulanya kisah-kisah mengenai Allah dan hubungan-Nya dengan umat
Israel disampaikan dari mulut ke mulut. Baru sekitar tahun 1200-1000
S.M. kisah-kisah itu mulai dituliskan. Sekitar 600 tahun S.M. Buku
Ulangan dijadikan norma pelaksanaan keagamaan, yaitu dalam rangkaian
pembaruan-pembaruan yang diadakan oleh Raja Yosia (2 Raj. 22-23).
Sekitar tahun 400 S.M. Taurat atau "Kelima Buku Musa" (bhs. Yunani
"Pentateukh") diterima sebagai tulisan suci. Buku Nabi-nabi diterima
sebagai tulisan suci antara tahun 400 sampai 200 S.M. Buku-buku lain
yang berisi puisi, pengajaran, nubuatan, dan sejarah diterima sebagai
tulisan suci menjelang zaman Perjanjian Baru. Walaupun begitu pada
waktu itu masih ada buku-buku yang diragukan kewibawaannya sebagai
tulisan suci, antara lain Pengkhotbah, Ester, Yehezkiel dan Kidung
Agung.
Demikianlah Kanon Ibrani terus bertambah; akan tetapi setelah jatuhnya
kota Yerusalem ke dalam tangan musuh kurang lebih tahun 70 Tarikh
Masehi, kecenderungan Kanon Ibrani adalah membatasi tulisan-tulisan
yang diterima sebagai Kitab Suci.
Selanjutnya sekitar tahun 90, guru-guru agama Yahudi di bawah pimpinan
Johannan ben Zakkai mengadakan sidang di Jamnia (Jabneh). Mereka
meninjau, menimbang tulisan-tulisan itu, dan membakukan Kitab Suci
mereka. Mereka memutuskan untuk menerima 39 buku yang merupakan Kitab
Suci, serta menolak buku-buku tambahan yang dimuat dalam Septuaginta,
yaitu terjemahan pertama Kitab Suci ke dalam bahasa Yunani. Buku-buku
tambahan ini aslinya tidak ditulis dalam bahasa Ibrani tetapi Yunani.
Buku-buku inilah kemudian dikenal dengan sebutan Deuterokanonika -
artinya 'kanon kedua' - yang terdiri dari: Tobit, Yudit, Tambahan-
tambahan pada Buku Ester, Kebijaksanaan Salomo, Yesus anak Sirakh,
Barukh, Surat Nabi Yeremia, Tambahan-tambahan pada Buku Daniel, serta
1 Makabe dan 2 Makabe.
Berdasarkan kata-kata Paulus tentang dua perjanjian, umat Kristiani
menyebut ke-39 buku dalam Kanon Ibrani ini Perjanjian Lama, karena
bagian ini berisi perjanjian Allah khususnya dengan Abraham dan
keturunannya. Ini untuk membedakannya dari Perjanjian Baru, yang
merupakan perjanjian yang diperbarui antara Allah dengan semua orang,
yaitu melalui pribadi Yesus Kristus. Memang Perjanjian Lama sudah
dipakai pada zaman rasul-rasul dan dalam kebaktian-kebaktian
Kristiani. Perjanjian Lama dianggap penting dalam hubungannya dengan
Kristus dan pekerjaan-Nya. Penting juga dicatat bahwa Perjanjian Lama
adalah Alkitab Yesus Kristus - ajaran Yesus didasarkan pada Perjanjian
Lama, dan Yesus menyatakan bahwa nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama
digenapi dalam diri-Nya.
Pada awal abad ke-3, Bapa-bapa Gereja mulai membedakan buku-buku
Deuterokanonika dari ke-39 buku Perjanjian Lama, tetapi mereka masih
memakai keduanya. Pada abad ke-4 sampai dengan abad pertengahan, dalam
Sidang-sidang Gereja setempat, mula-mula dimasukkan 39 buku Perjanjian
Lama, 27 buku Perjanjian Baru, dan Buku-buku Deuterokanonika dalam
kanon Alkitab. Walaupun seorang Bapa Gereja yang bernama Jerome tidak
menyetujui bahwa buku-buku Deuterokanonika adalah tulisan suci, tetapi
secara tradisi pemakaian buku-buku itu berjalan terus.
Setelah Reformasi, Gereja Protestan menolak buku-buku Deuterokanonika
yang mereka sebut sebagai Apokripa - artinya 'tersembunyi'. Sebaliknya
Gereja Roma Katolik pada Sidang Gereja (Konsili) di Trent tahun 1546
menentukan satu daftar buku-buku yang termasuk kanon, termasuk di
dalamnya buku-buku Deuterokanonika. Sedangkan Gereja Yunani Ortodoks
pada Sidang Sinode di Yerusalem tahun 1672 menerima buku-buku yang
diperdebatkan itu, sedang Barukh, 1 Makabe dan 2 Makabe ditolak.
(Patut dicatat bahwa penulis-penulis Perjanjian Baru mengutip 38 dari
ke-39 buku Perjanjian Lama. Tetapi penulis-penulis Perjanjian Baru
tidak mengutip dari Deuterokanonika.)
Pembagian Perjanjian Lama dalam Teks Ibrani
Sebenarnya ke-39 buku Perjanjian Lama itu menurut Kanon Ibrani
hanyalah 24 buku. Berbeda dari urutan ke-39 buku Perjanjian Lama dalam
Alkitab Kristiani, ke-24 buku dalam naskah Ibrani dikelompokkan dalam
3 bagian. Sebenarnya perbedaan ini bukanlah perbedaan isinya,
melainkan sekadar perbedaan penghitungan dan pengelompokkannya. Pada
umumnya Alkitab Kristiani mengikuti apa yang disebut Kanon Yunani
(dikenal juga dengan sebutan Kanon Alexandria) yang dikelompokkan
dalam 4 bagian. Berikut ini disampaikan pengelompokkan menurut Kanon
Ibrani dan Kanon Yunani:
Kanon Ibrani:
- Taurat (Torah)
- Kejadian
- Keluaran
- Imamat
- Bilangan
- Ulangan
- Nabi-nabi (Neviim)
- Nabi-nabi terdahulu
- Yosua
- Hakim-hakim
- Samuel
- Raja-raja
- Nabi-nabi terkemudian
- Yesaya
- Yeremia
- Yehezkiel
- Duabelas Nabi
- Kitab-kitab (Ketuvim)
- Mazmur
- Amsal
- Ayub
- Kidung Agung
- Rut
- Ratapan
- Pengkhotbah
- Ester
- Daniel
- Ezra-Nehemia
- Tawarikh
Kanon Yunani
- Taurat
- Kejadian
- Keluaran
- Imamat
- Bilangan
- Ulangan
- Sejarah
- Sejarah pertama
- Yosua
- Hakim-hakim
- Rut
- 1 Samuel
- 2 Samuel
- 1 Raja-raja
- 2 Raja-raja
- Sejarah kedua
- 1 Tawarikh
- 2 Tawarikh
- Ezra
- Nehemia
- Ester
- Sastra
- Ayub
- Mazmur
- Amsal
- Pengkhotbah
- Kidung Agung
- Nubuat
- Nabi-nabi besar
- Yesaya
- Yeremia
- Ratapan
- Yehezkiel
- Daniel
- Nabi-nabi kecil
- Hosea
- Yoel
- Amos
- Obaja
- Yunus
- Mikha
- Nahum
- Habakuk
- Zefanya
- Hagai
- Zakharia
- Maleakhi
Taurat
Seringkali bagian ini disebut Pentateukh. Bagian ini merupakan
dasar Alkitab Ibrani, dan tidak ada perbedaan pengelompokkan antara
Kanon Ibrani dan Kanon Yunani.
Berisi: peraturan-peraturan mengenai tingkah laku hidup, cara
ibadah yang sesuai dengan kehendak Allah, serta asal-usul bangsa
Israel.
Nabi-nabi:
"Nabi-nabi Terdahulu" memuat lebih banyak sejarah. "Nabi-nabi
Terkemudian" lebih banyak memuat nubuatan-nubuatan, sebab itu dalam
Kanon Yunani digolongkan 'Nubuat'. "Nabi-nabi Besar" dan "Nabi-nabi
Kecil" bukan menyatakan perbedaan status kenabian mereka, melainkan
sekadar perbedaan besar dan kecilnya buku, yaitu banyak dan
sedikitnya tulisan dalam buku itu; yang lebih banyak disebut "Nabi-
nabi Besar", yang lebih sedikit disebut "Nabi-nabi Kecil".
Berisi: sejarah bersatunya 12 suku bangsa Israel dan pemberitaan-
pemberitaan (nubuatan-nubuatan) dari Allah agar mereka kembali pada
jalan yang ditentukan Allah.
Kitab-kitab:
Sering juga bagian ini disebut Hagiographa. Kelompok ini dibagi
dalam Kanon Yunani menurut jenisnya: Mazmur, Amsal, Ayub dan Kidung
Agung dikelompokkan sebagai 'Sastra'; Rut, Ester, Ezra-Nehemia dan
Tawarikh dikelompokkan 'Sejarah'; sedang Ratapan dan Daniel
dikelompokkan 'Nubuat'.
Berisi: puisi dan kidung/nyanyian, nasihat-nasihat untuk hidup,
filsafat, dan sejarah.
B. PERJANJIAN BARU
Bagian ini adalah tulisan suci umat Kristiani yang ditulis untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan umat Kristiani yang baru mengenal
Kristus dan ajaran-Nya, dan untuk menentang ajaran-ajaran yang salah.
Mulanya orang-orang Kristiani melanjutkan kebiasaan membaca dari
Perjanjian Lama. Pengikut-pengikut Yesus yang mengenal Yesus semasa
hidup-Nya dapat mengisahkan riwayat Yesus dan ajaran-Nya. Tetapi
setelah rasul-rasul Yesus meninggal dunia, tulisan-tulisan mengenai
Yesus dan ajaran-Nya makin bertambah peranannya.
Buku-buku yang termasuk dalam Perjanjian Baru ini, ditulis dalam
jangka waktu kurang lebih 60 tahun dan ditulis dalam bahasa Yunani
Koine yaitu bahasa Yunani sehari-hari (bukan bahasa sastra). Dengan
demikian Perjanjian Baru melengkapi Perjanjian Lama yaitu dengan
memberikan panduan tentang bagaimana membentuk gereja, petunjuk-
petunjuk mengenai ajaran-ajaran dan patokan kepercayaan gereja. Dengan
demikian Alkitab Kristiani sekarang terdiri dari Perjanjian Lama dan
Perjajian Baru.
Seperti halnya Kanon Ibrani, Perjanjian Baru pun dikanonkan dengan
tujuan yang sama. Surat-surat Paulus telah dipakai dalam kebaktian-
kebaktian jemaat dan dibacakan sebagai khotbah. Pada tahun 95 Masehi
surat-surat ini dikumpulkan dan menjadi bagian yang baku dalam
kebaktian-kebaktian jemaat, begitu juga dengan Kisah Rasul-rasul.
Surat Yakobus, Petrus, Yohanes, dan Yudas yang juga dipakai dalam
kebaktian-kebaktian jemaat, ditambahkan pada surat-surat Paulus dan
menjadi satu kumpulan surat pada tahun 100-105.
Sementara itu kisah dari mulut ke mulut tentang Yesus Kristus
dituliskan antara tahun 70-100. Injil Markus, Matius dan Lukas-yang
disebut Injil Sinoptik-ditulis lebih awal daripada Injil Yohanes.
Injil (b. Yunani "euanggelion" yang artinya Kabar Baik) sudah banyak
dipakai oleh masyarakat Kristiani. Ke-4 Injil itu dikumpulkan dan
dibakukan pada tahun 150. Akhirnya pada tahun 180, Injil dan surat-
surat digabungkan menjadi satu pengakuan kepercayaan dan sumber iman
Kristiani.
Saat itu juga beredar tulisan-tulisan lain dalam bahasa Yunani
seperti: 1 Clement, Surat Barnabas, Hermas, Didakhe/Ajaran 12 Rasul,
Surat-surat Ignatius dan Polycarpus. (Catatan: Injil Barnabas yang
sering dianggap "menghebohkan", ternyata tidak termasuk dalam tulisan-
tulisan lain ini karena baru ditulis sekitar abad 13-16 M. Naskah
aslinya ada yang ditulis dalam bahasa Italia dan ada juga yang ditulis
dalam bahasa Spanyol.)
Kejadian-kejadian berikut ini telah mendorong Kanonisasi Perjanjian
Baru. Pada tahun 140, seorang guru yang berpengaruh bernama Marcion
membuat suatu daftar yang memuat buku-buku yang menurut ukurannya
sendiri "suci"-yaitu Injil Lukas dan sejumlah Surat Paulus. Marcion
menolak semua buku Perjanjian Lama karena berlatar belakang Yahudi dan
tidak bersangkut-paut dengan kekristenan. Kejadian ini menyebabkan
pemimpin-pemimpin gereja menyadari akan kebutuhan satu daftar yang
diakui dan disahkan oleh gereja.
Pada akhir abad kedua terdapat beberapa Kanon antara lain dari
Irenaeus, Muratorian, Tertullian dan Clement dari Alexandria yang
merupakan daftar sementara dari buku-buku yang diilhami. Walau
demikian, 2 Petrus, 2 dan 3 Yohanes, Yakobus, Yudas, lbrani dan Wahyu
masih dipermasalahkan kewibawaannya sebagai tulisan suci.
Pada tahun 200, untuk menghadapi tantangan suatu ajaran sesat Gnostik
(ajaran yang menekankan bahwa pengetahuan akan kebenaran rohani adalah
pengetahuan yang dirahasiakan dan hanya mereka yang mengetahui akan
diselamatkan), gereja menentukan bahwa buku-buku yang diilhami adalah:
- Yang ditulis oleh rasul atau orang yang dekat dengan rasul.
- Yang dipakai dalam kebaktian-kebaktian umum.
- Yang diterima sebagai ajaran rasul.
Pada awal abad ke-3, seorang imam dan pakar Alkitab yang bernama
Origen memperjelas keadaan dengan menggolongkan buku-buku sebagai
berikut:
- Yang diakui (dipakai dan diterima di mana-mana).
- Yang dipertentangkan (tetapi akhirnya diterima).
- Yang ditolak (dinyatakan sebagai buku-buku biasa, kemudian
dikenal dengan istilah pseudopigrafa).
Kemudian Eusebius membuat daftar yang makin mendekati Perjanjian Baru
kita yang sekarang ini. Akhirnya, pada tahun 367 daftar yang
disampaikan oleh Athanasius, Uskup Alexandria, menjadi daftar baku
tulisan suci yang memuat ke-27 buku Perjanjian Baru. Jadi, ke-27 buku
Perjanjian Baru dan ke-39 buku Perjanjian Lama inilah yang menjadi ke-
66 buku Alkitab kita dalam bentuk yang sekarang ini.
Pembagian Perjanjian Baru:
Buku-buku Perjanjian Baru, dapat dikelompokkan dalam 4 bagian:
- Injil (Kabar Baik)
- Matius
- Markus
- Lukas
- Yohanes
- Kisah Rasul-rasul
- Kisah Rasul-rasul
- Surat-surat
- Roma
- 1 Korintus
- 2 Korintus
- Galatia
- Efesus
- Filipi
- Kolose
- 1 Tesalonika
- 2 Tesalonika
- 1 Timotius
- 2 Timotius
- Titus
- Filemon
- Ibrani
- Yakobus
- 1 Petrus
- 2 Petrus
- 1 Yohanes
- 2 Yohanes
- 3 Yohanes
- Yudas
- Wahyu
- Wahyu
Injil:
Ketiga Injil pertama disebut: Injil Sinoptik yang artinya
dilihat dari pandangan yang sama. Memang ke-3 Injil itu susunan dan
ungkapan katanya mirip satu sama lain.
Berisi: Kehidupan dan ajaran Kristus, merupakan dasar seluruh
Perjanjian Baru.
Kisah Rasul-rasul:
Surat-surat:
1-2 Timotius dan Titus disebut Surat Pastoral (Penggembalaan).
Yakobus, 1-2 Petrus, Yudas, 1-3 Yohanes disebut Surat Umum.
Berisi: surat-surat pribadi untuk perorangan dan surat-surat
umum untuk dibacakan di depan jemaat/gereja.
Wahyu:
C. KEWIBAWAAN PERJANJIAN LAMA DAN BARU
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mendapat kewibawaannya dari Yesus
Kristus, Sang Firman Allah sendiri. Kewibawaan Yesus lebih besar
daripada kewibawaan Perjanjian Lama (bnd. Mat. 5:21-22; 27-28; 31-32;
33-34; 38-39; 43-44 "Kalian tahu ada ajaran seperti ini ..., tetapi
sekarang Aku berkata kepadamu ..."). Karena itu gereja menerima
kewibawaan Perjanjian Baru paling tidak setingkat dengan kewibawaan
Perjanjian Lama. Rasul Paulus pun menekankan bahwa apa yang
disampaikannya diterimanya dari Tuhan Yesus, atau adalah ajaran Tuhan
Yesus (bnd. lKor. 7:10; 9:14; 11:23-26;1Tes. 4:15).
Jadi, Perjanjian Lama berwibawa atas gereja karena Yesus memeteraikan
kewibawaan-Nya atas Perjanjian Lama dan menafsirkannya sebagai
pembuka jalan bagi diri-Nya. Perjanjian Baru berwibawa atas gereja
karena rasul-rasul memberi kesaksian tentang pribadi Yesus Kristus.
Dengan kata lain, kewibawaan Alkitab terletak pada Allah yang telah
berfirman kepada umat manusia melalui perjanjian Allah dalam
Perjanjian Lama dart kesaksian tentang Yesus Kristus dalam Perjanjian
Baru, agar kita dapat mendengar, menerima dan menyambut Firman Allah
yaitu Yesus Kristus sendiri.
D. Kesimpulan
Betapa besar jasa penyalin-penyalin naskah Alkitab! Dari proses
penulisan dan kanonisasi yang panjang dart berliku-liku tersebut,
tampak sekali ketekunan dan ketelitian penyalin-penyalin naskah
Alkitab. Walaupun dalam penyalinan naskah Alkitab selang beratus-ratus
tahun kesalahan menulis dan menyalin tidak dapat dihindarkan,
perbedaan yang ada tidak mengaburkan ajaran-ajaran yang penting dan
pokok tentang iman Kristiani. Kita telah melihat bahwa proses
Kanonisasi Alkitab secara ketat membedakan antara ajaran yang
dinyatakan dari Allah dan ajaran-ajaran yang salah. Jadi, sekarang
kita dapat membaca Alkitab kita dengan yakin bahwa isi Alkitab benar-
benar Firman Allah.
|