Nama Kursus : Dasar Pengajaran Alkitab
Nama Pelajaran : Gereja dan Pengabdian
Kode Pelajaran : DPA-R04b
Referensi DPA-R04b diambil dari:
Judul Buku : Memberi Secara Kriten
Penulis : V.S. Azariah
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1982
Halaman : 26 - 30
REFERENSI PELAJARAN 04b - GEREJA DAN PENGABDIAN
APAKAH ARTINYA MEMPERSEMBAHKAN KEPADA TUHAN
Alkitab bukanlah semacam kitab tuntunan, yang memuat peraturan-
peraturan tentang apa yang harus Anda kerjakan. Anda tidak akan
dapat menemukan daftar dari bermacam-macam tujuan yang harus
disumbang. Tidak akan terdapat juga suatu tabel, yang menyatakan
berapa persembahan yang menjadi tanggungan Anda dari pendapat yang Anda terima. Tuhan hanya meminta kasih kita
kepada-Nya dan berdasarkan besarnya kasih itulah kita memberi.
Namun Dia mau menunjukkan jalan baik dalam Perjanjian Lama maupun
dalam Perjanjian Baru, agar kita bebas memilih dan memberi. Tentang
orang Israel kita baca, bahwa mereka dapat memberikan persembahannya
kepada Tuhan dengan tiga cara:
Untuk kebaktian. Untuk itu yang terutama diperlukan ialah sebuah
tempat pertemuan, mula-mula berbentuk kemah dan kemudian sebuah rumah
atau bait. Pembangunan kedua tempat kebaktian itu terlaksana karena
pemberian orang Israel yang spontan dan sukarela. Untuk mendirikan
kemah pertemuan orang Israel memberikan segala sesuatu yang
dibutuhkan. Laki-laki dan perempuan membawa emas, perak, tembaga, kain
lenan yang halus, bulu kambing, kayu akasia, minyak untuk pelita.
Dipintal sendiri bulu kambing itu oleh orang perempuan. Semua orang
itu menyerahkan sesuatu sebagai persembahan sukarela untuk Tuhan. (Kel
35 :4-29). Di samping itu harus selalu tersedia minyak untuk pelita,
roti persembahan, kemenyan di atas mezbah dan binatang-binatang untuk korban.
Untuk hamba-hamba Allah para imam dan orang Lewi. Orang-orang itu dapat
mengerjakan pekerjaannya, apabila mereka dibebaskan dari tanggungan
mencari makan. Setelah Tuhan memberikan tanah Kanaan kepada bangsa
Israel, tiap-tiap suku mendapat sebagian dari tanah itu. Tetapi orang
Lewi dan para imam tidak menerima bagian. Dan karena mereka itu sehari-harinya menjalankan kebaktian di hadapan Tuhan, maka tiap orang Israel
harus menyerahkan sebagian dari penghasilannya kepada mereka. Tuhan
menganggap itu sebagai persembahan kepada Dia sendiri. Di dalam
Bilangan 18:21-24 kita baca antara lain : "Sebab kepada orang Lewi
kuberikan sebagai bagiannya persepuluhan, yang harus dikumpulkan oleh
orang Israel sebagai kewajibannya" dan dalam Ulangan 18:1-5
ditambahkan pula hasil yang pertama dari gandum, minyak dan anggur dan
bulu domba yang pertama.
Untuk orang miskin. Orang miskin mempunyai pula hak akan
pemberian orang Israel. Jika ada suatu perayaan, orang Israel harus
membagi-bagikan pemberian kepada anak-anak yatim piatu, janda-janda dan orang
miskin. Jika ada seikat gandum tertinggal di ladang, orang tidak boleh
mengambilnya kembali, melainkan harus dibiarkan di sana untuk orang
miskin. Begitu juga dengan buaki zaitun, orang tidak perlu memeriksa
kembali, apakah masih ada beberapa buah yang ketinggalan di pohon.
Yang ketinggalan itu menjadi bagian orang yang kekurangan (Im 19:9,
10). Dalam Ulangan 26:12 Tuhan berkata kepada orang Israel: "Apabila
dalam tahun yang ketiga, tahun persembahan persepuluhan engkau sudah
selesai mnegambil segala persembahan persepuluhan dari hasil
tanahmuu, maka haruslah engkau memberikannya kepada orang Lewi, orang
asing, anak yatim dan kepada janda, supaya mereka dapat makan di dalam
tempatmu dan menjadi kenyang."
Jadi dengan dasar selalu adanya orang miskin, Yesus Kristus pun berkata: "orang miskin selalu ada padamu." Meski kita bekerja keras untuk
perbaikan keadaan sosial dan ekonomi, selalu kita akan diperingatkan,
bahwa kita hidup dalam dunia yang tidak sempurna. Itu tidak meniadakan
tugas kita dari Tuhan untuk memelihara orang yang kekurangan. Tidak
untuk memerlihatkan betapa baik hati kita, melainkan untuk
mengembalikan apa yang telah kita terima kepada-Nya melalui orang
miskin.
Ada tiga cara untuk memberi seperti di atas:
Untuk gereja. Tuhan minta kepada kita membuat tempat di mana
Dia dapat disembah. Tidakkah itu dapat dilakukan dengan tidak usah ada
bangunan? Tentu saja dapat, karena Tuhan tidak terikat pada sesuatu
tempat. Tetapi pertemuan-pertemuan di suatu tempat yang tertentu, di mana kita
dapat mendengarkan Firman Tuhan, memerkuat persekutuan orang suci.
Tambahan pula sebuah gereja merupakan peringatan bagi mereka
yang belum percaya kepada-Nya. Suatu peringatan, meskipun sangat
sederhana. bahwa Tuhan sedang mendirikan Gereja-Nya di dunia ini.
Di India-Selatan orang berkata: "Janganlah mendirikan rumah di dusun
yang tidak ada kuilnya." Mendirikan gereja, adalah satu dari hal-hal yang
nyata, yang dapat dilakukan bersama oleh orang Kristen. Sesuatu yang
dapat dilihat itu menarik perhatian. Oleh karena itu orang gemar
mengerjakannya. Dan apa yang harus kita kerjakan dengan kasih dan
sukacita harus kita dorong, lebih-lebih karena hal itu minta pengorbanan
dari manusia.
Untuk para hamba Tuhan yang mencurahkan
hidupnya dalam pekerjaan Tuhan. Jika sepanjang hari mereka sibuk
mengurusi jemaat atau mengabarkan Injil kepada mereka yang belum
mengenalnya, maka ia harus dipelihara oleh jemaat. Yakobus berkata, bahwa
seorang pekerja itu harus seharga dengan upahnya dan seorang pendeta
harus dapat hidup dengan cukup. Ia harus dapat menerima kedatangan
orang, dapat memberikan pendidikan yang cukup kepada anak-anaknya,
pendeknya dapat hidup patut sebagai manusia.
Dan sebaliknya kita dapat minta dari hamba Tuhan tersebut sesuai dengan apa yang
diberikan oleli jemaat kepadanya yaitu, bahwa ia harus menyediakan
seluruh waktunya untuk kepentingan pekerjaan gereja dan Pekabaran
Injil. Ini bukan suatu peringatan yang tidak perlu. Kerap kali kita
jumpai, bahwa ada pendeta atau pekerja gereja lainnya, yang
mempunyai usaha sendiri, memergunakan sebagian besar dari waktunya
untuk kepentingan usahanya. Hal itu tak boleh terjadi, dan hal itu
harus kita cegah.
Untuk orang miskin. Di Indonesia pengertian orang miskin ini hanya
terdapat di kota-kota saja. Orang miskin di desa-desa juga ada, tetapi
sebagian besar mereka selalu ditopang oleh keluarganya atau oleh masyarakat di situ.
Baru jika ia lepas dari ikatan sosial mereka itu, ia menjadi orang
yang diseyogiakan minta pertolongan jemaat. Meski demikian pengertian
pemeliharaan orang miskin itu tidak hanya harus kita batasi pada orang
yang tidak mempunyai harta saja. Ada pula orang yang membutuhkan
pertolongan kita dengan cara yang lain, karena mereka itu buta atau
lumpuh. orang yang membutuhkan pertolongan selalu ada di sekitar kita. Bukannya suatu pertolongan dengan sikap congkak yang
datang dari orang yang hanya sesekali berbuat kebajikan, melainkan
dari orang yang mau menolong karena kasihnya kepada Tuhan, yang
memberikan segalanya kepada kita, termasuk memberikan Anak-Nya.
Untuk Pekabaran Injil. Pemberitaan Injil itulah yang menjadi alasan
bagi berdirinya jemaat. Apabila jemaat itu berhenti mengerjakan
Pekabaran Injil, maka jemaat itu telah tidak berdiri sebagai gereja
lagi, hanya menjadi suatu perkumpulan keagamaan biasa. Injil itu
tidak hanya harus dikabarkan di sekeliling kita, melainkan harus
sampai ke ujung dunia. Itu tidak berarti, bahwa kita harus pergi
sendiri-sendiri. Kalau demikian malahan kita tidak akan saling
bertemu. Tetapi tiap orang Kristen harus berdoa dan bekerja dan
berkorban bagi semua umat manusia yang belum mengenal Kristus. Jadi
juga memberi untuk para utusan Injil ke luar negeri. Ini tidak
hanya berlaku bagi gereja-gereja di Barat, melainkan juga gereja-
gereja Timur. Pengutusan bukannya merupakan kegemaran beberapa
gelintir manusia, tetapi menjadi tugas semua orang yang menjunjung
nama Kristus.
Jika kita sudah tahu untuk apa kita memberi, maka bersama itu pula
timbul pertanyaan : "Berapa yang harus kita beri ?
Marilah kita kembali sebentar kepada bangsa Israel. Telah kita
ketahui, bahwa mereka memberikan:
Sepersepuluh dari hasil ladang dan kebunnya
Anak pertama dari kambing dan domba. Juga hasil pertama
dari gandum, minyak, anggur dan bermacam-macam buah-buahan ladang;
Pemberian sukarela pada hari raya-hari raya tertentu, kelahiran,
sakit dan sebagainya.
Kita tidak lagi hidup di bawah peraturan-peraturan yang khusus
mengenai soal memberi, seperti sepersepuluh bagian dari tanah atau
hasil buah-buahan. Jadi tidak seorang pun dapat dipaksa atau
diharuskan untuk memberikan persepuluhan itu. Kalau orang mau berbuat
begitu secara sukarela, itu bagus sekali.
Sejak itu semua pemberian itu sukarela. "Semua itu kepunyaanmu," kata
Paulus, "tetapi kamu milik Kristus dan Kristus milik Allah.' Itu
artinya, hubungan kita dengan Tuhann terdiri dari rasa syukur dan
kasih. Tuhan telah memberikan segalanya kepada kita. Tuhan telah
menganugrahkan kepada kita Putera-Nya. Dan yang siapa banyak diampuni,
ia juga banyak mengasihi dan hal itu dengan sendirinya akan
menggerakkan dia untuk mengembalikan kepada Tuhan apa yang telah
diterimanya dari pada-Nya.
Jadi satu-satunya ukuran ialah: "Tuhan, apa yang Kau kehendaki supaya
aku memberi." Masih Anda anggap sukarkah untuk menentukan sendiri
apa yang harus Anda persembahkan dengan sukarela? Tentunya tidak!
Hal itu akan senantiasa memberi dorongan lebih besar kepada Anda
untuk mempersembahkan barang-barang itu ke hadapan Tuhan. Hal itu akan
memperkaya hidup Anda, karena lebih mendekatkan Anda kepada
Kristus.
|