Orang-orang Baptis berbeda dari orang Kristen lainnya di dunia dalam
pendapat mereka bahwa selam yang diikuti oleh munculnya kembali
seseorang dari dalam air merupakan cara pembaptisan yang paling tepat.
Cara seperti ini menurut mereka sebagai cara yang mutlak perlu dalam
baptisan, sebab ritual ini dimaksudkan menjadi lambang kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus dan juga kematian dan kebangkitan orang yang
dibaptiskan itu bersama Kristus. Sekarang timbul dua pertanyaan dan
yang terbaik jika pertanyaan itu dipikirkan sesuai dengan urutan ini:
(1) Hal penting apakah yang dilambangkan dalam baptisan? dan (2)
Apakah selam adalah cara baptisan yang paling tepat? Urutan pertanyaan
ini sesuai, sebab pertanyaan pertama lebih penting dari pertanyaan ke
dua dan jawaban bagi pertanyaan ke dua tergantung pada jawaban yang
diberikan pada pertanyaan pertama.
HAL PENTING APAKAH YANG DILAMBANGKAN DALAM BAPTISAN?
Menurut orang Baptis, selam yang kemudian diikuti keluarnya seseorang
dari dalam air adalah hal penting dalam simbolisme baptisan. Jika
seseorang tidak menerima hal ini sama artinya dengan menolak baptisan
itu sendiri. Menurut mereka pengertian baptisan yang sesungguhnya
ditunjukkan dalam hal seseorang masuk ke dalam air dan keluar dari
dalamnya. Kalau toh penyelaman seperti itu secara natural menyangkut
suatu pembasuhan atau pemurnian, sebenarnya hanya kebetulan saja.
Baptisan akan tetap merupakan baptisan bahkan juga seandainya kita
dicelupkan kepada sesuatu yang tidak berfungsi membersihkan. Mereka
mendasarkan pendapatnya atas Mrk 10:38,39; Luk 12:50; Rm 6:3,4; Kol
2:12. Tetapi sesungguhnya kedua ayat yang pertama hanyalah sekedar
menunjukkan pengertian bahwa Kristus akan mengalami penderitaan dan
sama sekali tidak membicarakan tentang sakramen baptisan. Kedua ayat
yang lain sajalah yang sesungguhnya membicarakan persoalan ini.
Tetapi pokok pembahasan yang sesungguhnya juga bukan persoalan yang
kita bicarakan, sebab kedua ayat itu tidak secara langsung
membicarakan baptisan dengan air. Yang dibicarakan dalam kedua ayat
itu adalah baptisan rohaniah. Ayat itu membicarakan kelahiran kembali
dengan penggambaran tentang mati dan bangkit kembali. Jelas bahwa
ayat-ayat itu tidak bermaksud menggambarkan bahwa baptisan adalah
lambang dari kematian dan kebangkitan Kristus. Jika seandainya
baptisan di sini dianggap sebagai lambang, maka baptisan itu akan
melambangkan kematian dan kebangkitan dari orang percaya. Tetapi
karena hal ini hanyalah sebuah kiasan mengenai kelahiran kembali orang
tersebut, maka perkataan ini menjadikan baptisan sebagai gambaran dari
sebuah gambaran.
Teologi Reformed memiliki konsep yang sepenuhnya. berbeda tentang hal
yang esensial dalam simbolisme baptisan. Teologi Reformed
mengemukakan hal ini dalam pengertian pemurnian. Heidelberg Catechism
menanyakan dalam pertanyaan ke-69, "Bagaimana Anda dalam baptisan
kudus melambangkan dan memeteraikan bahwa Anda memiliki bagian dalam
korban Kristus di salib?" Jawabnya adalah: "Jadi, karena Kristus telah
menetapkan pembasuhan secara fisik dengan air dan menambahkan janji
bahwa saya telah dibasuh dengan darah-Nya dan Roh-Nya dari kecemaran
jiwa saya, yaitu dari dosa-dosa saya, maka sepantasnyalah saya dibasuh
dengan air secara fisik, yang olehnya kekotoran tubuh pada umumnya
terbasuh." Pengertian tentang pembersihan atau pemurnian merupakan hal
yang jelas sekali dalam semua tindakan pembasuhan yang ada dalam
Perjanjian Lama dan juga dalam baptisan Yohanes (Mzm 51:7; Yeh 36:25;
Yoh 3:25,26). Kita dapat menganggap bahwa dalam kaitan ini baptisan
Yesus sepenuhnya sejalan dengan baptisan sebelumnya. Jika Yesus
bermaksud menyatakan bahwa baptisan-Nya adalah sesuatu yang baru dan
sama sekali berbeda dengan baptisan masa sebelumnya, tentunya Ia sudah
menunjukkan maksud-Nya dengan jelas supaya tidak terjadi
kesalahpahaman. Alkitab berulang-ulang menjelaskan bahwa baptisan
melambangkan pembersihan spiritual atau pemurnian spiritual (Kis 2:38;
22:16; Rm 6:4 dst; 1 Kor 6: 11; Tit 3:5; Ibr 10:22; 1 Ptr 3:21; Why
1:5). Inilah hal yang sebenarnya yang ditekankan oleh Alkitab, dan
Alkitab tidak pernah menyebutkan mengenai masuk ke bawah lalu muncul
kembali sebagai sesuatu yang penting.
APAKAH SELAM CARA BAPTISAN YANG PALING TEPAT?
Pendapat yang masih tetap dipegang oleh orang-orang di luar kalangan
Baptis adalah, selama pengertian dasar baptisan (yaitu pengertian
mengenai pemurnian) dinyatakan dalam upacara baptisan, cara
pembaptisan tidak menjadi persoalan. Baptisan boleh dilakukan dengan
cara selam, percik, atau pencurahan air. Alkitab memakai istilah
generik untuk menunjukkan tindakan yang dirancang untuk menghasilkan
satu akibat tertentu, yaitu pembersihan atau pemurnian. Tetapi Alkitab
tidak pernah menyebutkan penetapkan cara tertentu yang bisa
menghasilkan akibat yang diharapkan. Yesus tidak memberikan resep
untuk melakukan cara baptisan tertentu. Yesus jelas tidak memberikan
kepentingan baptisan seperti yang dilakukan oleh orang Baptis. Juga
contoh-contoh baptisan dalam Alkitab tidak memberikan cara baptisan
tertentu. Tidak pernah terjadi satu peristiwa pun yang di dalamnya
kita diberi tahu secara jelas bagaimana baptisan harus dilakukan.
Tetapi orang Baptis menekankan bahwa sesungguhnya Tuhan memerintahkan
baptisan selam dan mereka yang melakukan baptisan selain dengan cara
selam berarti tidak taat kepada otoritas Tuhan. Untuk membuktikan
penekanan ini, orang Baptis menerjemahkan kata bapto dan baptizo yang
dipakai oleh Alkitab sebagai "membaptiskan". Kata baptizo merupakan
bentuk yang lebih intensif atau frekuentatif dari kata bapto, walaupun
dalam pemakaian umum perbedaan itu tidak menjadi masalah. Bapto sering
dipakai dalam Perjanjian Lama, tetapi dalam Perjanjian Baru hanya
muncul empat kali yaitu dalam Luk 16:24; Yoh 13:26; Why 19:13 dan
dalam ke empat pemakaian itu sama sekali tidak menunjuk pada baptisan
Kristen. Orang Baptis terlalu percaya diri dan pernah mengatakan bahwa
kata kerja ini hanya mungkin berarti "mencelup". Tetapi sejak Carson
(salah seorang yang sangat berpengaruh dari kalangan Baptis)
menyimpulkan bahwa kata itu juga mempunyai arti lain yaitu "mewarnai",
sehingga bisa saja diterjemahkan "mewarnai dengan cara mencelup" atau
bahkan juga berarti "mewarnai dengan cara apa pun". Akibatnya kata itu
tidak menunjukkan tentang cara membaptiskan.' Kemudian timbul
pertanyaan lain, yaitu apakah baptizo, yang dipakai 76 kali, dan kata
yang dipakai oleh Tuhan berasal dari kata bapto dalam arti utama atau
arti sekunder. Dr. Carson menjawab bahwa kata baptizo berasal dari
kata bapto dalam arti "mencelup". Carson berkata, "Saya telah
tunjukkan bahwa kata bapto sebagai akar kata ini mempunyai dua arti,
yaitu "mencelup" dan "mewarnai". Saya tegaskan bahwa baptizo hanya
mempunyai satu arti penting saja. Arti kata baptizo ini didasarkan
atas anti utama kata bapto dan bukan arti keduanya...Pendapat saya
adalah, kata itu selalu menunjuk arti mencelup; dan tidak mungkin
berarti lain selain cara baptisan itu. Orang Baptis harus memegang
pendapat ini jika mereka hendak membuktikan bahwa Tuhan memerintahkan
baptisan selam.
Tetapi kenyataannya, sebagaimana dapat kita lihat dalam bahasa Yunani
klasik maupun bahasa Yunani Perjanjian Baru pendapat seperti itu tidak
ada dasarnya. Bahkan juga Dr. Gale yang mungkin merupakan penulis
paling terpelajar yang berusaha mempertahankan pendapat itu, merasa
sulit untuk mengubah pendapat itu. Wilson dalam karyanya yang
menakjubkan Infant Baptism yang sebagian merupakan jawaban terhadap
pendapat Dr. Carson mengutip Dr. Gale dengan mengatakan: "Kata baptizo
barangkali tidak sedemikian mengungkapkan tindakan menaruh seseorang
berada di bawah air sebagaimana keadaan sesuatu pada kondisi itu,
tidak perduli bagaimana bisa terjadi seperti itu, apakah dimasukkan
dalam air, atau air itu yang dibawa pada benda tersebut. Walaupun
sesungguhnya cara yang paling umum adalah membawa benda itu ke dalam
air, tetapi sesungguhnya tidak harus begitu maksudnya." Wilson dengan
jelas menunjukkan bahwa menurut pemakaian bahasa Yunani, baptisan
dimungkinkan melalui beberapa cara. Wilson berkata, "Biarlah elemen
pembaptisan mengelilingi obyeknya dan dalam persoalan dengan zat cair,
apakah keadaan relatif ini dihasilkan dengan cara menyelamkan,
memercikkan, menyiamkan atau cara yang lain, pemakaian bahasa Yunani
menunjukkan bahwa hal itu dapat diterima." Selanjutnya ia menunjukkan
dengan sangat rinci bahwa kita tidak mungkin tetap berpendapat bahwa
kata baptizo selalu melambangkan cara penyelaman dalam Perjanjian
Jelas bagi kita bahwa kata bapto dan baptizo mempunyai anti yang lain,
seperti "membasuh", "memundikan", dan juga "memurnikan dengan cara
membasuh". Pengertian tentang membasuh atau memurnikan lambat laun
menjadi pengertian yang jelas, sedangkan cara bagaimana hal itu
dilaksanakan makin tidak dibicarakan lagi. Bahwa pemurnian ini
dimungkinkan melalui pemercikan dapat kita lihat dalam Bil 8:7;
19:13,18,19,20; Mzm 51:7; Yeh 36:25; Ibr 9: 10. Dalam Yudit 12:7 dan
Mrk 7:3,4 tidak bisa kita artikan mencelup. Juga pengertian mencelup
tidak bisa kita terapkan dalam ayat-ayat: Mat 3:11; Luk 11:37,38;
12:50; Rm 6:3; 1 Kor 12:13; Ibr 9:10 (cf. ay. 13,14,19,21); 1 Kor
10:1,2. Maka kata baptizo tidak harus berarti "menyelamkan". Karena
Perjanjian Baru tidak pernah secara eksplisit mengemukakan bahwa
baptisan harus selalu dilakukan dengan selam, maka beban untuk
membuktikan arti kata itu menjadi beban orang Baptis saja. Apakah
Yohanes Pembaptis harus melakukan suatu pekerjaan berat untuk
menyelamkan sedemikian banyak orang itu satu per satu ke dalam sungai
Yordan, dan mungkinkah dia melakukannya, atau apakah ia sekedar
mencurahkan air atas mereka sebagaimana yang ditunjukkan oleh sebagian
prasasti jaman itu? Apakah para rasul memperoleh cukup banyak air di
Yerusalem dan apakah mereka mendapatkan fasilitas yang mereka perlukan
untuk membaptiskan 3000 orang dalam satu hari dengan cara selam? Di
manakah bukti yang kuat untuk menunjukkan bahwa mereka melakukan cara
lain selain cara baptisan Perjanjian Lama? Apakah Kis 9:18 menunjukkan
juga bahwa Paulus meninggalkan tempat di mana Ananias bertemu
dengannya supaya Paulus dapat diselamkan ke dalam sebuah kolam atau
sungai? Tidakkah cerita tentang baptisan Kornelius memberikan kesan
bahwa air yang dibawa dan mereka yang hadir itu dibaptiskan dalam
rumah mereka? (Kis 10:47,48). Adakah bukti bahwa kepala penjara di
Filipi tidak dibaptis di dalam penjara atau di satu tempat dekat
penjara itu tetapi membiarkan para tawanannya dibawa ke sungai
sehingga ia kemudian bisa dibaptiskan? Beranikah kepala penjara itu
membawa tawanannya ke luar kota ketika ia diperintahkan untuk menjaga
mereka agar jangan sampai lari? (Kis 16:22-23). Bahkan juga cerita
tentang baptisan sida-sida dari Etiopia (Kis 8:36-38) yang sering
dianggap sebagai bukti Alkitab yang paling kuat tentang baptisan
selam, tidak dapat dianggap sebagai bukti yang konklusif. Suatu telaah
yang cermat dari pemakaian kata depan eis menunjukkan bahwa Lukas
memakai kata depan ini bukan sekedar dalam pengertian masuk ke dalam,
tetapi juga dalam pengertian ke, sehingga sangat mungkin kita
mengartikan ayat 38 itu menjadi: "dan mereka berdua pergi ke air itu,
baik Filipus maupun sida-sida tersebut dan Filipus membaptiskannya."
Dan kendati pun kata itu dimaksudkan untuk menunjukkan arti bahwa
mereka masuk ke dalam air, tetaplah belum bisa membuktikan tentang
baptisan selam sebab menurut gambar-gambar yang ditemukan dari abad
mula-mula, mereka yang dibaptiskan dengan cara percik juga berdiri di
air. Tentu saja mungkin bahwa pada jaman para rasul, ada orang yang
dibaptis dengan cara selam, tetapi kenyataan bahwa Perjanjian Baru
tidak pemah bermaksud untuk menekankan selam membuktikan bahwa cara
selam tidaklah esensial. Selam memang cara yang bisa dilakukan untuk
baptisan, tetapi percik pun demikian juga, sebab semua itu
melambangkan pemurnian. Dalam ayat-ayat yang disebutkan di atas kita
melihat bahwa dalam Perjanjian Lama pembasuhan (baptisan) terjadi
dengan cara dipercik. Dalam nubuatan yang menunjukkan akan datangnya
Roh Kudus pada jaman Perjanjian Barin Tuhan berkata: "Aku akan
mencurahkan kepadamu air jernih yang akan mentahirkan kamu," (Yeh
36:25). Hal yang dilambangkan dalam baptisan yaitu Roh yang
memurnikan, dicurahkan atas Gereja (Yo 2:28,29; Kis 2:4;33). Penulis
surat Ibrani berkata bahwa hati kita telah dibersihkan dari hati
nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni
(Ibr 10:22).