Nama Kursus | : | DASAR PENGAJARAN ALKITAB |
Nama Pelajaran | : | Allah, Yesus dan Roh Kudus |
Kode Pelajaran | : | DPA-R02b |
Referensi DPA-R03B diambil dari:
Judul Buku | : | Teologi Sistematika 3 |
Pengarang | : | Louis Berkhof |
Penerbit | : | Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 1996 |
Halaman | : | 31 - 39 |
Garis Besar:
B. Natur-Natur Kristus
- Bukti-bukti Alkitab Tentang Keilahian Kristus
- Dalam Perjanjian Lama.
- Dalam Surat-surat Paulus dan Tulisan Yohanes
- Dalam Injil Sinoptik
- Dalam Kesadaran Diri Yesus sendiri
- Bukti-bukti Alkitab tentang kemanusiaan Kristus yang sungguh
nyata
- Bukti Alkitab tentang kemanusiaan Kristus yang tidak berdosa
- Perlunya kedua natur itu dalam diri Kristus
- Perlunya kemanusiaan-Nya
- Perlunya Keilahian-Nya
REFERENSI PELAJARAN 01a - ALLAH, YESUS DAN ROH KUDUS
NATUR-NATUR KRISTUS
Buku | : | TEOLOGI SISTEMATIKA 3 |
Judul | : | Natur-Natur Kristus |
Halaman | : | 31 - 39 |
Edisi | : | |
Penulis | : | Louis Berkhof |
B. Natur-Natur Kristus
Sejak masa yang paling awal dan terutama sejak Konsili Chalcedon,
gereja mengakui doktrin dua natur Kristus. Konsili ini tidak
menyelesaikan permasalahan yang dikemukakan oleh seseorang yang pada
saat yang sama adalah Allah dan manusia, akan tetapi hanya berusaha
menjelaskan bahwa jalan keluar lain yang ditawarkan jelas terbukti
keliru. Dan gereja menerima doktrin dua natur dalam satu pribadi
bukan karena gereja memiliki pengetahuan yang lengkap tentang
misteri ini, akan tetapi karena gereja jelas melihat di dalamnya
terdapat sebuah misteri yang diungkapkan oleh Firman Tuhan. Sejak
saat itu doktrin ini telah menjadi dan tetap menjadi bagian
pengakuan iman, yang jauh melebihi kemampuan pengertian manusia.
Kaum Rasionalis menyerang doktrin ini dengan mengatakan bahwa
doktrin ini tidak diperlukan, akan tetapi gereja tetap teguh pada
pendiriannya dalam pengakuan kebenaran ini, walaupun berkali-kali
dikatakan bahwa hal tersebut bertentangan dengan pikiran. Dalam
pengakuan ini Roma Katolik dan Protestan saling bahu-membahu. Akan
tetapi sejak akhir abad delapan belas, doktrin ini terus menerus
dijadikan pokok serangan. Abad Pencerahan dimulai, dan dikatakan
bahwa manusia tidaklah berharga jika menerima otoritas Alkitab yang
sesungguhnya bertentangan dengan akal manusia. Apa yang tidak sesuai
dengan pernyataan baru ini dianggap salah. Para ahli filsafat
individual dan para teolog sekarang berusaha mencari jalan keluar
atas persoalan yang timbul mengenai Yesus, dengan tujuan supaya
mereka dapat menawarkan kepada gereja satu pengganti bagi doktrin
dua natur. Mereka memulai titik awalnya dalam diri manusia Yesus,
dan bahkan setelah satu abad penelitian yang penuh perjuangan,
akhirnya menemukan bahwa di dalam diri Yesus hanyalah manusia dengan
elemen Ilahi. Mereka tidak berhasil bangkit dan melihat-Nya sebagai
Tuhan dan Allah mereka.
Schleiermacher menyebut Yesus sebagai manusia dengan kesadaran
keallahan yang luar biasa; Ritschl menyebut-Nya sebagai manusia yang
memiliki nilai-nilai Allah; Wendt melihat Yesus sebagai manusia yang
terus menerus memiliki persekutuan kasih dengan Allah; Beyschlag
menyebut Yesus sebagai manusia yang dipenuhi Allah; dan Sanday
menyebutNya sebagai manusia sejati yang memiliki perasaan keilahian
di alam bawah sadar-Nya; - tetapi betapapun definisi itu diberikan,
Kristus tetap disebut sebagai manusia. Sekarang ini aliran liberal
yang diwakili oleh Harnack, aliran eskatologis yang diwakili oleh
Weiss dan Schweitzer, dan yang lebih baru lagi aliran perbandingan
agama yang dikepalai oleh Bousset dan Kirsopp Lake, setuju untuk
menelanjangi Kristus dari Keilahian-Nya yang benar, dan menjadikan-
Nya hanya sekedar manusia. Bagi kelompok yang pertama, Tuhan kita
hanyalah guru etika yang agung, bagi kelompok kedua Ia hanyalah
seorang pengamat apokaliptik dan bagi kelompok ketiga Ia adalah
pemimpin tanpa kelompok tertentu untuk tujuan pemuliaan. Mereka
menganggap Kristus yang dimiliki gereja adalah hasil ciptaan
Hellenisme atau Yudaisme, atau gabungan dari keduanya. Akan tetapi
sekarang ini keseluruhan epistemologi abad lalu dipertanyakan
kembali, dan kemampuan akal manusia untuk menafsirkan kebenaran yang
tertinggi sungguh-sungguh dipertanyakan. Ada tekanan baru dalam hal
wahyu. Dan para teolog yang sangat berpengaruh seperti Barth dan
Brunner, Edwin Lewis dan Nathaniel Micklem, tidak ragu-ragu mengakui
iman mereka terhadap doktrin dua natur. Sungguh amat penting bagi
kita untuk memegang teguh doktrin ini, sebagaimana dirumuskan oleh
Konsili Chalcedon dan disebutkan dalam patokan pengakuan iman kita.
- Bukti-bukti Alkitab tentang keilahian Kristus. Berkenaan dengan
penyangkalan keilahian Kristus yang sudah sedemikian menyebar,
sangatlah penting bagi kita untuk berpegang pada bukti-bukti Alkitab
tentang Keilahian Kristus ini. Bukti-bukti itu sedemikian banyak,
sehingga tak satupun orang yang mengakui Alkitab sebagai Firman
Allah yang tidak bersalah, dapat meragukan hal ini. Bagi
pengelompokan biasa tentang bukti-bukti Alkitab, sebagaimana diambil
dari nama-nama Ilahi, atribut-atribut Ilahi, karya-karya Ilahi dan
gelar Ilahi yang ditujukan kepada-Nya, kita dapat melihatnya dalam
pembahasan tentang Allah Tritunggal. Suatu susunan yang sedikit
berbeda akan kita ikuti berikut ini berkaitan dengan kecenderungan
zaman sekarang yang mengikuti kritik historis.
- Dalam Perjanjian Lama.
Sebagian orang telah menunjukkan kecenderungan untuk menyangkal
bahwa Perjanjian Lama berisi nubuatan tentang Mesias Ilahi,
tetapi sesungguhnya penyangkalan ini tidak dapat diterima
berdasarkan ayat-ayat berikut: Mzm 2:6-12 (Ibr 1:5); 45:6,7
(Ibr 1:8,9); 110:1 (Ibr 1:13); Yes 9:6; Yer 23:6; Dan 7:13;
Mi 5:2; Za 13:7; Mal 3:1. Sebagian dari ahli sejarah masa kini
sangat menekankan kenyataan bahwa doktrin tentang Mesias yang
supramanusiawi berasal dari Yudaisme prakristiani. Sebagian lagi
malah menemukan penjelasan tentang Kristologi supranatural dalam
bagian-bagian Perjanjian Baru.
- Dalam Surat-surat Paulus dan tulisan Yohanes. Sangat tak mungkin
berkata bahwa Paulus dan Yohanes tidak mengajarkan keilahian
Kristus. Dalam Injil Yohanes pandangan yang paling dimuliakan
tentang pribadi Kristus dapat kita temukan, seperti yang terlihat
dalam ayat-ayat berikut: Yoh 1:1-3,14,18; 2:24,25; 3:16-18,35,36;
4:14,15; 5:18,20,21,22,25-27; 11:4144; 20:28; I Yoh 1:3; 2:23;
4:14,15; 5:5,10-13,20. Pandangan yang sama dapat juga kita temukan
dalam surat-surat Paulus dan juga dalam Surat Ibrani, Rom 1:7; 9:5;
I Kor 1:1-3; 2:8; 11 Kor 5:10; Gal 2:20; 4:4; Flp 2:6; Kol 2:9; I
Tim 3:16; Ibr 1:1-3,5-8; 4:14; 5:8, dan sebagainya. Para sarjana
kritik berusaha melepaskan diri dari doktrin ini dengan cara
menyangkali historisitas Injil Yohanes dan otentisitas sebagian
besar surat-surat Paulus; dengan menganggap bahwa apa yang
diungkapkan oleh Yohanes, Paulus dan Surat Ibrani itu adalah
penafsiran yang salah, sebab Yohanes dan Surat Ibrani sesungguhnya
berada di bawah pengaruh doktrin Logos dari Philo, dan Paulus juga
berada di bawah pengaruh yang sama, atau di bawah pengaruh pandangan
Yahudinya sebelum menjadi orang Kristen; atau mereka menyebut Paulus
memiliki pandangan yang lebih rendah daripada Yohanes, yang
memandang Kristus sebagai manusia surgawi yang praeksisten.
- Dalam Injil Sinoptik. Sebagian orang berpendapat bahwa hanya
Injil Sinoptik memberikan gambaran yang benar tentang Kristus.
Dikatakan bahwa Injil Sinoptik menggambarkan Yesus sebagai manusia
yang sepenuhnya historis, yang berbeda sekali dengan gambaran ideal
dalam Injil Yohanes. Akan tetapi sesungguhnya telah terbukti bahwa
Kristus dalam Injil Sinoptik sama Ilahinya dan sama benamya dengan
Kristus dalam Injil Yohanes. Kristus adalah pribadi supranatural
sepenuhnya, Anak Manusia dan Anak Allah. Sifat dan karya-Nya
membenarkan klaim-Nya itu. Kita harus sungguh-sungguh memperhatikan
ayat-ayat berikut: Mat 5:17; 9:6; 11:1-6,27; 14:33; 16:16,17; 28:18;
25:31; Mrk 8:38, dan banyak lagi ayat-ayat yang sama atau
paralelnya. Buku Dr. Warfield yang berjudul The Lord of Glory
memberikan pemaparan yang sangat jelas bagi kita tentang hal ini.
- Dalam Kesadaran Diri Yesus sendiri. Pada akhir-akhir ini ada
kecenderungan untuk kembali pada kesadaran diri Yesus, dan
menyangkal bahwa Ia sadar diri-Nya sebagai Mesias atau Anak Allah.
Sesungguhnya tidaklah mungkin bagi kita untuk memiliki pengetahuan
apapun tentang kesadaran diri Yesus, kecuali melalui Firman-Nya,
sebagaimana dicatat dalam Injil; dan selalu mungkin untuk
menyangkali bahwa semuanya menyatakan pikiran Yesus. Bagi mereka
yang menerima kesaksian Injil memang tidak ragu-ragu lagi mengakui
bahwa Yesus memang sepenuhnya sadar akan keberadaan-Nya sebagai Anak
Tunggal Bapa. Ayat-ayat berikut memberi kesaksian tentang hal itu:
Mat 11:27 (Luk 10:22); 21:37-38 (Mrk 12:6; Luk 20:13); 22:41-46 (Mrk
13:35-37; Luk 20:41-44); 24:36 (Mrk 13:32); 28:19. Sebagian dari
ayat-ayat itu merupakan kesaksian kesadaran Mesianik Yesus;
sedangkan ayat-ayat lain menyatakan bahwa Ia sadar bahwa Ia adalah
Anak Allah dalam pengertian yang paling tinggi. Ada sejumlah ayat
dalam Matius dan Lukas di mana Ia berbicara menyebutkan oknum
Pertama Allah Tritunggal sebagai "BapaKu", Mat 7:21; 10:32,33;
11:27; 12:50; 15:13; 16:17; 18:10,19,35; 20:23; 25:34; 26:29,53; Luk
2:49; 22:29; 24:49. Dalam Injil Yohanes, kesa- daran sebagai Anak
Tunggal Allah dinyatakan dengan lebih jelas, misalnya dalam Yoh
3:13; 5:17,18,19-27; 6:37-40,57; 8:34-36; 10:17,18,30,35,36 dan
ayat-ayat lain.
- Bukti-bukti Alkitab tentang kemanusiaan Kristus yang sungguh
nyata. Pernah pada suatu masa, realita (Gnostisisme) dan integritas
natural (Doketisme, Apollinarianisme) dari natur manusiawi Kristus
disangkal, tetapi saat ini tidak ada lagi yang mempersoalkan
kemanusiaan Kristus. Kenyataannya, saat ini ada penekanan yang luar
biasa akan kemanusiaan-Nya yang tepat, suatu Humanitarianisme yang
terus menerus meningkat. Satu-satunya keilahian yang masih
disebutkan banyak orang tentang Yesus adalah kemanusiaan-Nya yang
sempurna. Tak diragukan lagi bahwa kecenderungan modern sebagian
merupakan protes terhadap penekanan tidak seimbang tentang keilahian
Kristus. Manusia kadang-kadang melupakan Kristus yang manusiawi pada
saat berbicara tentang Yesus. Sangatlah penting untuk tetap
mempertahankan realita dan integritas kemanusiaan Kristus dengan
mengakui pertumbuhan kemanusiaan-Nya, serta keterbatasan-
keterbatasan manusiawi-Nya. Kemuliaan keilahian-Nya tidak perlu
ditekankan sedemikian rupa sehingga mengecilkan kemanusiaan-Nya yang
sesungguhnya. Yesus menyebut diri-Nya sendiri manusia, dan disebut
demikian juga oleh yang lain, Yoh 8:40; Kis 2:22; Rom 5:15; I Kor
15:21. Penjulukan diri sendiri Yesus yang paling umum, "Anak
Manusia", apapun arti sebutan itu, jelas membuktikan kemanusiaan
Yesus. Lebih lanjut lagi dikatakan bahwa Tuhan datang dan dinyatakan
dalam daging, menunjukkan natur manusia-Nya. Alkitab jelas
menunjukkan bahwa Yesus memiliki elemen esensi natur manusia, yaitu
tubuh jasmaniah dan jiwa yang rasional, Mat 26:26,28,38; Luk 23: 46;
24:39; Yoh 11:33; Ibr 2:14. Ada juga ayat-ayat yang menunjukkan
bahwa Yesus ada di bawah hukum perkembangan manusia yang umum dan
mempunyai kebutuhan serta penderitaan seperti manusia, Luk 2:40,52;
Ibr 2:10,18; 5:8. Dijelaskan secara terperinci bahwa Ia juga
memiliki pengalaman-pengalaman biasa sebagai manusia dalam
kehidupan-Nya, Mat 4:2; 8:24; 9:36; Mrk 3:5; Luk 22:44; Yoh 4:6;
11:35; 12:27; 19:28,30; Ibr 5:7.
- Bukti Alkitab tentang kemanusiaan Kristus yang tidak berdosa.
Kita tahu bahwa Kristus bukan saja memiliki kesempurnaan natural,
tetapi juga kesempurnaan moral dan integritas, yaitu
ketidakberdosaan. Hal ini bukan saja berarti bahwa Kristus dapat
menghindar agar tidak berdosa potuit non peccare', dan sesungguhnya
memang Ia menghindarinya, tetapi juga bahwa sama sekali tak mungkin
bagi-Nya untuk berdosa `non potuit peccare' oleh sebab ikatan
esensial antara natur manusia dan natur Ilahi. Ketidakberdosaan
Kristus telah disangkal oleh Martineau, Irving, Menken, Holsten dan
Pfeiderer, akan tetapi Alkitab jelas mengakui ketidakberdosaan
Kristus dalam ayat-ayat berikut: Luk 1:35; Yoh 8:46; 14:30; II Kor
5:21; Ibr 4:15; 9:14; I Pet 2:22; I Yoh 3:5. Kendatipun secara hukum
Yesus dijadikan berdosa, secara etis Ia bebas dari segala kecemaran
oleh karena keturunan maupun dosa karena perbuatan. Ia tidak pernah
menyatakan pengakuan karena kesalahan moral; dan juga Ia tak pernah
bergabung dengan para murid-Nya berdoa: "Ampunilah dosa-dosa kami."
Ia dapat menantang musuh-musuh-Nya untuk menunjukkan dosa-Nya.
Alkitab bahkan menyebutkan bahwa Dia adalah satu-satunya manusia
yang ideal, Ibr 2:8,9; I Kor 15:45; II Kor 3:18; Flp 3:21. Lebih
lanjut, nama "Anak Manusia" dijadikan nama diri oleh Yesus,
tampaknya untuk menunjukkan bahwa Ia adalah jawaban bagi gambaran
kemanusiaan yang sempurna.
- Perlunya kedua natur itu dalam diri Kristus. Dari bagian
sebelumnya telah jelas bahwa pada zaman sekarang ini banyak orang
tid8ak menyadari perlunya kedua natur itu dalam diri Kristus. Bagi
mereka Yesus hanyalah manusia; akan tetapi pada saat yang sama
mereka merasa terhalang untuk mengakui bahwa Ia adalah Allah
berkenaan dengan Allah yang imanen dalam diri-Nya, atau tentang Roh
yang tinggal padaNya. Perlunya kedua natur itu sangat ditekankan
sehubungan dengan doktrin Alkitab tentang pendamaian.
- Perlunya kemanusiaan-Nya. Karena manusia berdosa, maka hukuman
dosa haruslah ditanggung oleh manusia juga. Juga pembayaran upah
dosa mencakup penderitaan tubuh dan jiwa, yang hanya mungkin
ditanggung oleh manusia, Yoh 12:27; Kis 3:18; Ibr 2:14; 9:22.
Sangatlah perlu bahwa Yesus harus memiliki natur manusia, bukan saja
dengan semua sifat esensial-Nya, tetapi juga bersama semua kelemahan
manusiawi yang mungkin dialami karena kejatuhan manusia, dan dengan
demikian harus turun ke dalam kerendahan yang paling rendah di mana
manusia sudah jatuh, Ibr 2:17,18. Pada saat yang sama Ia harus
menjadi seorang manusia yang tanpa dosa, sebab seorang manusia yang
berdosa dan telah kehilangan nyawanya tentunya tidak dapat menjadi
pendamai bagi orang lain, Ibr 7:26. Hanya seorang Pengantara
manusiawi seperti itulah, yang telah memiliki pengetahuan
eksperimental dari laknat manusia dan berdiri jauh di atas segala
pencobaan, dengan penuh simpati dapat memasuki semua pengalaman,
pencobaan dan ujian manusia, Ibr 2:17,18; 4:15-5:2, dan menjadi
teladan sempurna bagi manusia , Mat 11:29; Mrk 10:39; Yoh 13:13-15;
Fil 2:5-8; Ibr 12:2-4; I Pet 2:21.
- Perlunya Keilahian-Nya. Dalam rencana keselamatan Allah sangatlah
penting bahwa Pengantara itu harus juga Allah yang sejati. Hal ini
penting dengan tujuan: (1) Ia dapat membawa korban yang nilainya
tanpa batas dan memberikan ketaatan yang sempurna kepada hukum
Allah; (2) la dapat menanggung murka Allah dan membawa penebusan,
sehingga la dapat membebaskan orang lain dari kutukan hukum; dan (3)
la dapat menerapkan buah-buah karya-Nya yang telah diselesaikan-Nya
bagi mereka yang menerima-Nya dengan iman. Manusia, dengan hidupnya
yang telah rusak, tidak dapat membayar upah dosa atau melakukan
ketaatan yang sempurna kepada Allah. Manusia hanya dapat menanggung
murka Allah, dan kalau anugerah Allah yang menebusnya tidak ada,
maka yang dapat dilakukan manusia hanyalah menanggung kutukan murka
itu selamanya. la tidak dapat menanggungnya sambil membuka jalan
untuk membebaskan diri, Mzm 49:7-10; 130:3.
|