Nama Kursus : Dasar Pengajaran Alkitab
Nama Pelajaran : Dosa, Setan dan Keselamatan
Kode Pelajaran : DPA-R03b
Referensi DPA-R03a diambil dari:
Judul Buku : Dosa Keadilan & Penghakiman
Pengarang : Sthephen Tong
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 1992
Halaman : 43 - 51
REFERENSI PELAJARAN 03b - SETAN, DOSA DAN KESELAMATAN
DOSA DALAM PENGERTIAN ALKITAB
Dosa itu apa? Istilah "dosa" muncul sangat banyak di dalam Alkitab,
baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
- Perjanjian Lama
- Hatta
Kalau kita melihat istilah yang dipakai dalam Ibrani adalah hatta.
Istilah ini berarti jatuh dan mengurangi standard dari Tuhan yang
suci itu (falling short of the standard of God). Jadi Allah telah
menetapkan suatu standard. Pada waktu kita lepas, kita turun dari
standard yang ditetapkan oleh Allah, itu disebut hatta (dosa),
sehingga baiklah kita mengerti istilah dosa, bukan dengan cara dunia
dalam pengertian hukum. Waktu bcrbicara tentang hukum berarti mereka
sudah secara tidak sadar sudah menyetujui bahwa fakta dosa sudah ada
di dalam dunia. Perkembangan yang terakhir, baik di Sorbone
University di Paris sebagai sekolah yang terbesar dan terkenal di
dunia Latin, maupun di beberapa sekolah yang tertinggi di Amerika
seperti Harvard dan Yale University, menunjukkan bahwa mereka
berusaha untuk mencairkan atau berusaha untuk mengurangi konsep-
konsep tentang keseriusan dosa. Meskipun demikian mereka tidak
mungkin menolak bahwa fakta dosa itu memang ada di dalam dunia.
Berdasarkan pengertian akan fakta dosa secara serius, maka agama
mempunyai tempat dan akar yang cukup kuat dan tidak mungkin dapat
dicabut oleh kebudayaan mana pun.
Dosa merupakan suatu fakta dan dalam pengertian hukum dunia adalah
pelanggaran terhadap sesuatu yang sudah secara perjanjian bersama
(konsensus) ditetapkan oleh ahli-ahli hukum agar menjadi patokan
untuk mengatur hidup sosial dan etika dalam masyarakat. Jikalau
ahli-ahli hukum sudah menyetujui secara konsensus lalu mencantumkan
di dalam hukum suatu negara, maka apa yang dicantumkan itu menjadi
standard negara itu. Barangsiapa berbuat sesuatu yang melanggar
konsensus yang dicatat dalam hukum itu, disebut dosa. Di sini saya
melihat kelemahan dari semua negara, semua hukum dari dunia ini
ialah mereka hanya sanggup melihat dosa dari aspek yang paling
rendah yaitu kelakuan yang salah.
Sekali lagi, meskipun dalam hukum ditentukan perbedaan hukuman atas
kesalahan dengan rencana atau yang tidak berencana, tetapi tidak ada
suatu hukum yang bisa langsung menghukum orang yang mempunyai niat
atau rencana di dalam hati namun belum melakukan sesuatu di luar.
Maksudnya, jikalau seseorang mempunyai hati yang ingin mencuri,
tidak ada hukum di dunia yang boleh langsung memenjarakan dia,
kecuali dia sudah melaksanakannya. Dengan demikian di seluruh dunia,
pengertian hukum dan keadilan hanyalah dapat mengerti dosa di dalam
hal yang superficial (yang tampak di permukaan). Dunia hanya
mengerti dan menetapkan dosa berdasarkan sesuatu perbuatan yang
dianggap melanggar suatu konsensus tentang hukum.
Tetapi Alkitab tidak demikian. Alkitab berkata dengan jelas, "yang
membenci seseorang, sudah membunuh" (Mat.5:21-22). Disini etika
Kristen adalah etika yang melampaui perbuatan yang nyata di dunia.
Etika Kristen merupakan etika yang langsung ditujukan kepada
motivasi seseorang secara terbuka di hadapan Tuhan. Allah sedemikian
marah seperti api yang menyala-nyala. Allah yang menembus hati
sanubari manusia dan tidak melihat perbuatan di luar, tetapi Dia
melihat motivasi Saudara di dalam.
Dosa dan keadilan Allah, kebenaran Allah menuntut kepada keseluruhan
hidup kita, mulai dari motivasi di dalam, segala rencana di dalam,
pikiran di dalam, mentalitas di dalam, sikap yang setengah di dalam
setengah di luar, sampai perbuatan yang seluruhnya di luar. Semua
ini dituntut oleh Tuhan. Menjadi seorang manusia berarti menjadi
orang yang dicipta menurut peta dan teladan Allah dan dicipta supaya
dia berdiri dan bertanggungjawab secara pribadi kepada Tuhan Allah.
(To be a man as chafed under the image and the likeness of God is to
exist with oneself alone before God) Tidak ada yang lain yang bisa
menghalangi. Saya di hadapan Allah harus mempertanggungjawabkan
segala motivasi saya, semua bibit pikiran saya, semua sikap
mentalitas saya, semua sikap dan sifat pribadi saya, semua perkataan
saya. Ketotalan ini, totalitas dan tanggung jawab ini, menjadikan
Kekristenan seperti apa yang dikatakan Kierkegaard bahwa menjadi
orang Kristen terlalu sulit, karena Allah bukan menuntut hal-hal
yang tampak di luar. Hukum-hukum di dunia terlalu rendah. Mereka
hanya bisa menunjukkan Saudara berdosa setelah mereka menemukan dan
membuktikan bahwa Saudara sudah berbuat, mengaku, atau sudah
mengekspresikan apa yang Saudara inginkan di dalam perbuatan yang
merugikan orang lain. Tetapi Kekristenan dan iman Kristen bukan
demikian. Ia telah menuntut keseluruhan Saudara sampai ke dalam hati
sanubarimu yang sedalam-dalamnya sampai ke dalam motivasi Saudara di
hadapan Tuhan dimana orang tidak lihat Tuhannya. Menjadi orang
Kristen memang tidak mudah.
Di dalam dunia abad 20 ini terlalu banyak gereja ingin mendapatkan
anggota sebanyak mungkin, maka mereka menurunkan derajat mute
Kekristenan menjadi kekristenan yang mudah diterima, mudah
dilaksanakan, namun itu bukanlah Kekristenan yang sejati. Turun
lebih rendah daripada standard yang telah ditetapkan oleh Tuhan,
itulah dosa.
Alkitab memakai istilah ini 580 kali di dalam PL. Istilah hatta
merupakan suatu istilah yang begitu menyedihkan Tuhan. Karena di
dalam istilah ini Kekristenan dan Alkitab. Orang Kristen menunjukkan
suatu hal yang tidak ada pada agama lain, yaitu Allah telah
menetapkan suatu standard bagi Saudara, sehingga Saudara tidak bisa
hidup sembarangan. Di dalam agama-agama yang lain, mereka mempunyai
standard mereka sendiri. Mereka mempunyai tujuan mereka sendiri dan
tujuan yang mereka harapkan itu berdasarkan diri mereka yang sudah
jatuh ke dalam dosa, yang tidak mereka sadari. Mereka ingin mencapai
suatu hidup yang tinggi yang suci. Namun bagaimanapun tingginya
tujuan itu hanyalah merupakan hasil dari otak yang sudah jatuh di
dalam dosa. Sedangkan waktu Allah mengatakan hatta, berarti Saudara
sudah lebih rendah daripada standard yang sudah ditetapkan oleh
Allah sendiri. Itu artinya dosa.
Dosa jangan hanya dimengerti sebagai mencuri, berzinah, berjudi,
main pelacur, atau mabuk-mabuk, itu memang tidak benar. Itu dosa,
Tetapi hal itu merupakan hal yang superfisial, yang ditujukan di
luar. Tuntutan Alkitab jauh lebih dalam dan lebih lengkap, secara
totalitas daripada itu. Suatu standard telah ditetapkan Allah bagi
manusia sebagai syarat atau kriteria tingkah laku dan moralitas
manusia. Itu yang disebut kebenaran dan keadilan Allah.
- Avon
Istilah kedua di dalam bahasa Ibrani adalah Avon. Ini berarti
sesuatu guilty (kesalahan) atau suatu hal yang mengakibatkan kita
merasa kita patut dihukum. Istilah ini sulit diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia. Suatu perasaan di dalam diri kita yang menganggap
diri cacat atau perasaan di dalam jiwa yang merasa diri kurang
benar, sehingga kita selalu merasa mau menegur diri. Hal ini
bersangkut paut dengan fungsi hati nurani yang diberikan hanya
kepada manusia saja. Tidak ada binatang yang mempunyai guilty
feeling, tidak ada binatang yang bisa menegur diri karena merasakari
sesuatu hal yang tidak benar yang sudah diperbuatnya. Tetapi manusia
tidak demikian. Setelah Saudara berbuat kurang sopan terhadap
seseorang, Saudara akan pikir Iagi, "Wah, mengapa tadi saya berbuat
begitu ya? Seharusnya saya tidak begini, tapi mengapa begini dan toh
sudah begini lalu bagaimana atau terus begini." Saudara mempunyai
perasaan berhutang atau perasaan bahwa Saudara patut dihukum.
Perasaan sedemikian berdasarkan suatu pikiran dari apa yang sudah
Saudara kerjakan, lalu hal itu dikaitkan dcngan diri Saudara sebagai
status dalam kcadaan patut dihukum, itu disebut guilty, avon.
- Pesha
Alkitab memakai istilah ketiga dalam bahasa Ibrani, yaitu Pesha.
Pesha berarti semacam pelanggaran. Pelanggaran berarti ada suatu
batas yang sudah ditetapkan, tetapi Saudara melewatinya atau sudah
ada suatu standard namun bukan saja tidak bisa mencapai tetapi juga
Saudara mau melawan atau melanggar. Maka pengertian ini bersangkut
paut dengan suatu pengetahuan yang jelas, ditambah dengan kemauan
yang tidak mau taat. Saya tahu apa itu baik, tapi saya sengaja
melawan. Saya tahu batas sudah di situ, tetapi saya sengaja mau
melewatinya. Tahu batas dan tahu tidak baik, tapi sengaja melewati,
itu disebut pesha.
Jadi disini kita melihat dosa dinyatakan oleh Alkitab, wahyu Tuhan,
begitu jelas di dalam ketiga aspek yang besar. Pertama, tidak
mencapai atau menyeleweng dari standard yang ditetapkan Allah.
Kedua, merupakan suatu hal yang salah atau sesuatu yang tidak
seharusnya Saudara kerjakan, tapi Saudara kerjakan. Waktu Saudara
sadar, Saudara tahu sudah berlaku tidak benar. Ketiga, adalah suatu
pelanggaran yang sengaja dari seseorang. Kalau kita meneliti semua
yang menjadi pcngalaman kita masing-masing, maka Saudara mau tidak
mau harus mengakui Firman Tuhan yang diwahyukan Tuhan dalam kitab
suci ini betul-betul benar.
- . Perjanjian Baru
Dalam Alkitab PB ada 2 istilah dalam bahasa Yunani yang penting
sekali.
- Adikia
Adikia berarti perbuatan yang tidak benar. Hal ini merupakan
perbuatan lahiriah atau dari luar, yang dinilai merupakan sesuatu
perbuatan yang tidak benar sama seperti yang dikatakan oleh hukum-
hukum dunia tentang orang bersalah. Di pengadilan ketika semua
pemeriksaan sudah selesai, maka hakim akan memvonis, bahwa Saudara
bersalah. Itulah adikia, berarti Saudara sudah berbuat salah.
Tetapi Perjanjian Baru sama dengan Perjanjian Lama, sama-sama adalah
wahyu yang diberikan oleh Allah yang suci, satu sumber, satu Roh
Kudus, satu Allah yang memberikan wahyu baik kepada Perjanjian Lama
dengan media bahasa Ibrani maupun kepada orang-orang di Perjanjian
Baru dengan media bahasa Yunani. Sumbernya satu, Allah yang satu,
standard yang satu.
- Hamartia
Istilah kedua dalam Perjanjian Baru adalah hamartia yang
artinya adalah kehilangan, meleset dari target atau sasaran yang
ditetapkan. Jika saya melepaskan satu anak panah menuju pada satu
sasaran yang sudah jelas, yaitu lingkaran tertentu yang harus
dicapai, tetapi anak panah itu jatuh satu meter sebelum sasaran itu,
maka itu disebut hamartia. Sekali lagi saya berusaha untuk
melepaskan panah, tetapi kini bukan tidak sampai, tapi terus lewat
jauh dari target yang ditetapkan, itupun disebut hamartia. Atau
ketiga kalinya saya melepaskan panah, panah itu terbang menuju
sasaran, namun menancap 2 cm. dari sasaran, berhenti di pinggir
target itu, itu tetap artinya hamartia.
Jadi disini tidak peduli kurang berapa meter, lebih berapa cm. atau
meleset hanya beberapa mm., itu semua dianggap sama. Hanya mereka
yang betul-betul kena dengan sasaran asli, itu yang dianggap benar.
Yang lain semua dianggap hamartia.
Dari kelima istilah, tiga dalam bahasa Ibrani, di PL dan dua dalam
bahasa Yunani, kita melihat suatu gambaran yang jelas, manusia
dicipta bukan untuk kebebasan yang tanpa arah, tetapi manusia
dicipta dengan standard yang sudah ditetapkan!
Tugas seumur hidup yang paling penting bagi Saudara ialah menemukan
target yang Tuhan tetapkan bagi Saudara demi kemuliaan Allah. Kalau
kita sudah tepat pada target yang Tuhan tetapkan bagi kita, barulah
kita menjadi satu manusia yang tidak ada pelanggaran atau tidak ada
keadaan jatuh daripada standard asli, baru kita disebut orang benar,
orang yang sesuai dengan kehendak Allah. Saya harap melalui
pembinaan seperti ini, kita mengoreksi konsep-konsep yang tidak
benar.
JIka Saudara mengikuti kebaktian puluhan ribu kali atau ratusan kali
di gereja setiap minggu, tetapi teologi Saudara tidak dibereskan,
kalau iman Saudara tidak dibereskan oleh Firman Alkitab sendiri,
Saudara menjadi orang Kristen yang terus terjerumus di dalam konsep-
konsep yang salah, maka bagaimana giat pun tidak berguna. Karena
Saudara belum pernah menemukan target itu apa, belum pernah
menemukan definisi yang benar itu apa. Pengertian-pengertian yang
mengoreksi membuat kita mendapatkan suatu integrasi yang betul-betul
lengkap dan mengerti Firman Tuhan. dengan baik lalu membuat
pelayanan kita menjadi baik.
Dari hatta, avon, pesha, adikia, hamartia, ini arti istilah dosa
dalam seluruh Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru begitu jelas bahwa
kalau standard yang ditetapkan oleh Tuhan kita lepas atau kita
kurangi atau kita belum mencapainya, disebut oleh Tuhan sebagai
dosa.
Seumur hidup saya harus bertanya, "Tuhan sudahkah saya mencapai
standard yang telah Tuhan tetapkan bagi saya?" Kalau belum, saya
masih banyak kekurangan yang dianggap dosa oleh Tuhan. Demikian juga
dengan Saudara. Namun pada zaman ini, orang bukan saja tidak mau
mencapai standard yang lebih tinggi, malahan minta diturunkan supaya
cocok dengan pasaran sekarang.
Kekristenan yang sedemikian tidak berpengharapan. Kekristenan akan
dirusak, akan digerogoti. Pada saat saya berkata demikian, orang
mengkritik, "Pendeta ini suka mengkritik, merasa hanya dia yang
benar, yang lain ddak benar." Jika Saudara belum pemah tahu betul-
betul apa itu "benar", Saudara tidak akan pernah sadar bahwa Saudara
pasti tidak akan menemukan yang tidak sempurna itu sebagai yang
tidak sempurna. Mungkin setelah saya meninggal baru orang mengerti
apa yang sudah saya kerjakan semasa saya hidup, tapi sudah
terlambat.
Satu jaman ini akan digerogoti oleh pengertian-pengertian tidak
sempurna, tidak tepat, sehingga Kekristenan akan dirusakkan oleh
mereka yang disebut pemimpin-pemimpin gereja. Kapan iman Kristen
akan diluruskan kembali? Kapankah kita bertobat dan setia kepada
Firman Tuhan, dimana seluruh dunia akan lenyap tetapi Firman Tuhan
tetap untuk selama-lamanya? Hari ini kita boleh melihat orang tidak
senang terhadap pembahasan semacam ini, tetapi saya berkata, "Suatu
hari gereja yang tidak selalu setia kepada Firman Tuhan harus
diadili terlebih dahulu. Dan pada saat itu sudah terlambat." Allah
tidak mengadili berapa banyak pendengar Saudara atau berapa
pandainya Saudara. Tidak! Allah akan bertanya, "Apa yang Saudara
ajarkan?"
Saudara yang menjadi guru sekolah minggu jangan kira Saudara masuk
kelas untuk menipu anak-anak agar mereka diam-diam tidak bermain di
kelas, itu bukan guru sekolah minggu; jangan kira Saudara menjadi
majelis dapat bergaya dengan memakai dasi hari Minggu seperti
malaikat bersayap dua. Jangan kira Saudara sudah lulus dari sekolah
teologi, Saudara dapat berkotbah lalu Saudara merasa begitu penting,
begitu hebat berdiri di atas mimbar. Setiap kalimat yang tidak
beres, harus Saudara pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Setiap
ajaran yang Saudara tidak pertanggungjawabkan sungguh-sungguh akan
merusak orang lain dan pada akhirnya gereja akan dirugikan, iman
Kristen akan diubah oleh pengertian yang tidak benar. Saudara harus
berdiri untuk dihukum oleh Tuhan. Dengan sikap seperti itulah
akhirnya saya dengan gentar melayani Tuhan dan teras-menerus
mendidik dan berkata kepada murid-murid saya, "Hari-hari,
berkotbahlah sesuai hanya dengan Firman Tuhan saja, bukan semau
sendiri. Jangan mengganti Firman Tuhan dengan ilmu pendidikan!
Jangan mengganti Firman Tuhan dengan ilmu jiwa!
Jangan mengganti Firman Tuhan dengan cara-cara dunia yang
anthroposentris! Firman Tuhan adalah Firman Tuhan!"
|