Nama Kursus : Dasar Pengajaran Alkitab
Nama Pelajaran : Pembaptisan dan Perjamuan Tuhan
Kode Pelajaran : DPA-R05a
Referensi DPA-R05a diambil dari:
Judul Buku : Teologi Sistematika
Penulis : Henry C. Tiessen
Penerbit : Gandum Mas, Malang, 1993
Halaman : 497 - 507
REFERENSI PELAJARAN 05a - PEMBAPTISAN DAN PERJAMUAN TUHAN
PERATURAN-PERATURAN GEREJA
Ada dua upacara gereja: baptisan dan Perjamuan Kudus. Kedua upacara
ini dikenal dengan nama sakramen. Di samping kedua sakramen ini yang
diterima oleh gereja-gereja Protestan, Gereja Katolik Roma mempunyai
lima sakramen lagi: yaitu pentahbisan, peneguhan, perkawinan,
penebusan dosa, dan perminyakan suci yang diberikan kepada orang
Katolik pada saat kematian. Dalam teologi Katolik Roma "setiap
sakramen menganugerahkan atau meningkatkan kasih karunia yang
menguduskan. Kasih karunia yang menguduskan ini dikenal sebagai kasih
karunia sakramental karena berkaitan dengan hak untuk memperoleh
pertolongan adikodrati yang perlu dan berguna untuk mencapai tujuan
tiap-tiap sakramen itu." Sekalipun gereja-gereja Calvinis hanya
menerima dua upacara gereja yaitu baptisan dan Perjamuan Kudus,
keduanya juga dianggap sebagai sarana untuk memperoleh kasih karunia.
Berkhof menulis, "Sebagai tanda dan meterai, kedua sakramen ini
merupakan sarana untuk memperoleh kasih karunia, maksudnya, sarana
untuk menguatkan kasih karunia batiniah yang dikerjakan di dalam hati
oleh Roh Kudus." Agar menghindari mistisisme dan sakramentarianisme
yang ditunjukkan oleh istilah "sakramen", mungkin lebih baik untuk
memakai istilah "peraturan" untuk kedua upacara gereja itu. Sebuah
peraturan gereja dapat dibatasi sebagai suatu upacara lahiriah yang
ditetapkan oleh Kristus untuk dilaksanakan di dalam gereja sebagai
suatu tanda yang kelihatan mengenai kebenaran iman Kristen yang
menyelamatkan. Baptisan atau Perjamuan Kudus tidak memberikan kasih
karunia khusus, meskipun kita memang bertumbuh dalam kasih karunia
Tuhan Yesus ketika kita menaati perintah Kristus dan mengingat Kristus
serta pengorbanan-Nya untuk kepentingan kita. Namun, pertumbuhan ini
tidak terjadi melalui peraturan gereja itu sendiri. Sekarang kita akan
membahas kedua peraturan gereja tersebut.
BAPTISAN
Mulai dari khotbah Yohanes Pembaptis dan sepanjang bagian-bagian yang
berhubungan dengan sejarah dan doktrin dalam Perjanjian Baru, seorang
pembaca Alkitab secara terus-menerus dihadapkan pada baptisan.
Baptisan dapat dilihat dari berbagai segi.
PENETAPANNYA
Menjelang kenaikan-Nya Yesus memberi amanat berikut kepada murid-
murid-Nya, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu"
(Matius 28:19, 20; band. Markus 16:15, 16). Amanat inilah yang ditaati
oleh para rasul setelah kedatangan Roh Kudus (Kisah 2:41; 8:12, 38;
9:18; 10:48; 16:15, 33; 18:8). Tantangan yang diucapkan oleh Petrus
kepada sidang pendengarnya berbunyi, "Bertobatlah dan hendaklah kamu
masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosamu" (Kisah 2:38). Kelihatannya bahwa pada waktu para
rasul memberitakan Injil dan orang-orang menanggapi khotbah mereka,
maka mereka langsung dibaptis. Jadi, pertobatan, iman, dan baptisan
berkaitan erat sekali. Sekalipun demikian, jelaslah bahwa baptisan
tidak berperan apa-apa dalam penyelamatan seseorang; sebaliknya,
baptisan terjadi segera sesudah seseorang diselamatkan. Kornelius
dibaptis setelah ia menerima Roh Kudus (Kisah 10:44-48). Bruce
mengatakan, "Pikiran bahwa orang Kristen bisa tidak dibaptis
sama sekali tidak terpikir dalam Perjanjian Baru.
Baptisan Perjanjian Baru berbeda dengan baptisan Yohanes Pembaptis
(Kisah 10:37; 13:24, 18:25; 19:3). Baptisan Yohanes Pembaptis
merupakan baptisan pertobatan sebagai persiapan untuk memasuki
Kerajaan Allah yang telah dinubuatkan oleh para nabi (Maleakhi 3:1;
4:5, 6; Matius 3:1-12; Markus 1:2-8; Lukas 3:2-17; Yohanes 1: 19-36).
Baptisan Perjanjian Baru lebih dikaitkan dengan penyatuan orang
percaya dengan Kristus.
ARTINYA
Peraturan baptisan melambangkan penyatuan orang percaya dengan Kristus
dalam kematian, penguburan, dan kebangkitan-Nya (Roma 6:3, 4; Kolose
2:12; 1 Petrus 3:21). Dalam baptisan orang percaya itu mengakui bahwa
ia berada di dalam Kristus ketika Kristus dihukum mati karena dosa
umat manusia, bahwa ia dikuburkan bersama-sama dengan Kristus, dan
bahwa ia ikut bangkit kepada hidup baru di dalam Kristus. Baptisan
melambangkan bahwa orang percaya disamakan dengan Kristus, karena
orang percaya dibaptiskan dalam (atau "ke dalam") nama Tuhan Yesus
(Kisah 2:38; 8:16). Hal ini dilakukan pada saat seseorang yang
bertobat berseru kepada nama Tuhan (Kisah 22:16). Baptisan merupakan
pengakuan yang terang-terangan di depan umum bahwa Kristus adalah
Tuhan (Roma 10:9, 10). Akan tetapi, sebelum dibaptis dengan air
seseorang harus mendapatkan ajaran (Matius 28:19), bertobat (Kisah
2:38), dan memiliki iman (Kisah 2:41; 8:12; 18:8; Galatia 3:26, 27),
karena Baptisan air tidak mengakibatkan penyatuan orang percaya itu
dengan Kristus, tetapi mensyaratkan dan melambangkannya.
Bila membaca beberapa bagian Alkitab dengan sepintas lalu, seakan-akan
ayat-ayat itu mengajarkan bahwa baptisan dapat menyelamatkan. Empat
ayat utama semacam itu ialah, "Siapa yang percaya dan dibaptis akan
diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum" (Markus
16:16); "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu
dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu
akan menerima karunia Roh Kudus" (Kisah 2:38); "Bangunlah, berilah
dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama
Tuhan" (Kisah 22:16); dan "Juga kamu sekarang diselamatkan oleh
kiasannya, yaitu baptisan" (1 Petrus 3:21). Tetapi dalam semua hal
ini, iman harus ada terlebih dulu. Urutannya menurut Alkitab ialah
pertobatan, kepercayaan, baptisan. Pernyataan Yohanes Pembaptis, "Aku
membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan" (Matius 3:11)
memiliki susunan kalimat Yunani yang sama dengan pernyataan Petrus,
"... memberi dirimu dibaptis ... untuk pengampunan dosamu" (Kisah
2:38). Pastilah, Yohanes menganggap bahwa pertobatan terjadi lebih
dahulu; dan demikian juga, pengampunan terjadi lebih dahulu sebelum
baptisan. Alkitab sangat jelas bahwa penyucian dari dosa bukanlah
hasil baptisan (Kisah 15:9; 1 Yohanes 1:9), tetapi bahwa tindakan
baptisan itu berkaitan erat sekali dengan tindakan iman sehingga
sering kali keduanya diungkapkan sebagai satu tindakan. Saucy
mengatakan,
Berkat-berkat Injil diterima oleh iman. Sekalipun demikian, ketika
iman yang menyelamatkan tersebut dilanjutkan secara objektif melalui
baptisan, maka Tuhan memakai tindakan tersebut untuk memperkuat
kenyataan keselamatan yang telah diterima oleh iman sebelumnya. Iman
seseorang dikuatkan pada saat itu diungkapkan secara terang-terangan,
dan tindakan-tindakan penyelamatan itu dimeteraikan dan disahkan secara
lebih mendalam lagi di dalam hati orang percaya itu.
Baptisan bukan saja melambangkan penyatuan orang yang bertobat dengan
Kristus, baptisan juga merupakan sarana lahiriah untuk menyatakan
bahwa orang yang bertobat itu sudah diterima menjadi anggota jemaat
lokal. Pada waktu ia menjadi anggota tubuh Kristus, ia juga harus
menghubungkan diri dengan jemaat lokal. Bila seseorang menanggapi
panggilan keselamatan, maka sama seperti yang dilakukan oleh orang-
orang percaya di Perjanjian Baru, ia harus dibaptis dan secara resmi
menjadi anggota masyarakat Kristen (Kisah 2:41).
CARANYA
Dewasa ini terdapat tiga cara untuk membaptis orang: dipercik,
dituangkan, dan diselamkan. Di dalam ketiga bentuk baptisan ini masih
terdapat berbagai variasi, misalnya cara percik/tuang/selam sebanyak
tiga kali dan pembaptisan ke belakang atau ke depan. Pada umumnya
orang setuju bahwa istilah "dibaptis" berarti "dicelupkan", sehingga
baptisan dengan cara diselamkan paling cocok dengan makna istilah itu.
Selanjutnya, sejarah gereja mendukung baptisan dengan cara diselamkan.
Memercik dan menuangkan air baru dipakai karena ada kekurangan air
atau sebagai penyesuaian terhadap orang-orang yang sakit, dan sudah
lanjut usia. Arti baptisan sebagai lambang penyatuan dengan kematian,
penguburan, dan kebangkitan Kristus paling baik digambarkan dengan
cara selam. Juga, kejadian turun ke dalam air untuk kemudian keluar
kembali ketika sida-sida dari Etiopia dibaptis oleh Filipus nampaknya
menyiratkan pembaptisan secara selam (Kisah 8:38-39; lihat juga Markus
1:10; Yohanes 3:23). Kita harus selalu berhati-hati untuk tidak
menjadikan cara pembaptisan itu lebih penting daripada kebenaran yang
dilambangkannya; sehingga sekalipun cara pembaptisan selam
menggambarkan penyatuan kita dengan Kristus secara paling baik,
beberapa pertimbangan lahiriah mungkin membuat cara-cara baptisan yang
lain itu perlu.
ORANG-ORANG YANG DIBAPTIS
Baptisan diperuntukkan bagi orang-orang yang secara pribadi dan
sukarela bersedia menanggapi panggilan keselamatan. Dalam Perjanjian
Baru, calon baptisan adalah orang yang akan diajar (Matius 18:20),
yang telah menerima Firman Allah (Kisah 2:41), dan yang telah menerima
Roh Kudus (Kisah 10:47). Beberapa orang dibaptis bersama-sama dengan
seisi rumahnya (Kisah 10:48; 16:15, 33; 18:8; 1 Korintus 1:16),
sehingga ada yang menafsirkan bahwa berarti bayi-bayi juga dibaptis.
Telah dianjurkan bahwa baptisan bayi semacam ini sama dengan upacara
sunat dalam Perjanjian Lama. Untuk menanggapi pendapat semacam ini,
kami mengatakan bahwa "seisi rumah" seperti dipakai di atas belum
tentu berarti bahwa bayi; dan selanjutnya, dalam kasus-kasus tersebut
maka mereka yang dibaptis itu adalah orang-orang yang sudah mendengar
pemberitaan Firman Allah (Kisah 10:44) dan percaya (Kisah 16:31, 34).
Tidak pernah Alkitab mengajarkan bahwa bayi harus dibaptis. Penyerahan
anak kepada Tuhan oleh orang tuanya merupakan cara yang lebih dapat
dipertanggung-jawabkan daripada baptisan bayi.
PERJAMUAN KUDUS
Peraturan yang kedua ini disebut dengan beberapa nama. (1) Dalam
surat 1 Korintus upacara ini disebut perjamuan Tuhan (11:20). (2) Ini
juga disebut "memecahkan roti" (Kisah 2:42), sebuah istilah umum yang
dipakai untuk hal makan bersama. (3) Perjamuan Kudus juga disebut
"komuni" (artinya: persekutuan) yang merupakan terjemahan dari istilah
Yunani koinonia dalam 1 Korintus 10:16, "Bukankah cawan pengucapan
syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan
darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah
persekutuan dengan tubuh Kristus?" Dan akhimya (4), Perjamuan Kudus
disebut juga "Ekaristi" yang merupakan istilah Yunani untuk pengucapan
syukur, yang diambil dari,perbuatan mengucap syukur sebelum memakan
roti dan meminum anggur. Makan bersama yang dilakukan sebelum
Perjamuan Kudus disebut perjamuan agape atau perjamuan kasih (Yudas
12).
PENETAPANNYA
Paulus menulis, "Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku
terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia
diserahkan, mengambil roti" (1 Korintus 11:23), untuk kemudian
dilanjutkannya dengan suatu penjelasan terinci tentang Perjamuan
Kudus. Kisah tentang sejarah penetapan Perjamuan Kudus dapat ditemukan
dalam ketiga Injil sinoptik (Matius 26:2628; Markus 14:22-24; dan
Lukas 22:17-20). Sekalipun kita tidak memperoleh keterangan banyak
tentang pelaksanaan Perjamuan Kudus sebagaimana halnya baptisan,
upacara ini selalu dilaksanakan dalam gereja mula-mula. Upacara ini
merupakan bagian yang penting dari gereja di Yerusalem yang masih
sangat muda ketika itu. Jelas bahwa Perjamuan Kudus dihubungkan dengan
tiga kegiatan gerejani lainnya: pengajaran doktrin, persekutuan, dan
doa (Kisah 2:42). Dalam ayat ini setiap kegiatan itu disertai kata
sandang tertentu yang berarti bahwa setiap kegiatan itu merupakan
bagian khusus dan integral dari kebaktian, umum gereja. Paulus menulis
bahwa apa yang diberitakannya kepada jemaat di Korintus telah
diterimanya dari Tuhan sendiri (1 Korintus 11:23). Ini berarti bahwa
ketika mendirikan gereja di Korintus ia langsung memerkenalkan Perjamuan Kudus kepada mereka. Dalam surat 1 Korintus ini Rasul Paulus sekadar mengingatkan mereka akan ajaran-ajaran kebaktian Perjamuan Kudus yang telah diajarkan kepada mereka ketika gereja tersebut didirikan. Dari masukan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa Paulus menetapkan upacara Perjamuan Kudus dalam semua jemaat lokal yang didirikannya, sesuatu yang pasti dilakukan oleh rasul-rasul lainnya juga.
ARTI
Perjamuan Kudus merupakan peringatan akan Kristus. Yesus
mengatakan, " . . . Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku" (1
Korintus 11:24). Maksud peringatan dalam ayat ini bukan sekadar
peringatan akan kematian seorang syahid, tetapi peringatan akan
Kristus sebagai Oknum yang hidup. Pentinglah bahwa orang-orang percaya
abad pertama berkumpul pada hari pertama setiap minggu, yaitu hari
kebangkitan, untuk memecahkan roti bersama (Kisah 20:7). Yesus harus
diperingati sebagai Oknum yang hidup senantiasa dan yang senantiasa
hadir di antara umat-Nya (Matius 28:20).
Perjamuan Kudus adalah tanda perjanjian baru. Tanda perjanjian baru
tersebut adalah cawan. Cawan melambangkan darah yang dicurahkan oleh
Tuhan kita untuk mengesahkan perjanjian baru itu. Yesus mengatakan,
"Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi
kamu" (Lukas 22:20; band. 1 Korintus 11:25). Injil Matius
mengungkapkannya sebagai berikut, "Sebab inilah darah-Ku, darah
perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa"
(Matius 26:28). Perjanjian baru ini dengan demikian menyediakan
pengampunan dosa bagi orang percaya (Ibrani 10:16-18). Perjanjian
baru ini lebih baik daripada perjanjian dengan Musa (11 Korintus 3:6-
18; Ibrani 7:22; 12:24). Jadi, dengan makan dan minum unsur-unsur
Perjamuan Kudus kita diingatkan kembali akan pengampunan sempurna yang
disediakan Kristus bagi kita.
Perjamuan Kudus mengumumkan kematian Kristus. Paulus menulis,
"Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu
memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang" (1 Korintus 11:26). Pada
saat orang-orang percaya berkumpul sebagai peringatan akan Kristus,
mereka secara aktif mengumumkan kematian Kristus kepada dunia. Baik
fakta kematian Kristus maupun maknanya diumumkan oleh anggota-anggota
tubuh-Nya pads saat Perjamuan Kudus.
Perjamuan Kudus adalah nubuat mengenai kedatangan Kristus yang
kedua kalinya. Upacara ini harus dilaksanakan sampai Kristus datang
kembali (1 Korintus 11:26). Upacara ini bukan saja melihat ke belakang
kepada kematian-Nya, tetapi juga ke depan kepada kedatangan-Nya
kembali untuk menjemput umat-Nya. Pada perjamuan terakhir itu Yesus
mengatakan kepada murid-murid-Nya, "... Mulai dari sekarang Aku tidak
akan minum lagi basil pokok anggur ini sampai pada hari Aku
meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan
Bapa-Ku" (Matius 26:29). Hendriksen mengatakan tentang pernyataan Tuhan
Yesus ini, "Karena itu, kita melihat bahwa Perjamuan Kudus tidak
sekadar menunjuk ke belakang kepada apa yang telah dilakukan Yesus
Kristus bagi kita, tetapi juga ke depan kepada apa yang masih akan
dilakukan-Nya bagi kita sekalian." Makan dan minum Perjamuan Kudus
bersama-sama mengingatkan orang percaya akan perjumpaan kembali yang
penuh sukacita serta kebahagiaan yang tak henti-hentinya yang menanti
kita semua ketika bertemu dengan Tuhan.
Perjamuan Kudus adalah persekutuan dengan Kristus dan dengan umat-
Nya. Ini merupakan saat-saat pribadi ketika orang-orang yang telah
ditebus berkumpul sekeliling Yesus Kristus untuk bersekutu. Meja
perjamuan ini mengingatkan orang-orang yang berbakti akan semua
persediaan yang telah disediakan oleh Kristus bagi anak-anak-Nya. Kita
duduk pada perjamuan Tuhan, bukannya pada perjamuan roh-roh jahat (1
Korintus 10:21). Kristus adalah penjamu yang tidak kelihatan pada
perjamuan itu. Selanjutnya, orang percaya diingatkan akan kerendahan
hati Kristus dan tanggung jawab kita untuk saling melayani. Pada
Perjamuan Tuhan inilah Yesus membasuh kaki para murid, suatu perbuatan
yang menunjukkan kerendahan hati, kesetiaan, dan kasih. Yesus berkata,
"Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu,
maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu, sebab Aku telah memberikan
suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang
telah Kuperbuat kepadamu" (Yohanes 13:14, 15).
Apabila Kristus hadir di tengah-tengah persekutuan orang-orang percaya
pada kebaktian Perjamuan Kudus, apakah sifat kehadiran-Nya itu?
Beberapa pandangan telah diajukan. Gereja Katolik Roma mengajarkan
bahwa tubuh dan darah Kristus yang sesungguhnya ada di dalam roti dan
anggur itu. Ketika unsur-unsur itu didoakan, maka unsur-unsur tersebut
benar-benar menjadi tubuh dan darah Kristus. Tafsiran ini, yang
disebut "transubstansiasi", harus ditolak berdasarkan beberapa
pertimbangan. (1) Kristus hadir ketika Ia mengatakan bahwa unsur-unsur
itu adalah tubuh-Nya dan darahNya. Jelaslah, Ia sedang memakai kata-
kata kiasan. (2) Kata-kata "Inilah tubuh-Ku" (1 Korintus 11:24)
bersifat kiasan, artinya "ini mewakili tubuh-Ku." (3) Yesus sendiri
berkata bahwa memakan tubuh-Nya dan meminum darah-Nya itu berarti
datang kepada-Nya dan percaya (Yohanes 6:35; band. ayat 53-58). Ide
untuk benar-benar makan daging manusia dan minum darah manusia akan
merupakan sesuatu yang menjijikkan bagi pikiran orang Yahudi. Tentu
saja, orang-orang Yahudi pada masa hidup Yesus akan memberi reaksi
yang hebat sekali terhadap pikiran seperti itu. Meminum darah adalah
perbuatan yang dilarang keras (Kejadian 9:4; Imamat 3:17; Kisah
15:29). Dan (5) upacara Paskah sendiri merupakan perayaan simbolis
yang memperingati kelepasan Israel dari perhambaan di Mesir (Keluaran
12). Karena unsur-unsur Perjamuan Kudus telah diambil dari Perjamuan
Paskah maka simbolisme unsur-unsur dalam kebaktian Perjamuan Kudus itu
akan sesuai dengan simbolisme yang dipakai dalam Perjamuan Paskah.
Suatu pandangan lain mengenai kehadiran Kristus disebut sebagai
"konsubstansiasi". Menurut pandangan ini, yang merupakan pendapat
gereja Lutheran, maka orang yang mengambil bagian dalam Perjamuan
Kudus, akan makan dan minum tubuh dan darah Kristus yang sesungguhnya
di dalam, bersama-sama dan di bawah unsur roti dan anggur itu. Unsur-
unsur itu sendiri tetap tidak berubah, tetapi hal memakan dan
meminumnya setelah doa pengucapan syukur itu menyampaikan Kristus
kepada orang yang makan, bersama-sama dengan unsur-unsur itu. Hal ini
dianggap sebagai benar-benar makan dan minum dari Kristus. Akan
tetapi, pandangan ini juga mempunyai masalah-masalah yang sama seperti
ajaran transubstansiasi. Yesus menetapkan prinsip yang benar, "Rohlah
yang memberi hidup, daging samasekali tidak berguna. Perkataan-
perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup" (Yohanes
6:63).
Orang lain, yang berusaha untuk menghindari makna sakramental dan
mistik dari kehadiran Kristus di dalam unsur-unsur Perjamuan Kudus,
telah menganggap bahwa Perjamuan Kudus itu tidak lebih daripada
upacara yang memperingati kematian Kristus. Walaupun Kristus hadir
secara rohani, perbuatan makan dan minum unsur-unsur itu menandakan
iman para peserta kepada-Nya dan kepada karya penebusan-Nya. Pandangan
ini menolak kehadiran jasmani Kristus di dalam unsur-unsur itu.
Pandangan aliran Calvinis adalah di antara konsubstansiasi dan
peringatan. Entah bagaimana, kehadiran dinamis Kristus di dalam unsur-
unsur Perjamuan Kudus diberlakukan di dalam diri orang percaya pada
waktu ia makan dan minum unsur-unsur itu. Menurut Paulus, cawan itu
adalah "persekutuan dengan darah Kristus" dan roti adalah "persekutuan
dengan tubuh Kristus" (1 Korintus 10:16). Unsur-unsur itu melambangkan
kehadiran-Nya. Saucy menulis, "Oleh karena itu, mengambil bagian dalam
kehadiran-Nya bukanlah makan dan minum secara jasmani, melainkan
suatu hubungan batiniah yang erat dengan diri Kristus yang memakai
perbuatan yang lahiriah untuk mengungkapkan iman rohani di dalam
basin." Kehadiran-Nya di dalam Perjamuan Kudus sama saja dengan
kehadiran-Nya di dalam Firman Allah. Mungkin sebaiknya upacara
Perjamuan Kudus itu terutama kita pandang sebagai suatu peringatan,
sementara pada saat yang sama kita mengakui kehadiran Kristus di
tengah-tengah kita ketika kita makan dan minum unsur-unsur yang
melambangkan tubuh dan darah-Nya. Sudah tentu, perbuatan menerima
unsur-unsur itu dapat melambangkan hal menerima Kristus secara rohani
dan hubungan yang erat dengan Dia.
ORANG-ORANG YANG MENGAMBIL BAGIAN
Syarat-syarat untuk mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus adalah
kelahiran kembali dan hidup taat kepada Kristus. Bahwa kelahiran
kembali merupakan suatu syarat sudahlah jelas dari kenyataan bahwa
Tuhan memberi peraturan ini kepada para murid-Nya (Matius 26:26-28),
para murid melakukannya di antara kalangan mereka sendiri (Kisah 2:42,
46; 20:7; 1 Korintus 11:18-22), dan tiap peserta diminta untuk
menyelidiki dirinya sendiri untuk mengetahui apakah ia layak atau
tidak layak mengambil bagian dari unsur-unsur Perjamuan Kudus (1
Korintus 11:27-29). Bahwa hidup taat kepada Kristus merupakan suatu
syarat sudahlah jelas dari kenyataan bahwa orang-orang yang jatuh ke
dalam dosa harus dikucilkan dari gereja (1 Korintus 5:11-13; 2
Tesalonika 3:6, 11-15), sama seperti mereka yang mengajarkan ajaran
sesat (Titus 3:10; 2 Yohanes 10 dan 11) serta menimbulkan perpecahan
dan pertikaian (Roma 16:17). Sepanjang pengetahuan kami, baptisan air
mendahului hal mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus di dalam
kehidupan gereja yang mula-mula, tetapi tidak ada perintah mengenai
hal itu, juga tidak ada bukti bahwa orang percaya dilarang mengambil
bagian dalam Perjamuan Kudus sebelum mereka dibaptis. Juga tidak ada
bukti bahwa menjadi anggota gereja setempat merupakan suatu syarat
untuk mengambil bagian. Upacara ini adalah "perjamuan Tuhan" bukan
perjamuan gereja. Hal ini jelas dari kenyataan bahwa masing-masing
orang diminta untuk memeriksa diri sendiri mengenai kelayakannya untuk
datang ke perjamuan itu; jemaat tidak diberi wewenang untuk menghakimi
orang-orang percaya, kecuali dalam kasus perilaku yang melanggar
peraturan, ajaran sesat, atau ikut serta dalam perbuatan-perbuatan
yang menyimpang dari ajaran Alkitab.
|