Nama Kursus : Dasar Pengajaran Alkitab
Nama Pelajaran : Kedatangan Kembali Tuhan, Kebangkitan Orang Mati,
Penghakiman dan Kehidupan yang Kekal
Kode Pelajaran : DPA-R06b
Referensi DPA-R06b diambil dari:
Judul Buku : Tafsiran Kitab Wahyu dari Bahasa Yunani
Penulis : Dave Hagelberg
Penerbit : Yayasan Andi, Yogyakarta, 1997
Halaman : 367 - 379
REFERENSI PELAJARAN 06b - KEDATANGAN KEMBALI TUHAN,
KEBANGKITAN ORANG MATI, PENGHAKIMAN DAN KEHIDUPAN YANG KEKAL
PENGHAKIMAN DI TAKHTA PUTIH (20:11-15)
Sesudah pemberontakan yang paling akhir, terjadi penghakiman yang
terakhir. Pada saat itu langit dan bumi yang lama berakhir. Tampak
suatu "takhta putih yang besar", dan lenyaplah bumi dan surga. Zaman
Kerajaan Seribu Tahun diakhiri: Penghukuman yang dikisahkan di sini
khusus untuk orang yang tidak pernah percaya pada Tuhan Yesus. Mereka,
berdasarkan perbuatan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api itu.
Mereka dihakimi dan dihukum sesuai dengan perbuatan mereka.
20:11 Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang
duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya bumi dan langit melarikan diri
dan tidak ditemukan lagi tempatnya.
Dalam pasal 4:2 takhta Allah merupakan yang paling menarik perhatian
Yohanes. Lebih-lebih dalam pasal 20:11 saat bumi dan langit sudah
melarikan diri, sesuai dengan apa yang dinubuatkan dalam Yesaya 51:6
dan 2 Petrus 3:11-13.2
Identitas Dia yang duduk di atas takhta putih yang besar tidak
diuraikan. Dalam Wahyu pasal 4-5 Allah Bapa duduk di atas takhta-Nya,
tetapi dalam pasal 3:21 kita membaca bahwa Tuhan Yesus ikut duduk di
utas takhta Bapa-Nya! Dalam Yohanes 5:22, 30; 8:16; :12:47-50 ada
kesan bahwa baik Allah Bapa maupun Tuhan Yesus adalah Hakim.
Sebenarnya tidak dikatakan apakah takhta putih yang besar tersebut
adalah satu dengan takhta Tuhan Yesus; yang Dia janjikan kepada
barangsiapa yang menang dalam pasal 3:21. Kalau sama, berarti orang
percaya yang menang akan ikut menghakimi mereka yang tidak percaya.
Dalam 1 Korintus 6:3, Rasul Paulus berkata, "Tidak tahukah kamu, bahwa
kita akan menghakimi malaikat-malaikat?"
20:12 Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecii, berdiri di
depan, takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah
kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi
menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam
kitab-kitab itu.
Dalam pasal 20:5 dikatakan bahwa "orang-orang mati yang lain tidak
bangkit sebelum berakhir masa seribu tahun itu". Di sini mereka sudah
dibangkitkan untuk dihakimi. Mereka yang disebut orang-orang mati,
besar dan kecil bukan mereka yang bangkit atau pun mereka yang
"diangkat" sebelum Masa Kesengsaraan (1 Tesalonika 4:46-17). Mereka
bukan orang-orang yang mati syahid karena tidak mau menyembah Anti-
Kristus. Kebangkitan mereka sudah diceritakan dalam pasal 20:4.
Mereka; yang disebut orang-orang mati adalah mereka yang tidak percaya
pada Kristus. Mereka yang disebut mati dalam ayat ini adalah mereka
yang tidak percaya pada Kristus, sedangkan mereka yang dibangkitkan
dalam pasal 20:4 dikatakan "hidup kembali". Mereka yang dibangkitkan
pada kebangkitan yang pertama (pasal 20:4) masuk daiam kemuliaan yang
kekal, sedangkan mereka yang dibangkitkan pada kebangkitan yang kedua
(pasal 20:12) tetap disebut orang-orang mati, karena mereka masuk
dalam hukuman kekal.
Kalau demikian, apakah orang percaya tidak mengalami penghakiman?
Dalam Injil Yohanea pasal 5:24 Tuhan Yesus menjawab: "Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya
kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak
turut dihukum, sebab ia sudah-pindah dari dalam maut ke daiam hidup."
Memang ada penghakiman untuk orang percaya, tetapi penghakiman itu
bukan untuk menentukan siapa yang boleh masuk surga, melainkan untuk
menilai perbuatan setiap orang, untuk menentukan pahala dan mahkota
yang akan dibagi, seperti apa yang diuraikan dalam 1 Korintus 3:12-15;
9:25-27; 2 Timotius 4:8 Ibrani 11:35; Yakobus 1:12; Wahyu 2:10, 26-
28; dan 3:21.
Mereka, yang disebut sebagai orang-orang mati, tidak dihakimi dengan
sembarangan, tetapi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada
tertulis di daiam kitab-kitab itu. Rupanya di dalam semuca kitab itu,
perbuatan mereka ditulis, dan mereka dihakimi menurut catatan yang ada
tentang perbuatan mereka. Selain kitab itu, ada satu lagi, yaitu kitab
kehidupan, yang sudah disebutkan dalam pasal 3:5.
Orang yang tidak menerima pengampunan melalui pengorbanan Anak Domba
Allah akan dihakimi nsenurut perbuatan mereka. Firman Allah sangat
jelas mengenai hal ini. Lihatlah Mazmur 62:12; Yeremia 17:10; Roma
2:6; dan 1 Petrus 1:17.2 20:13 Maka laut menyerahkan orang-orang mati
yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut-maut menyerahkan
orang- orang mati yang ada di dalamnya, dan, mereka dihakimi masing-
masing menurut perbuatannya.
Supaya penghakiman yang disebutkan di atas dapat terjadi, laut dan
maut dan kerajaan maut harus menyerahkan orang-orang mati yang ada di
dalamnya. Penafsir yang cenderung mencela Firman Tuhan berkata bahwa
ada kontradikei antara ayat 11, saat bumi sudah tidak ada lagi, dan
ayat 13, saat laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya.
Tetapi sikap yang demikian malah menunjukkan bahwa orang yang
bersangkutan tidak begitu memahami ciri sastra apokaliptik, yang
memang agak lebih bebas daripada peraturan logika dan waktu.
Yohanes mengulangi dan menegaskan bahwa mereka dihakimi, masing-
masing menurut perbuatannya, dan Tuhan Allah tidak akan mengampuni
seorang pun tanpa dasar pengorbanan Tuhan Yesus, Anak Domba Allah.
Bagaimana pun juga, dasar pengampunan tersebut tidak berlaku bagi
mereka, karena mereka tidak percaya kepada Yesus Kristus.
20:14 Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan
api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.
Mungkin apa yang dikatakan dalam pasal 20:13 hanya diulangi di sini.
Kalau begitu, maka Yohanes memakai suatu kiasan yang berarti bahwa
maut, yaitu mereka yang dipegang oleh kuasa maut, diserahkan ke dalam
lautan api itu.
Tetapi tampaknya sesuatu yang lebih dalam terkandung dalam ayat ini.
Maut dan kerajaan maut merupakan kuasa yang terakhir yang harus
dikalahkan oleh Tuhan Yesus. Apa yang diuraikan secara logis dalam 1
Korintus 15:24-28 dan 15:54-55 dikisahkan melalui sastra apokaliptik
dalam Wahyu 21:13-14.
Kematian yang kedua disebutkan dalam pasal 2:11; 20:6, 14; dan 21:8.
20:15. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam
kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.
Ayat ini merupakan ringkasan mengenai penghakiman takhta putih. Dalam
ayat ini ditegaskan bahwa satu-satunya syarat untuk bisa lepas dari
lautan api, yakni nama kita harus tertulis di dalam kitab kehidupan
itu. Orang yang tidak mempunyai kewarganegaraan dalam Kerajaan Allah
harus dilemparkan ke dalam lautan api itu. Tidak ada tempat lain.
LANGIT YANG BARU DAN BUMI YANG BARU (21:1-22:5)
Penglihatan yang terakhir ini terjadi sesudah Penghukuman Takhta
Putih, dan juga sesudah Kerajaan Seribu Tahun. Bumi dan langit yang
lama sudah tidak ada lagi: Peralihan ini, antara Kerajaan Seribu Tahun
dan kerajaan yang kekal (dengan "langit yang baru dan bumi yang baru")
juga diceritakan dalam 1 Korintus 15:24, yang berbunyi, "Kemudian tiba
kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah
Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan, dan
kekuatan." Dalam penglihatan ini Yerusalem yang baru dinyatakan
sebagai pusat dari ciptaan baru.
Pendahuluan pada Yerusalem Baru (21:1-8)
21:1 Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab
langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun
tidak ada lagi.
Dalam Yesaya 65:17 nabi berkata, "Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan
langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan
diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati." Apa yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya juga diceritakan oleh rasul Yohanes.
Yohanes melihat bahwa laut pun tidak ada lagi. Para penafsir mengemukakan beberapa alasan untuk menjelaskan hal ini. Mungkin hal ini karena zaman itu mereka takut terhadap laut, tetapi Mounce merasa bahwa alasan yang lebih tepat adalah karena di dalam Firman Allah laut sering mengacu pada "orang-orang fasik", seperti dalam Yesaya 57:20 dan Wahyu pasal 13:1 dan 13:6-7.
21:2 Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
Apa yang disebutkan secara sepintas dalam ayat ini akan diuraikan
lebih lanjut dalam pasal 21:9-22:5. Antara seluruh langit baru dan
surga baru yang dilihat Yohanes, yang menonjol adalah Yerusalem yang
baru. Inilah kota yang kedua dan wanita yang kedua. Pemakaian kata
kudus dan baru mengingatkan kita bahwa Kota Babel najis dan lama.
Sepertinya mustahil, sebuah kota turun dari surga, dari Allah! Kalau
dianggap mustahil, bukankah menciptakan "langit baru dan bumi baru"
lebih mustahil lagi? Kota itu turun dari surga, dari Allah sehingga
kita tidak ditugaskan untuk membangun Yerusalem itu.
Beasley-Murray menulis, "Bagi Yohanes, ciptaan baru menjadi penting
karena di situlah Kota Allah. Demikian juga kota itu sangat berarti,
karena di situlah terjadi persekutuan yang kudus antara Allah dan
ciptaan-Nya." Menurut Ibrani 12:22-23 saat ini Allah dan "roh-roh
orang-orang benar yang telah menjadi sempurna" berada di Yerusalem
surgawi.
Dalam nas ini kita melihat bahwa tempat persekutuan itu akan turun ke
bumi.
Kota itu berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk
suaminya, seperti apa yang dikatakan dalam Yesaya 54:5, "Sebab yang
menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam
nama-Nya." Bandingkanlah juga Galatia 4:26.
Adanya kota yang mulia itu mengingatkan para pembaca bahwa Tuhan Allah
akan memerintah atas bangsa-bangsa, dan mereka akan tunduk kepada-Nya.
Istilah bagaikan mengingatkan kita bahwa pengantin perempuan adalah
kiasan, sama seperti pasal 17:18 menjelaskan bahwa Pelacur Besar itu
adalah kiasan untuk Kota Babel.
21:3 Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari surgai itu berkata:
"Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam
bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan
menjadi Allah mereka.
Inilah yang paling pokok. Kalimat yang diucapkan dari surga itu
merangkum tujuan Kitab Wahyu, dan tujuan dari sejarah manusia, yaitu
pahala yang dirindukan oleh setiap orang yang mengasihi Tuhan Allah:
Ia. akan diam bersama-sama dengan mereka.
Dalam seruan ini genaplah janji Firman Allah kepada-barang siapa yang
menang. Imamat 26:11-12 berkata,--"Aku akan menempatkan Kemah Suci-Ku
di tengah-tengahmu dan hati-Ku tidak akan muak melihat kamu. Tetapi
Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan
kamu akan menjadi umat-Ku," Yeremia 31:33 berkata, "...Aku akan
menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati
mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi
umat-Ku." Yehezkiel 37:27 berkata, "Tempat kediaman-Ku pun akan ada
pada mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi
umat-Ku." Zakharia 8:8 berkata, "dan Aku akan membawa mereka pulang,
supaya mereka diam di tengah-tengah Yerusalem. Maka mereka akan
menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka dalam kesetiaan dan
kebenaran."
Pada waktu umat Israel berada di padang gurun, kemah Allah ada di
tengah-tengah mereka, sebagai pernyataan hadirat Allah. Injil Yohanes
pasal 1:14 bila diterjemahkan secara harfiah berbunyi, "Firman itu
telah menjadi manusia, dan berkemah di antara kita, dan kita telah
melihat kemuliaan-Nya."
21:4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka; dan maut
tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap
tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah
berlalu."
Yesaya 25:8 berkata, "Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan
Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari pada segala muka...."
Dalam pasal 7:17 kita membaca bahwa "Allah akan menghapus segala air
mata dari mata" mereka yang mati syahid pada Masa Kesengsaraan.
Rupanya peristiwa ini lain, karena ini terjadi setelah Kerajaan Seribu
Tahun. Siapa yang menangis pada masa Kerajaan Seribu Tahun? Mungkinkah
mereka, yang percaya pada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, tetapi
tidak menang, sehingga tidak dapat menikmati pahala-pahala yang
dijanjikan dan diceritakan dalam Kitab Wahyu? Rasul Paulus menyebutkan
keadaan orang itu dalam 1 Korintus 3:15.
Apa yang dikatakan dalam pasal 20:14 dikembangkan dalam ayat ini,
sehingga segala kesusahan, seperti air mata, maut, perkabungan, ratap
tangis, atau dukacita, ikut ditiadakan. Bandingkanlah Yesaya 35:10;
51:11; 1 Korintus 15:24 dan 54. Yang akan menghapus segala air mata
adalah Allah sendiri!
21:5 Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: "Lihatlah, Aku
menjadikan segala sesuatu baru!" Dan Firman-Nya: "Tuliskanlah, karena
segala perkataan ini adalah setia dan benar.
Rupanya dalam ayat ini Allah Bapa yang berbicara, padahal dalam Kitab
Wahyu Dia jarang berbicara, kecuali berkata Aku di dalam pasal 1:8;
11:3;-18:4; dan 21:5-7.
Apa yang sudah terjadi dalam pribadi setiap orang yang percaya pada
Tuhan Yesus, yaitu apa yang diuraikan dalam 1 Korintus 5:17 ("Jadi
siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama
sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang"), juga akan
terjadi-pada seluruh ciptaan Allah, sesuai dengan Roma 8:21, yang
berbunyi "...makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari
perbudakan kebinasaan dan masuk, ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-
anak Allah".
Sangatlah penting untuk meyakini kebenaran tersebut, supaya Firman ini
diterima sebagai perkataan yang setia dan benar. Hanya dengan
keyakinan itu orang dapat memperjuangkan pahala yang diceritakan dalam
Kitab Wahyu.
21:6 Firman-Nya lagi kepadaku: "Aku menjadi Alfa dan Omega, Yang
Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-
cuma dari mata air kehidupan.
Pada saat itu, saat rencana Allah sudah digenapi, Dia sudah menjadi
Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir.
Begitulah Injil yang diuraikan dalam Firman Tuhan: dengan cuma-cuma
kita menerima kewarganegaraan dalam Kerajaan Allah, tanpa kita
memperjuangkan apa-apa.
Dalam Yesaya 55:1 ada suatu ajakan yang indah, "Ayo, hai semua orang
yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak
mempunyai uang, marilah!" Dalam Yeremia 2:13 Tuhan Allah menyebut
diri-Nya sebagai "sumber air yang hidup". Demikian juga. dalam Yohanes
4: 10 dan 4:14. Tema kehausan akan Allah ada dalam Mazmur 42:2-3;
36:9; dan 63:2.
Dalam Kitab Wahyu ada dua minuman yang jauh berbeda. Ada orang-orang
yang minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan dan ada orang lain
yang minum dari cawan emas yang penuh dengan segala kekejian dan
kenajisan percabulan Pelacur Besar.
21:7 Barangsiapa menang, " akan Kuberikan kepadanya semuanya ini, dan
Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku.
Pasal 21:6 menyebutkan apa yang disediakan bagi setiap "orang yang
haus", sedangkan ayat ini menyebutkan apa yang disediakan bagi setiap
orang yang menang.
Istilah anak yang dipakai dalam ayat ini tidak menunjuk kepada anak
yang menjadi anggota keluarga karena kelahiran, tetapi menunjuk pada
anak yang sudah ditetapkan sebagai ahli waris oleh ayahnya.
Jadi dalam ayat ini Allah Bapa menegaskan bahwa setiap orang percaya,
yang memenuhi syarat ketaatan (yang diuraikan misalnya dalam pasal 2-
3) akan mewarisi warisan yang luar biasa dan dia juga akan memperoleh
hubungan yang khusus dan erat dengan Allah Bapa. Bandingkanlah
Kejadian 17:7 dan 2 Samuel 7:14.
21:8 Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya,
orang-orang keji, orang-orang pembunub; orang-orang sundal, tukang-
tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka
akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh
api dan belerang inilah kematian yang kedua."
Pada awal Kerajaan Seribu Tahun mungkin masih ada orang-orang keji,
orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir di
antara orang yang haus yang akan diberi "minum dengan cuma-cuma dari
mata air kehidupan". Mereka haus, tetapi oleh karena ikatan Iblis atau
ikatan-ikatan yang lain, mereka tidak berhasil melepaskan diri dari
kebiasaan dosa-dosa yang tersebut di atas. Jelas mereka: tidak
"menang", dan tidak memperoleh bagian dalam janji-janji barangsiapa
yang menang, tetapi akhirnya, berkat anugerah Allah, mereka dilepaskan
dari kebiasaan-kebiasaan yang menjijikkan itu sehingga pada akhir
Kerajaan Seribu Tahun tidak ada lagi perilaku seperti itu di antara
kita yang sudah ditebus. Mereka` yang hidupnya seperti itu adalah
orang yang tidak pernah percaya kepada Anak Domba Allah, dan harus
dihukum di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang.
|