Nama Kursus : TRAINING GURU SEKOLAH MINGGU (GSM)
Nama Pelajaran : Kriteria Guru Sekolah Minggu
Kode Pelajaran : GSM-R02a
Referensi GSM-R02a diambil dari:
Judul Buku : Menjadi Guru Profesional Sebuah Perspektif Kristiani
Judul Artikel : Guru Kristen
Pengarang : B. Samuel Sidjabat, M.Th., Ed.D.
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993.
Halaman : 35 - 38
GURU KRISTEN
Berbicara tentang "guru Kristen", selalu ada dua hal penting yang
patut menjadi perhatian utama kita dalam pembicaraan berikut ini.
Pertama, mengenai kedudukan guru sebagai pribadi Kristen. Bagaimana
sepatutnya ia memahami dan mengembangkan statusnya sebagai orang
Kristen? Kedua, mengenai tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.
Apakah peranannya sebagai guru dalam melaksanakan tugas keguruan?
Bagaimana ia sepatutnya mengemban tugasnya sebagai guru berdasarkan
iman Kristiani yang dianutnya?
BERTUMBUH DI DALAM KRISTUS
Perkara yang sangat penting dikembangkan oleh seorang guru Kristen
adalah pengenalan mengenai jati dirinya sendiri sebagai orang Kristen.
Kita memahami bahwa orang Kristen adalah "orang yang memberikan
dirinya secara penuh kepada Yesus Kristus" (lihat Kis 11:26). Orang
Kristen ialah orang yang percaya dan menyambut sepenuhnya kedudukan
dan peran Yesus sebagai Tuhan, Juruselamat dan Raja atas kehidupannya.
Pembukaan diri ini sebenarnya dimungkinkan oleh kuasa Allah sendiri,
sebagai pekerjaan Allah Roh Kudus yang membuat seseorang memberi
respons positif terhadap berita Injil (lihat Roma 1:16-17; 1 Kor 15:3-
5). Dengan membuka diri, Roh Kudus berkenan hadir ke dalam hidup dan
mendiami diri orang percaya. Dengan demikian, nyatalah permulaan
orientasi hidup baru, perubahan hidup, pengertian rohani baru, kuasa
dan dinamika hidup baru (Yoh 3:3,5; Roma 8:9-11; 2 Korintus 3:17-18;
5:17).
Kemudian sebagai orang Kristen, guru terpanggil untuk bertumbuh ke
arah pengenalan yang semakin mendalam dan lengkap tentang pribadi
Yesus Kristus (bandingkan dengan Kolose 2:6-7; Galatia 2:19-20).
Pengenalan tentang pribadi Yesus ini akan memungkinkan dia untuk
semakin memahami kehendak Allah. Karena Yesus sendiri adalah jalan,
kebenaran, dan hidup, membawa orang kepada pengenalan yang sejati akan
karya Allah (Yoh 1:18; 14:6). Sebab, Yesus menyatakan dengan tegas
bahwa di luar Dia, orang tidak dapat melakukan hal yang benar bagi
kemuliaan Allah (Yoh 15:4,5,16). Di samping itu, hanya melalui
persekutuan dengan Dialah, seorang guru Kristen semakin menemukan
kebenaran yang sesungguhnya. Dan kebenaran yang dinyatakan Allah
kepada setiap orang percaya menyangkut segi kognitif (intelek-
pemikiran), segi moral, etis, serta spiritual. Selanjutnya kebenaran
yang harus dikejar oleh guru Kristen adalah kebenaran realitis, yaitu
yang nyata dalam kehidupan. Kebenaran yang demikian akan berupaya
membebaskan manusia seutuhnya (bandingkan dengan Yohanes 8:31-32;
17:17).
Masalah mengikut Yesus tidak saja terbatas kepada bagaimana kita dapat
lebih memahami dan mengerti apa yang dilakukan Yesus bagi pengampunan
dosa, dan jaminan kehidupan yang akan datang harus diteladaninya dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam pelaksanaan tugas keguruan. Howard G.
Hendriks (Gangel and Hendriks, 1988), mengemukakan bahwa sedikitnya
ada enam segi kehidupan Yesus yang senantiasa mengagumkan, yang perlu
diteladani oleh seorang guru Kristen.
- Dalam segi kepribadian, Yesus memperlihatkan kesesuaian antara
ucapan dengan perbuatan. Ia pun menuntut kesesuaian itu terjadi
dalam diri murid-muridNya.
- PengajaranNya sederhana, realistis, tidak mengambang. AjaranNya
selalu sederhana dalam arti menyinggung perkara-perkara hidup
sehari- hari.
- Ia sangat relasional, dalam arti mementingkan hubungan antar
pribadi yang harmonis.
- Isi beritaNya bersumber dari Dia yang mengutusNya (Mat 11:27; Yoh
5:19). Selain tetap relevan bagi pendengarNya, ajaran Yesus
bersifat otoratif dan efektif (Mat 7:28,29).
- Motivasi kerjaNya adalah kasih (Yoh 1:14; Flp 2:5-11). Ia menerima
orang sebagaimana adanya, serta mendorong mereka untuk berserah
kepada Allah.
- MetodeNya bervariasi, namun sangat kreatif. Ia bertanya dan
bercerita. Ia melibatkan orang untuk memikirkan masalah yang
diajukan. Selain itu, Ia mengenal orang yang dilayaniNya, tingkat
perkembangan serta rohani mereka. (The Christian Educator's
Handbook on Teaching (halaman 13-29), Victor Books, 1988)
Seorang guru Kristen juga perlu menyadari bahwa peranan Roh Kudus
bukan hanya berlangsung dalam rangka pendewasaan iman dan peningkatan
kualitas atau kesadaran akan kesucian hidup, tetapi juga di dalam
rangka mengemban profesi sehari-hari. Roh Kudus ingin menyatakan kuasa
dan kehadiranNya di dalam diri dan melalui orang. Karena itulah guru
bidang studi apapun tetap memerlukan kehadiran Roh Kudus di dalam
hidup dan pekerjaannya. Bukan karena mengajar agama Kristen atau
memimpin kelompok pemahaman Alkitab, seorang guru membutuhkan
kehadiran dan bimbingan Roh Kudus. Roh Kudus juga menyatakan sifatNya
melalui gerak-gerik dan gaya mengajar dari guru. Selanjutnya sifat-
sifat yang dipancarkanNya dapat menjadi dinamika hidup dalam hubungan
antar pribadi yang menyegarkan dan membangun. Sifat-sifat itu pulalah
yang diharapkan mewarnai dan membentuk etos kerja seorang guru sebagai
pengajar dan pendidik.
Seorang guru, sebagai pengajar iman Kristen, sudah tentu sangat
memerlukan ketergantungan terhadap kuasa, urapan dan kehadiran Roh
Kudus. Sebab Dialah yang sanggup membuka mata hati orang untuk
memahami kebenaran (bandingkan dengan Efesus 3:16,17,18). Ia pula akan
memberikan ide-ide baru dalam masa persiapan, dan bahkan sementara
guru melakukan tugas mengajarnya (interaksi belajar-mengajar). Ia
memberikan semangat atau entusiasme (Yun: en theos). Ia mampu
meyakinkan dan menyadarkan para pendengarnya. Ia membuat interaksi di
antara sesama anggota dalam kelompok belajar dinamis sehingga terasa
hangat dan bermakna (Yoh 16:11-13; 1 Yoh 2:20,27; 3:24; 1 Kor 2:14).
Karena itulah seperti dikemukakan oleh Paulus, orang percaya harus
selalu mau dipimpin dan dipenuhi Roh Kudus (Ef 5:18; Gal 5:16,18,25).
Melalui kegiatannya, guru dapat mendorong terjadinya suasana ibadah,
yang menimbulkan kekaguman dan kemuliaan Allah. Roh itulah yang
membawa guru dan peserta didiknya beribadah dalam roh dan kebenaran
(bandingkan dengan Yohanes 4:24).
|