Nama Kursus | : | ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) |
Nama Pelajaran | : | Bertanggung Jawab dalam Hal Memberi dan Menggunakan |
| | Waktu |
Kode Pelajaran | : | OKB-R05a |
Referensi OKB-R05a diambil dari:
Judul Buku | : | MEMBERI SECARA KRISTEN |
Judul Artikel | : | Mengapa Kita Memberi? |
Penulis | : | V.S. Azariah |
Penerbit | : | Bpk Gunung Mulia, Jakarta, 1982 |
Halaman | : | 15 - 20 |
"MENGAPA KITA MEMBERI?"
Jika kita telah mengumpulkan uang, jika pengumpulan derma telah
selesai, pasar-derma telah habis, maka pertanyaan kita yang pertama
ialah : "Nah, berapakah hasilnya?" Kitab Injil menghadapkan, kita
kepada pertanyaan "Mengapa engkau memberi?"
Sebelum orang-orang Yahudi mulai makan, mereka mengucapkan dahulu ayat
yang pertama dari Mazmur 24: "Tuhanlah yang empunya bumi serta segala
isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya." Dengan demikian mereka
selalu ingat bahwa makanan, roti atau nasi, itu suatu keajaiban suatu
pemberian Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Tuhan adalah Sang
Pencipta.
Oleh karena itu Tuhan adalah Pemberi juga. Hanya yang mempunyai
sesuatulah yang dapat memberi sesuatu. Tuhan adalah satu-satunya
pemilik segala sesuatu dan karena itu Dialah juga yang menjadi
Pemberi. Waktu Daud berterima kasih kepada Tuhan atas segala apa yang
telah terkumpul untuk mendirikan rumah kebaktian ia mengucapkan:
"Kepunyaan-Mulah, o, Tuhan, segala yang ada di langit dan yang ada di
bumi. Siapakah kami ini yang mampu memberikan persembahan sukarela
seperti ini. Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu
sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu (bnd. 1Tawarikh
29:11,12,14).
Tidak dapat lebih jelas lagi. Semua yang pernah kita terima datangnya
dari Tuhan. Setiap hari ada suatu pemberian dari tangan Tuhan. Setiap
hari kita diberi hidup sekali lagi sebagai suatu pemberian. Paulus
bersabda kepada orang Yunani di Athena, demikian "Sebab di dalam Dia
kita hidup, kita bergerak, kita ada." (Kisah Para Rasul 17:28). Jika
kita setelah 25 atau 30 tahun mengundurkan diri dari pekerjaan, kita
ingin mengenangkan kembali hidup yang berguna. Sehabis bekerja keras
sepanjang hari kadang-kadang kita dapat beristirahat di kursi dengan
muka yang membayangkan kepuasan hati. Jika segala sesuatu dapat
berjalan seperti yang kita harapkan, kita merasa sangat senang. Itu
baik sekali asal kita tahu bahwa adanya kita di dunia ini hanya karena
Tuhan.
Tuhan adalah juga Pembebas. Sebab baru saja kita menerima dunia ini
dengan segala isinya dari Tuhan untuk diusahakan kita sudah berkata:
"Bagus, jadi ini semua kepunyaan kita." Akan kita urus sendiri lebih
lanjut. Untuk itu kita tidak memerlukan Tuhan lagi. Dengan mudah kita
membelakangi Tuhan dan mengira bahwa kita dapat membereskan dunia ini.
Dan secara jujur, kita ini memang sukar diajar. Sebab setelah 20 abad
lamanya kita masih mempunyai pendapat bahwa jika kita semua mau
berusaha sekeras-kerasnya, kita dapat membereskan dunia bersama-sama.
Untuk itu kita tidak membutuhkan Tuhan.
Tapi Tuhan telah menghindarkan kita karena kasih-Nya yang tidak
terhingga itu dari pikiran yang salah yang hanya dapat mengakibatkan
kematian saja dengan mengutus Yesus Kristus ke dunia.
Seperti Ia telah melepaskan orang Israel dari padang gurun dan memberi
mereka tanah Kanaan, begitu pulalah Ia melepaskan kita dari padang
gurun yang telah kita buat sendiri dari dalam hidup ini. Dengan
perantaraan Yesus Kristus Ia mau mengaku kita lagi sebagai anak-anak-
Nya sebagai milik-Nya. Saya baca dalam Katekismus "Inilah satu-satunya
penghibur hati dalam hidup dan di akhirat bahwa saya dalam hidup tidak
ditinggalkan seorang diri melainkan menjadi milik Yesus Kristus,
Juruselamat saya yang setia."
Jika ini belum jelas, kita tinggalkan dahulu buku kwitansi dan dompet
tertutup. Tuhan tidak menghitung dengan angka dengan 5 atau 6 nol.
Tuhan berhitung dengan hati. Tuhan tidak mencintai orang yang banyak
memberi melainkan orang yang memberi dengan suka hati. Artinya orang
yang dengan tenang datang kepada Tuhan dengan membawa segaia yang ada
padanya serta berkata: "Tuhan, semua ini kepunyaan-Mu, Engkau yang
telah memberikannya kepadaku, karena Yesus Kristus telah melepaskan
aku dari diriku sendiri maka aku tahu sekarang, apa yang harus
kupersembahkan kepada-Mu."
Jadi jika ada orang bertanya: ya mengapa aku harus memberi? Jawabnya
mudah saja: karena Tuhan itu Pencipta, karena Tuhan itu Pemberi, dan
karena Tuhan telah mengaruniai kita. Dan kesimpulannya ialah, bahwa
kita akan mengasihi Tuhan dengan seluruh hati kita, dengan seluruh
jiwa kita dan dengan seluruh akal budi kita dan sesama kita seperti
diri sendiri.
Itu tidak mudah, tetapi Kristus tahu siapa kita ini. Jika kita
sebenarnya tidak menghendaki menjadi sesuatu, maka kita menyembunyikan
diri di balik berbagai-bagai pertanyaan: "Siapakah Tuhan itu, siapakah
sesama kita, apakah mengasihi itu?" Oleh karena itu Ia memberi contoh-
contoh yang praktis kepada kitsa dengan jalan perumpamaan.
- Pertama Ia menceritakan tentang seorang petani yang kaya yang
mempunyai tanah luas dan yang pada suatu ketika hasil panenannya
terlalu banyak sehingga timbul pikirannya: "Apakah perlunya aku
bingung. Kuperluas lumbung-lumbungku dan kusimpan semua itu dan aku
tinggal hidup bersenang." Tetapi Tuhan bersabda: "Congkak benar orang
ini, malam ini juga nyawanya akan dituntut daripadanya dan siapa yang
akan menikmati semua itu, ia tidak akan tahu " (bnd Lukas 12:13-21) .
Guna menghindarkan kesalah-pahaman: Tuhan tidak benci kepada orang
kaya. Tuhan itu bukan hanya Tuhan bagi orang miskin. la pun bukan pula
hanya Tuhan bagi orang kaya. Tuhan adalah Bapa semua umat manusia. Dan
dalam perumpamaan itu Ia memberi ingat kepada kita terhadap kelobaan.
Kita semua mempunyai keinginan untuk mengumpulkan dan menimbun. Yang
seorang untuk hari tuanya. Yang lain untuk dapat berbelanja banyak dan
supaya dapat hidup senang. Yang lain lagi ingin memberikan pendidikan
tinggi kepada anak-anaknya. Kelirukah itu! Halnya itu sendiri tidak
salah. Hanya Tuhan ingin memperingatkan kita bahwa hal itu bukannya
hal yang terpenting dalam hidup kita. Ada orang-orang yang terlalu
mementingkan usaha dan pekerjaannya sehingga ia tidak tahu lagi bahwa
pekerjaan itu hanya merupakan suatu syarat saja untuk dapat mencapai
tujuan. Petani tersebut tadi tidak tahu lagi bahwa Tuhanlah yang
memberi, bahwa Tuhan yang menentukan apa yang telah la berikan; uang,
hasil bumi dan akhirnya juga nyawanya. Oleh karena itu hartanya
merintangi dia. Itulah yang menyebabkan kematiannya.
- Dalam sebuah perumpamaan lain. Kristus menceriterakan tentang
seorang juru kunci yang menggelapkan uang yang mengacaukan uang
tuannya. Tetapi ada orang-orang memberitahukan hal itu kepada tuannya
dan tuan itu memutuskan akan memecat pegawai tadi. Tetapi sebelum
memberi pertanggungan jawab kepada tuannya pikir juru kunci itu, "ini
adalah kesempatan yang baik untuk menolong diriku." Orang-orang yang
berutang diberinya kesempatan untuk mengubah perjanjiannya, bahwa
mereka boleh membayar kurang. Jika ia sekarang menolong mereka, nanti
apabila ia dipecat tentulah mereka mau menolong dia. Kepada orang yang
berhutang 100 kaleng minyak ia berkata: "Coretlah itu semuanya dan
tulislah 50 kaleng." Dengan demikian ia berusaha untuk menutupi
kelebihan uang yang dipungutnya.
Dan anehnya Yesus Kristus memuji juru kunci itu karena ia telah
berbuat cerdik sekali. Sebab Ia bersabda: "Orang ini telah
mempergunakan kesempatan yang diberikan oleh tuannya kepadanya untuk
menolong dirinya. Karena anak-anak dunia ini terlebih cerdik di dalam
pergaulannya daripada anak-anak terang." (bnd. Lukas 16:1-15).
Di sini Kristus tidak berkata, bahwa kita boleh berbuat curang untuk
dapat menolang diri. Sebaliknya, setelah perumpamaan itu Ia memberi
ingat kepada kita supaya berlaku jujur terhadap harta milik orang
lain. Itu bukan suatu peringatan yang tidak perlu. Tidak jarang kita
mendengar bahwa sebuah koperasi gagal karena orang yang dipercaya
mengurus keuangan bermain curang atau uang itu dibelanjakannya untuk
diri sendiri. Hampir tiap hari kita membaca dalam surat kabar bahwa
ada orang dipecat dari jabatannya karena mempergunakan uang jawatan
bagi kepentingannya sendiri atau main curang mengenai bahan-bahan.
Janganlah kita lalu menggeleng-gelengkan kepala sambil berkata: "Ah,
orang-orang jahat!" Sebab kita sendirilah juru kunci yang korup itu.
Yang dimaksud oleh Yesus Kristus tidak lain ialah saudara dan saya,
bukan orang lain. Kita menerima dari Tuhan yang seorang banyak yang
lain hanya sedikit. Tetapi kita menerimanya sebagai barang yang harus
kita urus sebagai barang pinjaman supaya dapat kita pergunakan dalam
berbakti kepada Tuhan dan untuk sesama manusia. Dan apakah yang kita
perbuat dengan itu? Berterima kasih pun kita tidak tahu. Kita terima
itu semuanya dan berkata "Nah, kita pergunakan dengan sekehendak hati
kita sendiri! Oleb karena itu Tuhan akan memecat kita dan kita harus
memberikan pertanggungan jawab tentang apa yang telah kita perbuat
dengan barang-barang itu. Tuhan memuji juru kunci itu karena ia
sungguh-sungguh mencari pemecahan entah bagaimana caranya. Tetapi
kita, kita berjalan terus dengan tak peduli, meskipun kita telah
mendapat penerangan meskipun Tuhan telah menunjukkan kepada kita jalan
yang benar, bagaimana kita harus msnggunakan waktu kita, uang kita, ya
hidup kita, untuk kemuliaan-Nya.
- Apakah yang harus kita kerjakan? "Juallah harta milikmu," sabda
Kristus, "untuk dibagi-bagikan kepada mereka yang membutuhkannya. Dan
dengan jalan demikian kumpulkanlah sebuah modal yang tiada
berkesudahan di surga. Disana tidak ada pencuri yang akan
mengambilnya, di sana tidak ada yang akan merampoknya, dan di sana
tiada ngengat membinasakannya. Sebab di mana harta bendamu kau
letakkan, di situlah juga hatimu setip hari. (bnd. Lukas 12:32-34).
Di bidang ekonomi demikian juga halnya. Orang harus menanamkan uangnya
pada sesuatu jika orang ingin mendapat untung. Anehnya dalam suatu
perusahaan tiap orang tahu bahwa orang harus membuang dahulu jika
ingin mendapat kembali. Tetapi bagi kita masih sukar untuk percaya
bahwa jika kita memberikan sesuatu karena kehendak Kristus, kita akan
menjadi lebih kaya juga karenanya.
"Tidak seorangpun," sabda Kristus, "yang tidak akan menerima kembali,
jika ia menyerahkan rumah atau barang-barangnya demi Aku." Itu tidak
berarti bahwa kepercayaan itu semacam perdagangan tukar menukar atau
spekulasi. Orang yang berniaga tidak akan tahu sebelumnya apakah ia
akan menderita kerugian atau tidak. Tetapi dalam kepercayaan orang
yang mempersembahkan sesuatu tahu benar bahwa ia akan menjadi lebih
kaya dalam Tuhan.
-
"Lihatlah janda yang miskin itu," sabda Kristus, "ia memberikan dua
keping uang tembaga." Jadi boleh kami katakan 2 sen! Itu tidak banyak
dibandingkan dengan apa yang diberikan oleh orang-orang lain, terutama
oleh para hartawan. Tetapi janda itu lebih banyak memberi karena ia
memberikan semua yang ada padanya, sebab mereka semua memberi dari
kelimpahannya. Tuhan tidak memandang kepada apa yang kita berikan,
tetapi kepada apa yang ada pada kita (Markus 12:41-44). Janda itu
tidak memirkan, bagaamana ia nanti makan. Ia pun tidak bertanya, untuk
apakah itu. Ia mempersembahkan kepada Tuhan dan ia percaya bahwa Tuhan
akan mempergunakan uang itu untuk kebaikan.
- Dapat juga kita mengambil suatu pelajaran dari jemaat pertama di
Yerusalem. Di dalam Kitab Kisah Para Rasuh kita baca bahwa segala
barang itu menjadi milik bersama dan tidak ada seorang pun yang
kekurangan, sebab tiap orang menjual barang miliknya, rumah dan tanah,
dan diberikannya kepada para Rasul dan semua itu dibagi-bagikan kepada
masing-masing orang menurut kebutuhannya (bnd. Kisah Para Rasul
2:44,45 )
Sekarang saudara akan berkata: "Ya, dahulu memang dapat, tetapi
sekarang sudah tak mungkin lagi." Pertama, kita harus mengerti betul-
betul bahwa setiap orang bebas untuk menjual miliknya. Menurut
peraturan gereja tidak seorang pun dipaksa untuk memberi. Tentang hal
itu, baik dahulu maupun sekarang tetap sama. Kedua, lebih lanjut
dinyatakan dalam Kisah Para Rasul, bahwa hal tersebut tak dapat
langsung berjalan. Tetapi tak akan merubah prinsip utamanya. Kita
bersama-sama saling bertanggung-jawab. Kita semua harus menjaga agar
tak ada kekurangan. Demikian juga tentang uang. Kita bertanggung-jawab
terhadap orang yang kelaparan, terhadap para korban gempa bumi dan
banjir dan lain-lain.
Apa yang kita miliki, kita sediakan untuk mereka yang tidak
mempunyainya sebab semuanya itu bukan kepunyaan kita, melainkan
kepunyaan Tuhan.
|