Nama Kursus | : | ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) |
Nama Pelajaran | : | Bertanggung Jawab dalam Hal Memberi dan Menggunakan |
| | Waktu |
Kode Pelajaran | : | OKB-R05b |
Referensi OKB-R05b diambil dari:
Judul Buku | : | WAKTU BERSAMA ALLAH |
Judul Artikel | : | Prinsip Pengaturan Waktu |
Penulis | : | Peter V. Deison |
Penerbit | : | Yayasan Gloria, Yogyakart, 1992 |
Halaman | : | 13 - 22 |
PRINSIP PENGATURAN WAKTU
Prinsip pengaturan waktu sebenarnya sederhana dan mudah, dimengerti.
Namun, kenyataannya ada banyak kesulitan yang berhubungan dengan waktu
teduh disebabkan oleh masalah ini! Pernahkah Anda mendengar seseorang
berkata, "Bila Anda tidak berjumpa dengan Allah di pagi hari, maka Dia
tidak akan menyertai Anda sepanjang hari itu"? Lalu, apakah Anda
merasa bersalah? Itulah yang dirasakan oleh kebanyakan orang. Atau,
pernahkah Anda mendengar seseorang berkata, "Saya telah berdoa selama
dua jam pagi ini. Luar biasa!" Namun lagilagi kita diliputi perasaan
sedih dan bersalah, karena kita tahu kehidupan doa kita belumlah
memadai.
Rasa bersalah dapat muncul karena banyak sebab. Sebagian mungkin
karena alasan yang jelas, tetapi sebagian lagi mungkin karena
kesalahpahaman mengenai waktu yang digunakan untuk bersekutu dengan-
Nya. Renungkan sejenak dan ingatlah bahwa yang menjadi dasar
persekutuan Anda dengan Tuhan adalah waktu bagi Allah-bagi hubungan
Anda dengan-Nya. Waktu teduh adalah saat untuk mengenal dan mengasihi
Dia sebagai pribadi-sebagai sahabat-secara lebih baik. Dia adalah
pribadi yang mampu berpikir, membuat pilihan, dan merasakan-seba-
gaimana Dia juga menciptakan kita demikian. Kita dapat mengasihi-Nya,
meskipun kita tidak dapat melihat-Nya.
Waktu teduh adalah waktu yang dipersembahkan bagi seseorang. Kita
tidak akan pernah dapat menjalin persahabatan dengan seseorang hanya
dengan berbincang-bincang dengannya di pagi hari. Tentu saja tidak
benar bahwa Tuhan tidak akan menyertai kita jika kita tidak bersekutu
dengan-Nya pada pagi hari. Ini adalah pandangan yang sangat sempit
tentang Allah. Suatu hubungan tidak bergantung semata-mata pada
banyaknya waktu yang diberikan untuk seseorang. Kualitas waktu sangat
penting. Jadi, bila jumlah waktu itu penting, maka terlebih lagi kita
harus mengevaluasi penggunaan waktu kita tiap-tiap hari.
Jangan gunakan pengalaman orang lain sebagai ukuran bagi kita. Memang
Anda dapat belajar dari pengalaman orang lain, tetapi yang lebih
berarti adalah hubungan Anda secara pribadi dengan-Nya.
Tetapkan Waktu Khusus. Begitu Anda memutuskan bahwa persekutuan dengan
Allah menjadi prioritas, tetapkan waktu khusus untuk mengembangkan
persekutuan itu. Waktu yang Anda tetapkan menjadi patokan Anda. Jika
hal itu telah ditetapkan dan dilaksanakan, maka bila suatu saat
diperlukan perubahan waktu, Anda dapat bersikap fleksibel. Tetapkanlah
suatu waktu tertentu untuk bersekutu dengan Tuhan; pagi, sore, atau
malam hari.
Kendala kendala yang perlu dihindari. Menetapkan waktu khusus membantu
kita untuk menghindari beberapa kendala.
- Kemalasan dan legalisme. Dengan menetapkan waktu khusus kita akan
terhindar dari kemalasan dan legalisme. Biasanya orang mudah
terperangkap dalam kedua pan dangan ekstrem ini. Pandangan pertama
mengatakan, "Saya tahu Allah sangat mengasihi saya sehingga Dia
menerima saya tanpa peduli apa yang saya lakukan." Dengan kata lain,
"Saya boleh sedikit malas." Sebaliknya, pandangan kedua mengatakan
bahwa sebagian dari kita tidak yakin akan kasih Allah sehingga setiap
saat kita berusaha meyakinkan bahwa Allah tetap mengasihi kita. Kita
menjadi legalistik. Dengan sikap ini, kita sudah merasa sangat
bersalah bila melewatkan satu hari tanpa bersaat teduh.
Allah berkata, "Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal" (Yeremia
31:3). Kasih-Nya kepada kita sungguh besar. Kasih-Nya kepada kita dan
kepastian akan hal itu adalah satu-satunya faktor pendorong yang dapat
mengubah kemalasan dan sikap legalisme kita. Penetapan waktu khusus
yang teratur akan menguatkan motivasi itu.
- Ketidakkonsistenan. Penetapan waktu khusus juga mengurangi
kecenderungan kita untuk bersikap tidak konsisten. Ketidakkonsistenan
mungkin merupakan masalah yang paling umum terjadi. Jika kita telah
menetapkan waktu khusus dan benar-benar berusaha menaatinya, berarti
kita telah bersikap konsisten. Bila hal itu tidak kita lakukan, sikap
yang akan muncul adalah, "Saya akan bersekutu dengan Allah beberapa
kali saja dalam minggu ini dan beberapa kali lagi pada minggu
berikutnya." Dan, tanpa sadar, kita telah kehilangan seluruh minggu
itu dan juga kehangatan persekutuan dengan-Nya.
- Interupsi. Penetapan waktu khusus juga menghindarkan kita dari
banyak gangguan. Bila kita menetapkan waktu dengan tepat, kita tidak
akan diganggu oleh hal-hal yang akan merusak sukacita dalam
kebersamaan dengan-Nya. Sering kali saat kita mulai membaca Alkitab
atau berdoa, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Misalnya, si kecil
Johnny masuk dan berkata, "Ayah, lihat serangga yang Johnny temukan!"
atau "Ayah, tolong nyalakan lampu." Memang ada banyak hal yang dapat
menyela waktu teduh Anda. Namun, kita dapat menghindarinya bila kita
menetapkan waktu dan tempat dengan tepat.
Interupsi tidak hanya berasal dari luar, tetapi juga dari dalam diri
kita. Salah satu gangguan terbesar yang berasal dari dalam adalah
dorongan yang kuat untuk membereskan pekerjaan yang belum selesai,
misalnya membersihkan meja belajar yang berantakan. Sering kali pula
ketika kita duduk untuk membaca Alkitab atau berdoa, perhatian kita
beralih pada surat-surat yang belum selesai ditulis, majalah yang
belum selesai dibaca, proyek yang belum selesai dikerjakan. Akhirnya,
waktu yang kita rencanakan untuk bersekutu dengan Tuhan terlewat
begitu saja karena kita beranggapan bahwa hal-hal itu hanya
membutuhkan sedikit waktu untuk dikerjakan. Istri saya bersikap
praktis dalam hal ini. Ia akan menutupi meja yang berantakan dengan
sebuah handuk besar. Dengan demikian perhatiannya tidak lagi diganggu
oleh daftar "hal-hal yang harus dilakukan" atau proyek-proyek yang
belum terselesaikan.
Kita perlu menetapkan waktu dan tempat yang tepat sehingga sesedikit
mungkin mendapat gangguan sehubungan dengan hal-hal yang harus kita
lakukan. Waspadalah senantiasa terhadap gangguan-gangguan. Gangguan
yang datang akan merusak atau menghilangkan kesempatan kita untuk
bersekutu dengan Allah.
Yesus secara pribadi juga bersekutu dengan Allah. Dalam Markus 1:35
dikatakan, "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan
pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana."
Yesus sering kali ingin menyendiri, namun sulit bagi-Nya untuk dapat
sendirian. Kadangkala Dia harus bangun jauh lebih pagi dari orang
lain, sebab sepanjang waktu Dia selalu dikelilingi oleh orang-orang
yang membawa berbagai kebutuhan mereka.
Daud menetapkan waktu teduh bersama Allah (Mazmur 5:4; 59:17). Ia juga
menetapkan waktu untuk menaikkan puji-pujian dan ucapan syukur di Bait
Allah (1 Tawarikh 23:28-32).
Bersikap Realistis. Bila kita menetapkan waktu khusus untuk bersekutu
dengan Allah, kita harus realistis dengan jadwal kegiatan dan jam
tidur kita. Kemudian kita harus menentukan waktu yang terbaik untuk
bersekutu dengan Allah dan menyesuaikan jadwal kegiatan kita dengan
waktu teduh tersebut. Saya menyatakan hal ini karena dua alasan. Hal
ini tidak saja akan menjadi saat yang terbaik bagi kita, tetapi juga
bagi Allah. Inilah saatnya kita memberi persembahan bagi Dia, dan
tentunya kita ingin mempersembahkan yang terbaik bagi-Nya.
Allah mengerti bahwa kita sering mendapat gangguan, seperti menghadiri
pertemuan-pertemuan penting, mengejar batas waktu, mengurus anak-anak
yang sedang sakit, menemui dokter, dan sebagainya. Bila kita hanya
dapat menyediakan waktu 10 menit, kebanyakan dari kita sering berkata,
"Saga tidak akan memperoleh apa-apa hanya dengan 10 menit," lalu kita
tidak melakukannya. Inilah akar masalahnya. Kita memandang waktu yang
ada bukan sebagai waktu untuk bersama dengan Allah sebagai sahabat,
namun sebagai saat untuk memperoleh sesuatu bagi diri kita. Adalah
lebih baik bila kita mempersembahkan diri pada menit-menit tersebut
daripada berkata, "Saya tidak akan mendapatkan apa-apa."
Bila kita mau bersikap seperti ini, kuantitas waktu kita juga akan
meningkat seiring dengan pengaruh yang kita rasakan. Semakin dalam
saya mencintai istri saya, semakin banyak waktu yang ingin saya
habiskan bersamanya. Semakin dalam kasih Anda kepada Allah, meski
hanya dapat menyatakan kasih dalam waktu singkat, lama kelamaan waktu
yang Anda gunakan akan bertambah dengan sendirinya. Anda akan rindu
bertemu dengan Dia dan tidak melakukannya sekadar untuk memenuhi
kewajiban.
Tentu saja kita tidak akan mengalami hubungan yang lebih dalam bila
kita hanya menyediakan waktu 10 menit setiap hari. Kita juga
membutuhkan waktu lebih lama. Semakin sering kita memberikan
kesempatan, meski singkat dan terbatas, semakin mudah bagi kita untuk
memberikan lebih banyak waktu kepada-Nya. Yang jelas, dengan
mempertahankan pengaturan waktu yang telah kita tentukan, kita akan
lebih merasakan arti dan manfaatnya. Jangan salah mengerti. Berhati-
hatilah untuk tidak sekadar meningkatkan kuantitas waktu, tetapi
lakukanlah karena kita meiaang ingin melakukannya.
Tetapkan Waktu Teduh yang Sarna Setiap Hari. Prinsip kedua adalah
segera setelah Anda menetapkan waktu teduh khusus, lakukanlah itu pada
waktu yang sama. Jika mungkin, lebih baik bila kita menetapkan waktu
yang sama setiap hari daripada jadwal yang selalu berubah-ubah. Ada
alasan yang baik untuk hal ini.
Pikiran kita bekerja berdasarkan pola dan struktur tertentu. Bila kita
selalu mengerjakan sesuatu yang sama pada wakta tertentu, pikiran kita
secara otomatis akan terpola demikian. Kita akan berfungsi dan
menghasilkan sesuatu berdasarkan pola pikir yang kita kembangkan. Kita
adalah makhluk yang cenderung bergerak berdasarkan kebiasaan. Jadi,
memiliki waktu khusus untuk bersekutu akan membuat pikiran kita
bekerja secara otomatis ke arah itu. Dengan demikian, pada waktu-waktu
tersebut pikiran dan hati kita sudah siap untuk menerima hal-hal yang
berkenaan dengar. masalah rohani.
Bagi mereka yang jadwalnya sering berubah atau harus menjalani
pergantian jam kerja secara periodik, memang sukar untuk memiliki
waktu yang konsisten. Namun Allah memahami tanggung-jawab yang Dia
berikan kepada kita. Dia memahami setiap situasi yang Dia izinkan
terjadi dalam hidup kita. Dan Dia akan menolong kita menyesuaikan diri
dalam situasi tersebut. Yang penting, kita harus berusaha menjalankan
pola tertentu, sebab dengan demikian pola pikir kita dapat bekerja
dengan baik.
Sediakan Cukup Waktu. Prinsip ketiga berkaitan dengan pertanyaan
seberapa banyak waktu yang kita sediakan. Bersekutu dengan Allah
adalah persabatan yang dilandasi dengan kasih, sebab itu lamanya waktu
sulit dibatasi. Bila Anda sedang jatuh cinta kepada seseorang, Anda
tidak akan menghitung menit-menit yang Anda lalui bersama orang
tersebut, namun sebaliknya menghitung menit-menit ketika Anda tidak
bersamanya. Yang paling penting di sini adalah kita perlu menyediakan
waktu yang cukup untuk mencapai tujuan.
Mencapai Tujuan Anda. Bila saya akan menikah dan hanya berjumpa
tunangan saya lima menit setiap hari, saya tidak akan dapat membangun
hubungan yang mendalam. Karena itu, kita perlu memastikan apakah waktu
yang kita sediakan benar-benar cukup. Sepuluh menit dalam satu hari
mungkin tidak cukup untuk mencapai tujuan yang berarti. Dua puluh atau
tiga puluh menit adalah waktu minimum bagi pikiran kita untuk bekerja,
merenungkan apa yang kita peroleh, dan memikirkan penerapannya. Ada
satu perkecualian dalam prinsip ini. Bila Anda baru memulainya untuk
pertama kali, awalilah dengan waktu minimum 10 menit dan jadikan itu
sebagai kebiasaan. Kemudian perpanjanglah menjadi 20 atau 30 menit
sesegera mungkin. Intinya, berikanlah kepada Allah semua yang Anda
miliki. Berusahalah sungguh-sungguh mencapai tujuan Anda-bersekutu
dengan-Nya.
Melipatgandakan waktu Anda. Sering kali kita tergoda untuk berpikir
bahwa kita tidak memiliki waktu untuk bersaat teduh. Padahal
kenyataannya justru sebaliknya, dengan bersaat teduh kita dapat
memperoleh lebih banyak waktu. Amsal 10:27 mengatakan, "Takut akan
Tuhan memperpanjang umur." The Living Bible menerjemahkannya menjadi,
"takut akan Allah menambah jumlah jam tiap-tiap hari." Pengalaman
membuktikan hal ini. Martin Luther berkata bahwa ada begitu banyak
pekerjaan yang hares dilakukannya dalam sehari sehingga ia harus
menghabiskan waktu minimal empat jam untuk berdoa. Ia membuktikan
bahwa waktu yang dipakainya bersama Allah tak pernah memperpendek
waktunya untuk bekerja, sebaliknya justru memperbanyak. Hal ini benar
sebab Allah mempertajam pikiran kita, menenangkan kecemasan-kecemasan
kita, memperkuat daya ingat kita, dan memungkinkan kita untuk bekerja
lebih efisien. Seseorang yang berjalan dengan Allah akan selalu
efektif dalam bekerja. Kedamaian batin yang diperolehnya ketika
bersekutu dengan Allah memungkinkannya untuk melakukan pekerjaan-
pekerjaan yang lebih berkualitas sehingga masih akan ada energi yang
tersisa untuk hari itu. Waktu yang kita pakai bersama Allah justru
akan selalu menambah waktu bagi diri Anda sendiri. Semakin banyak Anda
memberi, semakin banyak Anda akan menerima.
Menghindari Masalah Kebiasaan. Satu keuntungan penting bila kita
menetapkan waktu khusus adalah menghindarkan masalah kebiasaan. Hal
ini mungkin tampak bertolak belakang dengan apa yang pernah kita
pelajari. Persekutuan bersama Allah tidak harus terdiri dari 50%
membaca Alkitab dan 50% berdoa, atau 75% ini dan 25% itu. Kita adalah
makhluk yang memiliki kebiasaan dan pada umumnya kita menyukai hal-hal
yang sudah teratur dan dapat diduga. Kebiasaan memang dapat membantu,
tetapi dapat pula membahayakan. Mengapa? Bila kita menjadi begitu
terpaku pada kebiasaan, maka Roh Kudus akan sukar bekerja secara
fleksibel dalam diri kita.
Mungkin ada kalanya Roh Kudus berkata, "Bacalah perikop itu sedikit
lebih lama, karena ada kebenaran-kebenaran yang perlu kamu pelajari
dengan sungguh-sungguh." Atau, "Sepanjang hari ini, gunakanlah waktu
untuk mempelajari perikop ini. Bagi-Ku yang penting kamu memahami
bagian ini. Karena dalam waktu dekat Aku merencanakan sesuatu bagimu
melalui kebenaran ini." Atau, "Ada seseorang yang ingin Aku percayakan
dalam hatimu. Jangan berhenti berdoa hanya karena sudah pukul 06.50.
Aku ingin kau berdoa sepanjang waktu karena orang ini benar-benar
membutuhkan doamu."
Kita membutuhkan fleksibilitas dan kesediaan diri untuk menaklukkan
kebiasaan dalam waktu-waktu yang telah kita tetapkan. Bila kita terus-
menerus melakukan hal yang sama setiap hari, sebaiknya kita mencoba
berubah dan peka terhadap dorongan Roh Kudus. Adanya waktu khusus
untuk bersekutu akan membantu kita memperoleh kepekaan terhadap Roh
Kudus karena adanya kekonsistenan. Waktu yang tidak teratur akan
membuat kita mudah kacau sebab kita malah mencoba mempelajari bagian
yang terlewat, atau yang sudah pernah dipelajari.
|