Nama Kursus | : | ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) |
Nama Pelajaran | : | Bertanggung Jawab dalam Hal Memberi dan Menggunakan |
| | Waktu |
Kode Pelajaran | : | OKB-R05c |
Referensi OKB-R05c diambil dari:
Judul Buku | : | Kepemimpinan, Jurnal Bagi Pemimpin Rohani, Vol.3/Th.I |
Judul Artikel | : | Apakah Anda Punya Waktu? |
Penulis | : | Ben Patterson |
Penerbit | : | Buku Rohani ANDI, Yogyakarta, 1982 |
Halaman | : | 23 - 25 |
"APAKAH ANDA PUNYA WAKTU?"
Saya tidak anti pengaturan waktu. Saya membuat jadwal dan berusaha
selalu menepatinya. Di saku saya selalu terselip buku jadwal harian,
lengkap dengan sisipan berwarna kuning dengan tulisan YANG HARUS
DIKERJAKAN HARI INI. Bahkan tahun lalu saya telah menghabiskan begitu
banyak waktu saya untuk membaca buku tentang pengaturan waktu.
Bahkan Anda bisa mengatakan bahwa pengaturan waktu telah mengubah
hidup saya. Ketika duduk di kelas dua SMA, saya ditunjuk untuk
mengikuti program studi yang dipercepat dengan dasar hasil tes
kemampuan. Dalam beberapa bulan selama terlibat dalam aturan sekolah
yang keras itu, ditambah dengan kegiatan-kegiatan gerejani, saya
mendapatkan diri saya berada di ambang kegagalan. Saya hampir-hampir
tidak mempunyai waktu untuk mengerjakan segala sesuatu. Seorang guru
saya menganjurkan agar saya ikut dalam kelompok-kelompok pelajaran,
olahraga, gerja, tidur, makan, rekreasi dan kegiatan apa saja. Hal itu
dapat berjalan. Tetapi siapa menyangka bahwa saya akhirnya tidak
pernah masuk universitas, sebaliknya masuk sekolah Alkitab di mana
saya tidak pernah belajar tentang pengaturan waktu. Kalau saya tidak
pernah belajar mengatur waktu, mungkin saya tidak pernah menulis
artikel ini, mungkin sebagi gantinya saya duduk di depan televisi
dengan segelas bir di tangan.
Jadi saya kira, saya tidak anti dengan pengaturan waktu. Apa yang saya
ingin bicarakan berikut ini lebih dari sekedar mencoba suatu usaha.
Saya mulai pembicaraan saya dengan dua potret yang tergantung
bersebelahan di ruang masuk rumah saya. Salah satunya adalah potret
seorang anak laki-laki kecil dengan wajah bulat dan dahi lebar. Dia
memakai pakaian kerja dan duduk di sebuah kursi. Di samping kursi itu
ada sebuah meja dengan sebuah kue tart ulang tahun. Kue tart itu
berlilin satu. Potret itu dibuat pada tanggal 22 Desember 1943. Dan
anak laki-laki itu adalah saya.
Potret yang lain juga adalah seorang anak laki-laki kecil dengan wajah
bulat sedang duduk di sebuah bangku di samping sebuah meja dengan
sebuah kue tart ulang tahun yang berlilin satu. Potret itu dibuat pada
tanggal 22 September 1977. Anak laki-laki itu adalah anak saya yang
pertama.
Selisih waktu kedua potret hitam putih itu adalah tiga puluh empat
tahun: suatu jangka waktu yang telah saya lampaui. Semuanya penuh
dengan arti. Isinya berupa sukacita, air mata, mimpi, kekecewaan,
keberhasilan dan kegagalan.
Waktu: apakah artinya? Di Yunani ada dua slogan yang dipasang di atas
kuil di Delphi. Salah satunya kita kenal, yaitu "Kenalilah dirimu
sendiri." Yang lainnya lebih penting bagi kita, yaitu "Kenalilah
waktumu." Yang berikut ini Alkitabiah. Yesus mengecam orang farisi
oleh karena ketidaktahuan mereka tentang "tanda-tanda zaman" (Matius
16:1-3). Dia menangisi Yerusalem karena Yerusalem tidak tahu saat,
bilamana Allah melawatnya (Lukas 19:41-44). Ketidaktahuan itu berarti
kehancuran kota Yerusalem. Pengetahuan tentang saat dan ketaatan
kepada Allah sesuai dengan pengetahuan itu berarti kehidupan.
Dalam kedua ayat itu, kata saat/zaman yang dipakai Yesus berasal dari
kata Yunani "kairos". Artinya akan lebih dimengerti jika dibandingkan
dengan kata Yunani yang lain untuk "waktu", yaitu "chronos". "Chronos"
menunjuk kepada waktu sebagai suatu interval; "kairos" menunjuk kepada
roman muka interval itu. "Chronos" adalah suatu periode, suatu
kuantitas; "kairos" adalah kualitas, makna dari keadaan periode itu.
"Chronos" adalah dimensi abstrak; "kairos" adalah keadaan konkrit.
"Chronos" adalah suatu tanggal: 26 November 1981. "Kairos" adalah
suatu musim: Musim gugur, Hari Pengucapan Syukur.
Arti kedua kata itu memang ada tumpang tindihnya, tetapi sebenarnya
berbeda pengertiannya. "Chronos" adalah waktu yang dikontrol, diatur,
dan digunakan. "Kairos" adalah waktu yang dipahami dan ditanggapi
sebagai ketaatan kepada Allah. Malam hari ketika anak ketiga saya
lahir, saya dan isteri saya sedang makan malam bersama beberapa teman
di gereja. Tiba-tiba isteri saya merasa sakit bersalin, sebelum kami
menghabiskan sup kami. Waktu kami ("kairos" kami) telah tiba. Apa yang
dapat kita perbuat hanyalah memahami dan menanggapi. Tak mungkin kita
mengendalikannya.
Apabila waktu dipandang terutama sebagai "chronos", maka kita
cenderung untuk melihatnya sebagai sesuatu yang sudah tertentu,
abstrak dan tidak mempunyai arti. Pandangan "kairos" melihat waktu
sebagai sesuatu yang diberikan Allah, penuh arti, fleksibel dan
terbuka. Pada tahun 1895 seorang bendahara kedutaan Inggris makan
siang dengan seorang calon politikus muda. Dia berkata kepadanya,
"Pengalaman sepanjang hidup telah meyakinkan saya bahwa tidak ada
sesuatu yang pernah terjadi." "Chronos". Nama orang muda itu ialah
Winston Churchill. Hidupnya yang sembilan puluh tahun itu telah
membuktikan kebalikannya: segala sesuatu terjadi. "Kairos".
Tidak terlalu sulit untuk melihat pandangan waktu manakah yang unggul
dalam peradaban kita. Pikiran kita sering terikat dengan "chronos",
bagaimana mendapat waktu lebih banyak, bagaimana mengontrolnya,
bagaimana mengaturnya. Beberapa tahun yang lalu seorang muda bernama
Mark Marby tertangkap oleh karena membunuh ibunya. Dari hasil
penggeledahan di kamarnya ditemukan sebuah daftar dengan judul YANG
HARUS DIKERJAKAN: (1) membeli peluru, (2) menembak ayah, (3) menembak
ibu. Ketika hidup menjadi sibuk, maka kehidupan itu sendiri menjadi
terlupakan.
Os Guinness mengamati bahwa kita sudah terpengaruh dengan pola
kebiasaan melihat jam tangan. Inilah contoh-contoh yang menunjukkan
bahwa kuantitas disamakan dengan kualitas. Jam sembilan lebih lima,
jam 12.00, empat puluh jam, dua puluh lima jam sehari dan lembur
merupakan beberapa contoh saja.
Mungkin sekarang Anda sudah mulai mengerti mengapa saya berkata bahwa
saya tidak anti dengan pengaturan waktu. Pertanyaan pertama orang
Kristen bukanlah, "Berapa banyak waktu yang saya miliki, dan apa yang
akan saya perbuat dengannya?" tetapi, "Apakah saya melihat waktu yang
Tuhan berikan kepada saya, bagaimana saya menanggapinya?" Paulus
mengingatkan kepada orang-orang Kristen di Roma bahwa mereka telah
mengetahui "kairos" dan karena itu "tanggalkanlah perbuatan-perbuatan
kegelapan dan kenakanlah perlengkapan senjata terang" dan hiduplah
"dengan sopan seperti pada siang hari" (Roma 13:11-13). Kata yang
diterjemahkan "sopan" adalah suatu kata yang berarti elok, anggun,
kelas atas. Tidak ada tehnik untuk melakukan hal ini. Keelokan dan
keanggunan adalah buah keserasian dengan Allah. Bukan kemampuan tetapi
pemberian.
Bagaimanapun juga setiap kita adalah pengatur-pengatur waktu yang
berusaha keras membatasi dan membuat prioritas-prioritas agar acara
bisa tersusun dengan baik. Kita harus membaca tanda-tanda "kairos"
seperti seorang anak yang jungkir-balik ketika belajar bermain ski.
Ada dimensi yang semrawut tentang hakikat pengaturan waktu, apakah
waktu itu diartikan "chronos" atau "kairos". Bagaimanapun juga kita
akan tetap berusaha menaklukkan waktu. "Chronos" tidak dapat
diperlambat atau dipercepat. Demikian juga "kairos". Dapatkah kita
mengatur saat yang diberikan Tuhan? Pakailah istilah "pengaturan
hidup," maka akan tambah kacau jadinya. Kehidupan ini tidak dapat
diatur. Manusia juga tidak dapat diatur. Apalagi kematian, lebih tidak
dapat diatur. Dan yang paling tidak dapat diatur adalah Allah.
Kehidupan, kematian, Allah -- semua adalah anti pengaturan. Penolakan
kita terhadap kematian merupakan penolakan kematian, kehidupan dan
Tuhan terhadap pengaturan kita.
Secara jujur, saya tidak anti dengan pengaturan waktu. Berilah saya
waktu, maka saya akan mempergunakannya untuk mengikuti seminar-
seminar atau membaca buku-buku yang lain tentang pengaturan waktu. Dan
saya sangat berharap agar Anda mendapatkan manfaat dari pembicaraan
mengenai pengaturan waktu ini. Tetapi sementara kita membaca buku-buku
itu, memperhatikan hal ini, dan mengikuti seminar-seminar itu, kita
akan saling melirik satu sama lain, menyeringai dan mengeluh dengan
nafas panjang.
Bilamana saya berada di tengah pembicaraan tentang pengaturan waktu,
saya ingat ketika saya mengendarai mobil menuju pekerjaan pada pagi
setelah saya bertunangan dengan gadis yang sekarang menjadi isteri
saya. Waktu itu saya terjebak di dalam lalu lintas padat, dan sebuah
nyanyian dari kelompok Chicago mengalun dari radio. Lagu itu berjudul
"Apakah Setiap Orang Mengetahui Waktu Apakah Saat ini?" Lagu itu
berbicara tentang orang-orang yang berlalu-lalang di sini dan di sana
dengan jam tangan di pergelangan mereka, tetapi tidak mengetahui waktu
apakah saat itu. "Apakah setiap orang sudah waspada dengan waktu ini?"
kata mereka. "Kita punya cukup waktu untuk mati."
Begitu saya mendengar lagu itu, saya berpikir betapa tiada orang di
jalan ini yang mengalami hal indah seperti yang telah saya alami pada
malam sebelumnya. Saya ingin keluar dari mobil, pergi ke setiap mobil
lain, dan menceritakan hal itu kepada mereka. Tetapi baik mereka
maupun saya tidak punya waktu untuk itu.
|