Nama Kursus | : | Pernikahan Kristen (PKS) |
Nama Pelajaran | : | Suami Istri dalam Pernikahan Kristen |
Kode Pelajaran | : | PKS-R04a |
Referensi PKS-R04a diambil dari:
Judul Buletin | : | TELAGA |
Judul Artikel | : | Menjadi Sahabat Bagi Istri |
Pengarang | : | Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D. |
Penerbit | : | Literatur SAAT, Malang, 2004 |
Halaman | : | 5 -- 17 |
REFERENSI PELAJARAN 04a - SUAMI ISTRI DALAM PERNIKAHAN KRISTEN
MENJADI SAHABAT BAGI ISTRI
Persahabatan tidak bisa dijalin secara sepihak. Walaupun istri mau
bersahabat namun bila suaminya menolak tentu tidak terjadi
persahabatan. Sebenarnya banyak suami yang sungguh-sungguh mau menjadi
sahabat buat istrinya, namun belum tahu apa yang harus dia lakukan.
Jadi saya rasa pembahasan ini pasti akan menjadi berkat bagi kita
sekalian.
Sering kali wanita maupun pria melihat satu sama lain sebagai makhluk
yang asing, makhluk yang tidak bisa dia pahami. Dalam hal-hal tertentu
masing-masing bisa memahami pasangannya, tapi untuk waktu-waktu yang
lain, suami terkadang menganggap cara pikir istri begitu lain, dan
aneh. Sebaliknya, istri berprasangka suami berpikiran begitu aneh,
mengapa dia sampai bisa berpikir seperti itu. Maka saya setuju dengan
komentar, bahwa ada suami atau istri yang sebetulnya berupaya dengan
tulus untuk mengerti pasangannya, tapi mengalami kesulitan.
ENAM PRINSIP YANG DAPAT MENJADI BERKAT BAGI RUMAH TANGGA
- Seorang suami perlu mengerti bahwa wanita sangat dipengaruhi oleh
suasana hati dan gejolak hormonalnya. Wanita memang mudah
dipengaruhi secara emosional, jadi apa yang terjadi di luar akan
menggugah emosinya dan waktu emosi itu sudah tergugah, maka emosi
akan berperan sangat besar dalam pertimbangannya, dalam
persepsinya, dan dalam bagaimana dia bereaksi terhadap apa yang
sedang terjadi. Wanita juga dipengaruhi oleh gejolak hormonalnya,
setiap bulan wanita harus melewati menstruasi atau datangnya haid.
Pada masa ini akan terjadi perubahan hormonal dan akan membawa
perubahan dalam emosinya. Pria tidak harus mengalami gejolak
hormonal seperti ini. Setiap bulan pria itu melewati hari-harinya
dengan sama, tapi wanita tidak sama. Ada hal-hal yang membuat
wanita mudah terpancing dengan amarah, mudah bereaksi dengan
kesedihan sedangkan pria tidak. Kadang kala pria salah sangka dan
menganggap wanita tidak stabil. Sebetulnya bukan tidak stabil,
dalam pengertian adanya kelemahan, tapi memang wanita sangat
dipengaruhi oleh suasana hatinya dan gejolak hormonalnya. Jadi yang
harus dilakukan oleh seorang pria adalah perlu memperhatikan bahasa
tubuh istri kita, artinya perhatikan gerak-geriknya, wajahnya,
sikapnya, apakah mulai berubah. Sebab seharusnya hal ini terlihat
dengan jelas, waktu pria melihat bahwa istrinya mulai berubah,
berarti ada yang mengganggunya. Kita harus menyesuaikan tindakan,
sikap, atau kata-kata kita pada saat itu. Jangan sampai kita
seperti orang yang tidak bijaksana, apapun perubahan yang terjadi
pada diri istri kita tetap kita labrak, tetap kita katakan yang mau
kita katakan, tanpa memilih waktunya atau memilih kata-katanya.
Suami yang bijaksana ialah suami yang bisa melihat gerak-gerik
istrinya dan mengetahui bahwa si istri dalam perasaan tertentu atau
suasana hati tertentu.
Dalam kondisi emosi tidak stabil, yang paling penting adalah suami
tidak membalasnya. Kalau istri mulai beremosi dan suami
membalasnya, emosi disulut oleh emosi akan memperburuk keadaan.
Juga jangan mendiamkannya, ada suami yang akhirnya karena takut,
mendiamkan, justru tidak mau mengajak si istri berbicara. Itu juga
salah. Yang harus dilakukannya adalah tetap berbicara seperti biasa
tapi lebih peka, nada suara jangan terlalu dinaikkan, gunakan kata-
kata yang lebih lembut. Dengan kata lain, kita mencoba mengontrol
suasana di luar agar kondusif, dan bisa lebih reda. Misalkan masih
ada piring-piring menumpuk yang harus dicuci, dan si suami melihat
istri mulai tegang, tawarkanlah diri untuk mencuci piring-piring
tersebut. Atau ketika anak perlu perhatian, istri mulai merasa
tegang, suami bisa berkata, "Apa bisa saya bantu, saya saja yang
mengajak anak malam ini." Gerakan atau upaya suami untuk menolong
istri akan menciptakan suasana yang teduh, yang dapat membawa istri
untuk lebih tenang.
- Yang perlu dipahami oleh seorang suami, bahwa istri atau wanita
membutuhkan sentuhan fisik agar membuatnya merasa dikasihi. Saya
tahu ada wanita yang tidak terlalu membutuhkan, tapi umumnya wanita
membutuhkan sentuhan fisik. Sentuhan bukan berarti dipegang-
pegang, sentuhan berarti sentuhan yang lembut, yang sangat
sederhana tapi mengkomunikasikan perasaan cinta suami
kepada istri. Saran saya, jangan hanya menyentuh si istri waktu
berhubungan seksual. Bila kita hanya menyentuh istri pada waktu
berhubungan seksual, tidak bisa tidak istri akan merasa dipakai.
Jadi jangan sampai melakukannya hanya pada saat itu saja, sentuhlah
dia dalam suasana yang jauh lebih santai, ketika mau pergi, sedang
lewat, sedang berpapasan, peganglah tangannya, sentuhlah pundaknya
atau sedikit memegang tubuhnya. Hal ini membuat istri merasa bahwa
suami bersama dengan dia dan dia tidak sendiri. Bagi seorang
wanita, memiliki perasaan bersama atau kebersamaan adalah perasaan
yang penting. Waktu berjalan suami tidak berjalan sendirian tapi
berusaha memegangnya atau menyentuhnya. Ini membuat ia merasa
adanya kontak yang membuat ia merasa dikasihi dan bersama-sama, ini
hal-hal kecil yang bagi pria memang tidak ada artinya tapi berarti
besar bagi seorang wanita. Perempuan menghargai sentuhan-sentuhan
kecil seperti itu dan sama sekali tidak berarti kekanak-kanakan
atau manja.
Mengapa kadang-kadang pria merasa canggung, justru setelah dia
menjadi suami bagi wanita yang sekarang jadi istrinya? Waktu
berpacaran rasanya tidak ada kecanggungan untuk memegang pundaknya,
dan memegang tangannya ketika berjalan. Tapi setelah menjadi suami-
istri sekian tahun lalu pria canggung. Saya kira ada beberapa
penyebabnya:
- Pada masa berpacaran tentunya sentuhan adalah sesuatu yang juga
dinikmati oleh pria, karena sesuatu yang baru biasanya memang
menyenangkan. Lama kelamaan dia akan terbiasa, dan waktu sudah
terbiasa si pria tidak lagi merasakan gunanya. Sentuhan bagi
seorang pria kebanyakan hanya bermakna sentuhan fisik, tapi bagi
seorang wanita, sentuhan berarti suatu pengkomunikasian cinta.
Jadi sangat bersifat dalam dan emosional. Dengan kata lain bagi
pria, dia sudah berkali-kali menyentuhnya, ya sudahlah,
hilanglah daya tariknya atau maknanya tapi tidak demikian dengan
wanita.
- Penyebab kedua adalah karena pria biasanya berorientasi pada
target. Dia tahu bahwa wanita senang dipegang, disentuh dan
dipeluk. Pada masa berpacaran dia seperti sedang mencoba
mendapatkan targetnya, yaitu si calon istri. Setelah
mendapatkan, dia merasa tidak perlu lagi mengeluarkan banyak
energi untuk menyentuhnya seperti itu, karena sudah mendapat
targetnya. Sebenarnya itu harus dipelihara, jangan sampai pria
melupakan, bahwa setelah mendapat target, sudah boleh disia-
siakan.
Dalam hal komunikasi suami-istri, supaya suami bisa menjadi sahabat
bagi istrinya ia perlu mengerti bahwa wanita senang diajak
berbicara karena hal ini membuatnya merasa penting dalam kehidupan
si pria. Jadi bagi wanita tidak penting dia dilihat orang seperti
apa, tetapi dia ingin kepastian bahwa bagi suaminya, dia adalah
orang yang penting. Waktu dia merasa tidak penting bagi hidup
suami, itu hal yang mencemaskan dan sangat menakutkannya. Saran
saya, pilih waktu yang santai sekurangnya seminggu sekali untuk
berbincang-bincang dengan lumayan panjang, kalau bisa lebih banyak.
Tapi misalnya kalau sibuk sekali, sediakan waktu seminggu sekali
untuk bisa pergi berdua dan bisa ngobrol-ngobrol dengan bebas tanpa
anak, tanpa orang lain. Atau misalnya seorang suami berkata, "O ...
saya tidak pandai bicara, bagaimana ini?" Saya sarankan kalau tidak
bisa berbicara banyak, ajukan pertanyaan. Tanyakan tentang
kegiatannya hari itu, tentang anak-anak hari ini dan hal-hal rutin
lainnya. Saya berikan contoh yang sedikit memalukan saya. Beberapa
waktu yang lalu saya mulai bertanya kepada istri saya, "Apa kabar
kamu hari ini?" Waktu saya bertanya, saya kaget ternyata bertahun-
tahun saya tidak pernah menanyakan itu. Saya menganggap sudah tahu
bagaimana keadaannya setiap hari, ya sudah tidak perlu ditanya
lagi. Tapi waktu saya bertanya, saya diingatkan bahwa ini adalah
pertanyaan yang menyenangkan dia. Biasanya waktu saya tanyakan itu,
dia bercerita tadi begini, tadi begitu, tadi si anak begini, tadi
si itu begitu. Yang dibutuhkan oleh istri adalah jalinan kontak.
Waktu dia bisa berbicara dengan suaminya, dia merasa tidak
tertinggal, tidak dikeluarkan dari kehidupan suaminya, dia tetap
bersama suaminya sehingga ada kontak-kontak emosional. Wanita
sangat mendambakan jalinan atau kontak-kontak emosional seperti
ini.
Bisa juga meluangkan waktu pada saat jalan pagi atau sore sesudah
makan, di halaman atau di ruang tamu berbincang-bincang, ini memang
harapan setiap istri.
Bila mau dilakukan, ternyata tidak terlalu susah, jalan pagi
bersama-sama atau berduaan sore-sore, atau ngobrol-ngobrol berdua.
Itu nantinya bisa menjadi kebiasaan. Dan saya melihat akhirnya
waktu suami bisa memberikan meskipun tidak banyak waktu seperti
itu, hasil yang dia akan petik justru sangat besar. Si istri merasa
disayangi dan akan membalas dengan lebih banyak cinta kasih kepada
suaminya.
Seorang suami perlu mengerti bahwa wanita sangat dipengaruhi oleh
emosi sesaat dan mudah kehilangan keseimbangan rasional. Kadang
kala istri akan mencetuskan kata-kata "aku tidak suka denganmu",
hati-hati agar pria tidak menginterpretasi kata-kata ini secara
kaku. Waktu wanita berkata demikian umumnya itu adalah emosinya
yang sesaat dan kita perlu ketahui bahwa cetusan emosi tidak sama
dengan isi hati. Pria berbeda, pada umumnya pria baru mengeluarkan
kata-kata yang negatif atau menyakitkan setelah dia merasakan itu
untuk waktu yang lama, kalau wanita tidak. Jadi sebaliknya kepada
para wanita, sebisanya hati-hati dengan kata-kata itu, sebab pria
cenderung menafsir kata-kata itu secara permanen, selama-lamanya
engkau tidak suka denganku. Misalnya dalam hubungan seksual, waktu
si istri tidak bersedia mungkin sang suami berpikir engkau tidak
suka dan kalau engkau tidak suka berarti selama-lamanya engkau
tidak suka.
- Pria perlu menyadari wanita dipengaruhi oleh emosi sesaat, dan
yang sesaat tidak berarti selama-lamanya.
- Yang lainnya lagi yang harus dilakukan oleh pria adalah
menoleransi ketidakkonsistenan dan subjektifitas istrinya.
Memang istri mungkin akan berkata begini hari ini dan besok lain
lagi, atau berpandangan cukup subjektif dan kurang melihat
secara objektif. Suami seharusnya tidak mempermasalahkan hal
itu. Jangan menyerang istri dan berkata "engkau tidak
konsisten", "engkau terlalu subjektif". Hadapi dan beritahukan
saja apa yang menurut pria ini seharusnya dipikirkan atau
dilakukan, tanpa harus menyerang bahwa istri ini terlalu apa
atau bagaimana. Sebab memang begitulah adanya.
- Bila ada konflik, berilah penjelasan setelah emosi wanita reda,
namun sewaktu emosinya belum mereda, tidak berarti si pria harus
meninggalkan istri, itu lebih memancing kemarahan. Biarkan duduk
sama-sama, dengarkan dulu sampai dia sudah tenang, kemudian
disambung lagi. Atau si pria bisa berkata, "Saya rasa tidak bisa
kita teruskan sekarang, kita tunda dulu, nanti kita lanjutkan."
Nanti setelah dia tenang, suami akan bisa berbicara dengan lebih
logis. Jadi intinya jangan membalas emosi dengan emosi karena
emosi mudah tersulut oleh emosi yang lainnya.
Berikutnya adalah tentang bertanya. Ini sering kali mengganggu
bila wanita suka bertanya dan pria menganggap, wanita ingin
menguasainya, mengatur hidupnya atau mempertanyakan keputusannya.
Pria perlu mengerti bahwa umumnya pada saat wanita bertanya, ia
ingin bicara dan kalau tidak hanya ingin bicara, biasanya dia
memang sungguh-sungguh tidak begitu mengerti dan ingin mendapatkan
penjelasan dari pria. Jadi jarang wanita yang sungguh-sungguh
berminat atau berambisi untuk menguasai suaminya, kebanyakan hanya
untuk bertanya karena tidak tahu atau hanya untuk ngobrol. Atau
agar bisa terjadi percakapan, maka dia bertanya. Saran saya adalah
jangan mudah merasa defensif, marah, apalagi tersinggung karena si
istri bertanya, jawab seadanya. Dan kalau tidak sempat menjawab,
kita bisa menjanjikan kesempatan yang lain, kita bisa berkata
sekarang aku lagi sibuk, sekarang aku lagi mengerjakan ini
bagaimana nanti aku akan berikan jawabannya. Janjikanlah kesempatan
lain dan penuhi janji itu.
Mungkin saja pertanyaan itu merupakan kebutuhan istri untuk
memberikan rasa aman pada dirinya, cintanya berkali-kali
ditanyakan, "kamu cinta saya?" Padahal dia tahu kalau dia masih
atau tetap dikasihi. Tadi kita sudah singgung bahwa wanita bersikap
sangat subjektif dan dipengaruhi oleh emosi sesaat, bahwa sesuatu
itu tidak bisa langsung dianggap permanen. Jadi bagi seorang wanita
hari ini dia tahu dia dikasihi, besok dia ingin diberikan jaminan
lagi bahwa dia dikasihi. Kalau pria tidak perlu, dia tahu si istri
mencintainya dan itu berlaku untuk selamanya. Berbeda dengan wanita
yang memerlukan peneguhan ulang. Sebab wanita dipengaruhi oleh
emosi sesaat. Waktu dia melihat suaminya agak sedikit repot, tidak
begitu banyak ngomong dengan dia hari ini, itu sudah membuat wanita
merasa berbeda, ada yang tidak sama antara kemarin dan sekarang.
Berarti dia harus tahu, apakah perasaan suami tetap sama atau
jangan-jangan ada apa-apa dengan dia. Dia mau memastikan sehingga
ia harus bertanya.
Ada kemungkinan istri dipengaruhi oleh kebiasaan laki-laki suka
menyeleweng, karena hal ini sering terjadi. Boleh dikatakan,
ketakutan ini menghantui semua istri, jadi untuk berjaga-jaga
jangan sampai kecolongan, maka wanita akhirnya bertanya-tanya.
Kadang-kadang yang sering kali terjadi adalah istri menceritakan
satu hal yang sama berulang-ulang. Sekali lagi, bagi wanita,
berbicara adalah hal yang memang merupakan kebutuhannya. Jadi
isinya, berapa rasionalnya, berapa pentingnya itu memang nomor dua.
Yang penting terjadinya percakapan, itu adalah tujuan akhirnya.
Kalau pria berbicara biasanya untuk tujuan tertentu demi mencapai
target. Kalau wanita tidak, bicara itu sendiri adalah targetnya.
Pria perlu mengerti bahwa wanita melihat dunianya secara personal
atau pribadi dan wanita ingin dinilai baik. Pada dasarnya pria
ingin dinilai sanggup atau mampu, wanita ingin dinilai baik.
Maksudnya begini:
- Jangan mengkritik wanita secara langsung apalagi kasar, karena
wanita memang bersifat personal. Mudah sekali sesuatu itu
ditafsirkan sebagai serangan terhadap dirinya bahwa ada yang
tidak baik tentang dirinya, bahwa dia bukan orang yang baik,
tidak layak, atau ada yang cacat, itu sangat mudah melukai hati
wanita. Jadi kritiklah dengan sangat hati-hati, karena bila
langsung menghujamkan kritikan, kebanyakan akan berdampak
negatif.
- Jangan membandingkan istri dengan orang lain, karena biasanya
akan memancing kemarahan, sebab wanita bersifat pribadi dan
berorientasi secara personal. Jadi waktu dibanding-bandingkan,
dia merasa dirinya jelek dan ada orang yang lebih bagus dan dia
dipermalukan karena orang lain yang dibandingkan lebih bagus
daripadanya. Jadi hati-hati, jangan membandingkan bahkan dengan
ibu atau saudara sendiri sekalipun.
- Bila suami ada ketidakpuasan, ungkapkanlah ketidakpuasan itu
dengan lemah lembut dan yakinkanlah bahwa ini demi kebaikan
relasi kita berdua. Kalau pria perlu diyakinkan, ini untuk
kebaikan si pria, kalau wanita tidak. Wanita lebih peduli kalau
dikatakan bahwa ini untuk kebaikan relasi kita berdua sebab
sekali lag; bagi wanita kebersamaan itu sangatlah penting, jadi
bila dia tahu ini untuk kebaikan suami-istri, dia akan lebih
peka waktu mendengarkannya.
Walaupun di sini tidak mengungkapkan sedikit pun tentang seks,
sebenarnya tetap ada pengaruhnya. Suami yang menginginkan seks pada
istri biasanya tetap membuat istri penting, menarik, tetap
bergairah atau menggairahkan. Waktu suami tidak mau lagi
berhubungan dan tidak lagi meminta, cenderung membuat istri merasa
dia sudah tidak lagi menggairahkan suaminya. Dan ini bisa menjadi
kerikil. Namun kalau suami bisa memberikan hubungan seksual itu
dengan teratur meskipun tidak terlalu sering biasanya itu sudah
sangat memuaskan bagi istri, sebab memang kebutuhan seksual pria
dan wanita tidak sama. Bagi wanita kebutuhan emosional berada di
atas kebutuhan seksual, bagi pria pada umumnya kebutuhan seksual
berada di atas kebutuhan emosionalnya.
Dalam Efe 5:28 ada nasihat: "Demikian juga suami harus mengasihi
istrinya sama seperti tubuhnya sendiri. Siapa yang mengasihi istrinya
mengasihi dirinya sendiri."
Firman Tuhan dengan jelas meminta suami untuk mengasihi istrinya dan
siapa yang mengasihi istri, dia adalah sahabat istri. Enam hal yang
telah kita bahas di atas merupakan contoh-contoh konkret bagaimana
suami bisa mengasihi istrinya. Misalkan dengan sentuhan, kata-kata
yang lembut, mengerti bahwa dia memang cenderung subjektif dan
sebagainya. Itu adalah wujud cinta kasih dan waktu suami memberikan
semuanya itu, istri melihat bahwa suami mengasihinya dan dia
menganggap suami sebagai sahabatnya, berada di pihaknya.
Hal ini akan menjadi contoh buat anak-anaknya sehingga mereka juga
mencintai ibunya. Juga bila suami suka menyentuh dan merangkul, anak
juga suka melakukan hal yang sama pada ibunya. Jadi anak-anak akan
belajar banyak dari perilaku kita, waktu dia melihat hal-hal yang baik
dia juga akan mengikutinya. Dan itu adalah investasi yang bagus bagi
si anak karena nanti dia akan memberikan itu kepada istrinya pula.
Hanya dengan persahabatan yang kokoh di mana Tuhan yang menjadi
pemersatunya, keluarga-keluarga saat ini akan dapat bertahan di
tengah-tengah gempuran pencobaan dan tantangan zaman.