Nama Kursus : PENGANTAR PERJANJIAN BARU
Nama Pelajaran : Latar Belakang Agama Dunia PB
Kode Pelajaran : PPB-R02b
Referensi PPB-02b diambil dari:
Judul Buku : Dunia Perjanjian Baru
Pengarang : J.I Packer, Merrill C.Tenney, William White, Jr
Penerbit : Gandum Mas, Malang, 1993
Halaman : 104 - 117
REFERENSI 02b - LATAR BELAKANG AGAMA DUNIA PB
SEKTE-SEKTE YAHUDI DALAM ERA PERJANJIAN BARU
Waktu Yesus lahir, orang-orang Yahudi telah terbagi dalam tiga faksi
utama: Farisi, Saduki, dan Eseni. Di dalam setiap faksi itu
terdapat kelompok-kelompok kecil orang Yahudi yang bersatu dengan
landasan ajaran-ajaran seorang rabi tertentu atau kelompoknya. Jadi
selagi membicarakan ketiga faksi besar dalam agama Yahudi Perjanjian
Baru itu, kita juga perlu mengingat bahwa dalam kelompok-kelompok
kecil itu orang-orang Yahudi memiliki pandangan yang beraneka
ragam.
A. Orang-Orang Farisi: Para Ahli Taurat
Orang-orang Farisi muncul dari kalangan kaum Hasidim pada masa
Yohanes Hirkanus. Orang-orang Farisi ini adalah ahli-ahli tafsir
tradisi mulut ke mulut yang berasal dari para rabi. Pada umumnya
mereka berasal dari kalangan menengah, yakni para tukang dan kaum
pedagang (contoh, Paulus adalah pembuat tenda). Mereka mempunyai
pengaruh yang sangat besar di antara para petani. Yosefus mengamati
bahwa pada saat orang-orang Yahudi harus mengambil suatu keputusan
yang sangat penting, mereka lebih bersandar pada pendapat orang-
orang Farisi ketimbang pada raja ataupun imam besar (Antiquities,
Bk. XII, Psl. x Bgn. 5). Karena rakyat sangat mempercayai mereka,
orang Farisi diangkat untuk menduduki jabatan jabatan penting dalam
pemerintahan, termasuk untuk duduk dalam Sanhedrin (Senat). Menurut
perkiraan Yosefus, dalam zaman Tuhan Yesus, di tanah Palestina hanya
ada sekitar 6.000 orang Farisi; karena itu mereka sangat memerlukan
dukungan rakyat banyak. Kemungkinan itulah sebabnya mereka sangat
gentar melihat kemampuan Yesus mengumpulkan orang banyak di sekitar-
Nya.
Para Farisi mengajarkan bahwa orang yang benar akan mengalami
kebangkitan sesudah kematian (Kisah 23:8), sedangkan orang durhaka
akan menerima hukuman yang kekal. Tidak banyak kelompok Yahudi yang
menerima ajaran itu. Sebaliknya banyak yang mendukung pendapat
Yunani dan Persia bahwa setelah mati jiwa dan tubuh berpisah untuk
selama-lamanya.
Kemungkinan faktor itu juga yang menyebabkan banyak orang datang
pada Yesus. Yesus adalah seorang tukang kayu miskin, namun ia sangat
ahli dalam menjelaskan hukum Taurat (Matius 7:28, 29); selain itu,
Ia juga mengajarkan tentang kebangkitan dan kehidupan sesudah
kematian (Lukas 14:14; Yohanes 11:25). Pengajaran Yesus mengenai
adat istiadat manusia (Markus 7:1-9), penghormatan kepada orang tua
(Markus 7:10-13), dan soal memelihara Sabat (Matius 12:2432), cocok
dengan pengajaran orang-orang Farisi. Yesus juga sering berbicara
mengenai malaikat-malaikat, setan-setan, dan berbagai macam roh
seperti yang digambarkan dalam mistik Yahudi. Ini menarik minat
orang banyak.
B. Orang-Orang Saduki: Para Penjaga Taurat
Setelah wangsa Makabeus berhasil memaksa Siria untuk angkat kaki
dari bumi Palestina, orang-orang Yahudi Helenis tidak berani lagi
menunjukkan diri mereka. Bagi para sarjana Yahudi, menyokong
pemikiran-pemikiran Yunani sudah menjadi tidak aman. Namun kaum
intelektual Yahudi ini tetap menerapkan jalan pemikiran mereka
terhadap berbagai masalah pada masa itu dan mereka membentuk suatu
sekte Yahudi baru yang dikenal sebagai Saduki.
Dari mana asalnya nama itu tidak lagi diketahui dengan pasti. Banyak
ahli bahasa Ibrani yang menganggap kata itu diambil dari kata saddig
("benar"), atau kemungkinan juga berasal dari nama imam Zadok,
karena orang-orang Saduki terkait erat dengan keimaman di Bait
Allah.
Orang-orang Saduki menolak tradisi para rabi yang diturunkan dari
mulut ke mulut itu. Mereka hanya menerima Taurat Musa yang tertulis,
dan setiap pengajaran lain yang tidak didasarkan pada Firman Tuhan
yang tertulis, mereka tolak dengan keras (Yosefus, Antiquities, Bk.
XIII, Psl. x, Bgn. 6). Mereka melihat bahwa pengajaran Farisi
terlalu banyak mendapat pengaruh dari Persia dan Asyur, dan
menganggap orang-orang Farisi sebagai penghianat-penghianat
terhadap tradisi Yahudi. Mereka menolak ajaran orang-orang Farisi
mengenai malaikat-malaikat, setan-setan, dan kebangkitan setelah
kematian (Matius 22:23-32; Kisah 23:8). Jadi mereka menentang Yesus
ketika dalam hal itu Yesus sependapat dengan para Farisi (Matius
22:31-32).
Orang-orang Saduki mengambil pendapat seorang filsuf Yunani,
Epikurus, yang mengatakan bahwa jiwa seseorang ikut mati juga ketika
tubuhnya mati (Yosefus, Antiquities, B. XIII, Psl. ii, Bgn. 4).
Mereka mengajarkan bahwa tiap orang menentukan nasibnya sendiri.
Orang-orang Saduki gemar berdebat tentang soal-soal teologi dan
filsafat-bukti lain dari minat Yunani yang telah menjadi bagian
mereka. Ide-ide canggih mereka tidak menarik untuk banyak orang,
karena itu dalam bidang politik mereka terpaksa bergandengan tangan
dengan orang-orang Farisi. Sebetulnya, seandainya tidak terjadi
perubahan yang aneh dalam politik Yahudi, pastilah orang-orang
Saduki sudah tenggelam sebelum masa Perjanjian Baru.
Orang-orang Farisi menentang keputusan Yohanes Hirkanus untuk
menjadi imam besar, karena mereka mendengar bahwa dalam masa teror
pemerintahan Antiokhus IV, ibu Hirkanus telah diperkosa. Hirkanus
membuktikan bahwa cerita itu bohong, tetapi pengadilan Farisi hanya
menjatuhkan hukuman beberapa kali pukulan saja bagi si pembuat
cerita itu. Hal ini membuat Hirkanus marah besar dan ia memberikan
sokongannya kepada orang-orang Saduki.
Anak Hirkanus, Aleksander Yaneus (tahun 104-78 SM), belajar di bawah
asuhan para dosen Yunani di Roma. Ia sangat tertarik dengan
pemikiran-pemikiran Yunani, dan secara diam-diam menyokong orang-orang
Saduki yang intelektual itu. Yosefus mencatat bahwa suatu
ketika Yaneus menjadi mabuk pada hari raya Pondok Daun, dan
menuangkan air persembahan ke kakinya, bukan ke atas mezbah.
(Mungkin ini adalah cara Yaneus untuk mengejek orang-orang Farisi,
yang menuangkan air ke atas mezbah bila sedang mengharapkan turunnya
hujan.) Pemberotakan pun terjadi. Tentara-tentara Yaneus memulihkan
keadaan, tetapi mereka baru berhasil setelah jatuh korban sebanyak
6.000 orang (Yosefus, Antiquities, Bk. XIII, Psl. v, Bgn. 13).
Orang-orang Farisi mengadakan perang saudara yang sengit dengan
Yaneus (tahun 94-88 SM), yang berakhir dengan disalibkannya para
pemimpin Farisi bersama 800 pengikut mereka.
Istri Hirkanus, Salome, lebih bertoleransi terhadap orang-orang
Farisi ketika ia memegang pemerintahan (tahun 78-69 SM). Namun
orang-orang Farisi maupun Saduki tidak pernah melupakan episode
berdarah itu.
C. Orang-Orang Eseni: Para Pemegang Kebenaran Radikal
Orang-orang. Eseni juga muncul dari gerakan saleh yang dikenal
sebagai Hasidim. Yosefus menginformasikan tentang adanya dua
kelompok Eseni (War, Bk. 11, Psl. viii, Bgn. 2), sedangkan Uskup
Hippolytus yang hidup pada abad ke-3 mengatakan ada empat kelompok
Eseni (lihat karyanya, Refutation of All Heresies). Mungkin saja
jumlahnya lebih dari itu.
Nama Eseni berasal dari bahasa Ibrani yang berarti "saleh" atau
"suci". Walaupun mereka dinamakan demikian oleh orang-orang Yahudi
yang lain, orang-orang Eseni sendiri kemungkinan menolak julukan
itu. Mereka tidak memandang diri mereka suci atau saleh; tetapi
mereka menganggap diri mereka sebagai para penjaga kebenaran-kebenaran
yang misterius, yang akan menguasai kehidupan Israel bila
kelak Mesias datang.
Banyak sarjana percaya bahwa naskah-naskah kaum Zadok yang ditemukan
di sinagoge di Kairo pada tahun 1896 ditulis oleh salah satu
kelompok Eseni. Naskah-naskah tersebut melukiskan pertempuran
terakhir antara Baik dan Jahat, yang akan mempersiapkan jalan bagi
kedatangan Sang Mesias.
Orang-orang Eseni berencana untuk merahasiakan informasi-informasi
seperti itu sampai tiba waktu yang tepat. Kemungkinan mereka melihat
diri mereka sebagai maskilim, "orang-orang bijaksana" yang Daniel
katakan akan menuntun Israel dalam masa sengsara besar (Daniel
11:33; 12:9-10).
Orang-orang Eseni pada umumnya hidup secara berkelompok jauh di
daerah-daerah pedalaman gurun pasir. Sebagian lagi tinggal di suatu
pemukiman di Yerusalem dan di sana bahkan ada gerbang yang disebut
Gerbang Eseni. Mereka mempraktikkan berbagai upacara yang sangat
rumit untuk menyucikan diri mereka, rohani maupun jasmani.
Tulisan-tulisan mereka (yaitu Gulungan Naskah Laut Mati yang pada
umumnya diakui para ahli sebagai tulisan-tulisan kaum Eseni)
menunjukkan bahwa mereka sangat ketat menghindarkan diri agar tidak
tercemar oleh masyarakat di sekitar mereka, dengan harapan bahwa
Tuhan akan menghargai kesetiaan mereka itu. Mereka menyebut pimpinan
mereka sebagai Guru Kebenaran.
Gulungan Naskah Laut Mati tidak mengidentifikasi orang-orang dalam
masyarakat Qumran tempat gulungan naskah itu ditulis; namun Plinius,
sejarawan Romawi, mengatakan bahwa wilayah tersebut adalah markas
sekte Eseni. Pada tahun 1947 seorang anak gembala Badui melemparkan
sebuah batu ke dalam sebuah gua di Khirbet Qumran (di pantai barat
laut Laut Mati) dan mendengar suara tembikar yang pecah. Anak
gembala tersebut memasuki gua itu dan menemukan beberapa buah guci
berisi naskah-naskah kuno. Para sarjana kemudian mengenali naskah-
naskah temuan tersebut sebagai kitab Yesaya, tafsiran kitab Habakuk,
dan beberapa dokumen lainnya yang berisi ajaran-ajaran sekte Qumran.
Akhirnya, mereka berhasil menemukan sebelas gua yang di dalamnya
terdapat gulungan naskah-naskah kuno. Kecuali kitab Ester, seluruh
kitab lainnya dari Perjanjian Lama terdapat di antara naskah-naskah
itu, baik secara lengkap ataupun sebagiannya. Sebagian besar dari
naskah-naskah itu merupakan salinan-salinan dari zaman wangsa
Makabeus. Penemuan itu telah merangsang minat para arkeolog terhadap
puing-puing Khirbet Qumran sendiri, tempat mereka menemukan sebuah
ruangan besar yang pernah digunakan untuk menyalin berbagai naskah.
Para sarjana masih memperdebatkan apakah benar penghuni Qumran
adalah orang-orang Eseni, karena beberapa bagian dari
tulisan-tulisan mereka ada yang bertentangan dengan ajaran-ajaran
yang dikenal sebagai ajaran Eseni. Ada yang percaya bahwa orang-
orang Farisi yang melarikan diri dari amukan Yaneus (tahun 88 SM)
telah datang dan menetap di Qumran. (Sebuah tafsiran kitab Nahum
yang ditemukan di Qumran nampak ada kaitannya dengan cara hidup
orang-orang Farisi.) Namun seandainya masyarakat Qumran hanyalah
salah satu pecahan dari orang-orang Eseni, itu akan merupakan
penjelasan yang memuaskan tentang adanya penyimpangan-penyimpangan
yang kadang-kadang mereka lakukan terhadap ajaran-ajaran Eseni yang
utama.
D. Orang-Orang Zelot
Serbuan Pompeius ke tanah Palestina pada tahun 63 SM memupuskan
harapan orang-orang Yahudi untuk membangun kembali suatu
pemerintahan sendiri. Namun ada kelompok-kelompok yang tetap
bersikeras bahwa orang-orang Yahudi harus berhasil mengusir para
penyerbu dari Romawi itu. Orang-Orang "Zelot" ini berupaya
membangkitkan pemberontakan di antara orang-orang Yahudi.
Pemimpin Zelot yang paling dikenal adalah Yudas orang Galilea (Kisah
5:37). Ketika Agustus memerintahkan untuk mengenakan pajak kepada
"semua orang di seluruh dunia" (Lukas 2:2), Yudas memimpin suatu
pemberontakan yang membawa malapetaka melawan pasukan Romawi.
Yosefus berkata bahwa pemberontakan ini adalah awal dari
konflik-konflik Yahudi dengan Kerajaan Romawi yang berakhir dengan
penghancuran Bait Allah pada tahun 70 (Antiquities,
Bk. VIII, Psl. viii).
Yudas dan pengikut-pengikutnya membenci setiap kekuatan asing yang
menguasai pemerintahan di negeri mereka. Kemungkinan jalan pikiran
mereka yang mendorong seorang Farisi untuk bertanya kepada Yesus,
"Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?"
(Markus 12:14).
Pada masa Feliks menjadi prokurator atas Yudea (tahun 52-60),
orang-orang Zelot membentuk suatu kelompok radikal yang terkenal
dengan nama Sicarii ("manusia belati"). Pada waktu diadakan
upacara-upacara perayaan, para Sicarii disebarkan ke tengah massa.
Di sana mereka membunuh para simpatisan Roma dengan belati yang diselipkan
di balik baju mereka. Dalam masa perang dengan Roma (tahun 66-70),
para Sicarii menyelamatkan diri ke benteng tua Yahudi di Masada, dan
membuat benteng itu sebagai markas besar mereka. Dua tahun setelah
jatuhnya Yerusalem, satu legiun Romawi mengadakan gempuran ke
Masada. Daripada mati di tangan orang bukan Yahudi, para Sicarii
memilih untuk bunuh diri beserta keluarga mereka-960 orang tewas
dalam peristiwa itu.
E. Orang-Orang Herodian
Sebuah sekte Yahudi lagi yang muncul dalam era Romawi, yaitu sekte
yang dikenal dengan nama Herodian. Sekte ini adalah suatu partai
politik yang beranggotakan orang-orang Yahudi dari berbagai macam
sekte keagamaan. Mereka mendukung dinasti Herodes Agung; sebetulnya
mereka tampaknya lebih suka otonomi penuh penindasan oleh Herodes
daripada pengawasan asing penguasa Romawi. Orang-orang Herodian ini
tiga kali disebut dalam Perjanjian Baru (Matius 22:16; Markus 3:6;
12:13), namun tidak ada satu pun dari ayat-ayat itu yang memberi
kita gambaran yang jelas mengenai kepercayaan mereka.
Beberapa sarjana percaya bahwa orang-orang Herodian mengira Herodes
adalah Mesias. Namun pandangan tersebut tidak didukung oleh bukti
yang kuat.
F. Orang-orang Samaria
Orang-orang Samaria adalah hasil perkawinan campuran antara
orang-orang Yahudi yang tetap tinggal di tanah Palestina dengan
orang-orang Asyur yang menaklukkan Israel dan menduduki Tanah Perjanjian
itu. Jadi, keberadaan mereka merupakan suatu pelanggaran terhadap
Taurat Allah. Mereka beribadah kepada Allah di Bukit Gerizim, di
lokasi tempat mereka mempersembahkan binatang kurban dan mendirikan
tempat ibadah mereka sendiri. Orang-orang Samaria dipandang rendah
oleh orang-orang Yahudi yang kembali dari pembuangan. Mereka disebut
sebagai "orang bodoh yang tinggal di Sikhem" (Ekklesiastikus 50:25-26).
Pada tahun 128 SM Yohanes Hirkanus menghancurkan tempat ibadah
di Bukit Gerizim itu. Sejak saat itu orang-orang Yahudi dan
orang-orang Samaria putus hubungan sama sekali (band. Yohanes 4:9).
Dalam hal-hal tertentu, Yesus juga mengambil jarak dengan orang-orang
Samaria. Ia menyuruh murid-murid-Nya agar tidak menyimpang ke tempat
orang-orang bukan Yahudi dan ke kota-kota orang Samaria (Matius
10:5-7). la juga mencela kebiasaan orang-orang Samaria yang
menyembah hanya di Bukit Gerizim (Yohanes 4:19-24). Meskipun
demikian Yesus mau berkunjung ke sebuah desa di Samaria (Lukas 9:52),
dan berbicara dengan seorang perempuan Samaria (Yohanes
4:742). Bahkan perumpamaan-Nya tentang Orang Samaria yang Murah Hati
menunjukkan bahwa dalam pandangan-Nya, orang Samaria bisa jadi lebih
setia terhadap Taurat daripada orang Yahudi (Lukas 10:25-37). Ketika
Yesus menyembuhkan 10 orang kusta, hanya si pria Samaria yang datang
mengucapkan terima kasih kepada-Nya (Lukas 17:11-19). Dan ketika
Yesus mengamanatkan murid-murid-Nya untuk melaksanakan misi
pemberitaan Injil, Ia secara khusus mengutus mereka untuk pergi juga
ke Samaria (Kisah 1:8).
G. Para Pengikut Yohanes Pembaptis
Yohanes Pembaptis, dilahirkan dari pasangan suami-istri lanjut usia
keturunan keluarga Imam Harun. Sebagian sarjana beranggapan bahwa
setelah orang tuanya meninggal, Yohanes Pembaptis pergi ke padang
gurun dan hidup di antara orang-orang Eseni (band. Lukas 1:80).
Namun lebih besar kemungkinannya bahwa orang tuanya yang telah
membawa dia ke padang gurun untuk menghindari pembantaian bayi-bayi
yang dilakukan oleh Herodes (Matius 2:16). Bagaimanapun juga,
orang-orang Eseni tentu sudah mempengaruhi keluarga Yohanes Pembaptis.
Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa Mesias segera akan muncul di
Israel, dan ia menyerukan agar orang Israel mempersiapkan diri untuk
menyambut kedatangan Sang Penebus itu. Ini menarik perhatian
masyarakat umum yang kemudian datang kepada Yohanes untuk dibaptis.
Tetapi Herodes kuatir kalau-kalau kegiatan Yohanes ini memberi
inspirasi kepada masyarakat untuk mengadakan pemberontakan (Yosefus,
Antiquities, Bk. XVIII, Psl. v, Bgn. 2).
Pengajaran Yohanes sendiri rupanya bersifat revolusioner. Ia
menganjurkan murid-muridnya untuk saling berbagi pakaian dan makanan
(Lukas 3: 11). Ia mengutuk perkawinan Herodes dengan iparnya karena
suami sang ipar, yaitu saudara laki-laki Herodes sendiri, masih
hidup. Ia tidak gentar menentang keadaan politik Israel yang status
quo. Akhirnya, Yohanes dipancung atas perintah Herodes Antipas.
Banyak dari pengikut Yohanes yang beranggapan bahwa Yohanes adalah
Sang Mesias itu sendiri. Walaupun mereka pada hakikatnya tidak
membentuk suatu sekte tersendiri, pada masa Yesus gerakan mereka
merupakan gerakan keagamaan yang penting. Sekarang ini di Timur
Dekat ada suatu kelompok kecil yang dikenal sebagai orang-orang
Mandea, yang menyatakan diri mereka sebagai keturunan dari
pengikut-pengikut Yohanes Pembaptis.
|