Nama Kursus : PENGANTAR PERJANJIAN BARU
Nama Pelajaran : Gereja di Antiokhia
Kode Pelajaran : PPB-R06b
Referensi PPB-06b diambil dari:
Judul Buku : Survei Perjanjian Baru
Pengarang : Merrill C. Tenney
Penerbit : Gandum Mas, Malang, 2000
Halaman : 110 - 116
REFERENSI 06b - SEJARAH GEREJA MULA-MULA
GEREJA DI ANTIOKHIA
Kota Antiokhia dibangun oleh Seleukus Nicator dalam tahun 300 Sm.
Di bawah pemerintahan raja-raja Seleuk yang pertama ia berkembang
dengan pesat. Pada mulanya kota ini sepenuhnya dihuni oleh orang-orang
Yunani, namun kemudian orang-orang Siria menetap di luar tembok kota
dan akhirnya menyatu dengan kota sejalan dengan perkembangan kota itu.
Unsur penduduk yang ketiga adalah orang-orang Yahudi, banyak di
antaranya yang merupakan keturunan dari penghuni kota pertama yang
didatangkan dari Babilon. Mereka mempunyai hak-hak yang sama dengan
orang Yunani dan tetap menjalankan ibadat mereka di sinagoge-sinagoge.
Di bawah pemerintahan Romawi, Antiokhia menjadi makmur. Karena
merupakan pintu gerbang militer dan perniagaan ke Timur, ia menjadi
kota yang terbesar setelah Roma dan Aleksandria.
Tahun berdirinya gereja di Antiokhia tidak dinyatakan dengan jelas.
Nampaknya ia berdiri tidak lama setelah kematian Stefanus, mungkin
sekitar tahun 33 hingga 40. Untuk mendapatkan ukuran dan reputasi yang
cukup berarti hingga dapat menarik perhatian gereja di Yerusalem
(11:22) tentu dibutuhkan beberapa waktu. Gereja di Yerusalem mengutus
Barnabas untuk mengunjungi Antiokhia, di mana ia bekerja entah
selama berapa lama, dan kemudian pergi ke Tarsus untuk meminta
Paulus agar menjadi pembantunya (11:22-26). Mereka bekerja bersama-sama selama; sekurang-kurangnya satu tahun setelah itu (11:26) sebelum
Agabus meramalkan bahaya kelaparan yang akan menimpa dunia "pada zaman
Claudius" (11:28). Makna yang tersirat dalam ayat ini adalah bahwa;
ramalan ini diberikan sebelum Claudius naik takhta pada tahun 41,
dan bahwa bahaya kelaparan terjadi sesudah itu. Data kronologis
lainnya diperoleh dari penyebutan tentang Herodes Agripa I (12:1),
yang meninggal dunia pada tahun 44. Mungkin pelayanan di Antiokhia
dimulai sekitar tahun 33 hingga 35. Bila dana bantuan kelaparan
dikumpulkan sekitar tahun 44, Barnabas pasti telah mulai menjalin
hubungannya dengan Antiokhia sekitar tahun 41, yang berarti bahwa
Paulus mulai menjalankan tugasnya di sana pada tahun 42.
Meskipun kronologi ini tidak dapat dikatakan pasti, ia cukup sesuai
dengan perkembangan kegiatan Paulus yang diketahui. Bila ia menjadi
percaya dalam tahun 31 atau katakanlah 32, dan menghabiskan waktu tiga
tahun di kawasan Damsyik (Galatia 1:18), ia akan tiba di Yerusalem
sebelum tahun 35. Bila ia menghabiskan waktu selama satu atau dua
tahun di Yerusalem sebelum kembali ke Tarsus (Kisah 9:28-30), maka
ketika Bamabas datang untuk menyertainya dalam tugas barunya ia tentu
sudah berkhotbah selama lima tahun di Tarsus dan Kilikia. Nampaknya
ada suatu kesenjangan waktu yang cukup besar di sini, tetapi banyak
kesenjangan lain dalam karangan Lukas mengenai perkara yang sama
pentingnya hingga keadaan ini tidak menjadi sesuatu yang luar
biasa.
Gereja di Antiokhia cukup penting, karena ia memiliki beberapa segi
yang menonjol. Pertama, ia adalah induk dari gereja bagi bangsa-bangsa
lain. Rumah di keluarga Kornelius tidak dapat disebut gereja dalam
arti yang sama dengan kelompok umat di Antiokhia, karena ia adalah
suatu kelompok keluarga pribadi bukan suatu jemaat umum. Dari gereja
Antiokhia berangkatlah misi resmi yang pertama ke dunia yang belum
tersentuh Injil. Di Antiokhia dimulailah perdebatan yang pertama
tentang status umat Kristen dari bangsa-bangsa lain. Ia merupakan
pusat tempat berkumpulnya para pemimpin gereja. Secara bergantian,
Petrus, Barnabas, Titus, Yohanes Markus, Yudas Barsabas, Silas, dan
bila naskah Barat benar, penulis dari buku ini sendiri, semuanya
dihubungkan dengan gereja di Antiokhia. Patut untuk diperhatikan bahwa
dapat dikatakan mereka semuanya terlibat dalam misi kepada bangsa-bangsa lain dan disebut-sebut dalam Surat Kiriman Paulus maupun di
dalam Kisah Para Rasul.
Kitab-kitab Injil mungkin berasal dari Antiokhia. Kemungkinan
hubungan di antara Markus dan Lukas maupun kenyataan pertemuan mereka
di Roma barangkali dapat menjawab beberapa masalah yang sering
diperdebatkan dalam masalah Sinoptis. Ignatius, uskup di Antiokhia
pada akhir abad yang pertama, nampaknya nyaris hanya mengutip dari
Matius, ketika ia berbicara mengenai Injil, seolah-olah Injil Matius
adalah satu-satunya Injil Sinoptis yang diketahuinya. Streeter
mempertahankan pendapatnya secara panjang lebar bahwa Injil Matius
berasal dari Antiokhia, karena ia digunakan oleh Ignatius dan di dalam
Didakhe (Ajaran Dua Belas Rasul, keduanya menurutnya adalah dokumen-dokumen orang Siria. Bila ketiga Injil Sinoptis menanamkan dasarnya
pada suasana yang hidup dalam khotbah lisan gereja di Antiokhia,
pelayanan firman mereka kepada dunia dapat dikatakan merupakan warisan
dari gereja ini kepada bangsa-bangsa lain yang percaya dari masa yang
lalu maupun masa sekarang.
Gereja di Antiokhia juga tersohor karena guru-gurunya. Di antara
mereka yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 13:1, hanya Barnabas dan
Paulus yang baru dikenal dalam beberapa penyebutan belakangan, tetapi
pelayanan mereka pasti telah membuat gereja ini terkenal sebagai pusat
pengajaran. Jelas sekali bahwa Antiokhia telah mengalahkan Yerusalem
sebagai pusat pengajaran Kristen dan sebagai markas misi
penginjilan.
Mungkin perkembangan Antiokhia makin dipercepat oleh penindasan
Herodes dalam tahun 44. Gereja di Yerusalem selalu dalam keadaan
kekurangan dana, karena banyak anggota jemaat yang miskin yang harus
selalu ditunjang oleh sumbangan-sumbangan. Bahaya kelaparan itu pasti
makin melemahkan mereka, meskipun ada dana sumbangan dari Antiokhia
(11:28-30). Penindasan di bawah Herodes mengakibatkan kematian
Yakobus, anak Zebedeus (12:2), dan Petrus juga nyaris kehilangan
nyawanya (12:17). Kisah selingan dalam 12:1-24 hanya memberikan
gambaran sekilas tentang keadaan di Yerusalem, tetapi ia menunjukkan
gereja yang tetap setia bertahan meskipun tekanan begitu berat, yang
terus berusaha mempertahankan keberadaannya sampai saat yang
terakhir.
Fakta yang paling kuat tentang gereja di Antiokhia adalah kesaksian
ini. "Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut
Kristen" (11:26). Sebelum itu orang-orang yang percaya kepada Kristus
dianggap sebagai suatu sekte agama Yahudi, tetapi dengan masuknya
bangsa-bangsa lain ke dalam kelompok mereka dan dengan makin
berkembangnya sistem pengajaran yang sangat berbeda dengan hukum Musa,
dunia mulai melihat perbedaan itu dan menyebut mereka dengan julukan
yang lebih tepat. "Kristen" berarti "milik Kristus" seperti Herodian
berarti "milik Herodes". Mungkin nama ini dimaksudkan sebagai suatu
ejekan, tetapi watak para Rasul dan kesaksian yang mereka sampaikan
memberikan arti yang menyanjung.
MISI KEPADA BANGSA-BANGSA LAIN
Pada tahun 46 atau sekitarnya gereja di Antiokhia telah tumbuh
menjadi suatu kelompok yang mantap dan aktif. Mereka memperdalam
pengetahuannya tentang iman, reputasi mereka sudah tersohor di seluruh
kota hingga mereka sudah dianggap sebagai suatu kelas tersendiri
sebagai orang-orang Kristen, dan mereka mendukung suatu ekspedisi ke
Yerusalem untuk menyampaikan sumbangan bagi mereka yang menderita
karena kelaparan. Ketika mereka sedang menjalankan ibadah sebagaimana
biasanya, datanglah panggilan untuk meng-"khususkan Barnabas dan
Saulus" (13:2) untuk melakukan suatu tugas khusus. Untuk menaati
perintah Roh Kudus, gereja mengkhususkan kedua orang ini untuk
menjalankan tugas yang baru dan mengutus mereka untuk menjalankan
misinya.
Siprus
Tujuan pertama dari kegiatan mereka adalah Siprus, tempat asal
Barnabas (4:36). Mungkin gereja mempunyai beberapa kepentingan di
sana, karena "orang Siprus" (11:20) termasuk di antara mereka yang
pertama-tama mengabarkan Injil di Antiokhia. Barnabas dan Saulus,
disertai Yohanes Markus sebagai pembantu mereka, mengunjungi sinagoge-sinagoge dan memberitakan kabar baru di sana. Ketika berselisih dengan
Elimas yang berusaha membelokkan iman gubernur, Paulus tampil ke
depan. Karena ia tahu akan ilmu-ilmu setan yang dianut Elimas, Paulus
mengecamnya di muka umum, dan mengutuknya. Gubernur terpesona melihat
hukuman yang segera jatuh pada Elimas, dan "percaya" (13:12).
Tidak ada catatan statistik tentang hasil penginjilan di Siprus,
tetapi ada suatu perubahan penting yang terjadi. Dalam Kisah Para
Rasul 13:2 kelompok mereka disebut "Barnabas dan Saulus," yang
menempatkan Barnabas pada posisi yang lebih menonjol sebagai penginjil
yang lebih senior, dan menyebut Paulus dengan nama Yahudinya. Dalam
Kisah Para Rasul 13:13 peristilahan yang dipakai berubah menjadi
"Paulus dan kawan-kawannya," dengan menggunakan nama Yunani Paulus.
Dari titik inilah di kisah ini Paulus menjadi tokoh yang paling
menonjol. Pelayanan di Siprus mengungkapkan bakat kepemimpinan Paulus
dan menempatkannya sebagai pemimpin misi dengan suara bulat.
Dalam periode yang sama ada dua peristiwa lain yang terjadi. Paulus
meninggalkan Siprus dan pindah ke Asia Kecil, dan Yohanes Markus
mengundurkan diri dari kelompok mereka serta kembali ke Yerusalem.
Bagi Paulus ini adalah awal dari proyek penginjilan sedunia untuk
mewartakan Injil ke wilayah-wilayah yang belum terjamah. Markus
nampaknya seolah-olah telah menyimpang secara tidak benar dari suatu
program yang sudah ditetapkan. Apakah ia merasa iri hati karena
saudaranya, Barnabas, yang didudukkan di tempat kedua, atau ia merasa
takut memasuki wilayah yang liar di pedalaman Asia Kecil, atau ia
mempunyai perbedaan prinsip dengan Paulus, tidak pernah diceritakan.
Yang jelas ia tidak mau melanjutkan perjalanannya lebih lanjut dan
kembali pulang.
Antiokhia di Pisidia
Khotbah Paulus di dalam sinagoge di Antiokhia di Pisidia, dikutip
secara panjang lebar oleh Lukas (Kisah 13:16-43). Secara umum gaya
pidatonya menyerupai gaya Stefanus, karena ia menggunakan cara
pendekatan dengan mengulang kembali sejarah hubungan Allah dengan
bangsa Israel. Tema utamanya diperkenalkan dalam ayat 23: "dari
keturunannyalah sesuai dengan yang telah dijanjikannya, Allah telah
membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus . . . "
Pengembangan tema ini tidak jauh menyimpang dari khotbah-khotbah
apostolik yang telah dikutip dalam pasal-pasal Kisah Para Rasul
terdahulu, tetapi ketika Paulus tiba pada puncak pidatonya ia
mengemukakan suatu unsur yang baru:
Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka
diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. Dan di dalam Dialah setiap
orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak
dapat kamu peroleh dari hukum Musa (Kisah 13:38-39).
Meskipun Petrus telah memaklumkan kebangkitan dan pengampunan dari
dosa melalui Kristus (2:32, 36, 38; 3:15, 19; 5:30-31; 10:40, 43),
baru pertama kali itulah ada orang mengatakan dengan jelas bahwa
setiap orang dapat dibenarkan di hadapan Allah hanya karena iman.
Dibenarkan berarti dinyatakan benar, atau secara hukum dianggap benar.
Jaminan akan keselamatan dapat diperoleh hanya dengan iman kepada .
Allah, berarti hukum Taurat akan kehilangan artinya dan menjadi sia-sia.
Ini adalah suatu terobosan yang baru dan berani dalam kebenaran
tentang Kristus.
Akibat dari pernyataan ini timbul dua macam reaksi. Di satu pihak
ada tanggapan luar biasa atas pidato Paulus, karena "pada hari Sabat
berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar
firman Allah" (13:44). Di lain pihak, orang-orang Yahudi yang
menentang mereka penuh dengan perasaan dengki hingga merasa iri hati
dan memfitnah (13:45). Akhirnya Paulus menyatakan bahwa ia akan
berpaling kepada bangsa-bangsa lain, yang sebagian daripadanya sudah
menjadi percaya (13:48). Maka gereja yang baru di Antiokhia di Pisidia
tidak berpusat pada orang-orang Yahudi melainkan pada orang-orang
bukan Yahudi.
Ikonium, Listra, dan Derbe
Keadaan yang sama terjadi di kota Ikonium, yang terletak agak ke
sebelah tenggara dari Antiokhia. Jemaat Kristen yang subur dibangun di
dalam sinagoge, tetapi pertentangan pendapat begitu hebat hingga para
pengkhotbah diusir dari kota dan bersembunyi di kota-kota sekitarnya,
yaitu Listra dan Derbe.
Di Listra Paulus menghadiri orang-orang yang memuja berhala. Imam
dewa Zeus yang datang dari luar kota (14:13), ketika melihat bagaimana
Paulus menyembuhkan orang lumpuh mengira bahwa Paulus dan Barnabas
adalah dewa-dewa yang turun ke bumi, dan mencoba untuk mempersembahkan
kurban bagi mereka. Protes keras Paulus terhadap kesalahan ini,
menimbulkan gagasan baru bagi metode pendekatannya ke dalam alam
pemikiran kafir, yang buta terhadap Perjanjian Lama. Ia dan Barnabas
berbicara tentang Allah yang esa yang memberikan "hujan dari langit
dan ... musim-musim subur" (14:17), suatu titik pertemuan yang dapat
diterima oleh para petani sederhana di kawasan itu apakah mereka
mempunyai pengetahuan formal tentang teologi atau tidak.
Pelayanan mereka di Listra terputus oleh serangan mendadak dari
orang-orang Yahudi yang memusuhi mereka dari Antiokhia di Pisidia dan
Ikonium, yang membujuk orang-orang yang kurang berpengetahuan dan
mudah terpengaruh itu bahwa Paulus adalah seorang tukang propaganda
yang berbahaya. Ia dilempari batu dan diseret ke luar kota seperti
orang mati, tetapi ia sadar kembali lalu meninggalkan kota itu menuju
ke Derbe untuk mengajar di sana. Setelah menghimpun sejumlah orang
percaya di kota itu, Paulus dan Barnabas menoleh kembali kepada jejak-jejak yang mereka tinggalkan, untuk memperkokoh dan membenahi gereja-
gereja yang telah mereka bangun. Mereka kembali ke Antiokhia Siria
untuk melaporkan apa-apa yang telah diperbuat Allah bersama mereka,
dan menunjukkan bagaimana " . . . ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman" (14:27).
Tidaklah berlebih-lebihan bila dikatakan bahwa laporan perjalanan
ini sangat penting. Hal ini membawa Paulus ke garis depan sebagai
seorang pemimpin gereja, dan menyejajarkannya dengan para rasul (band.
Galatia 2:7-9). Ia juga memberikan andil bagi pendidikan Yohanes
Markus, meskipun nampaknya ia sudah membuat suatu kegagalan besar.
Hubungan awal dengan Timotius mungkin terjadi selama perjalanan ini,
karena Paulus berbicara tentang pengalamannya di kawasan ini ketika ia
menulis kepada Timotius bertahun-tahun sesudahnya (2Timotius 3:11).
Di atas segalanya, ia menandai suatu tolok ukur baru di dalam
pemikiran teologis gereja, karena dari peristiwa-peristiwa yang
terjadi dalam perjalanan ini lahirlah ajaran Paulus tentang pembenaran
karena iman.
|