Nama Kursus : PENGANTAR PERJANJIAN BARU
Nama Pelajaran : Latar Belakang Politik, Sosial, dan Ekonomi Dunia PB
Kode Pelajaran : PPB-R01c
Referensi PPB-01c diambil dari:
Judul Buku : Ensiklopedi Fakta Alkitab I
Pengarang : J.I Packer, Merrill C. Tenney, William White, Jr.
Penerbit : Gandum Mas, Malang, 2001
Halaman : 357 - 366
REFERENSI 01c - LATAR BELAKANG POLITIK, SOSIAL, DAN EKONOMI
DUNIA PB
NEGERI PARA LELUHUR
Allah menyatakan kepada para bapak leluhur kebijakan penaklukan
Israel. Sejarah Alkitab terus berkisar keliling kota-kota, daerah-
daerah, dan tempat-tempat suci di mana bapak-bapak leluhur itu tinggal
dan beribadah. Tuhan memerintah kepada Abraham, "Bersiaplah, jalanilah
negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan
Kuberikan negeri itu" (Kej. 13.17). Sebelum mereka dapat menguasai
Kanaan, bapak-bapak leluhur menaati perintah itu dan dengan iman
mengambil negeri tersebut untuk keturunan mereka.
Keluarga bapak leluhur terpaksa meninggalkan Sikhem setelah Simeon dan
Lewi, anak-anak Yakub, dengan gegabah membunuh setiap laki-laki dalam
kota tersebut. Yakub menegur mereka, "Kamu telah mencelakakan aku
dengan membusukkan namaku kepada penduduk negeri ini . . . padahal
kita ini hanya sedikit jumlahnya; apabila mereka bersekutu melawan
kita, tentulah mereka akan memukul kita kalah, dan kita akan
dipunahkan, aku beserta seisi rumahku" (Kej.34:30). Allah menyuruh
mereka ke Betel, di mana Yakub mendirikan sebuah mezbah lagi. Sebagai
persiapan untuk pengalaman kudus itu, seisi rumah Yakub menguburkan
semua dewa asing mereka di bawah pohon yang besar dan menyucikan diri
mereka. Mereka mengikuti jalan Pohon Tarbantin Peramal ke Betel,
tempat Allah telah menyatakan diri-Nya dalam mimpi Yakub tentang
tangga 20 tahun sebelumnya (Kej. 28). Di Betel, Tuhan menjamin kepada
Yakub bahwa keturunannya akan menduduki negeri itu (Kej. 35:12).
Betel dan Sikhem bukanlah satu-satunya tempat di mana para bapak
leluhur berdiam dan mendirikan mezbah. Langkah-langkah mereka membawa
mereka sampai ke Hebron dan sejauh Bersyeba di selatan di Gurun Negeb.
Mereka memeriksa dengan teliti daerah yang kemudian hari akan
ditaklukkan oleh Yosua.
Sungguh, para bapak leluhur meletakkan dasar-dasar untuk pengalaman
yang baik dan juga yang buruk bagi keturunan mereka Kanaan.
Keterlibatan Abraham dan Ishak dengan raja Gerar di dataran Filistea
(Kej. 20:1-18; 26:17-22) memberi pertanda dari konflik-konflik di
kemudian hari, ketika orang Filistin berusaha keras untuk mendesak
orang Israel di daerah perbukitan itu. Akan tetapi, banyak tempat suci
orang Israel dalam kurun waktu ini menjadi kota-kota penting.
Yerusalem, di mana raja-imam Melkisedek memberkati Abraham, menjadi
tempat kediaman Raja Daud dan pusat agama Yahudi setelah Salomo
membangun bait suci di sana.
Yusuf, putra Yakub, membawa orang Israel ke Mesir. Mereka memasuki
Mesir sebagai bani (klan) Israel (Yakub); tetapi di sana Tuhan
menggembleng mereka hingga menjadi suatu bangsa. Orang Mesir merasa
terancam oleh "ledakan populasi" orang Israel. Untuk menghalangi
kekuatan mereka yang bertambah besar, orang Mesir memaksa mereka untuk
mengabdi sebagai budak di tanah Gosyen. Namun pada waktu yang telah
ditentukan, Tuhan berjanji kepada mereka, "Dan Aku akan membawa kamu
ke negeri yang dengan sumpah telah Kujanjikan memberikannya kepada
Abraham, Ishak dan Yakub, dan Aku akan memberikannya kepadamu untuk
menjadi milikmu; Akulah TUHAN." (Kel. 6:8). Tuhan mengutus Musa untuk
memimpin umat itu " . . . keluar dari kesengsaraan di Mesir menuju
.......... suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya" (Kel.
3:17).
Allah bermaksud agar umat-Nya akan memasuki Negeri Perjanjian itu dan
menjadi suatu bangsa yang berbeda dengan bangsa-bangsa di
sekelilingnya. Mereka akan menunjukkan iman mereka kepada Allah dengan
ketaatan yang penuh syukur. Kepatuhan kepada hukum-hukum Allah akan
menjamin keberhasilan mereka, "Maka dengarlah, hai orang Israel!
Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu
menjadi sangat banyak . . . " (Ul. 6:3).
Allah telah memilih orang Israel untuk menjadi saksi-Nya di Negeri
Perjanjian itu. Mereka akan memperlihatkan iman para bapak leluhur,
yang telah berhasil menghadapi bangsa-bangsa di sekitar mereka. Umat
pilihan Allah akan menyemarakkan negeri yang terpilih itu. Inilah
janji ketiga Allah kepada Abraham bahwa oleh dia dan keturunannya
semua bangsa akan mendapat berkat (Kej. 12:3).
Kemungkinan-kemungkinan Israel di Negeri Perjanjian itu - masa
depannya - bergantung pada dua hal: penggunaan negeri itu secara
bertanggung jawab dan ketaatan yang setia kepada ketetapan-ketetapan
Perjanjian dengan Allah. Tuhan menantikan hari itu ketika kepatuhan
Israel kepada hukum-hukum Tuhan akan menyebabkan segala bangsa
berkata, " . . . Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang
bijaksana dan berakal budi" (Ul. 4:6).
LUASNYA NEGERI PERJANJIAN
Kita tidak tahu batas-batas yang tepat dari Negeri Perjanjian. Tuhan
menyatakan kepada Abraham bahwa ia dan keturunannya akan menerima
negeri Kanaan, tetapi pada mulanya Ia menjanjikan daerah yang jauh
lebih besar kepada mereka. Ketika gembala-gembala Lot dan Abraham
bertengkar mengenai tanah, dengan bijaksana Abraham menawarkan kepada
Lot, keponakannya, untuk lebih dahulu memilih daerah yang akan
ditempatinya. Lot memutuskan untuk menetap di bagian timur, di Lembah
YOrdan yang banyak airnya. Pada saat itu Tuhan berfirman kepada
Abraham, "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau
berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh
negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada
keturunanmu untuk selama-lamanya" (Kej. 13:14-15). Garis-garis
batasnya tidak ditetapkan, meskipun jelas daerah Abraham berakhir di
mana kawanan ternak Lot makan rumput.
Tuhan menjadikan "negeri perjanjian" itu sebagian dari perjanjian-Nya
dengan Abraham. "Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN
memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran" (Kej. 15:6).
Sebagai balasan, Tuhan berjanji dengan sungguh-sungguh untuk
memberikan kepada keturunannya negeri ini, mulai dari sungai Mesir
sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat" (Kej. 15:18 ).
Beberapa ratus tahun kemudian, ketika Musa mengingatkan orang Israel
akan janji itu, ia menjelaskan batas-batas Negeri Perjanjian: Araba-
Yordan, Pegunungan, Daerah Bukit (Shepela), dan Tanah Negeb, dan
dataran tepi pantai dekat Laut Tengah, dari batas selatan Kanaan terus
ke gunung Libanon sampai Efrat, sungai besar itu (Ul. 1:7).
Pada waktu ini orang Israel sudah mendiami daerah Transyordan. Tuhan
mengizinkan suku Ruben dan Gad, dan juga sebagian suku Manasye,
menetap di tanah orang Amori yang baru diduduki di sebelah timur
Sungai Yordan (Bil. 21:21 -- 35:32). Daerah ini memperluas batas-batas
Negeri Perjanjian lebih jauh lagi. Akan tetapi, Musa masih belum
menetapkan batas timur yang pasti.
Tuhan memerintah Yosua untuk merebut seluruh daerah yang telah
ditentukan oleh Musa, "Dari padang gurun dan gunung Libanon sebelah
sana itu sampai ke sungai besar, yakni sungai Efrat, seluruh tanah
orang Het, sampai ke Laut Besar di sebelah matahari terbenam semuanya
itu akan menjadi daerahmu" (Yos. 1:4). Akan tetapi, selama penaklukan
Kanaan orang Israel gagal merebut seluruh daerah yang telah dijanjikan
kepada mereka, sebagian karena mereka tidak setia kepada Allah. Allah
menghukum orang Israel dengan menahan mereka untuk mencapai kemenangan
sempurna. " ... Aku bersumpah dalam murka-Ku, 'Mereka takkan masuk ke
tempat perhentian-Ku'" (Mzm. 95:11). Tiap suku kekurangan sebagian
dari warisannya.
USAHA-USAHA UNTUK MEMPERLUAS DAERAH
Selama waktu para hakim, Israel berusaha untuk memperluas daerah suku-
sukunya, namun tak berhasil. Bahkan Saul, raja yang pertama tidak
cukup berkuasa untuk mengusir atau menaklukkan bangsa-bangsa lain.
Akan tetapi, Allah mengizinkan pengganti Saul, Raja Daud untuk
menguasai tanah perjanjian kecuali "tanah orang Het" (bdg. Yos 1:4).
Daud adalah seorang "yang berkenan di hati Allah." Oleh sebab ia
menghormati Tuhan dalam tugas-tugas militernya, maka Tuhan
mengaruniakan kemenangan kepadanya atas orang Amon, orang Moab, dan
orang Edom di bagian timur, atas orang Filistin di bagian barat, dan
atas gerombolan-gerombolan perampok yang hidup mengembara di bagian
selatan. Sebenarnya, penaklukannya mencapai hampir ke Sungai Efrat, ke
utara sejauh kota Hamat (2Sam. 8)
Salomo mewarisi kerajaan yang berada pada puncak kekuasaannya. "Sebab
ia berkuasa atas seluruh tanah di sebelah sini sungai Efrat, mulai
dari Tifsah sampai ke Gaza, dan atas semua raja disebelah sini sungai
Efrat; ia dikaruniai damai di seluruh negerinya" (1Raj. 4:24). Tetapi
sejak bagian akhir pemerintahan Salomo, keadaan bangsa Israel terus-
menerus bertambah buruk. Mula-mula, kerajaan itu terbagi menjadi dua
bangsa: Israel dan Yehuda. Perang merusak kedua kerajaan ini sampai
musuh-musuh mereka memaksa mereka keluar negeri itu.
KESUBURAN NEGERI
Seorang dari dataran subur di Amerika yang berwisata ke Palestina
mungkin bertanya-tanya dalam hati apakah Musa sedang berpikiran sehat
ketika ia menggambarkan keadaan Negeri Perjanjian sebagai . . . negeri
yang baik, suatu negeri dengan sungai, mata air dan danau, yang keluar
dari lembah-lembah dan gunung-gunung; suatu negeri dengan gandum dan
jelainya, dengan pohon anggur, pohon ara dan pohon delimanya; suatu
negeri dengan pohon zaitun dan madunya; suatu negeri di mana engkau
akan makan roti dengan tidak usah berhemat, di mana engkau tidak akan
kekurangan apa pun (Ul. 8:7-9). Akan tetapi, perkataan Musa itu
ditujukan kepada orang-orang yang baru melewatkan 40 tahun di padang
gurun! Para pionir Amerika yang paling awal, yang menyeberangi padang
gurun ke daerah dataran pantai California, mungkin menemukan berbagai
keadaan tanah dan perbedaan geografis yang serupa. Negeri Perjanjian
mempunyai kemungkinan-kemungkinan yang tak terbatas dibandingkan
dengan daerah kering dan gundul dari Sinai, Negeb, dan Araba.
Bagaimanapun, Negeri Perjanjian itu bukan Taman Eden. Orang Israel
mungkin telah membayangkan lembah-lembah tak berujung penuh hasil bumi
dan lereng-lereng bukit yang diperindah oleh berbagai jenis rumput,
tumbuhan, dan bunga; tetapi bukan itu yang mereka temukan. Tanaman
berduri dan onak meliputi tanah yang berbatu-batu. Selama bulan-bulan
musim panas warna coklat kemerah-merahan yang pudar di lereng-lereng
menunjukkan tumbuh-tumbuhan yang kering. Namun, tanah itu amat subur
dibandingkan dengan padang gurun di sekitarnya.
Negeri Perjanjian itu menawarkan kesempatan-kesempatan baik untuk
mendapat penghasilan dengan airnya dan tanahnya yang dapat diolah dan
ditanami. Akan tetapi, orang Israel mendapati bahwa tidak mudah untuk
memanfaatkan kesempatan-kesempatan tersebut. Mereka harus menjinakkan
tanah itu. Petani Israel harus menghadapi batu-batu, tumbuhan berduri,
dan onak. Ia takut terhadap matahari yang menghanguskan semaian yang
baru tumbuh, yang akarnya belum cukup dalam untuk mendapatkan air dari
dalam tanah. Ia belajar untuk bergantung pada Tuhan " .. . yang
menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan
menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar"
(Mat. 5:45).
Dengan baik Yesus menggambarkan keadaan para petani ketika
menceritakan perumpamaan-Nya tentang seorang penabur. Penabur itu
menyebarkan benih itu ke seluruh ladang, tetapi hanya benih yang
"jatuh di tanah yang baik" yang menghasilkan panen. Benih jatuh di
tanah yang berbatu-batu dan di antara semak duri dan tidak lama
kemudian mati (Mat. 13:3-8).
Apa yang dapat dikerjakan orang Israel dengan tanah itu sepenuhnya
bergantung pada hubungan mereka dengan Tuhan. Ia telah berjanji akan
memberkati mereka secara materiel apabila mereka patuh "TUHAN akan
membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk
memberi hujan bagi tanahmu pada dan memberkati segala pekerjaanmu . .
. " (Ul. 28:12). Akan tetapi ketidakpatuhan akan mendatangkan hukuman
secara materiel, .. "Tetapi jika engkau tidak mendengarkan TUHAN,
Allahmu .... yang di atas kepalamu akan menjadi tembaga dan tanah di
bawah pun menjadi besi. TUHAN akan menurunkan hujan abu dan debu ke
atas negerimu" (Ul. 28:15a, 23-24). "Banyak benih yang akan kau bawa
ke ladang, tetapi sedikit hasil yang akan kau kumpulkan, sebab
belalang akan menghabiskannya. Kebun-kebun anggur akan kau buat dan
kau usahakan, tetapi engkau tidak akan meminum atau menyimpan anggur,
sebab ulat akan memakannya" (Ul. 28:38-39) Apabila orang Israel tidak
mematuhi Tuhan, mereka akan kehilangan negeri yang telah dijanjikan
Tuhan kepada mereka, " ... kamu akan dicabut dari tanah, ke mana
engkau pergi untuk mendudukinya. (Ul. 28:63b). Sayang sekali, hal
itulah yang terjadi.
TANAH
Ketika Israel mula-mula menduduki negeri itu, mereka mendiami daerah
perbukitan dekat jajaran pegunungan tengah di Kanaan. Para petani
Israel harus belajar bagaimana mencari penghidupan dari bukit-bukit
itu, yang sebagian besarnya terdiri dari batu gamping. Meskipun batu
gamping dengan lambat sekali menjadi rusak dan hancur sehingga menjadi
tanah, tanah itu amat subur.
Hujan dengan mudah sekali menghanyutkan tanah lereng bukit yang subur
melalui anak-anak sungai ke lembah-lembah yang letaknya lebih rendah.
Untuk mencegah erosi, para petani menanam pohon buah dan tumbuhan yang
merambat atau membuat teras-teras.
Teras-teras banyak sekali terdapat di daerah perbukitan. Kadang-kadang
lapisan batu gamping tak kunjung hancur dan membentuk sebuah tembok
alami. Tembok ini akan menahan tanah yang kemerah-merahan itu sehingga
petani dapat menanam gandum, jelai, tumbuhan polong, dan sayur-
sayuran, di samping pohon-pohon buah dan pokok anggur. Bila tidak ada
tembok alami, petani harus membersihkan daerah itu dari batu-batu yang
selalu ada dan kemudian memakai batu-batu itu untuk membangun tembok
di bagian yang lebih rendah dari bukit itu.
Palestina juga penuh dengan kebun anggur, dan penulis-penulis Alkitab
sering kali menyebutkannya secara simbolis, seperti yang dilakukan
Nabi Yesaya, " ... Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng
bukit yang subur. Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan
menanaminya dengan pokok anggur pilihan ... " (Yes. 5:1, 2). Dalam
ayat-ayat ini, Allah adalah pemilik kebun anggur Israel. Pekerjaan
mempersiapkan kebun anggur itu menggambarkan kasih dan kepedulian
Allah terhadap Israel. Namun, Israel tidak menghasilkan panen
kebenaran yang diinginkan-Nya.
Para petani menanam pohon-pohon buah, pokok anggur, dan berbagai jenis
biji-bijian di bukit-bukit yang rendah letaknya, di Shepela, dengan
mudah hancur dan bercampur dengan zat-zat organik. Para petani dapat
mencangkul tanah ini lebih dalam dan tanahnya ini kurang oleh hujan.
|