Menemukan-Mu dalam Kehilanganku

Sebagai seorang manusia biasa, saya pernah mengalami kekeringan rohani, bahkan saya merasakan benar-benar kering kerontang. Saya sempat ragu dengan janji-janji Tuhan dan menganggap bahwa Tuhan itu kurang adil. Sering saya bertanya, "Mana janji-Mu, Tuhan? Mana?" Keadaan ini membuat saya benar-benar jatuh. Saya menjadi malas ke gereja, malas membaca Alkitab dan belajar dari buku-buku rohani, saya pun menjadi malas mengantar istri saya pelayanan ke berbagai pelosok desa. Bagi saya, pekerjaan dan bisnis jauh lebih penting dari semua itu.

Menemukan KristusSebelumnya, saya merasakan hidup rohani saya biasa saja dan saya seorang Kristen aktif, aktif ke gereja, dan mendukung istri dalam pelayanan. Dalam ibadah, saya selalu duduk di barisan terdepan. Lambat laun, saya merasakan, "Kok ke gereja seperti rutinitas saja." Akhirnya, saya mulai duduk di belakang sambil mengobrol dengan teman, dan beberapa kali saat ibadah saya justru chatting melalui handphone membahas bisnis sampingan. Saat itu, secara jasmani saya sangat terberkati. Sebagai manager tambang batubara di sebuah perusahaan tambang di Kalimantan, penghasilan saya cukup besar. Istri juga menggunakan dana cukup besar untuk pelayanan di gereja dan yayasan Kristen sampai ke pelosok. Namun anehnya, sekalipun materi berlimpah, tetapi saya merasa masih kurang diberkati. Lebih-lebih di gereja saya, jemaat biasa bersaksi tentang berkat, saya menjadi tidak puas dan merasakan jemaat jauh diberkati daripada saya. Saat itulah, saya merasa hambar dan merasa biasa-biasa saja.

Pada tahun 2014, saya mulai kembali kehidupan rohani saya dengan membaca Alkitab dan buku-buku Kristen. Pada tahun itu pula, saya kehilangan ibu saya yang pulang menghadap Tuhan karena kanker usus besar. Kemudian, pada tahun 2015, perusahaan tempat saya bekerja mengalami kebangkrutan karena harga batubara yang anjlok sampai 50%. Hampir 90% karyawan di-PHK, termasuk saya. Bulan November/Desember 2015, saya ditipu oleh teman saya dalam bisnis batubara juga. Dalam keadaan krisis, saya justru merasakan kasih dan damai sejahtera. Benturan bertubi-tubi yang datang dapat saya terima. Cemoohan yang datang dari anggota jemaat gereja juga tidak saya hiraukan. Mereka justru mencemooh dan mengatakan bahwa saya kurang iman.

Sekarang, saya bisa kembali kepada Tuhan. Saya bisa lebih giat dan tekun membaca Alkitab dan tentunya mengikuti PESTA. Saya bersyukur bisa menemukan Tuhan setelah saya kehilangan beberapa hal. Setelah membaca firman Tuhan dan mengikuti PESTA, saya merasa kerohanian saya tidak terasa kering. Sekalipun berkat jasmani terus merosot, tetapi saya bersyukur karena saya telah menemukan Tuhan. Menemukan Tuhan dan tinggal dalam firman-Nya adalah hal yang jauh lebih berharga.

Ditulis oleh: Yudiar Hari Dewanto

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA