TERTAWA YANG ALKITABIAH

Tertawa ternyata menjadi hal yang rumit bagi orang Kristen, apalagi saat berada di dalam suasana sakral ibadah di gereja. Di dalam gereja dan ibadah, jemaat membatasi diri diri untuk menjaga suasana sakral dan syahdu, sehingga muncul sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik: bagaimanakah tertawa yang alkitabiah? Apakah mulut harus ditutup dengan sapu tangan tangan supaya tidak memecahkan kewibawaan sakral ibadah, ataukah hanya dengan guncangan di bahu karena mulut terkunci rapat?

Ternyata Alkitab memberikan jawaban yang mencengangkan. Dalam Mazmur 126:2,3 dikatakan bahwa ketika TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita maka kita bersukacita. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan TERTAWA dan lidah kita dengan sorak sorai : Ha ... ha ... ha ...

(Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita - Mazmur 126:2,3)

Tetapi ada yang lebih luar biasa yaitu di Mazmur 2:4 yaitu : TUHAN TERTAWA ! Bayangkan, Tuhan di sorga tertawa, Ha ... ha ... ha ...

(Dia, yang bersamayam di sorga, tertawa - Mazmur 2:4)

Saya jadi teringat pada kesaksian dari Roberts Liardon di bukunya "Saya Melihat Surga". Di halaman 3 mengenai "Jalan-jalan Emas" dia menceritakan kesaksiannya waktu diangkat ke surga oleh Tuhan Yesus dan ada satu cerita yang menarik, demikian kutipannya :

-----

JALAN-JALAN EMAS

Pertama-tama yang saya lihat di surga ialah jalan-jalan emas dan tepi jalan emas. Tepi-tepi jalan itu dihiasi bunga-bunga dari semua warna pelangi. Saya berpikir, jika inilah surga, maka tempat saya berdiri tentulah jalan-jalan emas! Saya memandang ke bawah lalu berlari menuju rerumputan.

Yesus berpaling untuk mengucapkan sesuatu kepada saya, tetapi saya sudah pergi. Saya sedang berdiri di rerumputan dengan mata dan mulut terbuka lebar karena keheranan.

Yesus bertanya, "Apa yang sedang kamu lakukan di sana?"

"Saya menyahut dengan dua patah kata : "Jalan emas." (Sebagian dari jalan-jalan itu tampat seperti emas kita di bumi, tetapi bagian lainnya sejernih kristal; saya dapat melihat ke bawah menembusinya).

Yesus tertawa terus menerus. Dia tertawa sedemikian nyaringnya sehingga saya menyangka Dia tidak pernah akan berhenti. Dia berkata, "Kemarilah!"

Saya berkata, "Tidak, jalan-jalan ini adalah emas. Aku tak dapat berjalan di atasnya! Satu-satunya kesempatan saya melihat emas adalah dalam wujud sebentuk cincin di tangan seseorang. Aku tak dapat berjalan di jalan-jalan ini."

Tapi Yesus memberikan isyarat, "Ayolah."

Dia semakin nyaring tertawa seraya berjalan mendekati saya dan mengajak saya kembali ke jalan emas itu.

-----

Ternyata dalam pengalamannya itu, Robert Liardon melihat dengan nyata bahwa : TUHAN YESUS TERTAWA terpingkal-pingkal. Ha ... ha ... ha ... ha ... ha ...

Saya kemudian membayangkan, bahwa saat hidup di dunia Tuhan Yesus juga ada melewatkan hari-harinya dengan tertawa - tertutama saat Tuhan Yesus dikelilingi oleh anak-anak kecil. Saya percaya saat itu Tuhan Yesus bergembira melihat keceriaan anak-anak kecil dan Dia tertawa : Ha ... ha ... ha ...

Ada juga kesaksian dari Choo Thomas, seorang wanita Korea yang diangkat ke surga (bukunya : Heaven Is So Real!). Sama seperti kesaksian Roberts Liardon, dia juga banyak bercerita bagaimana Tuhan Yesus di surga bergembira dan tertawa : Ha ... ha ... ha ...

* * * * *

Dulu ketika masih kecil di gereja saya melihat para pastor, pendeta dan majelis dengan wajah yang berwibawa, tersenyum sedikit dan kata-katanya diatur dengan berat. Itu memberikan image yang sakral dan kudus dari para hamba Tuhan. Dari situ saya juga mempunyai gambaran bahwa Allah Bapa, Tuhan Yesus dan Roh Kudus itu begitu sakral - sehingga hanya bisa dihampiri dengan suasana hikmat, syahdu, tenang seperti di gereja kuno dengan pipe orgel-nya yang menjulang anggun.

Tetapi sekarang ini Roh Kudus banyak menyingkapkan banyak kejutan-kejutan melalui firman Tuhan, pengalaman para hamba Tuhan maupun pengalaman pribadi : bahwa ternyata Allah Bapa, Tuhan Yesus dan Roh Kudus itu adalah pribadi yang sangat menyenangkan. DIA bukan pribadi yang "jaim" (jaga image), dia adalah pribadi yang menciptakan hati manusia bisa mengucap syukur, bersukacita, bergembira melihat kebaikanNYA, dan tertawa : Ha ... ha ... ha ....

Bahkan saya juga sedang mempersiapkan diri untuk bersorak-sorai memuliakan DIA saat kenyambut kedatangnNYA ke dunia. Sorak sorai adalah bentuk sukacita yang luar biasa, sehebat tawa yang meluap dari hati yang penuh dengan kegembiraan : Ha ... ha ... ha ...

(Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. Wahyu 19:6-7)

GBU
Indriatmo

* * * * *

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA