DIK-Referensi 07b

Pelajaran 07 | Pertanyaan 07 | Referensi 07a

Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN
Nama Pelajaran : Kelahiran Baru
Kode Pelajaran : DIK-R07b

Referensi DIK-R07b diambil dari:

Judul Buku : Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen
Pengarang : R.C. Sproul
Penerbit : SAAT
Tahun : 1997
Halaman : 227-229

REFERENSI PELAJARAN 07b - KELAHIRAN BARU

Pada waktu Jimmy Carter dipilih menjadi presiden Amerika Serikat, dia menyatakan bahwa dirinya adalah "orang Kristen yang telah lahir baru." Kemudian Charles Colson, orang penting di dalam pemerintahan Nixon di Gedung Putih, menulis buku yang laku keras, dengan judul "Born Again." Di dalamnya, dia menjelaskan secara kronologis pengalaman pertobatannya menjadi orang Kristen. Oleh karena kedua orang terkemuka ini telah mempopulerkan istilah dilahirkan baru, maka istilah itu telah menjadi bagian dari pembicaraan orang-orang modern.

Untuk menjelaskan bahwa seseorang adalah orang Kristen yang telah lahir kembali, secara teknis ini merupakan bentuk pengulangan. Sebab tidak ada orang Kristen yang tidak dilahirkan kembali. Orang Kristen yang belum lahir baru merupakan istilah yang kontradiksi. Demikian pula, istilah orang non Kristen yang dilahirkan baru merupakan suatu kontradiksi.

Tuhan Yesus yang pertama kali menyatakan bahwa kelahiran baru secara rohani merupakan suatu yang mutlak dibutuhkan untuk memasuki kerajaan Allah. Dia menyatakan kepada Nikodemus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika (dalam terjemahan New King James Version "unlesss" = "kecuali") seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah." [Yohanes 3:3] Kata "kecuali" di dalam pengajaran Tuhan Yesus menandai universalitas kondisi yang dibutuhkan untuk melihat dan memasuki kerajaan Allah. Kelahiran baru, merupakan bagian yang penting di dalam kekristenan; tanpa hal itu, tidak mungkin seseorang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Regenerasi merupakan istilah teologis yang digunakan untuk menjelaskan kelahiran baru. Hal itu menunjuk pada suatu permulaan yang baru. Hal ini lebih dari hanya sekedar "daun yang bersemi kembali setelah musim gugur dan musim dingin." Hal ini menandai suatu kehidupan yang baru di dalam diri seseorang yang secara radikal telah diperbaharui. Petrus berbicara kepada orang percaya: "Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana tetapi dari benih yang tidak fana, oleh Firman Allah, yang hidup dan yang kekal." [1Petrus 1:23]

Regenerasi merupakan pekerjaan Roh Kudus atas diri mereka yang secara rohani telah mati (lihat Efesus 2:1-10). Roh Kudus menciptakan kembali hati manusia, membangkitkannya dari kematian secara rohani kepada kehidupan secara rohani. Orang yang mengalami regenerasi adalah ciptaan yang baru. Di mana, pada mulanya mereka tidak memiliki posisi, kecenderungan, atau kerinduan untuk hal-hal yang berasal dari Allah, sekarang mereka berpaling dan memiliki kecenderungan kepada Allah. Di dalam regenerasi, Allah menanamkan suatu kerinduan untuk Diri-Nya sendiri di dalam hati manusia yang tidak dimiliki oleh manusia.

Regenerasi tidak boleh disamakan dengan pengalaman pertobatan seseorang. Sama halnya dengan kelahiran merupakan permulaan kita, dimana kita memasuki suatu kehidupan di luar kandungan, demikian awal dari kehidupan rohani kita. Hal ini terjadi atas dasar inisiatif dari Allah dan merupakan suatu tindakan yang berdaulat, langsung, terjadi secara instan. Suatu kesadaran dan pertobatan kita dapat terjadi secara bertahap, namun kelahiran baru ini sendiri terjadi secara instan. Tidak ada yang hanya sebagian dilahirkan baru, sama halnya dengan tidak ada seorang perempuan yang hamil sebagian.

Regenerasi bukan merupakan buah dari iman, tetapi regenerasi mendahului iman, yaitu sebuah kondisi yang dibutuhkan oleh seseorang untuk beriman. Kita juga tidak berpaling pada regenerasi atau bekerja sama sebagai rekan kerja dengan Roh Kudus untuk menghasilkan regenerasi. Kita tidak memutuskan dan memilih untuk diregenerasikan. Allah memutuskan untuk meregenerasikan kita sebelum kita akan pernah memilih untuk menerima Dia. Secara pasti, setelah kita diregenerasikan oleh kedaulatan dari anugerah Allah, kita memang memilih, bertindak, bekerja sama, dan percaya pada Kristus. Allah tidak beriman untuk kita. Kita dibenarkan berdasarkan iman kita sendiri. Apa yang Allah lakukan adalah membangkitkan kita ke dalam kehidupan secara rohani, membebaskan kita dari kegelapan, keterikatan, dan dari kematian secara rohani. Allah memungkinkan kita mempunyai iman dan aktual bagi kita. Dia membangkitkan iman di dalam diri kita.

Taxonomy upgrade extras: 

DIK-Referensi 10b

Pelajaran 10 | Pertanyaan 10 | Referensi 10a | Referensi 10c

Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN
Nama Pelajaran : Menang Atas Keinginan Daging
Kode Pelajaran : DIK-R10b

Referensi DIK-R10b diambil dari:

Judul Buku : Ikhtisar Dogmatika
Pengarang : DR. R. Soedarmo
Penerbit : PT. BPK Gunung Mulia
Halaman : 202 - 207

REFERENSI PELAJARAN 10b - MENANG ATAS KEINGINAN DAGING

PENYUCIAN

Tuhan Yesus Kristus mencapai (memperoleh) kelepasan bagi orang percaya. Kelepasan ini pertama-tama ialah pembenaran dari dosa manusia. Dosa yang mendatangkan kutuk Allah. Kristus mencapaikan bagi manusia pembenaran berarti: bahwa orang percaya diberi kedudukan (status) sama dengan Adam sebelum jatuh ke dalam dosa. Maka dari itu masih menghadapi hukum Allah yang harus dipenuhi.

Kristus mencapai pembenaran; apakah orang percaya sekarang diwajibkan juga bekerja sendiri? Seandainya demikian, maka kelepasan yang dicapai oleh Tuhan Yesus hanya sebagian saja.

Memang manusia tidak mempunyai kesalahan lagi terhadap Allah, sebab sudah dibenarkan, tetapi belum menerima keselamatan yang sungguh, sebab belum memenuhi hukum Allah. Dan seandainya sekarang disuruh melanjutkan sendiri pekerjaan untuk mencapai keselamatan, niscaya ia tidak akan mencapainya. Sebab manusia tak mempunyai kecakapan sedikitpun pada dirinya sendiri, yang memungkinkan memenuhi pekerjaan itu.

Syukurlah Kristus mencapai kelepasan selengkapnya, yaitu kelepasan dari dosa dan juga menyelesaikan pekerjaan pemenuhan hukum Allah. Maka sekarang orang yang percaya tidak hanya mempunyai keadaan Adam sebelum jatuh ke dalam dosa, tetapi hukum Allah pun juga sudah memenuhi perjanjian perbuatan yang tidak dipenuhi Adam. Dan Ia memenuhi hukum Allah sebagai kepala perjanjian yang baru. Maka dari itu barangsiapa percaya, ia termasuk di dalam Perjanjian yang dikepalai Kristus, ia juga sudah memenuhi hukum Allah. Inilah yang disebut penyucian yang pasif artinya: orang percaya diberi penyucian Allah. Dengan tidak usah berbuat sesuatupun.

Penyucian ini tidak hanya berada di luar orang percaya, tetapi juga lambat-laun harus jadi pengalaman. Yaitu lambat-laun orang percaya harus hidup suci, memenuhi hukum Allah. Ini diperintahkan oleh Allah sendiri yang dapat kita baca di dalam Kitab Suci. Kerapkali malahan pengikut-pengikut Tuhan Yesus Kristus diwajibkan menjadi sempurna seperti Allah Bapa yang ada di Sorga juga sempurna.

Maka dari itu orang percaya harus berbuat hal-hal untuk mengorbankan diri dan menjuruskan diri kepada Allah. Ini pernah disebut perbuatan yang negatif dan positif, tetapi pada hakekatnya sama. Sebab menjuruskan hidup ke arah Tuhan Allah, itu tentu dengan mengorbankan diri sendiri. Sebab tabiat orang hanya akan menjuruskan hidup kepada dirinya sendiri. Allah mewajibkan hidup suci.

Dan bagi perbuatan-perbuatan yang baik akan diberikan upah sesuai dengan perbuatan (a.l. Mat. 19:29).

Jadi di sini seakan-akan manusia yang mengerjakan. Memang manusia harus sadar di dalam pengabdian terhadap Allah. Tentu saja pada dirinya manusia tidak cakap melaksanakan hukum Allah.

Hal itu Kristus juga mengetahui. Dan di dalam hal ini Ia juga memberi pertolongan: Ia memberikan Roh Kudus yang membantu orang percaya, agar dapat hidup dengan menjuruskan diri kepada Allah. Tetapi pertolongan Roh Suci ini tidak meniadakan kesadaran kehendak orang percaya. Orang percaya harus bertindak dengan segenap hidupnya, tetapi yang membantu ialah Roh Suci. Inilah yang disebut penyucian yang aktif, artinya: orang percaya harus bertindak. Meskipun di dalam penyucian yang aktif, orang percaya tidak akan lupa, bahwa hanya Allah yang memberikan segala sesuatu, juga penyucian. Orang percaya tidak bekerja supaya menerima penyucian, tetapi dari sebab ia sudah diberi penyucian.

Apakah orang percaya menjadi lebih suci di dalam hidupnya? Di dalam Katekismus Heildelberg pertanyaan ini dijawab: Bahwa orang yang tersuci hanya mempunyai permulaan yang kecil saja. Maka dari itu, bahwa orang percaya menjadi suci itu hanya anugerah Allah. Selama hidup orang percaya masih terikat oleh akibat-akibat dosa. Lain daripada itu bagi dia sendiri tidak ada perasaan bahwa ia telah menjadi suci. Makin lama ia berniat untuk memenuhi hukum Allah, makin terang baginya bahwa jauh sekali hidupnya dari kesucian, malahan pada rasanya makin lama makin lebih jauh. Tetapi perasaan ini berakibat bahwa ia juga makin lama makin menyandarkan diri kepada Tuhan Yesus. Makin lama makin insaf bahwa hidupnya hanya berkat anugerah.

Perbedaan antara pembenaran dan penyucian sekarang sudah terang yaitu: Pembenaran diberikan kepada orang pada saat kelahiran kedua kali. Mulai pada saat itulah Allah melihat orang itu melalui kebenaran Kristus. Dan tiap-tiap kali orang ini jatuh, pembenaran diberikan kepadanya atas nama Kristus.

Penyucian jadi dapat dibedakan demikian:

  1. Yang pasif yang sudah lengkap.
  2. Yang aktif yang dalam hidup orang diberikan Tuhan kepada orang yang percaya, yang baru menjadi sempurna kalau sudah diberi kemuliaan di Sorga.

Penyucian jadi juga aktif di dalam orang percaya, yaitu di dalam ia melakukan perbuatan-perbuatan baik. Di sini diulangi lagi bahwa perbuatan baik bukannya untuk mencapai upah keselamatan Sorga, sebab perbuatan yang terbaikpun dicemarkan oleh dosa, maka tidak baik sungguh bagi Allah. Akan tetapi perbuatan-perbuatan baik adalah untuk mengeluarkan rasa terimakasih terhadap Allah, mengucap syukur tentang anugerah yang telah diberikan, yaitu bahwa orang percaya, meskipun orang berdosa, dijadikan putera Allah. Maka sekarang orang percaya berbuat baik, agar supaya jangan mencemarkan sebutannya, yaitu putera Allah. Putera Allah ialah putera daripada Yang Maha Suci, yang juga memerintahkan: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (1Ptr 1:16).

Apakah perbuatan baik itu? Katekismus (soal-jawab 91) menyatakan: hanya perbuatan yang asal dari percaya yang benar, menurut hukum Allah dan hanya bagi kehormatan Allah.

"Berasal dari percaya yang benar" artinya: percaya dalam Yesus Kristus sebagai Juruselamatku. Hal ini berakibat juga: terimakasih tentang hidup yang sudah diberikan.

"Menurut hukum Allah"; jadi bukan menurut pandangan manusia, tetapi menurut firman Allah. Jadi Allahlah yang memberikan norma.

Maksud dari perbuatan baik yaitu kehormatan Allah. Jadi bukan kehormatan orang sendiri atau agar diketahui oleh orang lain. Pun bukan keselamatan sendiri. Maka kepercayaan Kristen tidak boleh disebut Eudemonitis.

Pertanyaan yang dapat timbul sekarang ialah mengenai lawan dari perbuatan baik: Apakah orang dapat kehilangan anugerah dari sebab perbuatannya yang jahat.

Ada yang menjawab: Memang, umpamanya 1Tim 1:19,20 menyatakan hal ini. (Heimeneus dan Aleksander), 2Tim 4:10 (Demas), 2Ptr 2:1; Why 2:5 dan lain-lain.

Jawaban ini harus kita tentang. Sebab seandainya kita menjawab demikian, kita akan mengatakan bahwa pekerjaan Kristus hanya pekerjaan yang separoh saja, yaitu: orang harus berbuat baik supaya anugerah tetap kepadanya. Bahkan pada orang yang berbuat jahat pekerjaan Tuhan Yesus sia-sia belaka. Maka dari itu pekerjaan Allah dikalahkan oleh pekerjaan orang. Pandangan yang demikian itu menentang pengakuan tentang predestinasi, dan harus ditolak.

Memang Kitab Suci menyatakan berlainan daripada pandangan tadi. Permulaan dari segala sesuatu, juga dari keselamatan manusia, ialah Tuhan Allah yang disebut Yahweh, yang tidak berobah, yang Maha Tahu. Baginya tidak ada kemungkinan khilaf. Kalau ia memilih, pilihan ini tepat dan tidak akan hilang lagi. Pemilihan bukannya oleh karena Allah melihat sebelumnya, bahwa orang ini akan berbuat baik dan orang itu akan hidup jahat. Seandainya demikian Allah tergantung kepada manusia. Akan tetapi Allah memilih dengan kedaulatanNya sendiri sebelum sesuatu ada. Ia memilih kepada keselamatan dan pilihan ini tidak akan sia-sia belaka. Bacalah Rm 8:28-30 tentang rantai yang tidak putus atau tidak ada kurang satu hubunganpun: orang yang dikenal ditetapkan menjadi serupa dengan teladan Anak-dipanggil-dibenarkan-dipermuliakan. Ia tidak mungkin memulai sesuatu pekerjaan yang tidak dapat diselesaikannya. Maka rasul Paulus dapat berkata: "Aku yakin bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat menceraikan kita dari kasih Allah." Atau dengan firman Kristus sendiri: "Seorangpun tiada dapat merampas dia dari dalam tanganKu; Aku memberi kepadanya hidup yang kekal; maka tiada sekali-kali domba-domba itu akan binasa selama-lamanya."

Memang orang percaya dapat menjadi yakin tentang anugerah Allah. Sudah barang tentu hal ini tidak menimbulkan sikap orang Farisi, sebab segala sesuatu hanya dari anugerah Allah datangnya. Tak ada orang percaya berpikir: "Sekarang saya sudah mencapai maksud saya, maka saya dapat beristirahat saja, hidup dengan enak." Sebab perintah Allah tetap, bahwa kita harus hidup suci, sebab Allah adalah suci.

Tuhanlah yang memberikan ketentuan tentang anugerahNya. Dan ketentuan ini kita perlukan di dalam hidup kita sebagai orang percaya agar hidup kita sungguh-sungguh menuju kehormatan Allah. Seandainya kita senantiasa ragu-ragu tentang hal yang menjadi dasar hidup, maka hidup kita juga selalu penuh dengan kebimbangan. Akan tetapi sekarang batu loncatan kita sudah tetap, yaitu anugerah di dalam Tuhan Yesus. Maka dari itu kita dapat bekerja dengan tenang.

Tinggallah kesukaran-kesukaran di dalam nas-nas 1Tim 1:19,20; 2Tim 4:10; 2Ptr 2:1; Why 2:5. Bagaimanakah artinya nas-nas itu?

Nas-nas itu tidak menyatakan sama sekali, bahwa orang-orang yang menerima anugerah Allah dapat jatuh lagi, kehilangan anugerah lagi.

Pertama: nas-nas tersebut tidak menyatakan apakah Himeneus- Aleksander, Demas, orang-orang yang percaya sungguh-sungguh dalam Tuhan.

Kedua: Kitab Suci tidak menceritakan apakah orang-orang ini kemudian kembali lagi ataukah tidak.

Kadang-kadang Kitab Suci menyatakan, bahwa ada orang yang hatinya sudah diterangi oleh Roh, sudah melihat perbuatan Allah, malahan pernah dikatakan mengecap karunia sorgawi, beroleh bagian dari Roh Kudus (Ibr 6:4-6), namun murtad lagi. Memang hal ini mungkin. Tuhan Yesus Kristus membicarakan hal ini (ump Mrk 3:28; Luk 12:10; Mat 12:31). Orang-orang Yahudi melihat pekerjaan Tuhan Yesus Kristus, melihat dan mendengar segala bukti tentang pekerjaan Tuhan Yesus, meskipun demikian mengatakan bahwa pekerjaan itu dari setan. Di sini ada orang yang menyangkal pekerjaan Allah dengan sadar dan dikatakan bahwa itu pekerjaan setan. Jadi tidak hanya menolak saja, akan tetapi meskipun melihat terang pekerjaan Allah mengatakan itu pekerjaan setan. Maka mengenai peristiwa itu Tuhan Yesus mengatakan tentang dosa terhadap Roh Suci.

Maka orang yang bertindak demikian tidak menyesalkan tindakannya, jadi orang yang takut akan berbuat demikian malahan menunjukkan tidak melakukannya. Hal ini tidak bisa kita katakan: jatuh dari anugerah. Meskipun orang itu sudah diterangi, tidak pernah ada dalam anugerah, belum menjadi kepunyaan Allah (bnd hal 163).

Kesimpulan: anugerah Allah tidak akan hilang oleh karena perbuatan kita, orang percaya, yang jahat. Syukurlah bahwa demikian keadaannya. Bahwa anugerah tidak bergantung kepada orang, meskipun orang yang percayapun jua, akan tetapi hanya bergantung pada Allah. Oleh karena demikian orang percaya boleh dan dapat hidup dengan tenteram: Allah yang memulai, Ia yang melanjutkan, Ia yang mencapai maksudNya (Flp 1:6).

Taxonomy upgrade extras: 

DIK-Referensi 10c

Pelajaran 10 | Pertanyaan 10 | Referensi 10a | Referensi 10b

Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN
Nama Pelajaran : Menang Atas Keinginan Daging
Kode Pelajaran : DIK-R10c

Referensi DIK-R10c diambil dari:

Judul Buku : Teologi Sistematika
Pengarang : Louis Berkhof
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia
Halaman : 295-300

REFERENSI PELAJARAN 10c - MENANG ATAS KEINGINAN DAGING

B. PERNYATAAN DOKTRIN KETEKUNAN ORANG-ORANG KUDUS

Doktrin ini harus diungkapkan dengan pernyataan yang teliti, terutama berkenaan dengan kenyataan bahwa istilah "Ketekunan Orang-Orang Kudus" mudah sekali disalah mengerti oleh banyak orang. Pertama kali harus diingat bahwa doktrin ini bukan hanya hendak mengatakan bahwa orang pilihan pada akhirnya nanti pasti diselamatkan, walaupun Agustinus mengemukakan bentuk yang demikian. Tetapi doktrin ini sesungguhnya mengajarkan secara khusus bahwa orang pilihan itu yang sudah mengalami kelahiran kembali dan dengan jelas dipanggil oleh Tuhan untuk memasuki keadaan anugerah, tidak akan pernah sepenuhnya jatuh dari kedudukan itu sehingga gagal masuk ke dalam keselamatan kekal, walaupun mungkin di dalam hidupnya orang tersebut jatuh atau berbuat dosa. Doktrin ini mengatakan bahwa hidup orang yang mengalami kelahiran kembali dan kebiasaan yang tumbuh dari kelahiran kembali itu dalam jalan penyucian, tidak akan pernah musnah sama sekali. Lebih dari itu, kita harus berjaga-jaga terhadap kemungkinan kesalahpahaman bahwa ketekunan ini dianggap sebagai milik yang terkandung dalam diri orang percaya atau sebagai satu tindakan terus-menerus dari manusia, yang olehnya ia bertekun dalam jalan keselamatan. Strong, menyebutkannya sebagai voluntari continuance di pihak orang Kristen di dalam iman dan tingkah laku yang baik, dan aspek manusiawi dari proses Spiritual tersebut, yang jika dipandang dari sisi Ilahi, maka akan menyebutnya sebagai penyucian. Pernyataan ini boleh jadi menimbulkan kesan bahwa ketekunan ini tergantung pada manusia. Akan tetapi Reformed tidak menganggap Ketekunan Orang-Orang Kudus sebagai suatu tindakan atau sikap hati orang percaya, walaupun Reformed percaya dengan sungguh bahwa manusia mempunyai sumbangsih di dalamnya sama seperti yang terjadi dalam penyucian. Mereka bahkan menekankan kenyataan bahwa orang percaya dapat jatuh, jika ia dibiarkan sendiri. Jelasnya, yang menyebabkan adanya ketekunan itu adalah Tuhan, bukan manusia. Ketekunan Orang-Orang Kudus dapat didefinisikan sebagai tindakan Roh Kudus yang terus-menerus dalam diri orang percaya, yang olehnya karya anugerah Ilahi yang dimulai dalam hati manusia terus dilanjutkan dan dibawa kepada kesempurnaan. Hanya oleh karena Allah tidak pernah membuang karya-Nya maka orang percaya dapat terus berdiri sampai pada akhirnya.

C. BUKTI-BUKTI DARI DOKTRIN KETEKUNAN ORANG-ORANG KUDUS

Doktrin ini dapat dibuktikan melalui pernyataan-pernyataan tertentu dari Alkitab dan dari kesimpulan doktrin-doktrin yang lain.

  1. Pernyataan Alkitab secara langsung.

    Ada beberapa ayat penting dalam Alkitab yang patut dipertimbangkan di sini. Dalam Yoh 10:27-29 kita membaca, "Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari siapapun, dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan Bapa." Dalam Rom 11:29 Paulus berkata, "Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya." Hal ini berarti bahwa anugerah yang sudah dinyatakan Allah dalam panggilan-Nya tidak pernah ditarik kembali, seolah-olah Ia menyesali apa yang telah Ia lakukan itu. Pernyataan ini diberikan secara umum, walaupun dalam kaitan dimana ayat itu kita jumpai dapat kita lihat bahwa panggilan itu ditujukan kepada bangsa Israel. Paulus menghibur orang Filipi yang percaya dengan kalimat- kalimat berikut, "Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus" (Fil 1:6). Dalam 2Tes 3:3 Paulus berkata, "Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat." Dalam 2Tim 1:12, Paulus mengemukakan perasaan syukurnya dengan berkata, "Karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan." Kemudian dalam 2Tim 4:18, Paulus kembali mengagungkan kenyataan bahwa Tuhan akan melepaskannya dari segala yang jahat dan akan menyelamatkannya untuk masuk ke dalam kerajaan surgawi-Nya.

  2. Bukti-bukti berdasarkan kesimpulan dari doktrin-doktrin yang lain.

    Doktrin tentang Ketekunan Orang-orang Kudus ini juga dapat kita buktikan berdasarkan kesimpulan doktrin-doktrin lain.

  3. Dari doktrin pemilihan.

    Pemilihan tidak sekedar berarti bahwa sebagian orang akan dipilih dengan suatu hak-hak khusus eksternal dan mungkin diselamatkan, jika mereka melaksanakan tugas mereka, tetapi doktrin pemilihan berkata bahwa mereka yang termasuk bilangan orang pilihan pada akhirnya akan diselamatkan dan tidak akan kehilangan keselamatan yang sempurna ini. Pemilihan ini berlaku sampai pada akhirnya, sampai kepada penggenapan keselamatan. Dalam mengerjakan pemilihan ini, Tuhan melimpahi orang percaya dengan pengaruh-pengaruh Roh Kudus yang memimpin orang tersebut, bukan saja untuk menerima Kristus, tetapi juga untuk bertekun sampai pada akhirnya dan diselamatkan.

  4. Dari doktrin perjanjian penebusan.

    Dalam perjanjian penebusan, Tuhan memberikan umat-Nya kepada Putera-Nya sebagai upah dari ketaatan Sang Putra dan juga sebagai upah penderitaan-Nya. Upah ini sudah ditetapkan dari kekekalan dan tidak dibiarkan tergantung pada kesetiaan manusia yang tidak pasti. Allah tidak mengingkari janji-Nya, karena itu tidak mungkin jika mereka yang diperhitungkan berada dalam Kristus dan sebagai bagian pembentuk dari upah-Nya, dapat dipisahkan dari Dia (Rom 8:38,39), dan bahwa mereka yang telah memasuki pernjanjian itu sebagai suatu persekutuan hidup, tidak akan pernah jatuh.

  5. Dari kebaikan dan jasa dari syafaat Kristus.

    Dalam karya penebusan, Kristus membayar harga untuk membeli pengampunan bagi orang berdosa agar mereka dapat diterima kembali. Kebenaran Kristus membentuk dasar yang sempurna bagi pembenaran orang berdosa, dan tidak mungkin bahwa seseorang yang dibenarkan oleh pembayaran yang sedemikian sempurna dan harga yang sedemikian mahal, akan jatuh ke dalam penghukuman. Lebih dari itu, Kristus melakukan syafaat terus-menerus bagi mereka yang diberikan kepada-Nya oleh Bapa, dan doa syafaat-Nya bagi umat-Nya selalu berharga dan membawa hasil, Yoh 11:42; Ibr 7:25.

  6. Dari persatuan mistis dengan Kristus.

    Mereka yang disatukan dengan Kristus melalui iman menjadi bagian dalam Roh Kudus, dan dengan demikian menjadi satu tubuh dengan Dia, yang berdenyut bersama dengan hidup Roh. Mereka hidup bersama-sama dengan Kristus dan karena Kristus hidup maka mereka juga hidup. Tidak mungkin mereka akan ditarik keluar lagi dari tubuh itu, sehingga mengacaukan apa yang sudah baik dalam keilahian. Persatuan ini permanen, sebab dimulai dalam satu penyebab yang permanen dan tidak pernah berubah, yaitu kasih Allah yang cuma-cuma dan kekal.

  7. Dari Karya Roh Kudus dalam hati.

    Dabney, dengan benar mengatakan, "Jika orang menganggap Roh Kudus memulai sebuah pekerjaan pada saat sekarang dan kemudian meninggalkannya, maka anggapan itu sangat rendah dan tidak ada harganya; anggapan itu juga berarti bahwa binar-binar kelahiran surgawi itu hanya ignis fatcus yang bernyala untuk sekejap lalu padam dan membawa kegelapan yang dalam; anggapan itu juga berarti bahwa kehidupan rohani yang diberikan dalam kelahiran baru adalah suatu vitalitas yang terjadi secara serabutan yang memberi penampilan hidup bagi jiwa yang mati, lalu penampilan itupun akhirnya mati."

    Menurut Alkitab, orang percaya sudah memiliki hidup keselamatan dan hidup kekal, Yoh 3:36; 5:24; 6:54. Dapatkah kita terus berpendapat bahwa hidup kekal tidak akan berlansung selamanya?

  8. Dari jaminan keselamatan.

    Jelas terbukti di dalam Alkitab bahwa orang percaya, di dalam hidupnya di dunia ini memperoleh jaminan keselamatan, Ibr 3:14; 6:11; 10:22; II Pet 1:10. Tidak mungkin orang percaya dapat jatuh dari anugerah itu setiap saat. Anugerah jaminan keselamatan itu hanya dapat dinikmati oleh mereka yang berdiri teguh pada keyakinan bahwa Tuhan akan menyempurnakan pekerjaan yang telah Ia mulai.

Taxonomy upgrade extras: 

OKB-Referensi 04a

Pelajaran 04 | Pertanyaan 04 | Referensi 04b | Referensi 04c

Nama Kursus : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB)
Nama Pelajaran : Bertanggungjawab dalam Hal Keanggotaan Gereja dan
Kehidupan Keluarga
Kode Pelajaran : OKB-R04a

Referensi OKB-R04a diambil dari:

Judul Buku : ANDA DAN GEREJA
Judul Artikel : Tugas Jemaat Kristus
Penulis : Walter Mohr
Penerbit : YAKIN, Surabaya, 1981
Halaman : 34 - 42

REFERENSI PELAJARAN 04a - TUGAS JEMAAT KRISTUS"

Jemaat Kristus mempunyai tiga tugas utama. Pertama tugas kepada Allah, kedua tugas kepada dunia, ketiga tugas kepada anggota-anggota jemaat sendiri. Mari kita selidiki satu per satu ketiga tugas jemaat Kristus ini:

Pertama, penyembahan. Inilah tugas jemaat kepada Allah. Tugas jemaat yang paling mulia. Sebenarnya dalam Perjanjian Lama, misaiirya kitab Mazmur, ada banyak ditulis soal penyembahan. Ketika Yesus bercakap- cakap dengan seorang perempuan Samaria di sumur Yakub, pembicaraan sampai kepada soal penyembahan. Yesus berkata, "Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran " (Yohanes 4:23-24). Di sini kita lihat bahwa bukan tempat yang penting dalam penyembahan, melainkan sikap hati seseorang. Bapa "menghendaki" orang menyembah. Kata "menghendaki" di sini berarti berkenan, mencari, merindukan. Tugas jemaat kepada Allah ialah memelihara hubungan erat dengan Allah, menyembah Dia, memuliakan Dia di tengah-tengah dunia dengan menyembah- Nya. Kosonglah pelayanan kita, apabila tidak mau mengambil waktu untuk menunggu di hadirat-Nya.

Di sorga sekarang malaikat-malaikat dan orang-orang kudus sedang menyembah Allah (Wahyu 4:8-11; 5:9-14; 7:9-12). Kelak kita semua akan menyembah Allah di sorga untuk selamalamanya.

Penyembahan yang benar ialah memusatkan hati kepada Tuhan dan menyatakan kasih kita kepada-Nya. Ini berarti tidak memikirkan kebutuhan diri sendiri maupun berkat-berkat yang Tuhan berikan, tetapi memikirkan TUHAN itu sendiri. Kata yang umum dipakai dalam Perjanjian Baru ialah "proskuneo" (kira-kira 60 x) dan diterjemahkan sebagai "menyembah." Tetapi kata itu sendiri sebenarnya berarti "mencium tangan."

Mengikuti suatu kebaktian gereja belum tentu suatu penyembahan. Mengapa? Banyak orang merasa ikut kebaktian sudah berarti menyembah Allah. Kadang-kadang tidak. Sebab penyembahan tidak terikat pada satu tempat (Yohanes 4:20), melainkan pada keadaan hati orang yang menyembah.Menyanyi, memuji, memikirkan kebesaran Allah dapat merupakan penyembahan yang memperkenankan Allah dan menguatkan kita.

Penyembahan yang benar bukan ucapan-ucapan indah saja, tetapi menyangkut diri kita dan segala yang ada pada kita. Penyembahan yang benar akan mempersembahkan apa? Dalam Injil Matius ada satu contoh yang indah mengenai penyembahan kepada Allah. Orang-orang majus dari Timur datang ke tanah Palestina - bukan untuk meminta atau memperoleh sesuatu, melainkan - untuk menyembah Dia, Anak Allah yang lahir di kandang Betlehem. Memohon, meminta,mengharap sesuatu dari Tuhan itu baik. Namun ada yang lebih, baik, yaitu menyembah Dia. Orang-orang majus itu datang untuk menyembah Dia (Matius 2:11). Perhatikan bagaimana mereka menyembah. Dengan membuka tempat penyimpanan harta bendanya! Mereka menyembah dengan mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur.

Jadi, penyembahan yang sejati mencakup: mempersembahkan diri dan tubuhnya kepada Tuhan (Roma 12:1). Ini berarti hidup bagi Tuhan. Bukan di mulut saja kita menyembah Tuhan, tetapi dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Mempersembahkan sebagian dari harta benda kita kepada Tuhan (1 Korintus 16:2). Lebih dahulu harus mempersembahkan diri (2 Korintus 8:5), kemudian barulah dapat mempersembahkan harta kita kepada Tuhan dengan kerelaan hati karena mengasihi Tuhan. Ingat, segala harta benda yang ada pada kita itu pun sebenarnya milik Tuhan, yang dipercayakan oleh-Nya kepada kita untuk dipergunakan bagi kemuliaan-Nya (2 Korintus 9:7).

Kedua, penginjilan. Inilah tugas jemaat kepada dunia. Tugas yang penting sekali. Tugas pokok. Bukan sesuatu yang asing bagi kita. Ini adalah pesan/perintah/amanat agung dari Tuhan Yesus yang terakhir sebelum la naik ke sorga (Matius 28:19; Kis.Ras. 1:8). "Pergilah . . . jadikanlah . . . saksikanlah."

Tuhan Yesus sendiri memberikan contoh yang indah (Lukas 19:10). "Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." Sekarang ini masih tugas kita.

Tugas ini adalah tugas seluruh jemaat Kristus. Jemaat yang melalaikan ini akan mati. Di mana ada jemaat yang lupa akan tugasnya dalam penginjilan, jemaat itu akan segera mati. Jemaat itu akan jadi kering, tandus. Ada satu syarat mutlak bagi jemaat yang mau hidup: bersaksi, menginjil. Ingin dewasa secara rohani, bersaksi! Kadang-kadang ada orang yang berpandangan, karena di dalam gereja masih banyak persoalan, mari kita membereskan dahulu apa yang di dalam, mengajar, mengajar, mengajar, baru sesudah itu semua beres, kita keluar . . .! Saya tidak setuju. Keyakinan saya, sering ada banyak persoalan di dalam jemaat karena kita tidak mau keluar bersaksi, tak mau bekerja. Ini sama dengan tubuh orang yang sakit-sakitan terus karena orang itu tidak pernah mau bergerak, tidak mau latihan, tidak mau bekerja! Bergerak membikin tubuh jadi sehat. Bila ada jemaat yang lemah, ajaklah jemaat itu keluar bersaksi. Itu akan menyehatkannya.

Penginjilan ini adalah tugas seluruh anggota jemaat. Bukan tugas khusus bagi gembala atau penginjil saja (Kis. Ras. 8:1,4). Ya memang, ada pemberita-pemberita Injil yang diberi karunia khusus untuk itu. Tetapi siapa yang memulai jemaat Kristus di Roma? Tak seorang pun mengetahuinya. Juga di tempat-tempat lain. Belum tentu seorang penginjil yang memulai membuka jemaat di sana. Belum tentu seorang rasul. Malahan mungkin sekali jemaat-jemaat itu dimulai oleh orang- orang Kristen biasa saja. Oleh kaum awam. Sebenarnya orang Kristen biasa lebih mudah mendekati orang-orang lain di sekitarnya dari pada seorang pendeta atau penginjil mencoba mendekati mereka. Kaum awam dengan sesama kaum awam tidak kaku hubungannya. Karena itu malah lebih gampang orang Kristen biasa memenangkan jiwa bagi Kristus, bila dilihat dari segi hubungannya ini. Tetapi gereja zaman sekarang sering membuat kesalahan besar: mereka menggaji seorang-pendeta, menyerahkan semua tugas kepadanya termasuk mencari jiwa-jiwa baru, sedangkan kaum awam dilupakan atau dibiarkan duduk mendengarkan saja di bangku-bangku gereja seminggu sekali. Tidak heran bahwa gereja sukar sekali untuk maju!

Rasul Paulus memberikan satu prinsip yang indah sekali kepada kita (2 Timotius 2:2). "Apa yang telah engkau dengar dari padaku . . . percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain." Artinya, sebanyak mungkin anggota jemaat diikutsertakan dalam aktivitas pemberitaan Firman Tuhan, sehingga mereka dapat memenangkan jiwa-jiwa lain lagi. Prinsip pelipat-gandaan ini hendaknya dijadikan pedoman jemaat dan dipakai oleh setiap saksi Tuhan.

Tetapi jemaat perlu insaf bahwa penginjilan bukan berarti seluruh dunia akan percaya kepada Tuhan Yesus. Dari kenyataan kita sadar bahwa hanya sebagian kecil saja yang akan percaya. Dalam Matius 7:12-14 kita membaca hanya sedikit yang masuk pada jalan yang sempit. Banyak yang masuk pada jalan yang lebar. Banyak orang tidak mau masuk pada jalan sempit itu. Oh betapa indah apabila banyak yang mau masuk jalan sempit. Tetapi dalam keseluruhan dunia ini, sedikit saja yang mau. Meskipun demikian, pemberitaan Injil perlu dibawa ke mana-mana. Perumpamaan empat macam tanah menjelaskan hal yang sama. Banyak yang mendengar, banyak pula yang mulai memperhatikan. Malahan banyak yang kelihatan sungguh percaya. Wah, orang-orang itu cepat maju. Namun ia tidak mau mencabut cinta dunia yang lama. Saingan terlalu keras. Akhirnya layulah. Kekayaan menariknya kembali dari Tuhan. Yang berhasil sampai berbuah, akhirnya hanya seperempat saja dari keseluruhan yang mendengar.

Kita tidak dapat membawa segenap dunia kepada Kristus, tetapi kita harus membawa Kristus kepada segenap dunia! Ini tidak mudah, tetapi bagaimana pun juga, ini tugas jemaat Kristus kepada dunia.

Ketiga, pemeliharaan dan pengawasan. Inilah tugas jemaat kepada para anggotanya. Tugas yang berat. Sering dalam gereja pemeliharaan dan pengawasan kepada para anggota jemaat kurang memadai. Barangkali pendeta senang apabila banyak orang datang ke kebaktiannya, sedangkan bagaimana keadaan rohani orangorang itu tidak diperhatikan. Ada pula pendeta yang sibuk menjaga agar tidak ada seorangpun anggota gerejanya yang sesat terhilang ke kandang orang Iain. Ini semua baik, tetapi jangan itu saja! Pemeliharaan dan pengawasan kepada para anggota lebih dari pada ini.

Apakah maksudnya pemeliharaan? Ini pemeliharaan bagi para orang kudus di dalam jemaat Kristus. Pemeliharaan ini mencakup beberapa faktor.

Pertama, persekutuan adalah satu unsur penting dalam pemeliharaan (Kis. Ras. 4:23; 2:42; Ibrani 10:24,25). Persekutuan ini bukan melulu dalam kebaktian di gereja, tetapi juga dalam kunjungan, doa, saling menasihati dan saling melayani. Cuma saya ingin menambahkan sesuatu mengenai persekutuan ini. Persekutuan jangan sampai mengambil seluruh waktu orang Kristen! Memang persekutuan penting sekali, tetapi tidak usah setiap malam ada persekutuan atau kebaktian. Kalau orang-orang Kristen setiap waktu "dipaksa" ikut persekutuan saja, kapan ia dapat bersekutu dengan keluarganya? Nanti tanggung jawab dalam keluarga masing-masing dapat terlalai dan rumah tangga bisa berantakan. Kalau selalu persekutuan saja, kapan akan keluar menginjil? Kekristenan tidak terdiri dari "kesibukan dalam persekutuan" belaka. Hendaklah ada keseimbangan dengan yang lain-lain.

Kedua, pengajaran Firman Allah juga penting dalam pemeliharaan (Kis. Ras. 2:42; Efesus 4:12-16). Para anggota jemaat seharusnya sungguh memerhatikan acara Bible Study di gereja. Sedangkan gereja yang tak mempunyai Bible Study bagi para anggotanya, harus mengadakannya. Jemaat setempat mestinya juga berfungsi sebagai Sekolah Alkitab yang praktis yang membawa orang percaya baru kepada kedewasaan rohani. Tuhan Yesus tidak membuka sekolah Alkitab. Kedua belas rasul pun tidak membuka sekolah Alkitab. Tetapi Tuhan Yesus dan rasul-rasul sungguh mengajarkan Firman Allah kepada orangorang percaya. Ini tidak berarti kita tidak boleh mendirikan sekolah Alkitab. Boleh saja! Hanya, hendaknya setiap jemaat Kristus menjadi tempat di mana Firman Allah sungguh diajarkan.

Ketiga, pelayanan upacara-upacara, yaitu baptisan dan perjamuan Tuhan, juga termasuk dalam tugas pemeliharaan jemaat.

Keempat, pelayanan sosial - yang menyangkut kebutuhan jasmani anggota jemaat setempat juga perlu diperhatikan. Dalam Kisah Para Rasul 6:1-6 ada contoh di mana kebutuhan sosial janda-janda di dalam jemaat itu sangat diperhatikan dan diurus dengan baik. Malah keduabelas rasul itu membentuk semacam panitia yang anggota-anggotanya diambil dari jemaat itu sendiri untuk menolong para janda tersebut. Ayat-ayat lain yang menyebutkan hal ini ialah antara lain, 1Timotius 5:3-6; Roma 12:13; Kis. Ras. 11:27-30; dan sebagainya. Malahan rasul Paulus menganjurkan agar apabila satu jemaat di suatu tempat sedang menderita kekurangan, maka jemaat di tempat lain harus berusaha menolongnya (2 Korintus 8:1- 15). Mengapa Alkitab menganjurkan demikian? Seperti kata Paulus, "supaya ada keseimbangan" di antara orang Kristen! Jangan sampai di dalam jemaat duduk dua orang bersama-sama, di mana yang satu datang ke kebaktian naik mobil dengan perut kenyang dan kantong penuh uang, sedangkan yang lain berjalan kaki dengan perut lapar dan kantong kempis, dan tidak diperhatikan sama sekali oleh yang berkelebihan itu! Kasih Kristus di antara orang Kristen seyogyanya jangan hanya di bibir saja, melainkan harus dinyatakan dalam perbuatan. Dan saya yakin, apabila dunia melihat bagaimana di antara sesama orang Kristen ada satu kasih yang nyata - yaitu saling tolong menolong dan saling memerhatikan kebutuhan yang lain - akan ada lebih banyak orang yang mau bertobat kepada Tuhan Yesus dari pada sekarang ini di mana orang- orang Kristen dalam jemaat masing-masing hanya memikirkan kepentingannya sendiri! Cuma, perlu dicatat bahwa pelayanan sosial ini harus dikerjakan atau diberikan dengan hati-hati dan bijaksana agar bantuan jasmani itu tidak disalahgunakan oleh sebagian orang. Harus dijaga agar orang tidak lantas menggantungkan dirinya kepada bantuan gereja, melainkan supaya ia tetap berharap dan memandang kepada Tuhan Yesus. Orang-orang Injili yang "terlalu injili" sering menutup mata terhadap kebutuhan jasmani orang lain. Mereka berpendapat bahwa yang terpenting adalah jiwa. Memang betul, tetapi mereka lupa bahwa kebutuhan jasmani juga diperlukan. Hanya sekali lagi, untuk melayani kebutuhan jasmani bagi orang lain ini jemaat harus memakai banyak kebijaksanaan.

Kemudian, apakah maksudnya pengawasan? Pengawasan bagi orang-orang kudus dalam jemaat juga mencakup beberapa faktor. Tidak mudah seorang gembala melakukan pengawasan terhadap anggota-anggotanya, lebih mudah ia mengawasi penyesat-penyesat dari luar. Itulah sebabnya tugas pengawasan terhadap para anggota ini sering dilalaikan. Misalnya, kepada seorang anggota jemaat yang rajin ikut kebaktian, yang banyak memberikan uangnya, apabila kemudian orang ini hidupnya menyeleweng dari firman Tuhan, sulit sekali si pendeta menegor dia. Atau, iblis akan selalu membisikkan ke telinga kita, "eh, siapakah engkau yang mau menegor orang lain? Apakah engkau sendiri sudah sempurna? ..." Memang tidak ada yang sempurna. Tetapi apabila ada dosa yang nyata di dalam jemaat, maka jemaat setempat mesti bertindak. Mari kita lihat beberapa faktor berhubungan dengan pengawasan ini.

Pertama, jemaat Kristus adalah jemaat yang suci dan tugas pengawasan jemaat dipercayakan oleh Tuhan kepada jemaat itu sendiri (Matius 18:15-17). Jadi, jemaat setempat mempunyai tanggung jawab untuk mendekati anggotanya yang bersalah. Atau datang kepada anggota yang hampir-hampir jatuh dalam suatu jerat. Dengan mengingat diri sendiri tidak sempurna, dan dengan kasih Tuhan, kita hendaknya menasihati orang itu. "Saudara, kalau seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri (Galatia 6:1,2). Tetapi apa yang sering terjadi dalam gereja bila ada seorang anggotanya yang hidupnya mulai main-main dengan dosa? Bukannya kita datang kepada orang itu langsung untuk menasihati dia, melainkan semua orang di gereja mulai berbisik-bisik satu kepada yang lain mengenai orang itu, tanpa ada seorang pun yang mau menasihati dia. Sebaliknya orang itu malah menjadi bahan pembicaraan semua orang. Ini tidak menolong orang tersebut. Malahan kita justru menjerumuskan dia ke dalam jurang dosa! Betapa sering kita bersalah di hadapan Tuhan dalam masalah ini.

Jemaat yang lalai dalam tugas pengawasan ini - meskipun tugas ini tidak mudah akan "ketularan dosa" (1 Korintus 5:6-7). Misalnya, ada seorang anggota jemaat, bahkan salah satu dari majelis, yang mulai dihinggapi penyakit minum-minuman keras. Apabila ia dibiarkan saja tanpa didekati, dinasihati dan ditegor, tidak lama kemudian seluruh jemaat dapat menjadi kumpulan para pemabuk. Apabila orang itu kemudian menambah minuman kerasnya dengan rokok, maka seluruh jemaat juga dapat akhirnya menjadi perokok. Satu dapat merusakkan semuanya.

Pengawasan jemaat mempunyai dua tujuan: menyatakan dan mengeluarkan orang yang tidak benar-benar bertobat dan yang hidupnya hanya senang dalam dosa dari persekutuan Kristen (jemaat). Lihat 1 Yohanes 2:19. Juga mengajar orang percaya - tetapi yang main-main dengan dosa - agar ia sadar dan kembali kepada jalan yang benar.

Tetapi, bagaimana tugas pengawasan ini dapat dilaksanakan dengan baik? Alkitab memberikan beberapa petunjuk mengenai pelaksana tugas ini:

  1. Apabila seorang bersalah, hendaklah ditegor langsung oleh yang mengetahuinya (Matius 18:15-17).
  2. Apabila orang itu tidak mau mendengarkan, barulah membawa seorang atau dua orang saksi lain.
  3. Apabila ia masih bersikeras dalam dosanya, seluruh jemaat menasihatinya. Apabila tidak berhasil menyadarkan dia, ia perlu dikucilkan.
  4. Ketua-ketua jemaat setempat wajib mengambil tindakan apabila ada dosa yang nyata dalam jemaat itu (1 Kor. 5:3-7 ).
  5. Seorang yang bertobat dari dosanya, wajib diampuni dan disambut lagi (2 Kor. 2:6-11).

Pelaksanaan tugas pengawasan ini perlu dalam kesalahan- kesalahan sebagai berikut:

  1. Ajaran sesat (Titus 1:13; 3:10). Apabila ada anggota yang terus mengikuti ajaran sesat, misalnya menolak Ketuhanan Yesus dan sebagainya, ia wajib ditegor.
  2. Zinah (1 Kor. 5:1-5).
  3. Dosa terbuka ( 1 Tim. 5:20). Yang paling penting, dalam melaksanakan tugas pengawasan ini, hendaklah jemaat bertindak dengan adil (1 Tim. 5:19), dengan rendah hati 2 Kor. 10:12), dengan lemah lembut (Galatia 6:1), dan dengan kasih (1 Kor. 13:4). Jemaat yang setia dalam semua ini, penyembahan, pemberitaan Injil, dan pemeliharaan serta pengawasan, akan sungguh menjadi jemaat yang memuliakan Tuhan (Efesus 1:12).