KRP - Pelajaran 01

Nama Kelas : Kehidupan Rasul Paulus
Nama Pelajaran : Latar Belakang dan Pertobatan Rasul Paulus
Kode Pelajaran : KRP-P01

Pelajaran 01 -- Latar Belakang dan Pertobatan Rasul Paulus

Daftar Isi

  1. Latar Belakang Paulus
    1. Siapakah Saulus?
    2. Pendidikan Saulus
    3. Hidup Lama Saulus
  2. Latar Belakang Hidup Keagamaan Saulus
    1. Penganiayaan Orang Kristen
    2. Menuju ke Damsyik
  3. Pertobatan Paulus
    1. Paulus Bertemu Tuhan
    2. Ananias
    3. Paulus Mulai Berkhotbah
  4. Pelayanan Paulus
    1. Perjalanan Misi Paulus
    2. Masalah yang Dihadapi Paulus

Doa

Pelajaran 01: Latar Belakang dan Pertobatan Rasul Paulus

Kehidupan dan ajaran Paulus memiliki dampak yang besar bagi kekristenan, bahkan ia sering disebut sebagai "Rasul bagi bangsa-bangsa lain" karena upayanya menyebarkan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi (Roma 15:16). Warisannya meliputi pendirian gereja Kristen di banyak wilayah, termasuk Asia Kecil, Yunani, dan Roma. Surat-surat Paulus, yang merupakan bagian dari Perjanjian Baru, terus dipelajari dan menjadi motor bagi pelayanan misi di seluruh dunia. Bagaimana Paulus bisa menjadi hamba Tuhan yang memiliki pengaruh sedemikian besar? Mari kita mempelajari kehidupannya yang begitu menginspirasi anak-anak Tuhan sepanjang zaman.

  1. Latar Belakang Paulus
    1. Siapakah Saulus
    2. Nama aslinya adalah Saulus (nama Ibrani), tetapi setelah bertobat, ia mengambil nama Yunani, Paulus. Saulus adalah orang yang sangat bangga dengan keyahudiannya. Ia berasal dari suku Benyamin dan memiliki kewarganegaraan Romawi dari ayahnya (Kisah Para Rasul 22:28). Saulus lahir pada tahun yang sama dengan tahun kelahiran Yesus. Ia lahir di Tarsus, kota pusat perdagangan yang terkemuka pada zaman itu di wilayah Kilikia, 1,2 km dari Laut Tengah (Kisah Para Rasul 22:3). Tarsus juga adalah kota ilmu pengetahuan karena di sana banyak sekali sekolah dan universitas. Banyak pendatang yang belajar di sekolah-sekolah terkenal di Tarsus. Di kota ini, tinggal orang-orang Yunani dan orang-orang Timur, juga bangsa-bangsa lain. Kapal-kapal dari berbagai negara singgah di kota Tarsus karena hasil kain dan benang berkualitas yang sangat terkenal.

    3. Pendidikan Saulus
    4. Sebagai anak laki-laki Yahudi, Saulus mendapatkan pendidikan dasar yang sangat ketat dan baik, terutama adat istiadat Yahudi. Pada usia yang sangat dini, Saulus menjadi anak Taurat yang sudah mempelajari seluruh kitab Taurat dan kitab Nabi-nabi di Sinagoge (Kisah Para Rasul 22:3). Di tempat kelahirannya, yaitu kota pelajar Tarsus, Saulus mendapat kesempatan hidup di kota yang kaya dengan ilmu pengetahuan. Di kota inilah, Saulus belajar tentang cara hidup bangsa bukan Yahudi. Itu sebabnya, ketika waktu-Nya tiba, dia dapat memperkenalkan Injil Kristus kepada bangsa-bangsa lain dengan cara yang sangat baik.

      Orang tua Saulus adalah orang yang kaya sehingga mereka mengirim Paulus ke sekolah Taurat (kerabian) di Yerusalem dan belajar di bawah bimbingan Gamaliel (Kisah Para Rasul 22:3), guru besar yang sangat tersohor pada waktu itu. Saulus tampaknya tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan dia belajar dengan sungguh-sungguh pada usia yang masih muda sehingga ia bisa menjadi bagian dari golongan Sanhedrin. Saulus pasti seorang murid yang istimewa karena Gamaliel memberikan perhatian kepadanya (Kisah Para Rasul 5:34-39).

    5. Hidup Lama Saulus
    6. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Yerusalem, Saulus kembali ke kota asalnya, Tarsus, dan siap bekerja. Ada kemungkinan Saulus menghabiskan waktu beberapa tahun di Tarsus sebagai seorang rabi, guru agama Yahudi. Tidak ada catatan lain tentang dia pada tahun-tahun itu sampai ia kembali ke Yerusalem, tepat sebelum kematian Stefanus, salah seorang dari tujuh diaken dan pengikut Yesus Kristus yang setia.

      Saulus rupanya sudah mendengar tentang gerakan kekristenan yang bertentangan dengan iman Yahudi. Saulus tentu ingin pergi membantu mempertahankan iman nenek moyangnya. Selama pengadilan Stefanus, Saulus ada di sana dengan teman-teman sebangsanya. Meskipun tidak ikut melempari Stefanus dengan batu, Saulus memiliki perasaan yang sama dengan orang-orang yang menganiaya Stefanus dan setuju agar Stefanus dihukum mati. Saulus menyaksikan kematian Stefanus (Kisah Para Rasul 7:58-8:1). Namun, kemudian hari, kejadian ini justru memainkan peranan yang penting dalam keputusannya menjadi pengikut Tuhan Yesus Kristus.

  2. Latar Belakang Hidup Keagamaan Saulus
    1. Penganiayaan Orang Kristen
    2. Saulus yang masih muda berkesempatan menjadi pemimpin pasukan untuk menghancurkan kekristenan. Paulus sendiri menggambarkan tindakannya yang melawan kekristenan ini dengan berkata, "Dan, itulah yang aku lakukan di Yerusalem. Aku bukan hanya memasukkan orang-orang kudus ke dalam penjara, setelah menerima wewenang dari imam-imam kepala, tetapi juga ketika mereka dihukum mati, aku menyetujuinya. Lalu, aku sering menghukum mereka di sinagoge-sinagoge dan berusaha memaksa mereka untuk menghujat. Dan, dengan kemarahan yang sangat besar terhadap mereka, aku menganiaya mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing." (Kisah Para Rasul 26:10-11) Paulus begitu jujur dan lugas mengatakan bahwa karena imannya yang salah, ia sudah memenjarakan dan menangkap orang Kristen sejak di Yerusalem maupun di kota-kota lain di luar Israel. Namun, semua ini berubah setelah dia mengalami kasih dan anugerah Tuhan Yesus.

    3. Menuju ke Damsyik
    4. Saulus bertanggung jawab atas begitu banyak kematian dan pemenjaraan ribuan orang Kristen. Namun, ia mendapat laporan tentang adanya kelompok besar orang Kristen di kota Damsyik, yang kira-kira 240 km jauhnya dari Yerusalem. Dengan membawa surat izin, dia memutuskan pergi ke Damsyik untuk melanjutkan penganiayaannya terhadap orang percaya dan untuk membawa mereka dalam keadaan terbelenggu ke Yerusalem (Kisah Para Rasul 9:1-2).

      Sekarang, ia berada dalam perjalanan ke Damsyik, kota penting di daerah Siria, untuk mengusir orang Kristen dari sana. Ketika menuju Damsyik, Saulus tidak seorang diri. Ia pergi bersama rekan-rekannya dengan membawa surat kuasa untuk memenjarakan orang Kristen. Perjalanan ini membutuhkan waktu enam sampai tujuh hari sehingga anak muda yang pandai dan penuh semangat ini mempunyai banyak waktu untuk berpikir, terutama tentang Stefanus yang mati dengan begitu tenang.

      Ada tiga pengalaman pertobatan Paulus yang dicatat dalam Perjanjian Baru. Lukas menceritakannya menurut kenyataan sejarah dan Paulus menceritakannya dengan kata-katanya sendiri sebanyak dua kali (lihat Kisah Para Rasul 9:1-19; Galatia 1:11-24; Filipi 3:4-14). Pertobatan Paulus merupakan salah satu peristiwa besar dalam sejarah kekristenan.

  3. Pertobatan Paulus
    1. Paulus Bertemu Tuhan
    2. Berita tentang kedatangan Saulus pasti telah sampai ke Damsyik. Pada tengah hari, ketika ia mendekati kota itu, tiba-tiba ada cahaya yang membutakan mata, bersinar mengelilingi Paulus dan teman-temannya. Ia rebah ke tanah saat mendengar suara yang berkata, "Saulus, Saulus, mengapa kamu menganiaya Aku?" Saulus bertanya, "Siapakah Engkau, Tuan?" Dan, Ia berkata, "Akulah Yesus, yang kamu aniaya. Akan tetapi, bangun dan masuklah ke kota, dan kamu akan diberitahu apa yang harus kamu lakukan." (Kisah Para Rasul 9:4-6) Saulus mencoba berdiri, tetapi dia mendapati bahwa dirinya buta. Anak buahnya menuntun dia dan membawanya ke kota. Pengalaman ini mengubah Saulus sepenuhnya. Sekarang, orang Farisi yang sombong ini berubah menjadi seorang pesakitan, gemetar, meraba-raba, dan bergantung pada bantuan orang lain. Ia dibawa ke rumah Yudas dan langsung masuk ke kamarnya. Selama tiga hari, dia tidak dapat melihat, tidak makan, ataupun minum. Seluruh hidupnya telah berubah karena pertemuan yang dahsyat dengan Kristus.

    3. Ananias
    4. Ananias adalah salah seorang murid Kristus yang ada di Damsyik. Dia dikasihi dan dihormati oleh semua orang yang mengenalnya. Ananias mendapat penglihatan dari Allah dan ia diperintahkan untuk pergi ke rumah Yudas menemui Saulus dari Tarsus. Ananias merasa sangat takut karena ia telah mendengar tentang semua kejahatan yang dilakukan Saulus terhadap orang Kristen. Ananias barangkali sudah mengetahui bahwa dengan alasan itu juga Paulus datang ke Damsyik. Akan tetapi, Tuhan meyakinkan Ananias bahwa ia harus pergi sehingga ia pun pergi mengunjungi Saulus. Ketika Ananias menumpangkan tangan ke atas kepala orang Farisi muda ini, sambil berkata, "Saudara Saulus ...," ia pun memberi tahu bahwa Yesuslah yang telah menampakkan diri dalam penglihatan Saulus. Lalu, mata Saulus pun terbuka dan ia menerima anugerah Roh Kudus. Setelah itu, ia dibaptis dan mengubah namanya menjadi Paulus (Kisah Para Rasul 9:10-18).

    5. Paulus Mulai Berkhotbah
    6. Kita tidak terlalu heran saat mengetahui bahwa petobat baru ini langsung memulai pekerjaan barunya. Dia berkhotbah bahwa Kristus adalah Anak Allah. Para rasul Tuhan sangat heran melihat perubahan yang luar biasa ini. Orang Yahudi yang mendengarnya juga tidak percaya dengan apa yang mereka lihat dalam diri Paulus (Kisah Para Rasul 9:19-22). Paulus bertumbuh dalam kekuatan yang penuh kuasa selama ia memberitakan firman Tuhan.

      Lalu, Paulus pergi ke Arab dan tinggal di sana selama tiga tahun untuk belajar dan mendalami firman Allah (Galatia 1:17). Ia sungguh-sungguh mempersiapkan diri untuk satu pelayanan penting yang sudah menanti di hadapannya.

      Sekembalinya dari Arab, ia pergi ke Damsyik. Di sana, banyak orang mendengar pemberitaannya dengan penuh semangat. Namun, tidak lama kemudian, orang Yahudi mulai mencarinya untuk membunuhnya. Karena itu, pada suatu malam, para murid menyembunyikan Paulus dalam sebuah keranjang, lalu menurunkannya di luar tembok kota (Kisah Para Rasul 9:25). Sekarang, Paulus mengerti apa yang telah ia perbuat terhadap orang Kristen.

  4. Pelayanan Paulus
  5. Kitab Kisah Para Rasul memberikan informasi yang berharga tentang pelayanan Paulus yang dimulai dari Antiokhia. Pengabaran Injil tidak hanya Paulus lakukan kepada orang-orang bukan Yahudi, tetapi juga kepada orang-orang sebangsanya sekalipun akhirnya banyak masalah pelayanan yang muncul karenanya.

    1. Perjalanan Misi Paulus
    2. Ketika berita Injil semakin tersebar ke banyak tempat, Barnabas, salah seorang pemimpin Kristen terkemuka, mengundang Paulus untuk bersamanya mengajar jemaat Antiokhia (Kisah Para Rasul 11:25). Antiokhia adalah sebuah kota yang memainkan peranan penting dalam pelayanan Paulus kemudian. Paulus tinggal di sini selama 1 tahun dan membangun hubungan yang sangat akrab dengan komunitas Kristen yang dinamis ini.

      Melalui jemaat ini, Tuhan mengutus Paulus dan Barnabas untuk melakukan perjalanan misinya pertama untuk memberitakan Injil ke seluruh wilayah Mediterania. Peristiwa ini menandai awal dari usaha misionaris Paulus yang luas. Melihat keberhasilan misi yang pertama, Paulus dan Barnabas diutus kembali untuk melakukan perjalanan misi kedua yang membawa mereka ke tempat-tempat seperti Derbe, Listra, Ikonium, dan Antiokhia di Pisidia. Setelah Barnabas dan Paulus berselisih paham, Paulus mengajak Silas ke perjalanan misi ketiga yang membawa mereka ke Makedonia, Yunani, dan Asia Kecil (Kisah Para Rasul 13-18 - akan dibahas lebih detail di Pelajaran 2-4).

    3. Masalah yang Dihadapi Paulus dalam Pelayanan
    4. Melalui pelayanan misinya, Paulus memenangkan banyak jiwa dan jemaat/gereja baru mulai didirikan di berbagai tempat. Akan tetapi, hati Paulus masih mengasihi orang sebangsanya. Karena itu, ke mana pun Paulus pergi, ia akan terlebih dahulu mengunjungi sinagoge untuk bertemu dengan orang-orang Yahudi untuk meyakinkan mereka tentang Yesus, Sang Mesias dan Juru Selamat. Puji Tuhan, ada orang Yahudi yang menjadi percaya kepada Kristus, tetapi banyak juga yang tetap menolak dan tidak percaya. Orang Yahudi yang menolak Kristus menjadi iri melihat banyaknya orang yang dimenangkan Paulus sehingga mulai membuat banyak masalah bagi Paulus.

      Di tengah usaha Paulus menjelaskan tentang kehidupan dan karya-karya Yesus, orang Yahudi yang menjadi Kristen berpendapat bahwa orang bukan Yahudi harus menjadi orang Yahudi terlebih dahulu, sebelum menjadi orang Kristen (proselite). Lalu, mereka menyebarkan banyak ajaran keliru di antara jemaat yang didirikan Paulus. Mendengar hal ini, banyak orang Kristen bukan Yahudi merasa sangat kecewa dan menjadi bingung. Ada juga jemaat lain yang berdebat di antara mereka sendiri tentang kepercayaan iman Kristennya. Paulus menyadari bahwa ia harus mengajar dan melatih jemaat-jemaat ini agar dapat bersatu kuat dalam iman kepada Kristus. Seluruh jemaat Kristus (baik Yahudi maupun bukan Yahudi) memiliki tanggung jawab yang sama untuk menyebarkan Injil ke seluruh penjuru dunia. Apabila mereka sendiri terpecah belah, mereka tidak akan mampu memberitakan Injil. Selama dalam pelayanannya, Paulus banyak berkonsultasi dengan jemaat-jemaat untuk mengajarkan pengajaran iman Kristen yang benar (Galatia 2:11-21).

Setelah mempelajari secara singkat latar belakang kehidupan Paulus, kita melihat Allah selalu ikut campur mengatur hidup Paulus. Tangan Tuhanlah yang membentuk Paulus agar menjadi hamba yang berkenan kepada Tuannya. Tidak sedikit ganjaran, bahkan penganiayaan yang Paulus terima (2 Korintus 11:23). Namun, semua itu justru menguatkan imannya. Terpujilah Allah yang telah memakai orang yang membenci Kristus menjadi hamba yang rela mati bagi Kristus.

Akhir Pelajaran (KRP-P01)

Doa

"Aku bersyukur bisa mempelajari kisah awal pertobatan dan pelayanan Rasul Paulus. Sungguh luar biasa Engkau mengubah kehidupan manusia. Orang yang paling kejam sekalipun dapat Engkau pakai menjadi alat bagi kemuliaan-Mu. Aku rindu pertobatan hidupku pun menghasilkan buah yang dapat dinikmati banyak orang. Amin."

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA