OTK 2025 - Pelajaran 04

Nama Kursus : Orang Tua dan Keluarga
Nama Pelajaran : Pola Pengasuhan Orang Tua Kristen
Kode Pelajaran : OTK-P04

Pelajaran 04 -- Pola Pengasuhan Orang Tua Kristen

Daftar Isi

  1. Penerapan Kasih Kristus
  2. Membangun Mazbah dalam Keluarga
    1. Tempat Bersekutu
    2. Tempat Mencari Kekuatan
    3. Tempat Menyembah Tuhan
  3. Prinsip Alkitab dalam Memberi Didikan
    1. Tujuan dari Pendidikan
      1. Memperkenalkan Allah
      2. Keadaan Manusia yang Berdosa
      3. Kebutuhan akan Keselamatan
      4. Menjalankan Kehendak Tuhan
      5. Prinsip Hidup Suci
    2. Prinsip Didikan Berdasarkan Ulangan 6:4-9
      1. Mendidik Anak untuk Mengenal Allah (Ayat 4)
      2. Mendidik secara Berulang-Ulang (Ayat 6)
      3. Membicarakan Firman Tuhan Setiap Saat (Ayat 7)
      4. Mengikatkan Pengajaran Itu pada Lengan dan Dahi (Ayat 8)
      5. Menuliskan pada Tiang Pintu dan Gerbang (Ayat 9)
  4. Mengasuh Anak dalam Iman pada Era Digital/AI
    1. Keteladanan dalam Penggunaan Teknologi untuk Tuhan
    2. Disiplin Rohani pada Era Digital/AI
    3. Christian Digital Quotient dalam Keluarga

Doa

Pelajaran 04 -- Pola Pengasuhan Orang Tua Kristen

Setelah orang tua memahami tugas dan tanggung jawabnya, sebagaimana yang telah kita pelajari dalam pelajaran sebelumnya, maka pada pelajaran ini kita akan melihat lebih dalam lagi terkait pola pengasuhan orang tua Kristen: bagaimana menerapkan kasih Kristus, membangun mazbah keluarga, dan tentunya menjadi teladan.

  1. Penerapan Kasih Kristus
  2. Setiap orang tentu memiliki kasih. Namun, ada perbedaan mendasar antara kasih orang tua Kristen dan non-Kristen. Dalam kekristenan, kita tahu bahwa semua manusia telah dicemari oleh dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23), termasuk janin yang masih dalam kandungan pun sudah memiliki sifat dosa (Mzm. 51:5). Hal ini terjadi karena dosa telah diwariskan oleh Adam kepada seluruh keturunannya (Rm. 5:12). Keadaan ini memengaruhi seluruh sifat dan perilaku manusia, termasuk dalam hal memberikan kasih secara sempurna kepada sesamanya. Manusia mungkin dapat memberikan kasih kepada sesamanya, tetapi kasih itu tidak sepenuhnya murni, sering kali bersifat egois dan sudah tercemar.

    Alkitab mengajarkan orang Kristen untuk mengasihi, tetapi bukan kasih dari diri kita sendiri yang telah rusak oleh dosa. Hanya dengan kasih Kristus, seseorang mampu mengungkapkan kasih kepada sesamanya secara sempurna. Kristus adalah Allah, dan Allah adalah kasih (1Yoh. 4:8). Kasih dari Kristus adalah kasih yang murni, yang telah teruji kemurniannya melalui pengorbanan-Nya bagi manusia, seperti yang tertulis dalam Yohanes 3:16. Tidak seorang pun memiliki kasih seperti ini, kecuali Kristus.

    Pemberian kasih kepada anak adalah perintah Allah (Kol. 3:21). Perkataan ini adalah perintah Tuhan yang harus ditaati oleh semua orang tua, tanpa terkecuali. Demikian juga, apa pun yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya haruslah tindakan yang penuh kasih (1Kor. 16:14), bukan kebencian atau amarah. Ayat berikut ini sangat menolong memahami kasih: 1 Korintus 13:1-13; 1 Yohanes 4:19; Yohanes 15:9; Matius 22:39; dan Galatia 5:14.

  3. Membangun Mazbah dalam Keluarga
  4. Secara umum, mazbah dipahami sebagai tempat untuk mempersembahkan kurban kepada Allah. Dalam PL, istilah untuk mazbah adalah "mizbeakh" (bahasa Ibrani) yang berarti 'tempat kurban persembahan'. Kata tersebut berasal dari kata "zavakh" yang memiliki arti 'menyembelih untuk berkurban'. Selain itu, mazbah juga bisa diartikan sebagai peringatan, yaitu untuk mengingat suatu peristiwa pertemuan dengan Allah yang dianggap luar biasa (Kej. 12:8; 13:4; 26:25; 33:20). Pada masa PL, umat Allah sering memberikan kurban bakaran dan sembelihan di tempat-tempat tertentu, seperti bukit atau Bait Suci. Persembahan diberikan dengan tujuan penebusan dosa, membuat perjanjian, ucapan syukur dsb.. Melalui mazbah, umat Israel pada masa PL dapat menyampaikan sesuatu kepada Tuhan.

    Dalam PB, ada dua kata yang dipakai untuk menjelaskan mazbah. Yang pertama adalah "thusiasterion", dalam bahasa Ibrani ditulis "mizbeakh". Kata tersebut dipakai untuk mengingat peristiwa ketika Abraham mempersembahkan Ishak (Yak. 2:21), kurban bakaran Bait Suci (Mat. 5:23, 24; 23:18-20), dan Kerajaan Surga (Why. 6:9; 8:5). Kata yang kedua adalah "bomos" yang memiliki arti 'tempat tinggi' (Kis. 17:23). Jadi, apa yang dimaksud dengan "mazbah keluarga"?

    1. Tempat Bersekutu
    2. Berdasarkan penjelasan di atas, kita mengambil kesimpulan bahwa "mazbah keluarga" adalah tempat kita mengingat kebaikan Tuhan dan rindu untuk terus bersekutu bersama keluarga dan menempatkan Tuhan sebagai Kepala keluarga.

    3. Tempat Mencari Kekuatan
    4. Mazbah keluarga juga mengingatkan kita bahwa di tengah banyaknya tantangan yang dihadapi oleh keluarga, Tuhan selalu ada bersama kita untuk memberikan kekuatan. Kehidupan manusia pada era digital sering kali terbius oleh gaya hidup hedonisme, materialisme, egoisme, seksualisme, dll.. Karena itu, berdoa bersama dalam mazbah doa akan menolong kita bergantung kepada Tuhan.

    5. Tempat Menyembah Tuhan
    6. Mazbah keluarga juga memberi kita kesempatan untuk selalu mendedikasikan keluarga kita untuk menyembah hanya kepada Allah Tritunggal. Menghadirkan mazbah keluarga akan mendekatkan seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak, untuk memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan karena Dialah Allah yang patut kita sembah.

      Menurut Toni Reynke, kebutuhan terbesar anak atau remaja pada era digital bukanlah aturan-aturan tertentu atau smartphone itu sendiri. Kebutuhan terbesar mereka adalah suatu komunitas iman, tempat mereka bertumbuh dalam Kristus, melayani, dan dilayani. Dan, komunitas itu harus dimulai dari mazbah keluarga.

  5. Prinsip Alkitab dalam Memberi Didikan
  6. Dalam memberikan didikan, ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua. Yang pertama adalah tujuannya, dan yang kedua adalah prinsip-prinsip didikan berdasarkan Alkitab.

    1. Tujuan dari Pendidikan
    2. Mari kita uraikan 5 tujuan utama dari memberikan didikan:

      1. Memperkenalkan Allah
      2. Mendidik supaya anak mengenal Allah yang hidup, Allah yang menciptakan alam semesta, dan Allah yang kudus serta penuh kasih (Amsal 9:10). Anak harus sungguh-sungguh bertemu dengan Allah secara pribadi melalui pengalaman hidup sehari-hari, bukan sekadar pengetahuan tentang Allah.

      3. Keadaan Manusia yang Berdosa
      4. Mendidik anak tentang kondisi manusia yang berdosa supaya anak menyadari keberadaannya dan kebutuhannya akan pengampunan dari Allah. Anak perlu diajarkan dari mana datangnya dosa dan apa akibat dari dosa sebagaimana yang diajarkan Alkitab.

      5. Kebutuhan akan Keselamatan
      6. Mendidik anak tentang keselamatan dalam Yesus Kristus. Dialah satu-satunya Juru Selamat dan tidak ada keselamatan di luar Dia. Ada banyak pengajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab yang beredar di internet, bahkan di gereja. Karena itu, ajaklah anak untuk meneliti firman Tuhan dan mendapatkan pengajaran yang tepat tentang keselamatan dalam Yesus Kristus.

      7. Menjalankan Kehendak Tuhan
      8. Mendidik anak untuk menyadari bahwa hidupnya adalah milik Kristus dan harus terus hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Alkitab akan menjadi penuntun utama hidup mereka. Karena itu, penting sekali anak-anak bukan hanya membaca Alkitab, tetapi juga belajar menggali kebenaran Alkitab sendiri supaya mendapatkan pengalaman pribadi hidup dalam tuntunan firman-Nya dan menjalankan kehendak-Nya.

      9. Prinsip Hidup Suci
      10. Beberapa didikan lain yang wajib diberikan orang tua kepada anak adalah tentang etika Kristen, yaitu tentang bagaimana menjalankan hidup sesuai dengan ajaran firman Tuhan. Alkitab tidak hanya mengajarkan agar anak menjadi anak yang baik, tetapi menjadi anak yang mengagumi kesucian Allah yang sempurna dan karenanya menjunjung tinggi prinsip hidup suci.

    3. Prinsip Didikan Berdasarkan Ulangan 6:4-9
    4. Ulangan 6:4-9 menyebut "syema yisrael", yaitu pengakuan iman keesaan Allah yang paling mendasar bagi bangsa Israel. Mereka dipanggil untuk mendengarkan firman Tuhan setiap hari dengan mengucapkan "syema" sebanyak 3 kali. Kalimat ini wajib dilafalkan karena isinya adalah penegasan bahwa Allah Israel berbeda dengan Allah yang lain. Allah telah menyatakan diri kepada bangsa Israel dan dapat dipercaya oleh bangsa Israel karena Dia tidak pernah berubah. Karena itu, "syema" harus tertanam dalam hati orang Israel (ayat 6), tertanam dalam hati anak-anak Israel (ayat 7), harus menjadi bagian hidup sehari-hari mereka (ayat 7), harus menjadi identitas pribadi mereka (ayat 8), dan menjadi identitas keluarga serta masyarakat Israel (ayat 9). Berdasarkan teks ini, kita dapat belajar prinsip didikan:

      1. Mendidik Anak untuk Mengenal Allah (Ayat 4)
      2. Orang tua Kristen harus mengenalkan Allah yang benar kepada anak-anaknya, yaitu Allah Yehova. Tidak ada Allah lain selain Dia. Hal ini sangat penting supaya anak-anak tidak mudah terpengaruh oleh pengajaran-pengajaran lain. Ayat-ayat pengajaran tentang Allah pada masa Perjanjian Lama: Ulangan 6:5-9; 11:13-21; Bilangan 15:37-41; dan Keluaran 15:11; 20:3.

      3. Mendidik secara Berulang-Ulang (Ayat 6)
      4. Allah menghendaki supaya firman-Nya sungguh-sungguh tersimpan dalam hati umat-Nya (Mzm. 119:11). Dalam Perjanjian Baru, Paulus menegaskan bahwa perkataan Yesus harus tertancap dalam diri umat-Nya (Kol. 3:16; 2Tim 3:15-17). Firman Tuhan harus tertanam dalam diri anak-anak supaya mereka sungguh-sungguh memegang ajaran Alkitab sampai akhir hidupnya.

      5. Membicarakan Firman Tuhan Setiap Saat (Ayat 7)
      6. Pembinaan rohani adalah perhatian utama orang tua Kristen (Mzm. 103:13; 2Tim. 3:3) dan pengajaran firman Tuhan harus diberikan kepada anak pada setiap kesempatan karena memberikan pengajaran kepada anak-anak merupakan bentuk dari kasih manusia kepada Allah (ayat 5).

      7. Mengikatkan Pengajaran Itu pada Lengan dan Dahi (Ayat 8)
      8. Setiap kebenaran yang diajarkan melalui firman Tuhan harus dibawa dan diterapkan ke mana pun dan kapan pun. Kebenaran firman Tuhan harus tertancap dalam pikiran yang melahirkan pemahaman sehingga memengaruhi sikap dan pola pikir untuk diaplikasikan dalam perbuatan sehari-hari.

      9. Menuliskan pada Tiang Pintu dan Gerbang (Ayat 9)
      10. Istilah "tiang pintu" dan "pintu gerbang" merupakan kata kiasan cermin dari kebiasaan dari desain pembangunan-pembangunan pada zaman Musa. Kebenaran firman Tuhan harus menjadi identitas keluarga serta masyarakat Israel. Sebagai orang tua Kristen, kita harus mengakui bahwa kebenaran-kebenaran dalam Alkitab harus menjadi identitas keluarga. Keberadaan ayah, ibu, dan anak harus menjadi cermin Allah.

  7. Mengasuh Anak dalam Iman pada Era Digital/AI
  8. Anak-anak dari setiap generasi memiliki pola asuh yang berbeda-beda. Bahkan, dalam satu generasi yang sama pun, pola asuh antaranak sering kali berbeda. Namun demikian, pengasuhan anak pada era digital/AI ini tetap memiliki prinsip-prinsip yang dapat diterapkan. Berikut ini adalah prinsip-prinsip pengasuhan anak dalam dunia digital/AI :

    1. Keteladanan dalam Penggunaan Teknologi untuk Tuhan
    2. Dewasa ini, kita melihat anak-anak sering kali mengeluh karena merasa diperlakukan tidak adil oleh orang tuanya. Sebagai contoh, orang tua sering melarang anak memakai HP untuk bermain gim, tetapi pada saat yang sama, orang tua malah sibuk bermedia sosial berjam-jam. Jika orang tua hanya mampu mengajar tanpa memberi teladan, ajaran itu menjadi sia-sia. Alkitab telah berbicara banyak tentang keteladanan. Bacalah teks-teks berikut untuk memahami keteladanan: Titus 2:7; Yohanes 13:15; 2 Tesalonika 3:9; 1 Timotius 4:12; 1 Petrus 5:3; dan 1 Korintus 4:6.

    3. Disiplin Rohani pada Era Digital/AI
    4. Disiplin rohani merupakan latihan rohani untuk menaati perintah dan ketetapan Allah secara terus-menerus hingga tercapai tujuan yang Tuhan inginkan. Berikut ini merupakan macam-macam disiplin rohani:

      1. Membaca, mendengarkan, menghafal firman Tuhan.
      2. Merenungkan dan menggali/mempelajari firman Tuhan.
      3. Melakukan firman Tuhan.
      4. Berdoa.
      5. Menyendiri bersama Tuhan.
      6. Berpuasa.
      7. Jurnal rohani.

      Sebagian besar disiplin rohani di atas kini dapat dilakukan secara online/digital. Bahkan, sekarang kita dapat menggali dan mempelajari firman Tuhan bersama AI sebagai asisten kita. Penjurnalan rohani juga sangat mudah kita lakukan dalam satu genggaman. Karena itu, ajarkanlah anak-anak menggunakannya untuk mendukung disiplin rohani pada era ini, agar anak-anak memiliki kualitas rohani yang baik di tengah dunia mereka.

    5. Christian Digital/AI Quotient dalam Keluarga
    6. Pada era digital dan AI, keluarga Kristen dipanggil untuk hidup bijaksana dan kudus, juga di ruang digital. Untuk itu, dibutuhkan Christian Digital/AI Quotient (C-D/AI-Q), yaitu kemampuan sosial, emosional, dan kognitif untuk menghadapi tantangan dunia digital dengan nilai-nilai kristiani/alkitabiah. Orang tua dan anak perlu bertumbuh bersama dalam 8 keterampilan C-D/AI-Q berikut:

      1. Menjaga identitas Kristus dalam hidup kita dalam ruang digital.
      2. Mengelola waktu secara bijak di hadapan Tuhan agar tidak terjebak dalam kecanduan terhadap teknologi digital/AI.
      3. Beretika digital berdasarkan hukum kasih agar tidak merugikan orang lain.
      4. Menjaga keamanan digital dengan hikmat ilahi agar tidak mudah dimanipulasi.
      5. Menjaga privasi dalam dunia digital demi kekudusan dan kesaksian hidup.
      6. Berpikir kritis dan menguji segala sesuatu sehingga tidak termakan hoax atau berbagai tipuan online/AI.
      7. Menjadi duta Kristus di dunia digital/AI.
      8. Menyatakan kasih Kristus dan kepedulian di dunia maya.

Pelajaran ini menolong kita sebagai orang tua untuk memberikan pengasuhan yang berpusat pada Kristus sehingga menghasilkan anak-anak yang takut akan Tuhan di sepanjang zaman.

Akhir Pelajaran (OTK-P04)

Doa

"Tuhan, ternyata masih ada begitu banyak hal yang harus kami lakukan agar dapat menolong anak-anak kami menjadi anak yang mengasihi Tuhan. Ajari kami untuk dapat mendidik mereka dengan penuh tanggung jawab dan dalam kasih. Amin."

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA