PDR - Pelajaran 01

Nama Kelas : Pembentukan Disiplin Rohani
Nama Pelajaran : Pengertian, Dasar, dan Sarana Disiplin Rohani
Kode Pelajaran : PDR-P01

Pelajaran 01 -- Pengertian, Dasar, dan Sarana Disiplin Rohani

Daftar Isi

  1. Pengertian Disiplin Rohani
    1. Tinjauan Etimologis dan Teologis
      1. Tinjauan Etimologis
      2. Tinjauan Teologis
    2. Kesimpulan
  2. Dasar Disiplin Rohani
    1. Dimulai dari Anugerah Keselamatan
    2. Proses Pengudusan
    3. Pertumbuhan ke Arah Kedewasaan
  3. Sarana Disiplin Rohani
    1. Alkitab
    2. Roh Kudus
    3. Gereja sebagai Tubuh Kristus
    4. Keluarga

Doa

   Pelajaran 01: Pengertian, Dasar, dan Sarana Disiplin Rohani

Anugerah keselamatan dalam Kristus menjadikan kita ciptaan baru (1 Kor. 5:17), sebab roh kita yang dahulu mati dibelenggu oleh dosa, kini hidup dan memiliki kuasa untuk hidup bagi Kristus. Namun, kehidupan baru dalam Kristus ini harus dipelihara supaya terus bertumbuh, menjadi kuat, dan produktif. Bagaimana caranya? Sebagaimana dinasihatkan oleh Rasul Paulus kepada Timotius: "Latihlah dirimu untuk hidup dalam kesalehan" (1 Tim. 4:7), kita juga harus demikian. Sama seperti kehidupan jasmani, kehidupan rohani juga perlu latihan dan disiplin supaya tidak menjadi lemah. Untuk itu, mari kita pelajari secara lebih mendalam arti disiplin rohani.

  1. Pengertian Disiplin Rohani
  2. Hal pertama yang perlu kita bahas adalah arti dan pengertian tentang disiplin rohani. Melalui tinjauan etimologis dan teologis berikut ini, kita akan mengerti arti disiplin rohani dengan lebih baik.

    1. Tinjauan Etimologis dan Teologis
      1. Tinjauan Etimologis
      2. Istilah "Pembentukan Disiplin Rohani" dibentuk dari kata "pembentukan" yang artinya tindakan yang memberikan bentuk kepada sesuatu; kata "disiplin" yang artinya ketaatan/kepatuhan kepada peraturan (tata tertib); dan kata "rohani", yaitu hal yang berhubungan dengan roh/spiritual. Jadi secara harfiah, istilah "Pembentukan Disiplin Rohani" dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan untuk memberi bentuk kepada ketaatan/kepatuhan dalam hal rohani.

      3. Tinjauan Teologis
      4. Kata "disiplin" dalam Perjanjian Lama (PL) mengandung arti: menghajar (Mzm. 94:10), mendidik (Ams. 9:7), mengajar (Ul. 4:36), menghajar/menghukum untuk kebaikan (Im. 26:18, 28; Ams. 19:18). Kata "disiplin" dalam bahasa Yunani adalah "gymnasia" (bahasa Inggris: gymnasium atau gymnastics, yang artinya latihan). Latihan jasmani membuat badan kuat, latihan rohani membuat kita saleh.

        Pembentukan disiplin rohani memiliki latar belakang konsep Yahudi (PL) yang umumnya dikaitkan dengan karya penyelamatan Allah atas umat-Nya, yaitu bangsa Israel. Allah ingin agar hidup umat yang telah diselamatkan-Nya itu memiliki hubungan yang dekat dengan Allah. Namun, hal itu tidak dapat terjadi secara otomatis, perlu proses terus-menerus dan secara sadar (intensional) sehingga terjadi kebiasaan bahwa secara sadar mereka mengakui kehadiran Allah setiap saat dan dalam setiap area kehidupan. Tuhan berfirman kepada umat Israel, bahwa Ia memberikan ketetapan dan peraturan yang harus ditaati di mana pun mereka berada. Tujuan Allah memberikan ketetapan dan perintah ini, supaya bangsa Israel, sampai kepada anak cucunya, hidup takut akan Allah dan berpegang pada ketetapan dan perintah Tuhan. Jika bangsa Israel disiplin, taat/patuh dan setia melakukannya, mereka akan diberkati dan janji Tuhan pun digenapi bagi mereka (Ul. 6). Inilah yang membentuk disiplin rohani bangsa Israel.

        Dalam konteks kekristenan (PB), disiplin rohani merupakan bentuk "latihan" rohani yang prosesnya terjadi secara terus-menerus, sistematis, dan sadar untuk mencapai tujuan yang Tuhan inginkan, yaitu menjadi serupa dengan Kristus. Hal ini dapat dicapai melalui ketaatan pada Alkitab dan kekuatan yang diberikan oleh Roh Kudus.

    2. Kesimpulan
    3. Dari tinjauan etimologis dan teologis di atas, disiplin rohani dapat diartikan sebagai tindakan latihan rohani untuk taat/patuh pada perintah/ketetapan Allah yang dilakukan secara terus-menerus sehingga tercapai tujuan yang Tuhan inginkan. Disiplin rohani yang dilakukan dengan tekun dan setia akan memberi kita kekuatan untuk dapat menjalani hidup sesuai dengan kehendak Allah.

      Disiplin rohani dapat memberikan dampak yang efektif jika dilakukan secara teratur dan sungguh-sungguh. Namun, perlu diingat bahwa rutinitas yang akhirnya menjadi kegiatan belaka tidak akan memberikan pertumbuhan rohani yang diharapkan Tuhan. Tujuan melakukan disiplin rohani adalah supaya manusia lama kita semakin hilang kuasanya dan manusia baru yang telah diselamatkan dalam Kristus dapat terus-menerus dibangun dengan kuat sehingga menjadi semakin serupa dengan Kristus.

  3. Dasar Disiplin Rohani
  4. Disiplin rohani seorang Kristen memiliki dasar dan arah yang jelas. Berikut beberapa prinsip Alkitab yang perlu kita perhatikan.

    1. Dimulai dari Anugerah Keselamatan
    2. Hidup rohani seorang Kristen dimulai dari anugerah keselamatan yang diberikan oleh Allah melalui kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus (Rm. 6:3-11; 2 Kor. 5:17). Kita dapat memperoleh keselamatan dengan percaya kepada Tuhan Yesus melalui karya keselamatan-Nya: disalib, mati, dan bangkit pada hari yang ketiga. Keselamatan disebut sebagai anugerah karena bukan manusia yang mengusahakannya, melainkan Allah sendiri yang berkarya bagi keselamatan umat-Nya. Kehidupan rohani yang sejati bukan lahir dari usaha manusia, melainkan dimulai dari panggilan ilahi, kelahiran baru, dan pertobatan. Manusia rohani yang sesungguhnya dilahirkan dalam Roh yang dibangkitkan oleh Kristus menjadi manusia baru, sedangkan manusia lama kita, yaitu manusia kedagingan, mati dan dikubur.

    3. Proses Pengudusan
    4. Setelah dilahirkan baru, manusia baru ini hidup baru dalam Kristus yang terus-menerus akan mengalami proses pengudusan yang dilakukan oleh Allah dan usaha manusia dalam ketaatan kepada perintah Tuhan. Proses inilah yang disebut proses disiplin rohani (1 Kor. 15:10).

      Kelahiran baru adalah karya Allah sepenuhnya dan seketika, tetapi pengudusan adalah proses yang dimungkinkan karena anugerah Allah dan usaha manusia. Dikatakan sebagai proses karena tidak terjadi secara otomatis dan seketika. Ada kalanya melewati masa-masa kemenangan, tetapi kadang juga masa-masa kegagalan. Namun, dalam anugerah Tuhan, mereka akan bertahan sampai akhir. Seperti yang disampaikan oleh Rasul Paulus, "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman" (2 Tim. 4:7). Agar manusia dapat terus-menerus berjuang dalam ketaatan kepada Allah, Paulus menganjurkan agar "bertandinglah dalam iman yang benar".

    5. Pertumbuhan ke Arah Kedewasaan
    6. Hidup rohani seorang Kristen adalah pertumbuhan dari bayi-bayi rohani menjadi manusia rohani yang dewasa (Ibr. 5:11-16; Ef. 4:14, 24; Kol. 3:10). Kerohanian seorang Kristen tidak statis, terus-menerus berubah, dan dinamis karena memiliki tujuan untuk dibentuk menjadi manusia rohani yang dewasa. Bayi-bayi rohani harus dipelihara dan diberi makanan rohani secara teratur supaya bertumbuh. Seperti halnya tubuh manusia, cepat lambatnya pertumbuhan tergantung dari makanan dan asupan gizinya. Demikianlah orang percaya harus membuang segala sesuatu yang menghambat pertumbuhan hidupnya. Kelahiran hanya memerlukan waktu sebentar, tetapi pertumbuhan memerlukan waktu yang lama. Bagi orang Kristen, yang terpenting ialah tinggal tetap dalam Kristus dengan iman yang kuat.

  5. Sarana Disiplin Rohani
  6. Allah telah menyediakan semua sarana yang diperlukan untuk kita dapat menjalani hidup rohani yang disiplin.

    1. Alkitab
    2. Alkitab merupakan sarana anugerah yang paling luar biasa yang diberikan kepada umat pilihan-Nya. Melalui firman yang tertulis ini, manusia dimungkinkan untuk mengenal Sang Pencipta, pimpinan-Nya, ketetapan-Nya, dan kehendak-Nya atas hidup rohani orang percaya. Tidak menaati firman-Nya berarti tidak menaati Dia, Allah yang Mahakuasa (Yoh. 17:17; Ef. 5:25-27). Dalam firman, Allah mencurahkan isi hati-Nya kepada umat-Nya. Dalam firman, Yesus menyatakan diri-Nya dan segala anugerah-Nya. Dalam firman, Roh Kudus masuk ke dalam orang percaya untuk memperbarui hati dan seluruh pikiran sesuai dengan pikiran dan kehendak Allah. Oleh karena itu, pertumbuhan rohani setiap orang Kristen harus berdasar pada kebenaran Alkitab.

    3. Roh Kudus
    4. Roh Kudus dikirim untuk menjadi Penolong yang bukan hanya menyertai setiap orang percaya, tetapi juga membimbing dan memimpin orang percaya untuk mengerti kebenaran-Nya (Yoh. 14:16; 16:14). Saat orang percaya menerima Roh Kudus, Roh Kudus akan terus-menerus memelihara kehidupan jiwa orang percaya dan tidak akan menghentikan pekerjaan-Nya. Orang percaya merupakan tempat kediaman Roh Kudus. Hanya dengan pimpinan Roh, orang percaya dapat berjalan sebagai anak-anak Allah setiap hari.

    5. Gereja sebagai Tubuh Kristus
    6. Perlu kita ketahui bahwa Tuhan menciptakan manusia sebagai umat bukan hanya sebagai pribadi (individu) yang percaya kepada-Nya. Paulus menggambarkan Gereja sebagai satu bangunan, yaitu bait Allah. Kristus adalah batu penjurunya. Dalam Kristus, "seluruh bangunan dirangkai menjadi satu dan didirikan sebagai bait Tuhan yang Kudus" (Ef. 2:21). Melalui persekutuan dan sakramen Perjamuan Kudus, orang-orang percaya yang adalah anggota-anggota Tubuh Kristus, dikuatkan dan dimampukan untuk saling membantu dalam menjalani hidupnya di dunia ini. Dalam persekutuan dengan anggota-anggota tubuh Kristus yang lain, setiap orang mempraktikkan yang telah diajarkan oleh Kristus. Keberadaan gereja di dunia ini juga harus menjadi terang karena gereja memiliki panggilan misi untuk menjangkau dunia dan menjadi saksi-Nya. Dengan demikian, umat Tuhan menjadi bau yang harum bagi kerajaan-Nya di dunia (Ef. 4:16; Gal. 6:2).

    7. Keluarga
    8. Keluarga adalah tempat anak-anak dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga merupakan tempat pertama bagi anak-anak untuk belajar tentang kasih, perhatian, pengampunan, sukacita, kebersamaan, dan saling menolong. Keluarga juga menjadi tempat anak belajar tentang Allah, Kristus, dan Roh Kudus. Karena itu, keluarga harus menjadi lingkungan yang kondusif untuk anak bertumbuh dalam segala hal ke arah Yesus Kristus. Melalui keluarga Kristen, Allah memberikan tanggung jawab kepada setiap orang tua untuk mendidik dan membesarkan anak mereka dalam takut akan Allah dan mencintai firman Tuhan (Ul. 6, Kis. 16:31). Karakter, tata nilai, serta cara beriman muncul dan berkembang dari keluarga tempat seseorang dibesarkan dan bertumbuh. Selain itu, kehidupan keluarga yang baik menjadi teladan untuk hidup sesuai dengan prinsip Alkitab (2 Tim. 3:16-17). Syarat ini diperlukan untuk membentuk generasi yang berkarakter mulia sesuai dengan kehendak Allah.

Akhir Pelajaran (PDR-P01)

Doa

"Tuhan, betapa mahakasihnya Engkau padaku, manusia yang hina ini. Engkau bukan hanya menyelamatkan jiwaku, tetapi Engkau juga menginginkan agar aku bisa bertumbuh, menjadi kuat dan sempurna. Namun, aku lemah Tuhan, tanpa-Mu aku tidak bisa melakukan apa-apa. Oleh karena itu, tolonglah aku! Kiranya aku dimampukan oleh-Mu untuk bertumbuh sebagaimana yang Engkau kehendaki. Amin."

Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA