Mandat Misi

ARTIKEL: MANDAT MISI

evangelism

Allah adalah pemberita Kabar Baik yang pertama kepada manusia yang jatuh ke dalam dosa. Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, bukannya datang kepada Allah dan mencari cara untuk memperbaiki kemelut yang telah mereka ciptakan, mereka malah menyembunyikan dirinya. Allah datang kepada mereka dan memperhadapkan mereka dengan dosa-dosa mereka. Dia juga memberikan pengharapan kepada mereka dalam apa yang mereka sebut dengan "protoevangelion" atau Injil yang pertama. Kejadian 3:15 menyatakan, "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya;keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." Diberikan sebagai janji yang akan digenapi, versi Kabar Baik ini masih berada dalam bayang-bayang dari wahyu mula-mula. Akan tetapi, ini merupakan janji Allah bahwa keturunan dari perempuan itu akan menang atas ular itu dan siasat-siasatnya.

Bagaimanapun, bahwa setelah kejatuhan, laki-laki dan perempuan melanjutkan hidup dalam dosa sampai ke derajat di mana Allah membinasakan hampir semua umat manusia dan binatang-binatang dalam banjir di seluruh dunia. Orang-orang yang selamat adalah keluarga Nuh dan binatang-binatang yang Allah bawa kepada Nuh untuk diamankan di dalam bahtera. Segera sesudah banjir itu, dosa kembali kepada kariernya akan kemabukan, kekejaman, dan pemberontakan. Allah telah memerintahkan manusia untuk menaati amanat dasar-Nya untuk memenuhi seluruh bumi, mendudukinya, dan berkuasa atasnya. Namun, manusia malah memberontak dengan tinggal bersama-sama dan membangun sebuah menara yang sangat tinggi sehingga mereka akan selamat apabila Dia mengirim banjir lain yang membinasakan. Allah turun dan membagi suku-suku bangsa di dunia dengan menciptakan bahasa-bahasa. Seperti yang tercatat dalam sebuah cerita yang biasanya disebut dengan Menara Babel. Kita melihat kisah ini dan tabel dari segala suku bangsa dalam Kejadian 10 dan 11. Kemudian, dalam Kejadian 12, kita melihat kembali detak jantung misi Allah.

Kejadian 12 menceritakan panggilan Allah kepada seorang pria bernama Abraham. Dalam ayat 3, Allah menunjukkan kepada kita bahwa Perjanjian Lama bukan hanya tentang kepedulian Allah kepada bangsa Yahudi, "Dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat" (penekanan ditambahkan). Kepedulian bagi segala bangsa dan hasrat-Nya agar mereka memuliakan Dia ditemukan di sepanjang Perjanjian Lama. John Piper telah menulis sebuah buku yang baik sekali yang memanggil orang-orang Kristen di mana-mana untuk mengenali bahwa Allah berhasrat agar bangsa-bangsa menyembah Dia guna membawa kemuliaan kepada-Nya. Dia berkata, "Misi bukanlah sasaran utama dari gereja. Melainkan penyembahan. Misi ada karena penyembahan tidak ada .... Misi mulai dan berakhir di dalam penyembahan." Dia mengambil judul untuk bukunya "Let the Nations Be Glad!" (Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita!) dari Mazmur 67:4. Dengarkanlah seruan hati Allah bagi kemuliaan-Nya di antara segala kaum di muka bumi dalam mazmur ini.

Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya. Sela, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu ya Allah;kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Sela. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu. Tanah telah memberikan hasilnya: Allah, Allah kita, memberkati kita. Allah memberkati kita;kiranya segala ujung bumi takut akan Dia!

Saya ingat dalam kebaktian ketika saya mendapatkan lisensi untuk melakukan pelayanan Injil, pendeta saya memilih Yesaya 49 sebagai teks khotbahnya. Pilihannya pada perikop itu telah dan selalu berarti bagi saya karena sesudah itu saya mendapatkan panggilan misi. Yesaya 49 adalah sebuah pasal mengenai Hamba yang Menderita, Tuhan Yesus Kristus. Dengarkanlah apa yang Bapa katakan kepada Dia mengenai pelayanan-Nya dalam perikop itu.

Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi. (Yesaya 49:6)

Ini adalah ayat yang persis ada di benak Simeon ketika dia menggendong bayi Yesus di Bait Suci pada hari penyerahan-Nya. Simeon berkata dalam Lukas 2:29-32, "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Dalam Yohanes 12:32, Yesus berkata, "Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Konteks dari ayat itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Sang Juru Selamat yang diutus kepada segala suku bangsa, bukan hanya bangsa Yahudi.

Yohanes 3:16

Untuk lebih banyak bukti Perjanjian Lama bahwa Allah telah selalu menunjukkan kepedulian bagi suku-suku bangsa di dunia, orang hanya perlu mempertimbangkan orang-orang non-Yahudi yang Dia sertakan dengan umat-Nya, Israel, dalam Kitab-kitab Suci Ibrani. Sebagai contoh, dalam genealogi Yesus, kita melihat Rut, wanita Moab dalam garis keturunan-Nya. Meskipun dia adalah seorang non-Yahudi, dia disertakan dengan orang-orang non-Yahudi lainnya dalam garis DNA (keturunan) dari Tuhan kita Yesus. Kisah Yunus dengan sendirinya menjadi alasan yang cukup besar untuk melihat bahwa Allah peduli kepada suku-suku bangsa di dunia, dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Sejak firman Allah yang tertulis mengajarkan tentang Dia dan hasrat-Nya agar suku-suku bangsa memuliakan Dia, kita akan secara alamiah berharap menemukan sejumlah pedoman pasti untuk memahami panggilan misi di dalam Firman-Nya -- Jika memang ada, apa yang disebut sebagai panggilan misi yang alkitabiah. Apa yang Allah katakan mengenai panggilan misi? Ingatlah selalu bahwa kita tidak dapat mengambil istilah kontemporer dan memaksakannya pada cerita-cerita Alkitab. Sama tidak akuratnya berbicara mengenai keselamatan sebagaimana yang kita pahami saat ini ketika menggambarkan hubungan Allah dengan umat-Nya dalam Perjanjian Lama, begitu jugalah sebuah panggilan dari Allah akan dipahami dan diekspresikan dalam cara-cara yang unik di sepanjang Alkitab.


Diambil dari:
Judul buku : Panggilan Misi
Judul bab : Adakah Dasar yang Alkitabiah untuk Panggilan Misi?
Judul artikel : Mandat Misi
Penulis : M. David Sills
Penerbit : Momentum, Surabaya 2011
Halaman : 45 -- 47

 

Kategori: 
Umum: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA