Memotivasi Anak

Orang tua sering bertanya, "Bagaimana cara memotivasi anak saya?" Orang tua baru bisa memotivasi anak setelah mengisi tangki cinta anak serta melatihnya mengendalikan amarah. Apabila gagal dalam dua hal penting ini, orang tua nyaris mustahil mampu memahami cara memotivasi anak. Memotivasi anak itu sulit sekali kecuali bila dia merasa benar-benar dicintai dan diperhatikan. Alasannya yaitu, anak tersebut perlu menyukai orang tua dan berkeinginan untuk mengikuti bimbingan mereka. Apabila tangki cinta anak tersebut kosong, dia akan terseret ke perilaku pasif-agresif. Perilaku ini merupakan faktor penentu yang membuat anak melakukan hal berlawanan dengan kehendak orang tua.

Kunci memotivasi anak adalah membuatnya bertanggung jawab atas perilakunya. Anak yang tidak mau atau tidak mampu memikul tanggung jawab ini tidak dapat dimotivasi. Anak yang bertanggung jawab bagi dirinya sendiri bisa dimotivasi.

Doronglah Minat Anak

Anda dapat menolong anak bertanggung jawab (dan karenanya dapat dimotivasi) dengan dua cara. Pertama, amati dengan cermat minat anak, yaitu apa yang dinikmati, dihargai, atau suka dilakukan anak. Kemudian, Anda dapat mendorongnya. Akan tetapi, kuncinya adalah membiarkan anak mengambil inisiatif dan menyakinkan anak untuk mengikuti pelajaran musik, hasilnya jarang sekali positif.

Biarkan Anak Memikul Tanggung Jawab

Cara kedua menolong anak termotivasi adalah mengingat bahwa: baik Anda maupun anak tidak dapat bertanggung jawab atas hal yang sama di saat bersamaan. Apabila Anda menunggu dan membiarkan anak berinisiatif, dia mungkin akan termotivasi karena Anda telah mengizinkannya memikul tanggung jawab tersebut. Apabila Anda yang berinisiatif dan mencoba meyakinkannya melakukan hal yang sama, Andalah yang memikul tanggung jawabnya. Anak jarang sekali termotivasi apabila hal ini terjadi.

Mari kita terapkan hal ini pada pekerjaan rumah dan kelas. Sebagian besar anak melalui beberapa masa di mana mengerjakan pekerjaan rumah menjadi masalah, khususnya apabila perilaku pasif agresif muncul. Selain itu, ingatlah bahwa pada usia tiga belas hingga lima belas tahun sejumlah perilaku pasif agresif itu normal.

Perilaku pasif agresif tertuju pada sesuatu yang akan paling membuat orang tua marah. Di sebagian besar keluarga, perhatian utama orang tua adalah nilai. Perilaku pasif agresif anak sebanding dengan besarnya penekanan orang tua pada nilai dan pekerjaan rumah. Semakin orang tua menganggap penting pekerjaan sekolah, anak cenderung semakin menolaknya. Selain itu, ingat hal ini: semakin besar tanggung jawab yang dipikul orang tua dalam hal pekerjaan rumah, semakin kecil pula tanggung jawab anak untuk itu. Selain itu, semakin kecil tanggung jawab yang dipikul anak dalam mengerjakan pekerjaan rumahnya, semakin kecil pula motivasinya.

Apabila orang tua menginginkan anak memikul tanggung jawab tersebut serta sangat termotivasi, mereka harus menyadari bahwa pekerjaan rumah adalah tanggung jawab anak, bukan orang tua. Bagaimana caranya agar terjadi? Biarkan anak mengetahui bahwa Anda dengan senang hati menolongnya mengerjakan pekerjaan rumah apabila dia memintanya. Karena Anda ingin anak bertanggung jawab atas pekerjaannya, meski ketika dia meminta bantuan, Anda ingin menghindari pekerjaan itu sendiri, tetapi Anda ingin membebankannya pada anak.

Contohnya, misalkan saja putra Anda meminta Anda membantunya menyelesaikan suatu soal matematika. Sebaiknya, jangan selesaikan sendiri soal itu untuknya, cukup lihatlah pada buku matematika dan perlihatkan penjelasan tentang penyelesaian soal tersebut kepadanya. Serahkan kembali buku tersebut supaya dia mampu memikul tanggung jawabnya mengerjakan soal tersebut. Cara ini lambat laun akan mengajarnya lebih bertanggung jawab bagi dirinya sendiri. Apabila Anda merasa bahwa guru anak Anda kurang menjelaskan konsep tersebut, Anda mungkin bisa menyarankan anak supaya meminta bantuan keesokkan harinya.

Tentu saja, ada kalanya Anda harus menjelaskan hal-hal yang membingungkan atau memberikan informasi tambahan kepada anak. Hal ini boleh-boleh saja sepanjang Anda tidak memikul tanggung jawab harus dipikul anak. Apabila Anda menyadari bahwa Anda telah sangat terlibat dalam pekerjaan rumah anak, cobalah sedikit demi sedikit pindahkan tanggung jawab tersebut pada anak. Untuk sementara waktu Anda mungkin melihat penurunan nilai, tetapi kemampuan anak memikul tanggung jawab dan memenuhi kebutuhan sendiri akan sepadan dengan pengorbanan itu. Sewaktu menggunakan pendekatan ini, kebutuhan anak akan pertolongan seharusnya semakin berkurang dengan berlalunya waktu. Anda dapat menghabiskan beberapa waktu bersamanya untuk mempelajari hal-hal yang menarik Anda berdua, tetapi tidak termasuk dalam kurikulum sekolah.

Dengan mengizinkan anak berinisiatif dan bertanggung jawab atas perilakunya sendiri, anak akan termotivasi dengan baik. Hal ini agaknya merupakan rahasia yang tersembunyi dengan baik kini. Sebagian besar anak didudukkan dalam posisi, salah seorang orang tua atau guru berinisiatif dan kemudian memikul tanggung jawab atas pembelajarannya. Para orang dewasa melakukan hal ini karena mereka benar-benar memedulikan anak, tetapi beranggapan keliru. Mereka mengira bahwa dengan semakin sering mereka berinisiatif dan bertanggung jawab, semakin banyak yang mereka lakukan bagi anak. Padahal kesalahan ini adalah kesalahan yang serius.

Diambil dari:
Judul buku : Lima Bahasa Kasih untuk Anak-anak
Judul artikel : Memotivasi Anak
Pengarang : Gary Chapman dan Ross Campbell, M.D.
Penerbit : Interaksara, Batam 2002
Halaman : 185 -- 188
Kategori: 
Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA