Pelbagai Metode dalam PAK

1. Seuntai Kenangan: Pak Clement, Guruku

Saat saya belajar di STT Jakarta itulah saya mengenal Pak Clement. Masa itu merupakan bagian penting dalam hidup saya sebagai pribadi yang sedang berada dalam proses bertumbuh - berkembang. Tentu saja ada banyak faktor yang menolong saya berkembang, misalnya saja keluarga, gereja, mahasiswa/dosen di STT, dan ada banyak lagi faktor lainnya.

Namun, di tengah semua pengalaman itu, saya melihat Pak Clement sebagai guru yang unik. Begini: yang pertama, relasi dengan Pak Clement tidak saja terjadi di kelas, tetapi juga di luar kelas. Pak Clement tidak banyak bicara, tidak banyak bertanya, tidak juga memberi komentar. Namun, saya heran, kok ia tahu betul kebutuhan saya. Lama-kelamaan saya jadi tahu bahwa Pak Clement memang tahu sebelum diberi tahu. Yang kedua, setelah tahu lalu dengan cara yang, menurut saya, unik, Pak Clement membawa pertolongan. Bagi saya, waktu itu rasanya seperti surprise yang luar biasa. Namun, yang pasti, lama-kelamaan saya percaya kepada Pak Clement dengan setulus hati dan penuh rasa persahabatan. Yang ketiga, surprise dari Pak Clement tidak berhenti hanya di kampus STT. Betapa saya tidak terkejut, suatu hari ketika saya mulai bekerja di Lembaga Alkitab Indonesia, tiba-tiba Pak Clement sudah duduk di hadapan saya, tetap tidak banyak bicara hanya bertanya, "Senang di sini?" dan saya jawab, "Terima kasih Bapak datang ke sini." Rasanya ada dorongan yang luar biasa. Oleh karena itu saya katakan tadi, ia adalah guru yang saya kasihi.

Tulisan saya di bawah ini adalah tentang pelbagai metode yang diakui oleh seorang guru dalam mengajar, yaitu dalam membantu pribadi-pribadi menumbuh-kembangkan dirinya secara utuh.

2. Mengapa Mengajar?

Yakobus mengatakan dalam tulisannya pasal 3 ayat 1: "... janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kamu tahu bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat." Apa yang dikatakan Yakobus itu memang benar sekali. Betapa tidak? Tanggung jawab seorang guru membimbing para siswa adalah suatu tugas yang amat berat. Menurut Yakobus sendiri dalam tulisan selanjutnya sangat jelas bahwa ternyata apa yang akhirnya menjadi tujuan mengajar bagi seorang guru adalah menolong seorang mencari dan menemukan kebenaran. Berat bukan?

Sara Little menegaskan dalam bukunya "To Set One's Heart", mengajar mesti dilakukan sebagai suatu wujud pelayanan yang responsif, artinya memberi kebebasan pada naradidik untuk memahami suatu konsep sesuai dengan kemampuannya dan memberikan respons atas apa yang dimengertinya tersebut. Itu berarti naradidik haruslah percaya terhadap apa yang ia temukan, menghargainya dan memperoleh makna yang ia yakini dapat mengubah hidupnya.

Di sini, terlihat bahwa iman yang menjadi dasar bagi kehidupan Kristen tidaklah hanya terdiri dari pengertian belaka, tetapi naradidik dengan pertolongan guru menerima kebenaran yang dimengertinya untuk diterima dalam perasaannya dan diwujudkan melalui perbuatannya. Kemampuan seseorang untuk mengerti diharapkan dapat menolongnya dalam menjawab berbagai pertanyaan tentang apa yang ia rasakan, yang ia percayai, dan yang harus ia perbuat. Barangkali di sini apa yang dikatakan oleh Campbell Wyckoff lebih menolong memperjelas pemahaman tentang mengajar di gereja. Baginya, hal penting agar mengajar di gereja itu menjadi sangat khusus adalah bahwa titik berangkat haruslah bertolak dari kesaksian persekutuan tentang perbuatan besar yang dilakukan Tuhan kepada manusia melalui Yesus Kristus.

Dari pijakan inilah proses mengajar dimulai, lalu terus didorong bergerak agar mengupayakan perubahan. Dalam proses tersebut, guru melakukan pembimbingan dengan harapan naradidik akan memberikan tanggapannya secara aktif atas apa yang sedang ia pelajari. Ketika naradidik memberikan tanggapannya, itulah saat yang sangat penting dalam proses mengajar oleh karena berbagai pertanyaan dan masalah dapat muncul dan memerlukan percakapan, saling membagikan pengalaman sehingga keduanya, yaitu guru dan naradidik diperkaya dan menemukan nilai pelajaran yang sedang digumuli. Dalam proses pembimbingan tersebut, seorang guru sedang mengajar, artinya: ia punya tugas yang amat penting dalam mengarahkan dan memproses pembimbingan atas apa yang diajarkan.

Selanjutnya, dalam rangka melaksanakan tugas mengajar, Sara Little mengatakan bahwa mengajar bagi seorang guru adalah juga berarti merancang sebuah rencana mengajar yang memungkinkan naradidik secara bertahap tertarik pada pokok bahasan lalu mendorong dirinya untuk memahami dan merelasikan arti yang ia temukan ke dalam hidupnya sendiri. Untuk melakukan hal tersebut, guru memilih pendekatan yang tepat dengan keberadaan naradidik. Pendekatan tersebut diyakini akan melibatkan naradidik secara aktif dalam proses menemukan makna yang dicari. Di sini, metode mengajar diperlukan seorang guru untuk mengantarkan pelajaran agar dapat disampaikan melalui sebuah proses belajar-mengajar.

Masalah penting dalam memahami metode adalah bukan semata-mata memilih suatu metode menarik dan teknik mengajar yang menarik, tetapi penting bagi pengajar untuk terlebih dahulu mengenali kebutuhan naradidik dan kelompoknya: usia, kebiasaan serta dinamika kelompok tersebut. Metode dalam mengajar tidak sekadar mengantarkan pokok bahasan dengan baik, tetapi lebih mengupayakan terciptanya relasi dalam kelompok untuk menjadi dasar dan pengalaman berharga guna membangun keterampilan, perilaku, dan mengembangkan kualitas relasi dengan sesamanya dan dengan Tuhan.

Guru bertanggung jawab memilih metode yang hendak dipakai dalam menyampaikan pelajarannya, dan Ronald Hayman berpendapat bahwa metode dipilih oleh guru dan bukan oleh naradidik. Hal ini disebabkan karena gurulah yang hendak melakukan pembimbingan kepada naradidik. Ia hendak mempertimbangkan dan memilih metode yang paling sesuai dengan apa yang hendak disampaikan. Agar guru dapat menentukan metode yang cocok, ia memerlukan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana ditawarkan oleh Hayman, yaitu metode yang dipilih hendaknya:

  1. Sesuai dengan kemampuan guru yang mengajar,artinya seorang guru cukup mengenal kekuatan dirinya dalam mengajar dan merasa mampu melakukannya. Tidak berarti, ia tidak boleh mencoba metode baru lain yang belum pernah ia coba, tetapi ia terus mengembangkan dirinya lebih dari apa yang sudah ia mampu lakukan. Katanya, metode adalah seperti baju yang dipakai harus cocok dengan ukuran orang yang memakainya.
  2. Sesuai dengan kemampuan naradidik, baik secara verbal maupun kemampuan psikomotoris. Artinya, guru tidak mengharapkan naradidik melakukan sesuatu yang mereka tidak mampu lakukan.
  3. Sesuai dengan tujuan pelajaran, tujuan pelajaran yang tidak hanya menolong naradidik mengerti pokok bahasan (kognitif), tetapi tujuan yang juga menolong anak mendapat kesempatan untuk mengekspresikan pengalamannya dan juga mendapat kesempatan untuk mengekspresikan kemampuannya melalui berbagai kegiatan.
  4. Sesuai dengan waktu dan kondisi tempat yang tersedia. Oleh karena dalam proses belajar-mengajar partisipasi dan tanggapan diharapkan dari naradidik, maka metode yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kondisi tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan itu. Atau, sebaiknya tidak memilih satu metode yang membutuhkan waktu 2 jam sementara waktu mengajar hanya 90 menit.
  5. Sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan. Setiap pokok bahasan dapat disampaikan dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Ada sejumlah pokok bahasan yang memang memerlukan diskusi kelompok, sementara yang lain memerlukan metode bercerita atau ceramah.
  6. Sesuai dengan jumlah naradidik dalam kelompok. Sesuaikan metode yang dipilih dengan banyaknya naradidik dalam kelompok. Misalnya, sulit sekali memakai metode kelompok melingkar sementara yang hadir 75 orang.
  7. Sesuai dengan minat dan pengalaman naradidik. Memakai metode secara bervariasi agar terjadi keseimbangan antara informasi yang diterima oleh naradidik untuk memahami pokok bahasan dan kesempatan untuk mengembangkan pemahaman tersebut.
  8. Sesuai dengan kedekatan relasi naradidik dengan pokok bahasan. Langkah awal dalam mulai belajar pokok bahasan yang baru adalah dengan memakai metode yang dikenal baik oleh naradidik (biasanya dalam satu pelajaran dibutuhkan beberapa metode untuk menyampaikan pokok bahasan).
  9. Sesuai dengan kedekatan relasi guru dengan naradidik. Karena guru akan terlibat dalam proses belajar-mengajar, maka metode yang dipilih hendaknya mempererat relasi saling percaya di antara keduanya.

3. Memahami Ragam Mengajar sebagai Dasar Memilih Metode

Ketika diperhadapkan pada memilih metode untuk mengajar, ada banyak sekali metode yang menarik. Setiap metode mempunyai karakteristiknya masing-masing. Sejumlah metode membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaannya, sementara yang lain membutuhkan waktu yang singkat saja. Sedangkan, sejumlah metode lainnya memerlukan perlengkapan dan persiapan yang baik dan terinci, serta ada banyak lagi karakteristik lainnya.

Sara Little menjelaskan bahwa dalam pengajaran membutuhkan penggunaan berbagai macam ragam mengajar yang hendaknya dipilih secara selektif dan hati-hati. Menurutnya, berbagai ragam mengajar tersebut bertujuan membantu pribadi-pribadi menumbuh-kembangkan dirinya secara utuh. Oleh karena itu, sebelum pelbagai macam metode dibicarakan untuk kemudian dipilih, maka untuk kepentingan tersebut, dapat dikatakan ada lima ragam mengajar yang perlu diperhatikan. Setiap ragam akan melahirkan metode-metode yang dapat dipilih untuk mengajar. Lima ragam mengajar yang dimaksud adalah:

  1. Ragam Pemrosesan Informasi
  2. Manusia membutuhkan berbagai cara dalam mengolah fakta-fakta agar ia dapat menentukan kerangka pemahaman, menafsirkan pengalaman, dan membangun suatu cara-pandang terhadap kenyataan hidup.

    Cirinya: segala macam kegiatan berpikir seperti mengingat, mengelompokkan, menamakan, menganalisis, menafsirkan dan lain-lain, merupakan cara-cara untuk memperoleh informasi dan menyimpannya sehingga ia dapat dipergunakan kembali dan dihubung-hubungkan. Hal ini terjadi misalnya ketika mendengarkan suatu ceramah atau mengkaji suatu masalah.

    Metode-metode di bagian ini: Ceramah, Simposium, Bacaan Terarah, Tanya-Jawab, Seminar.

  3. Ragam Interaksi Kelompok
  4. Manusia dapat saling belajar dan bersama-sama membangun suatu pemahaman melalui proses Interaksi (saling memengaruhi); isi pemahaman yang diperoleh bersama mencakup baik konsep-konsep maupun hal-hal yang non-verbal/relasional. Kelompok ikut serta memengaruhi pembentukan "keyakinan" dan "pribadi" naradidik.

    Cirinya: menjelaskan pokok-pokok pikiran, mendiskusikan, mengevaluasi, menguji kesan orang lain.

    Metode-metode di bagian ini: Diskusi, Kelompok Berbincang, Forum, Wawancara, Kelompok Melingkar, PA secara Induktif.

  5. Ragam Komunikasi Tidak Langsung
  6. Di bagian ini, karya seni mempunyai kemampuan untuk menjembatani keterbatasan komunikasi verbal, mampu melibatkan seseorang dengan seutuhnya dalam berbagai tahap pemahaman diri dan tahap konfrontasi. Melalui ungkapan seni, kita memperoleh kemungkinan untuk mengalami arti dari keyakinan kita dengan suatu cara yang dapat mengubah diri sendiri maupun orang lain.

    Cirinya: Cerita-cerita, perumpamaan, musik, film, media massa, semua hal itu membuka pintu untuk keterlibatan melalui menanggapi, memikirkan, merasakan dengan cara terlibat dan menanggapi.

    Metode-metode di bagian ini: Kunjungan Lapangan, Demonstrasi, Lokakarya.

  7. Ragam Pengembangan Pribadi
  8. Jika seorang memiliki rasa sadar diri dan sadar lingkungan dengan baik, akibatnya ia merasa diterima dan dapat berperan sebagai pribadi yang mampu menyumbangkan sesuatu. Melalui proses ini, seorang dapat mengenal kemampuan-kemampuan yang tersimpan dalam dirinya.

    Cirinya: mengembangkan prakarsa naradidik, saling berbagi, mengungkapkan gagasan.

    Metode-metode di bagian ini: Peragaan Peran, Sumbang Saran, Debat.

  9. Ragam Aksi-Refleksi
  10. Cirinya: Analisis situasi, latihan pemecahan masalah, menghubungkan tindakan dengan pikiran, menghubungkan tradisi (ajaran) dengan ilmu-ilmu masa kini.

    Metode-metode di bagian ini: Studi Kasus, Kemah Kerja.

4. Petunjuk Dasar dalam Memilih Metode yang Tepat

  1. Pahami tujuan pelajaran yang hendak disampaikan. Metode yang tepat dipilih berdasarkan tujuan dan isi pelajaran yang hendak disampaikan. Misalnya, metode ceramah baik dipilih bila isi dari pelajaran dimaksudkan menyampaikan banyak informasi, dan kurang mengharapkan partisipasi dari peserta. Akan tetapi, metode forum baik dipilih bila gagasan dan partisipasi dari peserta diharapkan.
  2. Keterlibatan naradidik. Arti belajar akan menjadi semakin efektif apabila ada keterlibatan langsung dari naradidik dalam proses pembelajaran. Karenanya, metode dipilih agar memungkinkan naradidik terlibat langsung dalam proses mempelajari pelajaran yang disampaikan.
  3. Faktor usia dan latar belakang naradidik. Pendidikan, kebudayaan, pekerjaan serta lingkungan naradidik (atau kelompok) adalah faktor penting untuk dipertimbangkan dalam memilih metode. Pada kelompok yang punya sedikit pengetahuan, maka metode diskusi kurang tepat untuk dilakukan. Atau, bagi kelompok remaja yang aktif, maka metode ceramah seringkali membosankan.
  4. Faktor besarnya kelas/kelompok. Beberapa metode akan lebih berhasil bila dipakai di kelas yang jumlah anggotanya banyak (misalnya ceramah, seminar, forum, simposium, dll), dan ada metode-metode yang hanya efektif bila digunakan di kelompok yang anggotanya sedikit (misalnya metode kelompok melingkar, atau diskusi kelompok). Perlu dipelajari ada begitu banyak metode yang diciptakan untuk digunakan pada kelompok besar dan digunakan pada kelompok kecil.
  5. Faktor waktu yang tersedia. Yang terlebih dahulu harus diketahui sebelum memilih metode adalah berapa lama waktu yang tersedia untuk menyampaikan pelajaran. Sejumlah metode membutuhkan waktu yang singkat (misalnya, metode kelompok berbincang, kelompok melingkar, role play) dan sejumlah lagi membutuhkan waktu yang lama (misalnya, metode ceramah, seminar, simposium, debat, demonstrasi). Waktu yang dibutuhkan dalam metode sangat bervariasi, dari 10 menit hingga 3 jam atau lebih.
  6. Faktor bahan/sumber yang tersedia. Yang dimaksudkan dengan bahan dan sumber yang dibutuhkan adalah buku-buku tentang pokok yang hendak disampaikan, alat peraga yang diperlukan, juga narasumber yang mampu membahas pokok pelajaran tertentu dengan memakai metode yang dipilihnya. Bagian ini tidak sulit pelaksanaannya bila sebuah kegiatan dipersiapkan dengan matang dan tidak tergesa-gesa.
  7. Kepemimpinan. Beberapa metode memang memerlukan keterampilan khusus dan pemimpinnya (keterampilan menggunakan metode dapat diperoleh dengan cara melatih diri dengan tekun). Cara yang efektif dalam mengembangkan keterampilan mengajar dengan menggunakan berbagai metode ialah dalam bentuk mengajar beregu (team teaching), artinya 2-3 orang pembina melakukan persiapan dan mengajar bersama. Setiap orang mendapat bagian dalam mengajar sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga saling melengkapi dan mendukung.
  8. Memakai metode yang bervariasi. Dalam pelaksanaannya, satu kegiatan dapat dilakukan dengan memakai beberapa metode sekaligus. Biasanya sangat sulit bila hanya memakai satu metode saja. Semakin banyak metode yang dipakai dalam menyampaikan satu pelajaran, semakin besar kemungkinan bagi naradidik untuk berpartisipasi dan pelajaran menjadi semakin jelas dipahami.
Diambil dari:
Judul buku : Ajarlah Mereka Melakukan
Judul artikel : Pelbagai Metode dalam PAK
Penulis : Dr. Andar Ismail (penyunting)
Penerbit : Bpk. Gunung Mulia, Jakarta, 1998
Halaman : 89 - 97
Kategori: 
Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA