Pendahuluan

Zaman antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru - masa kegelapan selama empat ratus tahun.

Masa Perjanjian Lama berakhir dengan pembuangan bangsa lbrani ke Babel selama 70 tahun. Beberapa abad sebelum peristiwa ini terjadi, nabi-nabi Tuhan telah menubuatkan tentang hukuman Allah yang akan dijatuhkan ke atas bangsa pilihan-Nya. Pembuangan ini disebabkan terutama karena kemerosotan kepercayaan bangsa Ibrani. Hukuman Allah ini pernah disebut "Pembuangan 70 Tahun", karena hukuman itu berlangsung terus dari tahun 606 sampai tahun 536 SM, walaupun hukuman yang berat berjalan hanya 50 tahun saja.

A. Perubahan-Perubahan dalam Agama

Salah satu akibat pembuangan bangsa Israel ke Babel adalah perubahan besar dalam pengertian agama mereka. Pahitnya pengalaman di pembuangan masih sangat berkesan dalam hati mereka pada zaman antara kedua Perjanjian. Dari situlah sebenarnya dimulai suatu revolusi rohani yang benar-benar dipimpin oleh Tuhan.

Sebelum dan semasa pembuangan, bangsa lbrani giat sekali menyembah berhala. Nabi Yeremia berkata, "Seperti banyaknya kotamu demikian banyaknya para allahmu, hai Yehuda!" (Yer. 2:28). Namun setelah kembali dari pembuangan, mereka berubah menjadi bangsa yang menyembah dan percaya hanya kepada Tuhan saja, Tuhan mereka yang esa dan benar.

Inilah satu fakta sejarah yang luar biasa. Mengapa terjadi perubahan yang begitu radikal dalam masa 50 tahun sampai 70 tahun itu? Karena mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana segala nubuat nabi-nabi sungguh terjadi pada masa mereka. Antara lain, dibinasakannya kota Yerusalem, pembuangan bangsa Yahudi ke Babel dan kejatuhan negeri Babel dengan tiba-tiba waktu Raja Koresy dari Persia menyerang dan mengalahkan Babel. Selanjutnya, Raja Koresy memerintahkan agar Bait Allah di Yerusalem dibangun kembali. Semuanya dinubuatkan beberapa ratus tahun sebelum peristiwa-peristiwa itu terjadi (lihat Yeremia 25:8-14; 42:11; 46:13-28; 47:1-11; 48:3-8; dan Yeremia 50 dan 51).

Sebab yang lain adalah suatu kesaksian ajaib di dalam istana Babel yang ditunjukkan Tuhan melalui seorang pemuda lbrani bernama Daniel. Sebagai seorang tawanan, Daniel dijadikan pemimpin kedua di bawah Raja Babel. Mengapa hal yang begitu luar biasa dapat terjadi? Karena melalui hikmat dan kuasa Tuhan yang heran, Daniel telah mengalahkan mantra dan ilmu sihir orang Babel. Dengan demikian, bangsa Ibrani sadar bahwa dewa-dewa orang kafir itu hanya kesia-siaan belaka dan bahwa kehendak Tuhan sajalah yang harus dituruti.

Pada akhir masa pembuangan, 50.000 orang Yahudi yang setia kepada Tuhan meninggalkan negara Babel atas perintah rajanya, lalu kembali ke tanah air mereka untuk membangun kota-kota dan desa-desa yang dibiarkan terlantar selama masa pembuangan.

Sinagoge Agung

Sebelum zaman pembuangan, nama dan badan Sinagoge tidak dikenal. Badan ini adalah dewan yang terdiri dari 120 anggota, dan menurut tradisi, disusun oleh Nehemia dan kemudian diketuai oleh Ezra, kira- kira 410 tahun SM. Maksud dan tujuan pekerjaan mereka ialah untuk menghidupkan kembali ibadah kepada Tuhan dan hidup keagamaan para tawanan yang telah kembali dari Babel. Mereka memegang peranan penting untuk menghidupkan, memulihkan, dan menggolongkan kitab-kitab Perjanjian Lama yang termasuk dalam kaidah gerejawi. (Kitab-kitab yang diterima sebagai ilham yang benar-benar berasal dari Allah. Dengan kata lain, kanon Perjanjian Lama.) Yang tidak termasuk kaidah gerejawi adalah kitab-kitab apokrifa. kitab-kitab apokrifa lebih berguna sebagai pelajaran sejarah pada masa itu. Karangan-karangan Yosephus juga sangat berharga sebagai kitab sejarah dari zaman yang sama. Menurut dugaan, badan Sinagoge Agung ini bergiat terus sampai kira-kira tahun 275 SM.

Sanhedrin dan Para Ahli Taurat

Kemudian badan Sinagoge diganti dengan Sanhedrin. Dewan Sanhedrin terdiri atas 70 orang anggota, sebagian besar para imam, bangsawan Saduki dan beberapa orang Farisi. Sanhedrin akhirnya dihapus waktu kota Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 M. Melalui kegiatan Sinagoge Agung maupun badan Sanhedrin, timbullah hasrat dan keinginan baru dalam hati sisa bangsa Ibrani untuk memelihara segala kebenaran Tuhan dan untuk melaksanakan syariat Taurat dengan seteliti-telitinya, agar mereka bisa menjadi bangsa yang suci. Sejak itu, rumah-rumah sembahyang juga disebut sinagoge, di mana firman Tuhan dan gulungan-gulungan Kitab Taurat dibaca dan diterangkan. Lalu, sinagoge-sinagoge didirikan di kota-kota di mana orang-orang Yahudi tersebar. Sayang sekali, sejak dimulainya langkah pertama yang baik ini, dimulai juga suatu cara penafsiran tertentu dengan berbagai peraturan tambahan sehingga agama Yahudi menjadi agama lahiriah yang oleh Tuhan Yesus didapati kurang berisikan perkara-perkara rohani. Pengajaran tambahan ini pernah disebut Taurat Lisan. Kegiatan mereka inilah akhirnya dijadikan ketentuan agama yang sangat dipertahankan oleh para ahli Taurat.

Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, antara lain:

  1. Pertobatan bangsa Yahudi pada pertengahan masa pembuangan ke Babel yang menyebabkan mereka memerlukan bimbingan rohani yang istimewa.
  2. Tidak adanya lagi nabi-nabi Tuhan yang mengajar umat pilihan Allah. Lagipula, bahasa mereka sehari-hari adalah bahasa Arami sehingga pada setiap kebaktian diperlukan tafsiran dan keterangan oleh pemimpin yang ahli dalam pelajaran Taurat bahasa Ibrani.
  3. Di kebanyakan kota, di mana orang Yahudi telah mendirikan sinagoge-sinagoge untuk rumah sembahyang mereka, dibutuhkan ahli dalam pelajaran Taurat.

Karena kenyataan-kenyataan ini, maka para ahli Taurat segera mendapat kedudukan yang berkuasa dan menjadi semakin menonjol sebagai pemimpin orang Yahudi.

Orang Farisi

Sebagai pemimpin agama, orang-orang Farisi mula-mula menjalankan segenap tuntutan Taurat dengan sungguh-sungguh. Kemudian karena tidak sanggup, mereka mulai bertindak secara lahiriah saja. Akhirnya mereka menjadi orang yang sangat munafik. Walaupun demikian, rakyat Yahudi tetap mengagumi mereka sebagai pemimpin. Mereka sangat dihormati dan disegani sehingga tidak ada satu pemerintah pun yang berani meremehkan kedudukan mereka. Khususnya dalam bidang pemerintahan, mereka sangat menonjol sebagai suara utama dalam segala urusan bahkan pemerintah Roma tidak sanggup menguasai mereka, sehingga mereka dibiarkan menjalankan segala urusan rakyatnya, kecuali urusan orang-orang yang harus menghadapi hukuman mati. Hal ini mudah dibayangkan pada waktu kita membaca kitab-kitab Injil. Contoh urusan semacam ini terdapat di dalam pengadilan Tuhan Yesus sendiri waktu Pilatus bertengkar dengan para ahli Taurat.

Orang Saduki

Nama Saduki berasal dari Zadok. Orang-orang Saduki adalah anak cucu Zadok, sedangkan bani Zadok memegang jabatan Imam Besar. Ada kemungkinan juga bahwa nama Saduki berasal dari satu kata Ibrani yang berarti "benar". Mereka adalah pembesar-pembesar yang duduk dalam pemerintahan. Namun, kedudukan orang-orang Saduki sebagai golongan agama atau sebagai partai politik tidak diutamakan seperti kedudukannya sebagai suatu golongan sosial. Kepercayaan mereka pada firman Tuhan tidak terlalu kuat. Mereka bersikap masa bodoh terhadap pengharapan akan kedatangan Mesias. Mereka tidak percaya akan kebangkitan atau akan adanya malaikat-malaikat. Biarpun mereka membenci orang-orang Farisi, mereka duduk bersama orang-orang Farisi dalam urusan Sanhedrin.

Herodiani

Mereka ini bukan suatu organisasi keagamaan, melainkan suatu organisasi politik yang membela dan mempertahankan kedudukan Herodes. Orang Farisi pada umumnya sangat membenci mereka karena mereka adalah orang Yahudi yang mendukung penuh pemerintah jajahan.

Orang Zelot

Zelot berarti fanatik. Orang Zelot adalah suatu partai nasional Yahudi yang radikal. Maksud utamanya adalah membela Hukum Taurat terhadap pengaruh kuasa pemerintah jajahan. Dengan giat mereka berjuang dari tahun 63 SM. sampai kepada kejatuhan kota Yerusalem pada tahun 70 M. Mula-mula mereka hanya melawan Kerajaan Roma dengan kekuatan senjata, tetapi akhirnya dengan segala kekerasan mereka mulai melawan kelompok-kelompok dari bangsanya sendiri.

Septuaginta

Tradisi mengatakan bahwa atas permintaan Raja Ptolomeus Philadelphus (2'85-247 SM.), 70 orang ahli bahasa Ibrani diutus dari Yerusalem ke tanah Mesir untuk menerjemahkan Perjanjian Lama dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani, bahasa yang umum dipakai di seluruh Asia Tengah. Kitab Taurat Musa adalah kitab yang pertama-tama diterjemahkan. Kemudian menyusul terjemahan kitab-kitab Perjanjian Lama yang lain. Terjemahan ini lazim dipergunakan pada masa Kristus.

Diambil dari:
Judul buku : Pengantar Perjanjian Baru
Judul artikel : Pendahuluan
Pengarang : Adina Chapman
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1995
Halaman : 1 - 4
Kategori: 
Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA