Rangkuman Diskusi Kelas PASKAH Maret/April 2020

TERMIN I / Topik 1 -- Sejarah Paskah

Apa arti yang tepat untuk menjelaskan kata "Paskah" sebenarnya? Jika menilik sejarah, kapan pertama kali bangsa Israel merayakan Paskah (sertakan ayat!)?

I. Arti Paskah
Paskah berasal dari bahasa Ibrani "Pesakh" yang artinya adalah "melewati". Menjelang perayaan Paskah ketika bangsa Israel berada dalam perbudakan di tanah Mesir, Allah memberikan penjelasan kepada bangsa Israel mengenai apa yang harus dilakukan bangsa Israel pada saat itu. Allah memerintahkan bangsa Israel untuk menyembelih anak domba jantan yang tidak bercacat, lalu membubuhkan sedikit darahnya pada kedua tiang rumah mereka masing-masing. Allah menjelaskan bahwa Ia akan menghukum bangsa Mesir dengan membunuh seluruh anak sulung dari bangsa Mesir termasuk juga binatang, dan darah itu merupakan tanda bahwa rumah-rumah dimana bangsa Israel tinggal (Keluaran 12:1-13). "Pada hari itu malaikat kematian masuk rumah-rumah orang Mesir dan membunuh semua anak-anak sulung mereka, tetapi rumah-rumah orang Ibrani dilewati" (Keluaran 12:23-27). Dan dari hukuman itu, bangsa Mesir melepaskan bangsa Israel dari perbudakan mereka dan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir dan menuju tanah Kanaan. Kemudian, setiap tahun, Paskah diadakan untuk mengingatkan bangsa Israel akan peristiwa pembebasan yang telah mereka alami. Allah telah menuntun dan menyelamatkan mereka sehingga mereka diselamatkan dari perbudakan dan mereka bisa masuk ke tanah Kanaan, sebagai tanah perjanjian yang disediakan Allah kepada Abraham dan keturunannya (Keluaran 12:29-42).

II. Sejarah Paskah Bangsa Israel
Pertama kali bangsa Israel merayakan Paskah pada saat Tuhan mendatangkan tulah ke-10 atas Mesir. Di sini Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun untuk melakukan sesuatu untuk menyelamatkan bangsa Israel yang tinggal di Mesir, yang menjadi budak pada saat pemerintahan Firaun. Tuhan berfirman kepada mereka untuk menyembelih anak domba jantan tak bercela, yang telah dikurung selama hari yang ke-14 bulan itu. Lalu darahnya diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan ambang atas rumah bangsa Israel. Tuhan memerintahkan mereka untuk memakan dagingnya pada malam itu juga, yang dipanggang di atas api lengkap dengan kepala dan betis dan isi perutnya. Makanan lain yang harus mereka makan ialah roti tidak beragi dan sayur pahit. Bangsa Israel harus memakan habis daging tersebut sampai pagi. Dan apabila ada yang tersisa, haruslah dibakar sampai habis dengan api. Di dalam memakannya, Allah memerintahkan kepada mereka yaitu dengan pinggang berikat, memakai kasut pada kaki dan tongkat ditangannya dan buru-burulah dimakannya (Keluaran 12:1-11). Itulah sejarah Paskah pertama kali yang diperintahkan Tuhan Allah kepada bangsa Israel. Dan Tuhan Allah memerintahkan kepada bangsa Israel untuk dirayakan secara turun-temurun selama-lamanya dalam setiap tahunnya, untuk memperingti pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir (Keluaran 12:14).

TERMIN I / Topik 2 -- Perayaan Paskah dalam PL

Pertanyaan:
Hal-hal apa saja yang harus ada dalam perayaan Paskah dalam PL? apakah hal-hal tersebut merupakan simbolis yang memiliki makna bagi Israel? Apa yang dimaksud dengan anak domba Paskah? Jelaskan!

I. Keperluan-keperluan Dalam Perayaan Paskah
Ciri utama dari perayaan Paskah adalah makan bersama keluarga di rumah masing-masing yang dilakukan pada malam hari. Dalam setiap keluarga, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam merayakan Paskah. Hal-hal yang harus ada dalam oleh masing-masing keluarga dalam merayakan Paskah di Perjanjian Lama ialah roti tak beragi, sayur pahit, kurban persembahan dan nyanyian Musa. Dari keempat hal tersebut, masing-masing mempunyai arti yang berbeda bagi bangsa Israel.

1. Roti Tak Beragi
Di dalam Keluaran 23:15 hari raya Roti tak beragi adalah hari raya pertama dari ketiga perayaan utama, yang mewajibkan setiap orang Israel menampakkan diri di depan Allah. Roti yang dipakai dalam ibadat harus tanpa ragi, sebab orang memandang ragi sebagai gejala kebusukan. Oleh karena itu di dalam arti kiasan ragi berarti: pengaruh yang buruk (Matius 16:6,12) atau keburukan dari kepercayaan kafir (1Korintus 5:7-8). Orang memandang ragi sebagai simbol gejala kebusukan, pengaruh yang buruk.

2. Sayur Pahit
Sayur pahit dituliskan dalam Misnah (Pesahim 2:6) bahwa sayur pahit terdiri dari slada, andewi, tanaman yang akarnya dibakar sebagai pengganti kopi, tanaman yang dipercaya bahwa akarnya bisa menyembuhkan gigitan ular, sebuah tanaman yang bernama Latin mentha piperita, dan sejenis rumput berbunga kuning sebagai dapat diterima untuk sayur pahit. Semua ini dimaksudkan untuk "mengingat kembali segala kepahitan hidup yang dialami Israel ketika berada di Mesir, dan kepahitan sayur ini akan dikalahkan oleh kelezatan dari daging panggang anak domba itu".

3. Kurban Persembahan
Dalam Ulangan 16:2 mengenai pemilihan hewan sembelih telah ditulis dengan lebih rinci dan mendalam, sedangkan beberapa ahli teologi menyatakan bahwa hewan kurban dalam Keluaran 12:3-5 hanya sebatas penafsiran saja. Kata yang tertulis dalam bahasa Ibrani di ayat 3 "Seh" yang berarti adalah anak domba, sedangkan ayat 5 menggunakan kata "Ben-syana" yang secara harafiah berarti "anak berumur setahun". Maka, untuk menjelaskan dengan domba Paskah ini, Talmud memberikan pernyataan bahwa domba Paskah harus berumur satu tahun, dan haruslah domba atau kambing jantan. Domba Paskah harus dipersiapkan satu tahun sebelum Paskah, selang delapan hari setelah kelahiran seekor domba, pemilik binatang tersebut akan memilih dan menentukan, domba atau kambing manakah yang akan digunakan sebagai kurban persembahan Paskah.

4. Nyanyian Musa dan Mazmur Pujian
Perjamuan Paskah akan selalu dilakukan pada malam hari. Di sela-sela tahapan minum anggur dan makan, akan diisi dengan menyanyikan pujian. Pertama-tama, mereka akan menyanyikan nyanyian Musa yang tertulis dalam Kitab Kejadian, kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan mazmur-mazmur pujian yang biasa disebut dengan "Hallel", yang diambil dari Mazmur 113-114. Menurut John Drane, "Hallel" adalah mazmur-mazmur yang khas dan dipujikan pada saat perayaan dan ibadah untuk memuji dan mengagungkan Allah Israel.

II. Kegiatan Selama Masa Perayaan Paskah
Beberapa kegiatan di dalam masing-masing keluarga yang menjadi keketapan untuk dilakukan orang-orang Israel dalam masa perayaan Paskah.

1. Setiap keluarga akan menyembelih seekor domba atau kambing jantan yg berumur satu tahun yg tidak bercacat (Keluaran 12:5) dan mengoleskan darahnya pada kedua tiang pintu rumah mereka. Selanjutnya daging domba/kambing dimasak dengan dipanggang.
2. Para ibu-ibu akan menyalakan lilin Paskah.
3. Disiapkan juga cawan anggur pertama dan pencucian tangan.
4. Membuat roti tak beragi dan memecah mecahkannya.
5. Memasak sayur pahit dicampur dengan kenari, buah-buahan dan anggur (haroseth).
6. Mengadakan perjamuan paskah dilakukan di malam hari berupa minuman anggur, memakan dari yang telah disiapkan tadi, meliputi roti tak beragi dicampur kenari (disebut afikoment), sayur pahit serta memuji Tuhan dengan nyanyian Mazmur. Nyanyian pembukanya ada di Mazmur 113-114 dan Nyanyian penutupnya ada di Mazmur 115-118
7. Setelah perjamuan selesai,seorang ayah dan kakek akan menjelaskan dan menceritakan maksud diadakan perayaan paskah tersebut yang pada intinya menceritakan kisah keluar dari tanah perbudakan Mesir. Sebagai tambahan dalam kurban persembahan domba paskah itu merupakan hidangan utama dalam perayaan ini, disebut dengan "Seder".

Demikian garis besar urutan yang harus ada dalam perayaan paskah Perjanjian Lama yang secara simbolis memperingati keluarnya bangsa Israel dari tanah perbudakan Mesir.

III. Anak Domba Paskah
Anak domba Paskah adalah korban persembahan Paskah, yaitu seekor domba jantan, berumur satu tahun dan tidak bercacat (Keluaran 12:5). Anak domba Paskah dalam Perjanjian Lama merupakan hidangan utama yang disebut "Seder". Allah telah memerintahkan agar bangsa Israel mengorbankan (menyembelih) domba atau kambing jantan dengan umur satu tahun, yang kemudian darahnya sedikit dioleskan pada ambang pintu dan kedua tiang pintu. Dengan demikianlah orang-orang Israel merayakan Paskah. Domba Paskah akan disembelih dan dipanggang beserta dengan kepala dan isi perutnya, namun semua tulang-tulangnya tidak ada yang dipatahkan, hal ini sesuai dengan hukum Taurat dan peraturan Paskah yang tertulis dalam "Haggada".

TERMIN II / Topik 1 -- Paskah dalam PB

Pertanyaan:
Apakah sama Paskah dalam PL dan PB? Jika berbeda, dimanakah perbedaannya? Jelaskan! Bagaimana orang-orang Perjanjian Baru merayakan Paskah? apa yang menjadi ciri khas di dalam Perjanjian Baru?

Paskah dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebenarnya memiliki arti yang sama, yaitu penyelamatan oleh pihak Allah kepada manusia. Namun Paskah dalam Perjanjian Lama itu memaknai penyelamatan Allah kepada orang Ibrani dari Tulah kesepuluh. Sedangkan Paskah dalam Perjanjian Baru itu memaknai penyelamatan Allah kepada semua orang dari kutuk dosa melalui Tuhan Yesus Kristus.

I. Makna Paskah dalam Perjanjian Baru

Paskah dalam Perjanjian Baru adalah peringatan akan kebangkitan Kristus sebagai Anak Domba Allah yang merupakan simbol dari pelepasan umat manusia dari Dosa. Tuhan Yesus sebagai Anak Domba Allah rela menyerahkan diri dan mati disalib untuk menebus dosa manusia yang percaya dan beriman kepada-Nya. Dia telah bangkit dari kematian dan menang terhadap kuasa kegelapan. Pada zaman Yesus Kristus, perayaan Paskah menjadi semakin berarti bagi gereja mula-mula, sebab menurut catatan Alkitab, sebelum dihukum mati Yesus menyempatkan diri untuk mengadakan perjamuan Paskah bersama murid-murid-Nya. Dalam Perjanjian Baru sebenarnya Yesus pada masa itu terlibat secara langsung dengan perayaan Paskah orang-orang Israel. Namun mereka belum memahami sebenarnya bahwa Yesus Kristus sebagai lambang Anak Domba sembelihan yang disalibkan dan dibangkitkan.

Paskah merujuk pada Perjamuan Kudus, yang didasarkan pada Perjamuan Malam, perjamuan perpisahan antara Yesus dan murid-murid Yesus. Pada malam itu sebelum Yesus dihukum mati, Yesus memberikan makna baru bagi Paskah Yahudi. Roti melambangkan tubuh Yesus dan anggur melambangkan darah Yesus. Jadi, keduanya merupakan perlambangan diri Yesus sebagai korban Paskah.

II. Perayaan Paskah dalam Perjanjian Baru

Pada masa Perjanjian Baru, orang Israel masih merayakan Paskah berdasarkan apa yang dituliskan dalam Taurat. Sehingga perayaan Paskah dalam Perjanjian Baru sama dengan perayaan Paskah dalam Perjanjian Lama, sebab peraturan Musa mengenai Paskah dan perayaannya yang tertulis dalam kitab Taurat dilakukan oleh orang Israel secara terus-menerus dan turun-temurun.

Cara orang-orang Perjanjian Baru dalam melaksanakan Paskah yaitu, pada waktu matahari mulai terbenam, seluruh anggota keluarga harus mengikuti perjamuan. Kepala keluarga akan mengambil piala pertama yang berisi anggur merah dan mengucap syukur. Kemudian meminumnya secara bergiliran menurut urutan dari yang tua kepada yang muda dalam keluarga. Apabila kepala keluarga tidak ada, maka anak sulung yang menggantikan posisi kepala keluarga untuk memimpin perjamuan malam Paskah.

Naman yang berbeda dengan perayaan Paskah Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru ialah Yang menjadi ciri khas Paskah dalam Perjanjian baru ialah pada Perjanjian Baru yang harus disediakan ialah anggur merah dan roti. Anggur merah sebagai melambangkan darah Tuhan Yesus dan roti yang menggambarkan tubuh Tuhan Yesus, yang sudah dikorbankan untuk menebus dosa manusia. Tuhan Yesus sendiri yang sudah menggantikan anak domba sebagai korban, untuk menjadi korban yang sempurna bagi manusia.

III. Hubungan Paskah Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru

Pada dasarnya Paskah dalam Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru memiliki makna yang sama yaitu pembebasan, dimana dalam Perjanjian Lama, Allah membebaskan Israel dari perbudakan di tanah Mesir, dan diadakan persembahan anak domba Paskah. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, melalui pengorbanan Kristus, Allah menunjukkan kasih-Nya kepada umat-Nya, membebaskan orang percaya dari perbudakan dosa serta memberikan kepastian kebangkitan kekal di akhir zaman, melalui kebangkitan Kristus. Bahkan pada awalnya perayaan Paskah pada Perjanjian Baru masih sama seperti pada perayaan di dalam Perjanjian Lama. Karena orang Israel masih merayakan Paskah berdasarkan apa yang dituliskan dalam Taurat. Sebab peraturan Musa mengenai Paskah dan perayaannya yang tertulis dalam kitab Taurat, perintahnya harus dilakukan oleh orang Israel secara terus-menerus dan turun-temurun.

Perayaan Paskah Perjanjian Lama merupakan simbolik atau kiasan akan Paskah Perjanian Baru (Kolose 2:16-17). Dalam Perjanjian Lama, darah binatang yang dikorbankan dipercik ke tiang rumah supaya dilewati oleh malaikat maut. Itu merupakan lambang darah Yesus yang mengalahkan kematian akibat dosa-dosa manusia. Kebangkitan Tuhan Yesus inilah yang merupakan istilah Paskah Perjanjian Baru, bahwa Tuhan Yesus sudah menang terhadap kuasa maut. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Perjanjian Lama itu sebagai dasar untuk pengajaran dalam peristiwa-peristiwa di Perjanjian Baru. Dengan kata lain Paskah Perjanjian Lama merupakan lambang/simbol dari paskah di Perjanjian Baru (Kolose 2:16-17, Ibrani 10:1).

Peristiwa Paskah Yahudi merupakan simbol keselamatan di dalam Kristus. Bangsa Yahudi memaknai Paskah sebagai perayaan atas kasih Allah yang membebaskan mereka dari perbudakan dengan mengorbankan anak domba sulung. Allah memerintahkan tanda darah, sebagai edukasi bangsa Israel. Maknanya adalah tanpa penumpahan darah tidak ada penebusan. Dengan demikian, betapa pentingnya ketaatan dan penebusan berupa darah. Selain ketaatan, tujuan lainnya adalah mempersiapkan "Anak Domba Allah" yang akan menghapus dosa dunia. Paskah menjadi penghubung antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Paskah juga dirayakan oleh orang Yahudi pada zaman PB. Tuhan Yesus pun merayakan Paskah dengan mengubah liturgi Paskah Yahudi dan memberi makna baru. Paskah terarah pada diri-Nya bukan korban domba atau kambing. Roti dilambangkan sebagai tubuh-Nya dan anggur dilambangkan sebagai darah-Nya. Semuanya itu melambangkan diri-Nya sebagai korban Paskah. Dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan dari keselamatan yang akan datang, bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Upacara keagamaan Perjnajian Lama merupakan lambang karya Kristus yang menjadi genap ketika Dia datang ke dalam dunia. Jadi kekristenan merupakan penggenapan dalam Perjanjian Lama, maka terdapat hubungan yang erat dalam merayakan Paskah.

Dalam Perjanjian Baru, pemaknaan baru Paskah dimulai oleh Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya disaat perjamuan perpisahan antara Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya. Di mana pada malam itu Tuhan Yesus memberi makna baru bagi Paskah Yahudi, yaitu roti yang melambangkan tubuh-Nya dan anggur melambangkan darah-Nya yang sudah dikorbankan untuk menebus dosa manusia. Dan Tuhan Yesus juga memerintahkan hal itu untuk dilakukan sebagai peringatan akan pengorbanan-Nya atas penebusan terhadap dosa manusia (Matius 26:26-28, Markus 14:22-24,Lukas 22:15-20, 1 Korintus 11:23-25).

Dapat kita simpulkan bahwa, Paskah dalam Perjanjian Lama merupakan.gambaran untuk Paskah di dalam Perjanjian Baru. Sedangkan Paskah dalam Perjanjian Baru adalah penggenapan dari Paskah di Perjanjian Lama, yang menunjukkan kasih setia dan anugerah Tuhan yang membebaskan manusia dari belenggu dosa melalui korban penebusan.

TERMIN II / Topik 2 -- Menjelang Kematian Sang Domba Paskah

Pertanyaan:
Apakah yang Anda ketahui dalam saat-saat minggu terakhir Tuhan Yesus? Apa saja yang terjadi dan dilakukan oleh Yesus di Yerusalem menjelang penyaliban-Nya menuju Golgota?

Apa yang terjadi pada minggu terakhir Tuhan Yesus hidup tidak dituliskan dalam Injil secara khusus. Masing-masing Injil menulis bagian-bagian dari kisah Tuhan Yesus pada minggu terakhir sebelum penyaliban-Nya di bukit Golgota. Dalam minggu terakhir Tuhan Yesus hidup, Ia memfokuskan pelayanan-Nya di kota Yerusalem. Berikut ini rangkaian kehidupan Tuhan Yesus pada minggu terakhir sebelum penyaliban.

I. Tuhan Yesus Naik Keledai Masuk Ke Kota Yerusalem

Sesuai dengan nubuatan nabi Zakharia yang dituliskan dalam Zakharia 9:9, Tuhan Yesus naik keledai masuk ke kota Yerusalem dan di elu-elukan (Matius 21:1-11; Yohanes 19:28-40; Yohanes 12:12-24). Pada saat menaiki keledai itu, Tuhan Yesus menyatakan bahwa Ia adalah Raja Damai, sebab bagi orang Israel, keledai melambangkan kedamaian.

Kata "hosana" memiliki arti bahwa Tuhan Yesus adalah seorang Juru Selamat, sebab kata "hosana" sejajar dengan kata "saviour." Oleh sebab itu, Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem sesungguhnya sebuah pernyataan bahwa Dialah Raja, Dialah Tuhan, Dialah Mesias yang dijanjikan Allah untuk menyelamatkan bangsa Israel.

II. Tuhan Yesus Mengutuk Pohon Ara

Usai peristiwa memasuki Yerusalem, keesokan harinya Tuhan Yesus mengutuk pohon ara Matius 21:18-20; Markus 11:12-14, 20-21). Menurut kitab Injil, pada waktu itu memang bukan musim musim buah pohon ara. Di daerah Palestina pohon ara akan dipanen dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan ke enam dan ke delapan. Biasanya, pohon ara yang berdaun lebat memiliki buah. Beberapa penafsiran menyatakan bahwa pohon ara melambangkan kekuasaan agama Yahudi. Bahkan, Penulis Perjanjian Lama sering kali menyebut orang-orang Israel sebagai pohon ara. Mereka kelihatan religius, tapi itu hanya lahiriah karena mereka tidak menghasilkan buah-buah rohani dalam kehidupannya.

III. Tuhan Yesus menyucikan Bait Allah

Peristiwa Tuhan Yesus menyucikan Bait Allah dituliskan dalam Injil Yohanes. Dalam Yohanes 2, diceritakan bahwa Tuhan Yesus menyucikan Bait Allah untuk pertama kali, yaitu pada awal pelayanan Tuhan Yesus. Sedangkan menjelang Paskah, Tuhan Yesus menyucikan Bait Allah untuk mengakhiri pekerjaan dan pelayanan-Nya (Matius 21:12-13; Lukas 19:45-48; Yohanes 2:13-16). Di Israel sendiri, haruslah seorang imam besar yang menyucikan Bait Allah. Dalam 2 Tawarikh 29:15-19 dituliskan bahwa sebelum imam besar melakukan pekerjaannya, Bait Allah harus disucikan terlebih dahulu. Penulis surat Ibrani menyebutkan bahwa Tuhan Yesus menyucikan Bait Allah sebab Dia adalah Imam Besar, menyucikan Bait Allah sebagai pernyataan bahwa Tuhan Yesus sedang mempersiapkan Diri-Nya sendiri sebagai domba Paskah bagi penebusan manusia (Ibrani 3:12).

IV. Tuhan Yesus Melakukan Perjamuan Paskah Dengan Murid-murid-Nya

Pada waktu itu Tuhan Yesus dan para murid-Nya belum mempersiapkan apa pun untuk merayakan Paskah. Oleh sebab itu, murid-murid bertanya kepada-Nya, "Di manakah Engkau ingin makan Paskah?" Murid-murid menanyakan kepada Tuhan Yesus dimana Ia ingan makan Paskah, sebab pada hari pertama perayaan Paskah mereka harus memulai perjamuan Paskah. Kemudian, Tuhan Yesus memilih Petrus dan Yohanes supaya mereka berdua pergi dan menyiapkan perjamuan makan Paskah di Yerusalem. Tuhan Yesus telah mengatakan supaya mereka pergi ke Yerusalem, dan saat mereka memasuki kota, mereka akan melihat seorang laki-laki membawa sebuah kendi air dan menunggu untuk bertemu dengan mereka (Matius 26:17-19; Markus 14:12-16; Lukas 22:7-13).

Menjelang malam, Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya berkumpul di ruang atas di Yerusalem untuk merayakan Paskah. Sebagaimana dalam masa Perjanjian Lama, Paskah merupakan sebuah pesta tahunan yang dilakukan dari tahun ke tahun. Kali ini, Paskah bukan sebatas rutinitas saja, sebab kali ini murid-murid merayakan Paskah bersama Tuhan Yesus, Sang Mesias, dan sekaligus perpisahan dengan Tuhan Yesus, sebelum Dia akan diserahkan dan disalibkan. Pada saat itu juga, perjamuan Paskah dilakukan. Tidak hanya memakan santapan Paskah, Tuhan Yesus juga mengajar murid-murid untuk saling mengasihi, melayani dengan rendah hati, dan rela berkorban untuk melayani orang lain. Saat itu juga, Tuhan Yesus mengatakan bahwa Yudas akan mengkhianati-Nya dan menyerahkan Dia untuk disalibkan (Matus 26:20-29; Markus 14:17-25; Lukas 22 14-38; Yohanes 13:1-35).

V. Tuhan Yesus Memperingatkan Yudas

Saat perjamuan Paskah masih dilakukan, Tuhan Yesus memberikan roti kepada Yudas. Peristiwa ini menyatakan dengan jelas siapa yang akan menyerahkan Dia, tetapi murid-murid tidak curiga. Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dia sudah mengetahui niat hati Yudas, sebab Tuhan Yesus adalah Allah yang Mahatahu dan mengetahui isi hati manusia (Yohanes 2:24-25). Pada saat itu pula, Tuhan Yesus memperingatkan Yudas untuk bertobat sebab pada waktu itu, Setan telah menaruhkan niat yang buruk dalam hati Yudas. Tuhan Yesus memberikan roti kepada Yudas, menyatakan bahwa Tuhan Yesus memberi hidup kepada Yudas, asalkan Yudas mau menolak tipu daya iblis. Namun, Yudas memutuskan untuk menerima tipu daya Iblis dan pergi meninggalkan perjamuan Paskah (Matius 26:21-25; Markus 14:18-21; Lukas 22:21-23; Yohanes 13:21-30).

VI. Tuhan Yesus Berdoa Di Taman Getsemani

Usai perjamuan makan, Tuhan Yesus segera pergi ke sebuah taman yang bernama Getsemani untuk berdoa di sana. Tuhan Yesus mengajak Petrus, Yohanes, dan Yakobus untuk berjaga-jaga, sementara Ia berdoa (Matius 26:36-46; Markus 14:32-42; Lukas 22:39-46. Pada saat yang sama, Yudas membawa pasukan dengan membawa pedang, obor, dan tali. Dengan keji, Yudas menyerahkan Tuhan Yesus dan memberikan sebuah tanda kepada musuh dengan mengatakan, "Orang yang akan kucium, tangkaplah Dia." Setelah itu, Tuhan Yesus ditangkap sebagai tawanan. Tuhan Yesus yang tidak berdosa justru menggantikan manusia yang berdosa. Pada saat Tuhan Yesus ditangkap, murid-murid melarikan diri. Bahkan, Petrus pun menyangkal Tuhan Yesus sampai tiga kali (Matius 26:47-56, 60-75; Markus 14:43-52, 66-72; Lukas 22:47-58; Yohanes 18:1-27).

VII. Tuhan Yesus Diadili dan Disalibkan

Setelah ditangkap, Tuhan Yesus dibawa dan diadili. Pada pengadilan yang pertama, Tuhan Yesus dibawa ke hadapan Hanas. Hanas adalah orang yang menjabat Imam Besar pada tahun itu. Oleh sebab itu, orang yang ditangkap sebagai orang yang bersalah harus dibawa ke hadapannya terlebih dahulu. Saat itu, hari masih sangat pagi, sehingga semua anggota sidang majelis belum datang, maka Tuhan Yesus diadili terlebih dahulu di hadapan Imam Besar. Menurut peraturan orang Yahudi, pengadilan hanya membuktikan tuduhan saksi, tidak menurut pengakuan orang yang dituduh (Matius 26:57-68; Markus 14:53-65; Lukas 22:63-71; Yohanes 18:12-14, 19-24).

Kemudian, Tuhan Yesus dibawa untuk diadili adalah Kayafas. Pada saat itu ada tujuh puluh orang yang berkumpul. Mereka adalah imam besar, ahli Taurat, tua-tua, penghulu imam, Hanas, dan sidang majelis. Tujuan dari pengadilan ini adalah untuk mencari saksi untuk menjatuhkan hukuman mati kepada Tuhan Yesus. Dari pengadilan ini, tidak ditemukan satu kesalahan pun dalam Diri Tuhan Yesus, sehingga mereka tidak dapat memberikan hukuman mati. Terakhir kalinya, Tuhan Yesus dibawa kepada Pontius Pilatus, seorang prokurator (wali negeri) Yudea pada waktu itu. Di hadapan Pilatus, orang-orang Yahudi mengatakan bahwa Tuhan Yesus telah berbuat jahat sehingga Tuhan Yesus harus dijatuhi hukuman yang paling berat, yaitu hukuman mati. Pilatus sendiri mengetahui bahwa Tuhan Yesus tidak berdosa, tetapi imam besar, para penghulu dan majelis yang merencanakan bagaimana membunuh Tuhan Yesus. Karena itu, pada akhir pengadilan ini, Pilatus mengatakan "Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" (Matius 27:11-26; Markus 15:1-15; Lukas 23:1-25; Yohanes 18:28-37).

TERMIN III / Topik 1 -- Salib Kristus
Pertanyaan:
Tuduhan apa yang dikenakan kepada Tuhan Yesus sehingga Ia dijatuhi hukuman salib? Sebutkan makna yang terkandung dalam salib Kristus secara kontekstual pada waktu itu, apakah sudah ada sejak dalam Perjanjian Lama?

I. Sejarah Singkat Hukuman Salib

Hukuman salib diciptakan oleh bangsa Persia pada abad ke 6 SM. Kemudian hukuman salib ditiru oleh bangsa Kartago. Hingga pada akhirnya bangsa Romawi melestarikan dan menyempurnakannya sebagai bentuk ekstrim bagi hukuman yang berat untuk mencegah berbagai macam kejahatan. Oleh bangsa Romawi salib dijadikan alat hukuman yang paling kejam terhadap para budak dan orang-orang asing (terutama orang jajahan) yang memberontak. Hukum Yahudi menentukan bahwa para pemuja berhala, penghujat dan pemberontak dirajam dengan batu dan digantung pada sebuah tiang. Mereka dibiarkan mati secara mengerikan karena dipandang sebagai yang terkutuk oleh Allah. Dan agar tidak menajiskan, maka mayatnya segera dikuburkan (Ulangan 21:23).

II. Tuduhan Kepada Tuhan Yesus

Tuhan Yesus yang tidak berdosa dan bersalah, dijatuhi hukuman mati oleh umat-Nya. Hukuman mati melalui salib diterima oleh Tuhan Yesus atas tuduhan yang diberikan kepada-Nya. Orang Yahudi sudah menuduh Yesus sebagai musuh Kaisar. Tapi Pilatus tidak percaya. Lalu mereka menuduh Yesus melanggar hukum agama Yahudi. Tuduhan ini sudah mereka pakai saat Yesus diadili oleh Sanhedrin. ”Kami punya hukum,” kata mereka, ”dan menurut hukum kami, Ia harus mati, Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.” (Yohanes 19:7). Pengakuan-Nya sebagai Anak Allah membuat orang-orang Yahudi menjadi marah dan menilai bahwa Yesus telah menghujat Allah, sebab Ia telah menamakan Diri-Nya dengan Allah (Yohanes 10:33, 36). Orang-orang Yahudi melalukan semua itu memang bukan tanpa dasar, karena mengacu pada Taurat, bahwa orang yang menghujat Allah haruslah dihukum mati (Imamat 24:16). Namun yang menjadi kesalahan disini bahwa, orang-orang Yahudi tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan kepada mereka. Hal inilah yang membuat mereka mendesak Pilatus untuk memberikan hukuman mati kepada Tuhan Yesus, yaitu dengan cara disalibkan.

Ada 2 cara yang dilakukan orang-orang Yahudi untuk mengadili Yesus:

1. Berdasarkan pengadilan Yahudi, yaitu diadili di hadapan Imam besar, dalam pengadilan ini biasanya seorang terdakwa hanya diam dan mendengarkan saksi saksi saja karena dalam pengadilan Yahudi kesaksian daripada seorang saksi lebih dipercaya dibandingkan kesaksian si tersangka tersebut.

2. Berdasarkan pengadilan Mahkamah Agung, ketika Tuhan Yesus dibawa ke Mahkamah Agung, semua saksi justru memutarbalikkan keadaan alias bersaksi tidak benar, kesaksian seorang dengan yang lain bertentangan. Kemudian Tuhan Yesus dibawa ke pengadilan Romawi di hadapan Pontitus Pilatus wali negeri pada waktu itu. Walaupun dia tidak menemukan kesalahan dalam diri Tuhan Yesus, akan tetapi karena desakan orang banyak termasuk Imam Besar orang Yahudi, meminta supaya Barabas yang di lepaskan dan Tuhan Yesus yang disalibkan. Kemudian dengan tekanan orang-orang pada waktu itu, Pontitus Pilatus mengikuti kemauan mereka. Karena dia juga takut kehilangan jabatan, atau dilempari oleh orang banyak.

III. Makna Penyaliban Tuhan Yesus

Pada zaman penulisan Alkitab sampai pada Paskah ketika Tuhan Yesus disalibkan, salib menjadi simbol penderitaan, kesusahan, hukuman mati dan beban berat. Akan tetapi, seperti ada makna pembalikkan setelah Tuhan Yesus mati di kayu salib. Berita tentang salib yang sebelumnya mengerikan telah menjadi kabar baik bagi semua manusia. Kabar baik itu adalah Yesus, Anak Allah yang tersalib untuk keselamatan umat Manusia. Kematian-Nya di kayu salib bukan kematian yang sia-sia tetapi kematian yang membawa penebusan bagi umat manusia.

Kematian Tuhan Yesus adalah kematian sebagai tebusan bagi umat manusia berdosa. Kematian-Nya menjadi jalan keselamatan bagi semua orang berdosa yang percaya dalam nama-Nya. Kematian Yesus menjadi jalan yang mendatangkan pengampunan dosa. Yesus menyerahkan Diri-Nya dan mati untuk menjadi kurban dan tebusan bagi banyak orang.

Bagi orang percaya, salib yang dahulunya menjadi simbol penderitaan, kesusahan, hukuman mati dan beban berat, akhirnya menjadi sebuah berita anugerah di dalam Tuhan Yesus. Makna yang terkandung dalam salib Tuhan Yesus secara kontekstual pada waktu itu sampai saat ini ialah:

1. Menebus dosa kita. Efesus 1:7, "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya"

2. Mengampuni dosa kita. Ibrani 9:22, "Hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan."

3. Membenarkan kita. Roma 4:25 demikian, "Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita."

4. Mendamaikan kita dengan Allah. Roma 5:10, "Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Anak-Nya."

TERMIN III / Topik 2 -- Kematian Kristus

Pertanyaan:
Ada beberapa isu Kristologis tentang kematian Kristus yang mencoba meruntuhkan fakta Yesus benar-benar mati, salah satu diantaranya tentang Makam Talpiot. Bagaimana pandangan Anda terhadap pandangan bahwa tubuh yang dikuburkan di makam Talpiot adalah tubuh Yesus? Bagaimana pembelaan iman Kristen terhadap isu-isu semacam ini?

I. Fakta Tentang Kematian Tuhan Yesus

Kita sering mendengar tentang pandangan yang mengatakan bahwa, sebenarnya Tuhan Yesus tidak mati ketika disalibkan, atau bahwa yang disalibkaan itu sebenarnya bukanlah Tuhan Yesus namun, orang lain. Mendengar juga bahwa Tuhan Yesus, tidak mati sehingga Dia menikah dengan Maria Magdalena. Dan masih banyak pandangan-pandangan yang meragukan akan kematian Tuhan Yesus. Namun sebagaai orang percaya, kita dapat berapologetika mengenai pandangan dan tuduhan tersebut, dengan bukti-bukti di Alkitab yang menjelaskan bahwa Tuhan Yesus mengalami kematian ketika disalibkan. Berikut ini beberapa bukti dan fakta dari kematian Tuhan Yesus.

1. Kesaksian kepala pasukan. Kepala pasukan yang pada saat itu menjaga peristiwa penyaliban menyaksikan keajaiban-keajaiban yang terjadi ketika Tuhan Yesus, Anak Allah, mati di kayu salib. Matius dan Markus menuliskan dalam Injil yang mereka tulis bahwa kepala pasukan dan prajurit-prajurit yang terjaga itu sangat ketakutan setelah mendengar peristiwa yang sedang terjadi. Mulut mereka mengatakan, "Orang ini benar Anak Allah." Sedangkan Lukas menuliskan bahwa kepala pasukan dan prajurit-prajurit mengatakan, "Sungguh orang ini adalah orang benar." Perbedaan Matius dan Lukas ini ada latar belakang konteksnya. Matius sesungguhnya bertujuan untuk meluruskan dan menjawab pertanyaan Imam Besar ketika Yesus diperhadapkan pada Mahkamah Agama, yang bertanya apakah Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Matius ingin meneguhkan kembali bahwa perkataan kepala pasukan, yang adalah seorang tentara Romawi menyaksikan bahwa Yesus sungguh-sungguh Anak Allah. Sedangkan Markus menuliskan bahwa kepala pasukan Romawi menjadi saksi peristiwa kematian Yesus. Dengan mencatat pengakuan kepala pasukan, Markus ingin menegaskan kembali bahwa Yesus sungguh-sungguh mati dan disaksikan oleh pasukan Romawi. Ucapan mulut dari orang di luar Yahudi perlu menjadi bukti bahwa Yesus yang mati di salib itu adalah sungguh-sungguh Anak Allah.

2. Kesaksian orang banyak di dalam Injil sinoptik. Hanya Lukas yang menuliskan bahwa, "Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri" (Lukas 23:48). Lukas tidak menyebut orang-orang yang datang melihat peristiwa itu dari kelompok mana, namun jika melihat ayat selanjutnya, mereka yang menonton adalah mereka yang ikut menyalibkan Yesus. Dari penjelasan Lukas, Tuhan Yesus benar-benar telah mati di kayu salib.

3. Kesaksian murid-murid semua penulis Injil sinoptik. Mencatat bahwa kematian Tuhan Yesus di kayu salib disaksikan oleh para pengikut Tuhan Yesus yang setia mengikuti sampai di Golgota (Matius 27:55-56; Markus 15:40-41; Lukas 23:49). Selain mencatat tentang kematian Yesus yang disaksikan oleh orang banyak, para penulis Injil ingin menjelaskan bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh mati dan kematian-Nya disaksikan oleh semua orang yang mengenal Tuhan Yesus secara dekat, ada Yohanes salah satu diantara kedua belas murid-Nya, perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea dan orang-orang Yahudi. Kesaksian-kesaksian murid-murid memberikan penguatan bahwa Tuhan Yesus benar-benar mati dan disalibkan.

II. Upaya Pemutarbalikan Fakta Tentang Tuhan Yesus

Serangan terhadap iman Kristen sudah ada sejak awal sampai sekarang dalam berbagai macam bentuk dan tuduhannya. Di dalam Alkitab sendiri juga tertulis bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh penguasa saat itu untuk menyanggah kebangkitan Yesus. Sampai-sampai makam Tuhan Yesus dijaga oleh prajurit, karena mereka takut jika murid-murid Tuhan Yesus akan mencuri mayat-Nya. Mereka ingin membuktikan bahwa perkataan Tuhan Yesus tentang kebangkitan-Nya pada hari yang ketiga adalah sebuah kebohongan (Matius 27:62-66). Namun semua usaha itu sia-sia, karena Yesus sunguh-sungguh bangkit pada hari yang ketiga (Matius 28:1-10).

Tidak cukup sampai situ saja, ketika para imam-iman kepala mendengar dari beberapa penjaga bahwa Tuhan Yesus bangkit dari kematian, mereka masih ingin memanipulasi berita tersebut. Degan menyuap para serdadu tersebut, mereka meminta untuk bersaksi palsu bahwa mayat Tuhan Yesus dicuri oleh para murid ketika malam hari, saat mereka sedang tertidur (Matius 28:11-15). Dari jelas bahwa sudah dari dulu banyak orang yang berusaha untuk memberikan serangan, tuduhan ataupun fitnah kepada iman Kristen.

III. Tuduhan-tuduhan Terhadap Kematian Tuhan Yesus

Hingga sekarang, banyak banyak orang atau golongan yang mencoba meuntuhkan iman Kristen. Hal yang sering diserang tentang iman Kristen ialah tentang fakta-fakta kematian Tuhan Yesus. Berikut ini beberapa isu-isu dan teori yang menyatakan bahwa Tuhan Yesus tidak mengalami kematian.

1. Penemuan Makam Talpiot

Adalah sebuah makam yang ditemukan di Talpiot, Israel. Menyebutkan bahwa makam ini diduga merupakan makam dari Yesus bersama dengan keluarga-Nya. Dan mereka berpendapat bahwa Yesus menikah dengan Maria Magdalena.

2. Teori The Da Vinci Code

Adalah sebuah novel detektif misteri karya Dan Brown. Novel ini mengeksplorasi suatu alternatif sejarah religius dengan titik plot sentralnya yaitu bahwa para raja Prancis dari Dinasti Meroving termasuk dalam garis keturunan Yesus Kristus dan Maria Magdalena, yang mana gagasan-gagasan ini berasal dari The Templar Revelation (1997) karya Clive Prince dan buku-buku karya Margaret Starbird.

3. The Gnostic Basilides

Mengatakan bahwa penyaliban tidak dialami oleh Yesus Kristus, melainkan Dia diserupakan oleh Simon dari Kirene, ketika memanggul salib Yesus.

4. Cerinthianism

Cerinthianism adalah ajaran bidat yang diajarkan oleh Cerinthus (kira-kira meninggal tahun 100-an Masehi) yang berkaitan dengan pribadi Yesus. Pengajaran ini menyatakan bahwa "Kristus" datang ke atas Yesus pada saat pembabtisannya and meninggalkan dia sesaat sebelum penyalibannya. Pada dasarnya, Cerinthus mengajarkan bahwa pribadi 'Kristus' dan 'Yesus' adalah makhluk yang berbeda.

5. Nestorianisme

Nestorianisme mengajarkan bahwa esensi kemanusiaan dan esensi keillahian Kristus itu terpisah dan oleh karena itu ada dua pribadi, yakni pribadi manusia Yesus Kristus, dan pribadi logos yang illahi, yang berdiam dalam manusia Yesus Kristus itu. Sebagai konsekuensinya, kaum Nestorian menolak adanya istilah-istilah seperti "Allah menderita " atau "Allah telah disalibkan", karena kemanusiaan Yesus Kristus yang menderita itu terpisah dari keillahiannya.

6. Doketisme

Doktrin ini mempertahankan bahwa Yesus Kristus hanya tampaknya saja mempunyai tubuh. Maka dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Yesus Kristus hanya memiliki tubuh surgawi dan hanya berpura-pura saja menderita dan mati.

Teori-teori tersebut ada menyatakan penolakan Yesus sebagai Putra Allah mati untuk dosa manusia, dan juga tidak mengakui bahwa Yesus mati ketika disalibkan. Semuanya menolak akan kebenaran bahwa Yesus Allah dan Manusia sejati mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Namun semua teori mereka sudah terbantahkan oleh ajaran bukti dan kebenaran di dalam Alkitab.

TERMIN IV / Topik 1 -- Kebangkitan Kristus

Pertanyaan:
Kebangkitan Yesus merupakan bukti Kemenangan-Nya atas maut. Apa yang membuktikan kebangkitan Yesus Kristus? apa maknanya bagi Gereja dan Anda?

Yesus bangkit pada hari yang ketiga setelah kematian-Nya. Fakta ini juga didukung oleh para penulis Perjanjian Baru yang menuliskan bahwa pada hari yang ketiga setelah kematian-Nya, Yesus bangkit. Kebangkitan Yesus adalah sebuah kejadian yang nyata dan historis. Peristiwa kebangkitan Yesus memberi dampak yang luar biasa terhadap kehidupan para murid dan memberi dampak pada perkembangan kekristenan hingga saat ini.

I. Bukti Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus

1. Batu kubur terguling (Matius 28:2; Markus 16:3-4; Lukas 24:2).
2. Kuburan Tuhan Yesus dalam keadaan kosong (Lukas 24:3, 12; Yohanes 20:6-8).
3. Kesaksian para perempuan (Matius 28:5-8, Markus 16:1-8, Lukas 24:4-12).
4. Menampakkan diri kepada Maria Magdalena (Markus 16:9; Yohanes 28:1-2).
5. Konfirmasi dari malaikat (Matius 28:5-6; Markus 16:5-6; Lukas 24:4-6).
6. Kesaksian dua murid yang melihat kubur kosong (Yohanes 20:3-10).
7. Kesaksian para penjaga kubur (Matius 28:4, 11).
8. Tuhan Yesus menampakkan Diri-Nya kepada para murid (Matius 28:16-17; Markus 16:14; Lukas 24:36-39; Yohanes 20:19-20).
9. Tuhan Yesus menampakkan diri kepada dua orang murid ketika perjalanan ke Emaus (Lukas 24:13-31).
10. Kesaksian 500 oraang yang melihat kenaikakan Tuhan Yesus.
11. Kepercayaan jemaat mula-mula. Bukti tertua mengenai kebangkitan Yesus terdapat dalam khotbah-khotbah yang terdapat di dalam Kisah Para Rasul.
12. Keterangan dari Paulus pertobatannya terjadi karena ia telah berjumpa dengan Kristus yang telah bangkit (1 Korintus 15:7-8).
13. Nubuat Tuhan Yesus tentang Diri-Nya sendiri yang akan bangkit setelah kematian (Matius 16:21; Markus 8:31; Lukas 9:22).

Fakta-fakta dan sejarah tersebut merupakan bukti-bukti akurat tentang kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian-Nya.

II. Makna Kebangkitan Kristus Bagi Gereja/Orang Percaya

Kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian sangat berdampak dan dapat dirasakan oleh orang percaya. Sehingga setiap orang percaya dapat memaknai Paskah di dalam kehidupannya masing-masing. Berikut ini makna Paskah bagi Gereja dan orang-orang percaya:

1. Membuktikan bahwa Pribadi Yesus adalah Anak Allah yang berkuasa.
2. Menyatakan rencana keselamatan Allah.
3. Kebangkitan Kristus memberi jaminan keselamatan bagi yang percaya.
4. Memberikan hidup baru bagi setiap orang yang hidup di dalam-Nya.
5. Bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Allah yang tidak dapat ditaklukkan/dikalahkan oleh maut.
6. Sebagai bukti bahwa kita memperoleh kemenangan atas maut.
7. Menjadi pengharapan bahwa orang percaya akan bersama-sama dengan Kristus dalam hidup kekal.
8. Menjadi dasar untuk melakukan Amanat Agung Yesus untuk memberitakan injil Keselamatan kepada seluruh bangsa.
9. Menjadi dasar untuk berpegang teguh kepada Injil-Nya, sehingga taat setia kepada firman-Nya.
10. Kebangkitan Kristus menyelesaikan semua masalah manusia.
11. Membuat pelayanan orang percaya tidak sia-sia.
12. Melalui kebangkitan Yesus yang memulihkan hubungan manusia dengan Allah.

TERMIN IV / Topik 2 -- Missio Dei, Salib Kristus, dan Mandat Injil

Pertanyaan:
Salib Kristus memiliki makna dan tujuan yang begitu agung dan mulia, yaitu menyelamatkan bangsa-bangsa dari murka Allah dan mengembalikan bangsa-bangsa pada kepada Allah. Sehingga setiap bangsa beroleh anugerah dan penggenalan akan Allah. Apakah yang Anda mengerti mengenai "Missio Dei"? Apakah kaitannya dengan Salib Kristus dan mandat Injil?

Salib Kristus memiliki makna dan tujuan yang begitu agung dan mulia, yaitu menyelamatkan bangsa-bangsa dari murka Allah dan mengembalikan bangsa-bangsa pada kepada Allah. Sehingga setiap bangsa beroleh anugerah dan penggenalan akan Allah. Dari sejak Perjanjian Lama sampai masuk Peranjian Baru, Allah selalu melibatkan manusia dalam misi penyelamatan-Nya. Hingga sampai saat ini Allah masih mempercayakan kepada kita orang percaya untuk melakukan misi penyebaran berita Injil keselamatan kepada semua orang.

I. Missio Dei

Secara literal Missio Dei berarti "misi Allah." Kata Missio Dei berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata "missio" yang berarti "misi" atau "tugas", dan "dei" yang artinya adalah Tuhan atau Allah. Misi Allah adalah untuk menyelamatkan dunia dalam sebuah hubungan khusus dalam Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Untuk menyelamatkan seluruh dunia, maka Allah Bapa mengirim Yesus, lalu Allah dan Yesus mengirimkan Roh Kudus untuk menolong setiap orang percaya setelah kenaikan Yesus ke surga. Landasan Missio Dei tertulis dalam Yohanes 20:21 “Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Misi Allah tidak berhenti saat Tuhan Yesus sudah naik ke surga. Misi-Nya terus berlanjut, dengan mengutus orang-orang yang percaya kepada-Nya, untuk memberitakan karya keselamatan dari pada-Nya.

II. Missio Dei dengan Salib Kristus

Allah memberikan keselamatan bagi manusia dengan penebusan dosa melalui pengorbanan Anak-Nya yang tunggal yaitu Tuhan Yesus di kayu salib. Karya salib Kristus memberi kita keselamatan dan diberikan kepada kita dalam bentuk anugerah. Pada saat kita percaya, kita menerima anugerah keselamatan (Yohanes 3:16). Iman memberikan kita hikmat untuk menyerahkan tujuan hidup kita kepada hikmat Allah. Kematian-Nya di atas kayu salib menghasilkan satu umat yang baru, di mana domba-domba lain non-Yahudi beroleh anugerah keselamatan dan disatukan dalam Kristus.

Pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib sebagai bukti penggenapan janji Allah dalam misi penebusan terhadap dosa manusia. Namun estafet misinya tidak terhenti sampai disini. Tuhan Yesus diberikan estafet misi-Nya kepada orang-orang percaya. Orang-orang percaya diutus untuk membawa orang-orang kepada keselamatan. Namun, bukan lagi meminta semua orang untuk memberikan korban persembahan keselamatan, namun memberitakan karya keselamatan di dalam Injil kepada semua orang. Berita keselamatan Injil ialah bahwa Yesus Kristus yang sudah berkorban untuk menebus dosa dan memberikan keselamatan kepada semua manusia.

III. Missio Dei dengan Mandat Injil

Salib Kristus memberikan manusia pengampunan, pembenaran, penebusan, penyucian dan perdamaian. Misi Tuhan Yesus selama berada di dunia dalam rangka menebus dosa manusia sudah selesai saat Dia sudah terangkat ke surga. Namun misi keselamatan bagi dunia belum berakhir. Selanjutnya, Allah memberikan misi kepada orang percaya untuk memberitakan karya keselamatan bagi semua manusia. Seperti yang dikatakan Yesus sebelum Dia terangkat ke surga, yang kita kenal sebagai Amanat Agung-Nya. Kita sebagai orang yang percaya, diberikan amanat untuk memberitakan Injil dan salib Kristus kepada seluruh bangsa. Tujuannya (tujuan Missio Dei) untuk pertobatan orang-orang yang belum percaya supaya mereka mendengar dan beroleh jalan menuju keselamatan di dalam Kristus, dan menjadi percaya di dalam Kristus. Roh Kudus yang dikirimkan kepada kita, yang menolong kita dalam melaksanakan penginjilan.

Jadi, kaitan Missio Dei dengan mandat Injil ialah bahwa pada masa Perjanjian Baru, sangat jelas dituliskan dalam Matius 28:19-21, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu. Dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.", bahwa setiap orang percaya mengemban satu tugas pelayanan untuk menjadikan seluruh bangsa murid Kristus. Sebagaimana landasan Missio Dei bahwa Allah menghendaki seluruh dunia selamat, maka kita harus mengupayakan gerakan penginjilan dan mewartakan kepada dunia bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Tujuanya, supaya semua orang bisa mendengar, dapat percaya dan menerima keselamatan itu.

IV. Tantangan Misi Kristen

Sebuah fakta bahwa, tidak dan atau semua orang percaya kepada Kristus. Khususnya mereka yang sampai saat ini tidak pernah mendengar Injil, seperti orang-orang di daerah pedalaman Afrika, Amerika latin, bahkan beberapa daerah di Indonesia. Sulitnya tempat dan medan yang dilalui untuk dilewati, membuat Injil sangat susah untuk menjangkau mereka. Kondisi yang demikian ini, membuat sebagian orang pesimis dan menyebutkan bahwa misi Injil gagal diberitakan sampai ke “ujung bumi”. Yang artinya berita Injil gagal diberitaan kepada semua orang di semua bangsa.

Namun apakah benar itu merupakan sebuah kegagalan bagi pemberitaan Injil? Dari satu sisi, misi keselamatan telah sempurna dikerjakan Allah, akan tetapi dari sisi mandat Injil, berlaku sampai kesudahan zaman. Kita harus mengakui, bahwa masih banyak orang-orang yang belum percaya kepada Tuhan Yesus Kristus karena mereka belum pernah mendengar berita Injil. Tidak ada orang percaya dalam komunitas mereka, dan akses terhadap pemberitaan Injil yang tertutup. Namun kita juga tidak bisa menyebutkan misi Allah gagal dengan melihat keadaan yang sekarang saja. Karena misi pemberitaan Injil itu bukan untuk dilaksanakan dalam satu batas waktu tertentu saja, tapi dilakukan secara terus menerus sampai saatnya Tuhan Yesus datang kedua kalinya.

Dalam komunitas misi terdapat istilah "Jendela 10/40" sebagai pusat kegiatan misi yang sedang dikerjakan. Bagi komunitas ini, mereka meyakini bahwa ada 2 tipe kegiatan misi, yaitu Misi yang dapat diselesaikan dan Misi yang dapat dikerjakan. Sehingga bisa dikatakan bahwa misi Allah tidak gagal, namun fakta yang terjadi saat ini bahwa, misi tersebut belum selesai.

Pada masa kini, orang percaya khususnya Gereja, merupakan "pion" sebagai garda terdepan untuk mengerjakan misi Allah. Gereja harus terus bermisi untuk menjangkau orang-orang, khususnya orang-orang yang di daerah pedalaman untuk memberitakan Injil melalui program Misi Gereja. Gereja dalam misinya, harus mengirim utusan atau para misionaris untuk memberitakan pekabaran Injil ke daerah-daerah pedalaman. Sehingga melalui Gereja Tuhan, misi pemberitaan Injil sampai ke ujung bumi bisa digenapi. Hanya saja yang menjadi kendala saat ini bahwa, banyak Gereja-gereja yang belum memiliki program untuk bermisi memberitakan Injil, khususnya dengan mengirimkan para misionarisnya ke daerah-daerah yang belum dijangkau oleh Injil. Sehingga misi pemberitaan Injil masih belum maksimal, dan perlu dukungan dari semua orang percaya untuk bersatu hati dalam menjalankan misi ini. Sehingga Gereja tidak menanggung “beban” ini sedirian, karena semua orang percaya, termasuk organisasi atau lembaga Kristen lainnya bersatu mengerjakan misi ini bersama-sama.

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA