Reformasi: "Back to the Bible"

Reformasi abad ke-16-17 yang dimotori oleh Martin Luther adalah momentum Illahi. Sebuah gerakan pembaharuan rohani yang muncul tepat pada puncak penduniawian gereja. Momen ini dapat ditafsirkan sebagai sejarah yang terulang sejak Reformasi Ezra dan Nehemia dalam sejarah umat Allah untuk pemurnian umat.

Dipublikasikannya 95 Tesis sebagai data akurat dan tidak terbantahkan yang disusun oleh Martin Luther untuk menunjukkan bukti penyimpangan ajaran dan korupsi yang dilakukan oleh gereja Katolik Roma di gerbang gereja Wittenburg adalah titik penentu keefektifan Reformasi ini. Efektivitas Reformasi yang terutama adalah revitalisasi religiusitas dan teologis. Reformasi adalah awal babak baru pemurnian iman dan pengajaran dalam gereja Tuhan dan menjadi penentu arah perkembangan Pengajaran dan Tologi di kemudian hari.

John Calvin, penerus Martin Luther, adalah salah seorang reformator yang mampu menafsirkan gerakan itu sebagai momen untuk merevitalisasi kehidupan religius dan teologia pada zamannya dan berefek sampai hari ini. Baginya, kebenaran ajaran dan teologi gereja ditentukan dan didasarkan pada Alkitab dan interpretasinya yang benar. Prinsip Sola Scriptura adalah penentu keberhasilan Reformasi. Dari prinsip ini akan ditemui prinsip-prinsip yang menyertainya, seperti Sola Gratia dan Sola Fide, termasuk Sola Gloria.

Tugas para refomator, khususnya sebagai penafsir dan pengajar teologi yang Alkitabiah, telah berhasil membawa gereja keluar dari mistikisme; corak dominan pengajaran dan teologia abad pertengahan. Para Reformator menolak interpretasi Alkitab secara alegoris. Sebaliknya, para reformator secara realistis sanggup memadukan doktrin dan mengajarkannya secara sistematis dan alkitabiah. John Calvin adalah pewaris yang utama dari gerakan ini. Calvin mampu mengajarkan kemuliaan Allah berdasarkan kebutuhan rohani pada zamannya yang secara esensi tidak bisa dilepaskan dari prinsip Alkitab. Gerakan Reformasi itu sangat biblikal karena menekankan pentingnya penafsiran Alkitab secara literal dan historis.

Alkitab dan kedaulatan Allah adalah dasar Reformasi. Karena gerakan Reformasi sangat menekankan Alkitab dan kedaulatan Allah sebagai pusat teologi, maka pada era-era sekarang, teologi Reformasi cenderung menjadi "tolok ukur" untuk menguji teologia-teologia lainnya. Teologi Reformasi "mampu mengukur" konsistensi dan ketepatan, sekaligus mendeteksi penyimpangan berbagai aliran teologi. Dari sinilah prinsip Calvin, "Speak where the Scriptures speak; be silent where they are silent" menjadi terkenal. Prinsip gerakan Reformasi adalah, bahwa Alkitab dan Allah tidak dapat dipisahkan dalam pengajaran dan teologi. Inilah salah satu warisan Reformasi yang sangat berpengaruh sampai saat ini di samping warisan-warisan besar lainnya.

Selamat memperingati Hari Reformasi Gereja!

By God's Grace

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA