SIM - Referensi 04b

Nama Kursus : Studi Injil Markus
Nama Pelajaran : Pelayanan Kristus di Perea
Kode Pelajaran : SIM-R04b

Referensi SIM-R04 diambil dari:

Judul Buku : Dunia Perjanjian Baru
Judul Artikel : Pelayanan di Daerah Perea
Penulis : J.I. Packer, Merril C. Tenney, dan William White, JR.
Penerbit : Gandum Mas
Halaman : 135 -- 143

REFERENSI PELAJARAN 04b - PELAYANAN KRISTUS DI PEREA

PELAYANAN DI DAERAH PEREA

Sekitar dua bulan telah lewat, Yesus kembali ke Galilea. Mungkin pada saat inilah, Ia mengutus tujuh puluh orang murid-Nya ke seluruh kota di Israel untuk memberitakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat dan bahwa Yesus adalah Sang Mesias (Lukas 10). Yesus berusaha melewati daerah Samaria dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem, tetapi penduduk daerah itu menolak Dia. Karena itu, Dia menyeberangi Sungai Yordan dan berjalan melewati daerah Perea. Di satu tempat, seorang ahli Taurat bertanya kepada-Nya apa yang harus ia perbuat agar memperoleh hidup yang kekal. Yesus menyuruh dia mengasihi Allah dan sesamanya; dan ahli Taurat itu menyahut, "Siapakah sesamaku manusia?" (Lukas 10:28). Lalu, Yesus menceritakan kepadanya perumpamaan yang terkenal mengenai "Orang Samaria yang Murah Hati". Dalam perjalanan ini, Yesus membuat banyak mukjizat, seperti menyembuhkan seorang perempuan yang kerasukan roh jahat dan seorang yang sakit busung air pada hari Sabat (Lukas 13:11-17; 14:1-6). Mukjizat-mukjizat pada hari Sabat itu makin mengobarkan kebencian di kalangan orang-orang Farisi.

Kemudian, latar belakang peristiwa berpindah ke daerah Yudea. Mungkin pada periode inilah, Yesus mengunjungi Betania dan ke rumah Maria dan Marta. Sementara Marta sibuk menyiapkan hidangan, Maria duduk di kaki Yesus, mendengarkan pengajaran-Nya. Marta mengeluh karena Maria tidak mau membantunya, tetapi Yesus menjawab bahwa Maria telah memilih "bagian yang terbaik", yaitu mendengar pengajaran-Nya sementara Ia masih hidup dalam dunia (Lukas 10:42). Di Yerusalem, pada hari raya tahunan Penahbisan Bait Allah, Yesus secara terbuka menyatakan diri-Nya sebagai Mesias yang dijanjikan. Orang-orang Yahudi memandang hal ini sebagai penghujatan, dan sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia. Yesus lalu pergi menyendiri ke seberang Sungai Yordan, ke Betabara, sementara usaha-usaha para pemimpin agama menentang Yesus makin berkembang.

Namun, sebaliknya, golongan masyarakat yang tersingkir justru berbondong-bondong datang untuk mendengar pengajaran-Nya. Kembali Ia mengajar mereka, terutama dengan menggunakan perumpamaan. Sementara kepada para murid-Nya, Yesus memberi tahu arti perumpamaan-perumpamaan yang Ia berikan selain melanjutkan pendidikan khusus mereka. Pada suatu hari, sebuah pesan penting datang dari rumah Maria dan Marta. Lazarus, saudara mereka, sakit parah. Ketika Yesus sampai di Betania, Lazarus telah meninggal dan dikuburkan selama empat hari. Namun, Yesus membangkitkan Lazarus dari kubur. Mukjizat ini meneguhkan niat para imam Yahudi untuk menyingkirkan Dia (Yohanes 11:1-46).

Yesus kembali menarik diri dari kerumunan orang banyak. Ia mempersiapkan diri untuk datang ke Yerusalem dan menyongsong sengsara dan wafat-Nya yang kian dekat (Yohanes 11:54-57). Perjalanan ke Yerusalem ditandai dengan banyak mukjizat, pengajaran, dan pertentangan dengan orang-orang Farisi. Ketika Ia dalam perjalanan, beberapa orang tua membawa anak-anak mereka kepada-Nya dan meminta diberkati (Lukas 18:15-17). Ia mendesak "seorang pemimpin ... sangat kaya" untuk meninggalkan segala miliknya, dan mengikuti Dia (Lukas 18:18-30). Dan, kembali Ia menceritakan kepada para murid-Nya mengenai kematian-Nya yang makin dekat (Lukas 18:31-34). Untuk mempersiapkan mereka menghadapi peristiwa itu, Yesus menggambarkan kepada mereka mengenai upah-upah Kerajaan Surga yang akan mereka terima dan menyuruh mereka menjadi pelayan bagi semua orang (Matius 20:1-16). Di sekitar Yerikho, Yesus menyembuhkan beberapa orang buta; salah seorang di antaranya adalah Bartimeus, yang mengaku bahwa Yesus adalah Sang Mesias (Markus 10:46-52). Yesus makan di rumah Zakheus, seorang kepala pemungut cukai yang juga menerima keselamatan melalui iman kepada-Nya (Lukas 19:1-10). Dari Yerikho, Yesus pergi mengunjungi rumah Lazarus, Maria, dan Marta di Betania.

Memahami diri Kristus bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi ada kesepakatan umum mengenai sebagian besar dari sifat Kristus dan kepribadian-Nya. Lima gelar yang dikenakan pada Yesus mencerminkan sesuatu yang penting mengenai diri dan karya-Nya. Nama Yesus (sama dengan Yosua, yang artinya "Allah adalah Juru Selamat") menekankan peranan-Nya sebagai Juru Selamat umat-Nya (Matius 1:21). Kristus adalah gelar yang memiliki arti yang sama dengan Mesias, yakni sebuah kata Ibrani yang bermakna "Yang diurapi" (band. Kisah 4:27; 10:38). Gelar ini menekankan bahwa Yesus ditunjuk oleh Allah untuk misi-Nya, dan Ia memiliki hubungan khusus dengan Allah Bapa, yakni bahwa Ia memiliki tugas dan peranan yang harus Ia jalankan atas ketetapan Allah Bapa.

Anak Manusia, merupakan gelar yang hampir semata-mata digunakan oleh Yesus sendiri (band. Matius 9:6; 10:23; 11:19). Beberapa orang berpendapat bahwa Ia menggunakan gelar ini karena gelar ini dapat paling jelas membedakan ke-Mesiasan-Nya dengan ide-ide yang salah mengenai Mesias pada masa Ia hidup.

Nama Anak Allah juga dikenakan pada Yesus dalam pengertian yang menyangkut jabatan-Nya atau sifat Mesianis-Nya (band. Matius 4:3, 6; 16:16; Lukas 22:70; Yohanes 1:49). Namun, ini menekankan bahwa Ia adalah salah satu Oknum dalam Allah Tritunggal, seorang manusia yang dilahirkan secara adikodrati.

Gelar Tuhan dikenakan pada Yesus sebagai suatu gelar biasa (katakanlah seperti "Tuan" dalam percakapan sehari-hari); sebuah gelar untuk penguasa atau pemilik, atau (kadang-kadang) menunjuk pada kesejajaran-Nya dengan Allah (misalnya dalam Markus 12:36-37; Lukas 2:11; Matius 7:22).

Orang Kristen dewasa ini percaya bahwa Yesus adalah Allah dan manusia, maksudnya Ia memiliki dua sifat berbeda yang menyatu secara "utuh, tak dapat berubah, tak terbagi, tak terpisah" di dalam satu pribadi-Nya itu (Pengakuan Iman menurut Konsili Kaledon, sekitar tahun 451).

Doktrin ini tidak dibangun berdasarkan nalar manusia, melainkan berdasarkan penyataan Alkitab. Ada banyak bukti berdasarkan Alkitab bahwa Yesus bersifat ilahi. Alkitab menyatakan bahwa hanya ada satu Allah yang Mahaesa, dan tidak ada ilah-ilah lain di hadapan-Nya (band. Keluaran 20:3-5; Yesaya 42:8; 44:6), tetapi Alkitab juga secara jelas menegaskan bahwa Yesus adalah Allah (misalnya dalam Yohanes 1:1; Roma 9:5; Ibrani 1:8). Alkitab menceritakan bahwa Yesus disembah berdasarkan perintah Allah sendiri (Ibrani 1:6), sementara makhluk-makhluk rohani yang lebih rendah tidak mau disembah (Wahyu 22:8-9) karena penyembahan hanya diperkenankan bagi Allah. Hanya Sang Khaliklah yang patut disembah oleh umat ciptaan-Nya. Namun, Yesus Kristus, Anak Allah, juga merupakan Pencipta bersama-sama dengan Bapa-Nya (Yohanes 1:3; Kolose 1:16; Ibrani 1:2), dan karenanya keduanya wajib disembah. Alkitab juga menyatakan bahwa Yesus adalah Juru Selamat umat-Nya (Matius 1:21), sekalipun hanya Tuhanlah satu-satunya Juru Selamat umat-Nya (Yesaya 43:11; Hosea 13:4). Alkitab menyatakan bahwa Allah Bapa sendiri dengan jelas menyebut Yesus sebagai Allah (Ibrani 1:8).

Alkitab juga mengajarkan mengenai kemanusiaan sejati Yesus. Kristus di dalam Perjanjian Baru bukanlah ilusi atau hantu; Ia sungguh-sungguh manusia dalam seluruh keberadaan-Nya. Ia menyebut diri-Nya sendiri manusia, sebagaimana orang lain menyebut-Nya (Yohanes 8:40; Kisah 2:22). Ia hidup dalam rupa manusia (Yohanes 1:14; I Timotius 3:16; I Yohanes 4:2). Ia memiliki tubuh dan pikiran manusia (Lukas 23:39; Yohanes 11:33; Ibrani 2:14). Ia juga merasakan kebutuhan-kebutuhan dan penderitaan manusia (Lukas 2:40,52; Ibrani 2:10,18; 5:8). Walau demikian, Alkitab menegaskan bahwa Yesus tidak berbuat dosa, yang merupakan karakteristik seluruh umat manusia (band. Lukas 1:35; Yohanes 8:46; Ibrani 4:15).

Kristus memiliki dua sifat yang berbeda, tetapi merupakan satu oknum, dan bukan dua oknum dalam satu tubuh. Ia adalah "Logos" (Firman Allah) yang kekal, Oknum kedua dalam Tritunggal, tetapi Ia mengambil sifat manusia sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi sedikit pun tabiat ilahi-Nya. Kita dapat menyapa Kristus dalam doa-doa kita dengan menggunakan gelar-gelar yang mencerminkan baik sifat manusiawi maupun sifat ilahi-Nya, walau sifat ilahi-Nyalah yang menjadi dasar utama ibadah kita kepada-Nya. Karena Yesus adalah satu oknum, dan karena keutuhan hidup pribadi-Nya melingkupi seluruh karakter-Nya dan seluruh kuasa-Nya, Alkitab berbicara mengenai Dia sebagai bersifat ilahi dan juga manusiawi. Alkitab menghubungkan tindakan dan sifat yang ilahi dengan Kristus sebagai Anak Allah yang kekal (Kisah 20:28).

Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA