DIK-Referensi 05c

Pelajaran 05 | Pertanyaan 05 | Referensi 05a | Referensi 05b

Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN
Nama Pelajaran : Di Dalam Adam
Kode Pelajaran : DIK-R05c

Referensi DIK-R05c diambil dari:

Salah satu makalah yang disampaikan dalam sidang pleno Kongres Lausanne II di Manila (1989) oleh Pdt. DR. Stephen Tong.

Garis Besar:

KONSEP YANG SALAH MENGENAI DOSA
APAKAH DOSA ITU
DOSA DAN RELASI SEMESTA

REFERENSI PELAJARAN 05c - DI DALAM ADAM

KONSEP YANG SALAH MENGENAI DOSA

Meskipun manusia mencoba untuk lari dari fakta dosa, menawarkan dan menafsirkan ulang, manusia tetap tidak akan pernah dapat melarikan diri dari penyataan Allah mengenai dosa dalam Alkitab. Alkitab mengajarkan dengan jelas bahwa dosa dimulai dari sejarah kejatuhan Adam, manusia pertama dan wakil dari umat manusia, dan kemudian memasuki dunia. Sebelum kita berpikir mengenai pengertian dosa, pertama mari kita melihat konsep yang keliru mengenai dosa.

Pertama, Alkitab tidak memberikan satu tempatpun bagi konsep pra- eksistansi kekal dari dosa. Dosa bukan suatu keberadaan kekal yang ada dengan sendirinya. Juga dosa maupun kejahatan bukan realitas yang berdiri sendiri. Demikian juga iblis dan kuasa-kusas kejahatan. Tidak ada apapun dan siapapun, hanya Allah sendiri yang ada dengan sendirinya dan merupakan realitas yang kekal. Hanya Allah yang tanpa awal dan akhir. Alkitab langsung menolak ontologi dualisme dalam agama.

Kedua, Alkitab tidak memberikan tempat bagi konsep bahwa dosa diciptakan atau sumber dari kejahatan. Kata "kejahatan" dalam Yes. 45:7 (dalam terjemahan versi King James) harus dimengerti sebagai hukuman Allah dalam sejarah, sebagai manifestasi dari kebenaran dan pemerintahanNya kepada dunia yang berdosa, tapi bukan kejahatan secara ontologi ataupun moral.

Ketiga, Alkitab tidak memberikan tempat untuk Allah dipandang bertanggung jawab atas dosa. Mengenai hal ini, satu hal yang dapat kita lihat dari Alkitab adalah satu ijin yang misterius untuk munculnya kejahatan sebagai akibat dari salah penggunaan akan kebebasan yang diciptakan di dalam mahluk-mahluk rohani, yang juga menjadi aspek dari gambar dan rupa Allah yang harus dipertanggungjawabkan pada keadilan dan penghakiman Allah.

Maka dosa muncul dari ciptaan sendiri. Sebagai ciptaan dari yang dicipta untuk melawan Pencipta mereka. Dalam hal ini, Yesus berkata, "Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" (Yoh. 8:44).

APAKAH DOSA ITU

Sekarang kita memikirkan tentang dosa. Alkitab mengajarkan bahwa dosa lebih dari sekedar kegagalan etika. Untuk menyatakan dosa dengan sesuatu yang tidak tepat hanya mendangkalkan arti dosa itu.

Pertama, berbicara secara philologi, dosa berarti "tidak mencapai target". Perjanjian Baru menggunakan kata hamartia untuk mengindikasikan bahwa manusia diciptakan dengan sebuah standar atau target sebagai tujuan dan arah hidup. Ini berarti kita harus bertanggung jawab kepada Allah. Ketika dosa datang, kita gagal untuk mencapai standar Allah. Setelah kejatuhan manusia, pandangan manusia mengenai target kehidupan menjadi kabur dan kehilangan kriteria arah hidup. Inilah alasan Allah untuk mengutus AnakNya untuk kembali menunjukkan standar itu dan menjadikan Dia sebagai kebenaran dan kesucian kita. Tujuan hidup manusia hanya dapat ditemukan kembali melalui contoh sempurna dari Kristus yang berinkarnasi.

Kedua, berbicara dari sudut posisi, dosa adalah satu perpindahan dari status yang mula-mula. Manusia diciptakan berbeda, dalam perbedaan posisi, dengan tujuan untuk menjadi saksi Allah, diciptakan antara Allah dan iblis, baik dan jahat. Setelah kejatuhan setan manusia diciptakan dalam kondisi netral dari kebaikan yang dapat dikonfirmasikan melalui jalan ketaatan, diciptakan sedikit lebih rendah dari Allah tetapi mempunyai dominasi atas alam, diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Ketaatan yang benar dari manusia dihadapan pemerintah Allah adalah rahasia untuk mengatur alam, dan untuk mencapai tujuan yang benar dari kemuliaan natur pencipta dalam hidup manusia. Segala pencobaan datang kepada manusia selalu dalam usaha mencoba untuk membawa manusia jauh dari posisi rencana Allah yang mula-mula. kemudian datang kekacauan. Hal yang sama terjadi juga kepada malaikat tertinggi dan Alkitab mengatakan, "Mereka tidak mempertahankan status mereka yang pertama" untuk menjelaskan kejatuhan mereka. Inilah satu konsep yang benar dalam mengerti mengenai dosa.

Ketiga, dosa adalah penyalahgunaan kebebasan. Penghormatan terbesar dan hak istimewa yang Allah berikan kepada manusia adalah karunia kebebasan. Kebebasan menjadi satu faktor yang tidak bisa ditawar-tawar sebagai fondasi dari nilai moral. Hasil moral hanya dapat berakar dalam kerelaan, tidak lahir karena paksaan. Arti kebebasan mempunyai dua pilihan: hidup berpusatkan Allah atau hidup berpusatkan diri sendiri. ketika manusia menaklukkan kebebasannya di bawah kebebasan Allah, itulah pengembalian kebebasan kepada pemilik kebebasan yang mula-mula. Jenis pengembalian ini mencari kesukacitaan dari kebebasan dalam batasan kebenaran dan kebaikan Allah. Sebab Allah adalah realita dari kebaikan itu sendiri, segala macam pemisahan dariNya akan menyebabkan keburukan, dan juga hidup berpusat diri sendiri jelas penyebab dosa. Terlalu berpusat pada diri sendiri akan menjadi awal ketidakbenaran. Kebebasan tanpa batas dari kebenaran Allah akan menjadi kebebasan yang salah. Bukanlah suatu kebebasan yang dimaksudkan Yesus ketika Ia berkata, "tidak seorangpun dapat mengikut Aku tanpa menyangkal dirinya sendiri."

Keempat, dosa adalah kuasa yang menghancurkan. Dosa tidak hanya gagal dalam pengaturan tapi lebih dari itu adalah kuasa yang mengikat terus menerus yang tinggal dalam orang berdosa. Paulus menggunakan bentuk tunggal dan bentuk jamak dari dosa dalam kitab Roma. Bentuk jamak dari dosa mengindikasikan perbuatan-perbuatan salah, tapi bentuk tunggal dair dosa berarti kuasa yang mengarahkan segala perbuatan dosa. Paulus mempersonifikasikan dosa sebagai kuasa yang memerintah dan prinsip yang mengatur kehidupan orang berdosa. Ia juga merusak semua aspek kehidupan kepada satu tingkatan dimana tidak ada satu aspek kehidupan pun yang tidak kena distorsi atau polusi. Inilah yang ditekankan dan dijelaskan Reformator. Berjuang melawan pengertian tidak lengkap mengenai kuasa dosa dalam Scholastisisme abad pertengahan. Dosa tidak hanya mencemarkan aspek kehendak, tapi juga berpenetrasi pada aspek emosi dan rasio. Tujuan utama dari kuasa penghancur ini untuk menyebabkan manusia menghancurkan diri sendiri dan membunuh diri sendiri seperti yang dikatakan Kierkegard, bahwa manusia dilahirkan dalam dosa. Satu-satunya kuasa yang kita miliki adalah kuasa untuk membunuh kita sendiri.

Kelima, dosa dalah penolakan terhadap kehendak Allah yang kekal. Akibat utama dari dosa tidak hanya merusak manusia tapi juga melawan kehendak Allah yang kekal melalui manusia. Inilah hal yang paling serius yang berhubungan dengan kesejahteraan rohani semesta. Calvin mengatakan, "Tiada yang lebih besar daripada kehendak Allah kecuali Allah sendiri." Ciptaan alam semesta, keselamatan umat manusia dan kebahagiaan kekal semua ada oleh kehendak Allah maka orang Kristen harus sadar pentingnya ketaatan yang setia kepada kehendak Allah. Seperti Kristus mengajarkan murid-muridNya untuk berdoa, "Jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga." Alkitab juga mengajarkan kita dalam 1 Yoh. 2:17, bahwa dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.

DOSA DAN RELASI SEMESTA

Dosa tidak berhenti sebagai peristiwa saja tetapi terjadi perusakan yang lebih lanjut dalam orang berdosa dan mengganggu seluruh susunan alam semesta. Dosa menghancurkan hubungan-hubungan baik secara pribadi maupun semesta, termasuk hubungan Allah dengan manusia, manusia dengan manusia. Dalam suatu pengertian yang lebih dalam dosa juga menghancurkan hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu dosa membuat mustahilnya hidup harmonis, tapi yang paling dalam adalah rusaknya hubungan manusia dengan Allah. Dari hak mula- mula yang kita miliki, kita diciptakan lebih tinggi dari alam. Alam diciptakan untuk manusia. berarti manusia menikmati, menyukai, mengatur, memelihara dan menafsirkan alam dalam menjalankan fungsi kenabiannya. Tapi dosa telah membalikkan manusia sebagai penghancur, musuh, bahkan penghancur alam. Menyelidiki alam dan menemukan kebenaran Allah yang tersembunyi didalamnya adalah dasar ilmu pengetahuan, tetapi sejak timbulnya dosa ilmu pengetahuan gagal untuk berfungsi sebagai alam untuk memuliakan Allah dan berbalik kepada kemungkinan digunakan sebagai alat setan untuk menghancurkan Allah dan manusia. sebagai akibat rusaknya hubungan antar manusia, manusia kehilangan potensi untuk merefleksikan kasih dari Allah Tritunggal, yang menjadi model bagi komunitas manusia. Saling menghargai atau menghormati, saling percaya, saling melengkapi adalah ketidakmungkinan dalam masyarakat kita. Sebaliknya kita melihat pemutlakan dari setiap individu sendiri untuk menolak orang lain dengan hidup berpusatkan pada diri sendiri yang menyebabkan tekanan dari sakit hati yang tanpa akhir dalam komunitas kita bahkan dalam hubungan internasional. Sebagai akibat dari hancurnya hubungan antara manusia dan diri sendiri, manusia menjadi musuhnya sendiri. Ia kehilangan semua damai rohani, perlindungan kekal, dan keyakinan akan arti hidup. Dan selanjutnya keberadaan manusia jadi sebuah pulau yang terisolasi dalam alam semesta, keberadaan yang lain menjadi neraka yang menyiksa dan kenihilan tampaknya sebagai suatu yang ada, yang menelan keberadaan kita ke dalam kenihilan. Semua terefleksi dalam eksistensialis atheistik moderen.

Pemutusan hubungan yang paling serus dalam hubungan atara manusia dengan Allah, menjadi penyebab putusnya hubungan-hubungan yang lain. Ketika manusia dipisahkan dari Allah menjadi tanda tidak lagi ada relasi lain yang dapat diperbaiki. Tertutup semua kemungkinan damai tiap pribadi dalam roh dan damai universal di bumi. Seluruh abad 20 adalah ladang pelaksana dari ideologi abad 19 dan kita lihat tidak ada pengharapan sejati bagi masa depan kita, juga sekarang dalam dekade akhir dari abad ini. Kita tetap menghadapi ketidaktahuan akan kemungkinan masa depan. Tidakkah kini waktu yang tepat dibandingkan waktu lain untuk tenang mengadakan evaluasi ulang? Segala kelemahan darr teologi yang muncul dari humanisme antroposentris.

Alkitab mengatakan Allah adalah kasih, Allah adalah hidup, Allah adalah terang. Ia juga Allah dari kebenaran, kebaikan dan kesucian. Apa model lingkunan yang kita miliki jika kita terpisah dari Allah yang sedemikian seperti yang dinyatakan dalam Kristus? Hanya satu kemungkinan yang tersedia bagi kita yaitu kebencian, kematian, kegelapan, penipuan, ketidakadilan dan kerusakan-kerusakan yang jelas kita lihat pada zaman ini. Tidakkah kita harus mengakui bahwa ada gap besar antara mandat kultural Allah kepada manusia dengan hasil kultural yang dicapai manusia? Itulah dosa!

Taxonomy upgrade extras: 

DIK-Pelajaran 07

Pertanyaan 07 | Referensi 07a | Referensi 07b

Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN
Nama Pelajaran : Kelahiran Baru
Kode Pelajaran : DIK-P07

Pelajaran 07 - KELAHIRAN BARU

Daftar Isi

Teks Alkitab

Ayat Kunci

  1. Definisi
  2. Perlunya Kelahiran Baru
  3. Kelahiran Baru Adalah Oleh Firman Dan Roh
  4. Kelahiran Baru Adalah Semata-mata Dari Tuhan
  5. Karya Tuhan Dalam Kelahiran Baru
    1. Tuhan menempatkan kita dalam keluarga Kristus.
    2. Tuhan memberikan roh yang baru kepada kita
    3. Tuhan mengaruniakan kehidupan yang kekal kepada kita
  6. Bagaimanakan Kita Tahu Bahwa Kita Sudah Mengalami Kelahiran Baru?
    1. Kesaksian Roh Kudus.
    2. Firman Tuhan.
    3. Tingkah laku kita.

Doa

TEKS ALKITAB

Yohanes 3:1-21, 1:10-13, 8:32-44

AYAT KUNCI

Yohanes 3:3

Dalam pelajaran yang lalu, kita telah melihat bahwa di dunia ini terdapat dua jenis keluarga. Kepala dari keluarga yang satu adalah Adam yaitu manusia yang pertama. Kepala dari Keluarga yang Kedua adalah Kristus yang disebut sebagai Manusia Kedua dari Tuhan.

Sebagian orang berpendapat bahwa Tuhan adalah Bapa bagi semua manusia. Hal ini tidak benar. Tuhan itu hanya menjadi Bapa bagi orang-orang yang sudah menjadi keluarga Kristus. Bagi mereka yang masih berada di dalam keluarga Adam, Setan adalah bapa mereka. Tuhan Yesus sendiri mengatakan bahwa Tuhan bukanlah Bapa dari semua manusia.

Pada suatu hari, Yesus berbicara kepada beberapa pemimpin agama di Yerusalem. Mereka mengatakan bahwa Tuhan adalah Bapa mereka. Walaupun mereka mengatakan demikian, hati mereka penuh dengan kejahatan karena mereka membenci Yesus dan ingin membunuh-Nya. Yesus tahu apa yang ada di dalam hati mereka sehingga Ia berkata kepada mereka.

"Jikalau Tuhan adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Tuhan...." Yohanes 8:42

Ketika Yesus mengatakan, "JIKALAU Tuhan adalah Bapamu...." Ia bermaksud menunjukkan dengan jelas bahwa Tuhan bukanlah Bapa mereka. Agar lebih jelas lagi, Ia menyatakan kepada mereka siapa bapa mereka yang sebenarnya. Ia berkata dengan tegas, "IBLIS-lah yang menjadi bapamu...." Yoh. 8:44. Jadi dengan perkataan lain, bukan Tuhan yang menjadi Bapa mereka, melainkan Setan.

Demikian pula hal ini berlaku kepada setiap orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Namun seseorang tidak harus terus berada di dalam keluarga Setan karena Tuhan Yesus telah menyediakan jalan bagi kita semua untuk menjadi anak Tuhan. Alkitab menyebut hal ini sebagai "kelahiran baru". Mari kita coba memahami artinya.

1. DEFINISI

Kelahiran baru adalah tindakan rahasia Allah di dalam diri manusia melalui firman dan Roh dimana Allah menanamkan dasar kehidupan rohani yang baru yang terjadi seketika dan sekaligus, melahirkan sebuah kehidupan yang menggerakkan ke arah Allah sehingga memiliki persekutuan dengan Allah dan memperoleh hidup yang kekal.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dipahami dalam kelahiran baru:

  1. Kelahiran baru bukanlah menyingkirkan, membuang atau menyulap natur lama manusia sehingga natur lama menjadi hilang atau tidak ada dan menggantikan dengan natur yang baru sehingga manusia tidak dapat berbuat dosa lagi.

  2. Kelahiran baru bukanlah perbaikan/reparasi natur jiwa lama manusia (pikiran, emosi, kehendak) sedikit demi sedikit menuju kepada kesempurnaan.

  3. Kelahiran baru terjadi seketika dan sekaligus (tidak bertahap/ sedikit demi sedikit dan hanya satu kali/tidak berulang kali).

  4. Natur jiwa lama manusia masih ada ketika seseorang dilahirkan baru. Prinsip kehidupan baru yang Allah tanamkan itulah yang akan mempengaruhi pikiran, emosi dan kehendak manusia.

  5. Terjadinya kelahiran baru merupakan karya rahasia Allah semata yang tersembunyi dari manusia, sesuatu yang kita tidak ketahui (Bdk. Yoh. 3:8). Kita hanya dapat melihat akibatnya saja.

2. PERLUNYA KELAHIRAN BARU

Yesus berkata kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah." Yohanes 3:3

Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk dalam Kerajaan Allah." Yohanes 3:5

Dari dua ayat tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk dapat masuk dalam kerajaan Allah, manusia perlu mengalami kelahiran baru. Jadi, kelahiran baru merupakan syarat yang mutlak untuk dapat masuk dalam kerajaan Allah. Tanpa kelahiran baru, manusia akan binasa. Mengapa demikian? Karena tanpa kelahiran baru dari Firman dan Roh, manusia akan tetap tinggal di dalam Adam dan berada dibawah murka Allah. Itulah perlunya kelahiran baru bagi setiap orang. Tidak ada cara lain untuk keluar dari keluarga Adam kecuali menjadi keluarga Allah dimana Kristus sebagai Kepalanya dan memiliki hidup yang kekal kecuali melalui kelahiran baru.

3. KELAHIRAN BARU ADALAH SEMATA-MATA PEKERJAAN TUHAN

Alkitab mengatakan kepada mereka yang menerima Tuhan Yesus sebagai Juru selamat bahwa mereka telah dilahirkan kembali "bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Tuhan." Yohanes 1:13

Kelahiran baru itu adalah bukan "dari darah." Ini berarti kelahiran baru itu tidak diterima atau diperoleh dari orang tua kita. Keselamatan itu tidak diwariskan melalui keturunan. Dengan perkataan lain, tidak ada seorangpun yang dilahirkan ke dunia ini langsung menjadi orang Kristen. Mempunyai ibu-bapa Kristen merupakan suatu hal yang indah. Namun hal ini tidak dapat menjadikan Anda anak Tuhan. Masing-masing kita harus dilahirkan secara perseorangan (pribadi) ke dalam keluarga Tuhan.

Kelahiran baru adalah bukan "dari keinginan daging." Ini berarti tidak ada seorangpun yang dapat menjadikan dirinya sebagai anak Tuhan dengan usahanya sendiri. Kehidupan kekal tidak dapat diusahakan tetapi harus diterima sebagai pemberian atas karunia secara cuma-cuma dari Tuhan.

Kelahiran baru adalah bukan "dari keinginan seorang laki-laki." Ini berarti tidak ada pengkhotbah atau pendeta yang dapat menjadikan Anda sebagai anak Tuhan. Tidak ada upacara gereja seperti perjamuan kudus atau pembaptisan yang dapat menjadikan Anda sebagai anak Tuhan. Menjadi anggota gereja pun tidak dapat menjadikan Anda sebagai orang Kristen. Kelahiran baru adalah "dari Tuhan." Alkitab mengatakan:

"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Tuhan, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." Efesus 2:8, 9

4. KELAHIRAN BARU ADALAH OLEH FIRMAN DAN ROH

Tak seorangpun yang dapat dilahirkan baru tanpa mendengar dan percaya kepada Firman Tuhan. Tidak ada seorang pun yang dapat dilahirkan baru tanpa pekerjaan Roh Kudus. Kelahiran baru itu adalah pekerjaan Roh Kudus yang menggunakan Firman Tuhan. Roh Kudus menggunakan Firman Tuhan untuk menunjukkan kepada kita bahwa kita adalah orang berdosa yang memerlukan seorang Juruselamat. Roh Kudus juga menggunakan Firman Tuhan yang sama untuk menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Juruselamat yang kita perlukan. Ia telah mati di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia. Berikut ini dua ayat Alkitab yang menjelaskannya:

"Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Tuhan yang hidup dan yang kekal." 1 Petrus 1:23

"Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh." Yohanes 3:6

5. KARYA TUHAN DALAM KELAHIRAN BARU.

Tuhan melakukan banyak hal yang indah ketika kita dilahirkan baru. Berikut ini adalah diantaranya:

  1. Tuhan Menempatkan Kita Dalam Keluarga Kristus

    Apa artinya? Artinya adalah kita tidak lagi berada di dalam Adam melainkan di dalam Kristus. Semua orang yang belum dilahirkan baru, mereka berada di dalam Adam, mewarisi dosa Adam dan berada di bawah penghukuman. Ketika seseorang dilahirkan kembali, Tuhan mengeluarkannya dari kedudukannya sebagai keluarga Adam dan diangkat menjadi anak-Nya Yoh. 1:12, 13, masuk dalam keluarga Allah dimana Kristus sebagai Kepala.

  2. Tuhan Memberikan Roh yang Baru Kepada Kita

    Ia juga mengaruniakan kepada kita Roh-Nya untuk tinggal di dalam roh kita yang baru itu. Ini disebut kelahiran kembali. Satu hal yang perlu dijelaskan di sini adalah bahwa sifat lama kita tidak dimusnahkan atau disingkirkan ketika kita dilahirkan baru, melainkan Ia memberikan Roh-Nya kepada kita untuk dapat menang atasnya. Sifat lama kita tidak akan disingkirkan sampai Yesus datang untuk membawa kita bersama-Nya di Surga. Namun dengan berdiamnya Roh Kudus di dalam kita maka kita dapat mengatasi atau mengalahkan sifat manusia lama kita yang berdosa ini.

  3. Tuhan Mengaruniakan Kehidupan Yang Kekal Kepada Kita

    Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk dalam Kerajaan Allah." Yohanes 3:5. Ayat ini memberikan jaminan bagi seseorang yang telah dilahirkan baru untuk dapat masuk dalam kerajaan Allah, artinya ialah hidup kekal bersama Allah dalam kerajaan Sorga.

6. BAGAIMANAKAH KITA TAHU BAHWA KITA SUDAH MENGALAMI KELAHIRAN BARU?

Masing-masing kita perlu memastikan apakah kita benar-benar telah mengalami kelahiran baru atau belum. Tuhan telah memberikan beberapa cara agar kita dapat mengetahuinya dengan pasti. Ada tiga hal yang membuktikannya:

  1. Kesaksian Roh Kudus

    Ketika kita dilahirkan baru, Roh Tuhan datang dan diam di dalam kita dan memberi kesaksian bersama dengan roh kita bahwa kita adalah anak Tuhan. Alkitab mengatakan:

    "Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Tuhan." Roma 8:16

    Hal ini bukanlah sesuatu yang dapat dijelaskan atau dibuktikan kepada orang lain namun kita sendiri secara pribadi dapat mengetahuinya secara pasti.

  2. Firman Tuhan

    Ketika kita dilahirkan baru, Roh Tuhan akan menjadikan Firman Tuhan itu nyata di dalam hati kita dan kita akan dapat mengetahui dari Firman Tuhan bahwa kita telah diselamatkan. Alkitab mengatakan,

    "Semuanya itu telah kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." 1 Yohanes 5:13

  3. Tingkah laku kita

    Ketika kita benar-benar dilahirkan baru, tingkah laku atau tindakan kita akan berubah. Kita mau mentaati Tuhan dan AnakNya, Yesus Kristus. Kita mulai menyukai hal-hal yang benar dan baik dan membenci apa yang salah. Kita juga akan memiliki kasih terhadap orang-orang yang belum diselamatkan dan ingin supaya mereka juga dapat diselamatkan. Selain itu, kita juga akan mengasihi orang- orang Kristen yang lain. Alkitab mengatakan: "Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita...." 1 Yohanes 3:14

Semua hal ini akan terjadi karena kita telah mengalami kelahiran baru. Sudahkah ANDA mengalami kelahiran baru?


Akhir Pelajaran (DIK-P07)


DOA

"Tuhan, terima kasih karena telah membuka jalan bagi saya untuk menjadi anak-Mu dan memanggil Engkau 'Bapa.' Hiduplah di dalam saya. Dalam Nama Yesus saya berdoa." Amin

[Catatan: Pertanyaan Latihan ada di lembar lain.]

DIK-Pelajaran 05

Pertanyaan 05 | Referensi 05a | Referensi 05b | Referensi 05c

Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN
Nama Pelajaran : Di Dalam Adam
Kode Pelajaran : DIK-P05

Pelajaran 05 - DI DALAM ADAM

Daftar Isi

Teks Alkitab

Ayat Kunci

  1. Adam: Kepala Umat Manusia
  2. Akibat Dosa Adam Terhadap Umat Manusia
    1. Memisahkan Umat Manusia dari Kehidupan Tuhan.
    2. Membawa Umat Manusia ke dalam Kerajaan Kegelapan.
    3. Mengakibatkan Umat Manusia Berdosa.
    4. Membawa Semua Manusia Berada di bawah Kuasa Dosa.
    5. Membawa Kematian dan Hukuman kepada Seluruh Umat Manusia.

Doa

TEKS ALKITAB

Roma 5:12-21, Efesus 2:13

AYAT KUNCI

Roma 5:19

Dalam dua pelajaran yang lalu kita telah mempelajari bagaimana dosa masuk ke dalam dunia. Pertama, Setan memberontak terhadap Tuhan dan mendirikan kerajaannya untuk menentang Tuhan. Kemudian ketika Adam dicobai, iapun memberontak terhadap Tuhan.

Dalam Pelajaran 05 ini, kita akan melihat relasi antara dosa Adam pada umat manusia, yaitu akibat buruk dosa Adam atas semua manusia. Kita akan melihat KEHANCURAN MANUSIA SECARA MENYELURUH DALAM DOSA.

1. ADAM: KEPALA UMAT MANUSIA

Mengapa kita harus kuatir terhadap Adam dan apa yang telah terjadi kepadanya? Sebabnya ialah karena Adam adalah kepala semua umat manusia. Adam berbeda dari orang-orang lain karena ia adalah manusia pertama yang menjadi sumber (asal usul) seluruh umat manusia. Oleh karena itu apa yang terjadi kepada Adam akan mempengaruhi seluruh umat manusia, termasuk Anda dan saya. Tuhan tidak menciptakan berjuta-juta manusia untuk memenuhi bumi. Ia hanya menciptakan satu orang manusia saja yaitu Adam. Dari dialah seluruh umat manusia berasal. Karena itu, Tuhan melihat semua umat manusia sebagai orang-orang yang berada DI DALAM ADAM. Bagaimanakah kita sampai berada di dalam Adam? Melalui kelahiran. Semua yang dilahirkan ke dalam keluarga manusia berada DI DALAM ADAM. Apakah maksud berada di dalam Adam itu? Berada di dalam Adam berarti turut ambil bagian di dalam segala keberadaan Adam dan segala perkara yang dilakukannya. Ada beberapa fakta yang benar- benar terjadi pada setiap orang. Fakta-fakta itu membuktikan bahwa kita berada di dalam Adam, yaitu a.l.:

  1. Ia telah terpisah dari kehidupan Tuhan.
  2. Ia berada dalam kerajaan kegelapan.
  3. Ia adalah orang yang berdosa.
  4. Ia berada di bawah kuasa dosa.
  5. Ia berada di bawah hukuman berat.

Kita akan membahas bagaimana kelima hal ini terjadi kepada semua manusia sebagai akibat dosa Adam.

2. AKIBAT DOSA ADAM TERHADAP SELURUH UMAT MANUSIA

  1. Memisahkan Manusia Dari Kehidupan Tuhan

    Dosa memisahkan manusia dari Tuhan. Ketika Adam berdosa, ia terpisah dari kehidupan Tuhan. Terpisah dari kehidupan Tuhan berarti mati secara rohani. Dosa Adam yang menyebabkan kematian rohani ini tidak hanya menimpa dirinya saja melainkan juga seluruh umat manusia. Semua manusia telah terpisah dari kehidupan Tuhan. Mengapa? Karena semua manusia berada DI DALAM ADAM.

  2. Membawa Umat Manusia ke dalam Kerajaan Kegelapan

    Ketika Adam memberontak terhadap Tuhan, ia telah memihak kepada Setan, pemberontak yang pertama itu. Dia telah masuk ke dalam kerajaan kegelapan, yang mana Setan adalah pemerintahnya. Oleh karena itu, Adam berada di bawah kuasa Setan. Karena Adam adalah kepala dari umat manusia, maka dia telah membawa semua umat manusia ke dalam kerajaan kegelapan. Jadi semua manusia keturunan Adam berada dalam kerajaan kegelapan.

  3. Mengakibatkan Umat Manusia Berdosa

    Ketika Adam pertama diciptakan Tuhan, Adam adalah manusia yang mengutamakan Tuhan. Ia mengasihi Tuhan dan ingin melakukan kehendak-Nya. Tuhan adalah Raja yang bertakhta di hatinya. Namun ketika Adam berdosa, perubahan terjadi dalam hatinya. Ia sekarang lebih mengutamakan dan melakukan kehendak dirinya sendiri daripada mengasihi dan melakukan kehendak Tuhan. Tuhan tidak lagi memerintah sebagai Raja dalam hatinya. Adam sekarang memiliki sifat dosa.

    Sifat dosa dan sikap mementingkan diri sendiri ini kemudian diturunkannya kepada anak-anaknya. Alkitab mengatakan bahwa Adam mempunyai seorang anak laki-laki "menurut gambar dan rupanya" (Kej 5:3). Adam sendiri diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan namun ia telah melahirkan anak yang menuruti gambar dan rupanya yang berdosa. Pembunuhan yang dilakukan Kain terhadap adiknya menunjukkan bahwa sifat dosa telah berkuasa pada keturunan Adam dan Hawa. Akibat atau pengaruh dosa Adam ini tidak hanya berlaku terhadap anak-anak Adam saja. Adam adalah kepada seluruh umat manusia. Ia telah menurunkan sifatnya yang berdosa itu kepada seluruh umat manusia. Ketidaktaatan Adam telah menyebabkan seluruh umat manusia berdosa. Roma 5:19 mengatakan: "Oleh ketidaktaatan satu orang, semua orang telah menjadi berdosa."

  4. Membawa Semua Manusia Berada Di Bawah Kuasa Dosa

    Oleh karena manusia sudah berdosa, maka mereka berada di bawah kuasa dosa. Yohanes 8:34 mengatakan:

    "Setiap orang berbuat dosa, adalah hamba dosa."

    Di dalam kerajaan kegelapan, dosa memerintah sebagai raja dan semua manusia yang berada di dalamnya berada di bawah kuasa dosa.

  5. Membawa Kematian Dan Hukuman Kepada Seluruh Umat Manusia

    Dosa masuk ke dalam dunia melalui satu orang yaitu Adam dan kematian terjadi sebagai akibat dosa itu. Alkitab mengatakan:

    'Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia melalui satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. Roma 5:12

    Setelah kematian akan datang hukuman. Setiap orang yang belum diselamatkan akan dihakimi dosa-dosanya. Alkitab mengatakan, "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi." Ibrani 9:27

    Setiap orang yang BERADA DI DALAM ADAM adalah bersalah di hadapan Tuhan. Ada orang berpikir bahwa mereka akan diterima oleh Tuhan sebagaimana keadaan mereka. Pikiran Tuhan tidaklah demikian. Tuhan mengatakan sebaliknya. Ia mengetahui isi hati manusia. Mengenai semua manusia keturunan Adam, Tuhan berkata dalam FirmanNya: "Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Tuhan. Semua orang telah melanggar, mereka semua tidak berguna. Tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Tuhan." Roma 3:10-12, 23

    Sekarang baru kita mengetahui mengapa Alkitab mengatakan, "Kamu harus dilahirkan kembali...."

    Mengapa setiap orang harus dilahirkan kembali? Karena setiap orang telah dilahirkan sebagai manusia yang berdosa dan berada di bawah hukuman Tuhan.



Akhir Pelajaran (DIK-P05)

DOA

"Bapa terima kasih karena Firman-Mu telah menunjukkan kepada kami tentang kebinasaan menyeluruh akibat doa manusia. Terima kasih karena membuka jalan bagi saya untuk dilahirkan kembali melalui iman di dalam Tuhan Yesus Kristus." Amin.

[Catatan: Pertanyaan Latihan ada di lembar lain.]

DIK-Pertanyaan 06

Pelajaran 06 | Referensi 06a | Referensi 06b | Referensi 06c

Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN
Nama Pelajaran : Manusia Kedua dari Tuhan
Kode Pelajaran : DIK-T06

Pertanyaan 06 - MANUSIA KEDUA DARI TUHAN


INSTRUKSI

Harap setiap peserta mengikuti petunjuk mengerjakan tugas sbb.:

  1. Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran 06 dengan teliti.
  2. Bacalah Pertanyaan (A) dan (B) di bawah ini, lalu jawablah dengan jelas dan tepat.
  3. Apabila Anda mendapatkan kesulitan sehubungan dengan isi Bahan Pelajaran, silakan menghubungi Pembimbing di:

Selamat mengerjakan!

Perhatian:

Setelah lembar jawaban di bawah ini diisi, mohon dikirim kembali dalam bentuk plain text (e-mail biasa) dan bukan dalam bentuk attachment ke:

Pertanyaan (A):

  1. Mengapa Allah harus mengirimkan Manusia Kedua?
  2. Siapakah Manusia kedua itu?
  3. Bagaimana Manusia Kedua ini datang ke dunia?
  4. Mengapa Yesus Kristus disebut Anak Allah?
  5. Mengapa Yesus juga disebut sebagai Anak Manusia?
  6. Apakah 2 alasan penting Yesus Kristus datang ke dunia ini?
  7. Apakah tujuan Setan mencobai manusia Yesus?
  8. Mengapa Yesus tidak kalah oleh pencobaan Setan?
  9. Apakah pencobaan terbesar dan terakhir yang dialami oleh Yesus?
  10. Dampak besar apakah yang terjadi akibat peristiwa kematian dan kebangkitan Kristus?

Pertanyaan (B):

  1. Bukti-bukti apakah yang dapat anda tunjukkan bahwa Yesus adalah 100% Tuhan dan 100% manusia?
  2. Apakah Allah tidak mempunyai cara alternatif lain untuk menebus manusia kecuali melalui kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus?

DIK-Referensi 10a

Pelajaran 10 | Pertanyaan 10 | Referensi 10b | Referensi 10c

Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN
Nama Pelajaran : Menang Atas Keinginan Daging
Kode Pelajaran : DIK-R10a

Referensi DIK-R10a diambil dari:

Judul Artikel : Hidup yang Dipimpin Roh Kudus
Judul Majalah : Momentum (No. 30 th. 1996)
Penerbit : LRII
Halaman : 12 - 19

REFERENSI PELAJARAN 10a - MENANG ATAS KEINGINAN DAGING

HIDUP YANG DIPIMPIN ROH KUDUS

Artikel ini ditranskrip dan diedit kembali dari khotbah Pdt. Joshua Lie. STh. di Mimbar Gereja Reformed Injil Indonesia di Jakarta

Galatia 5:13-18

Paulus berkata, kehidupan Kristen adalah kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus meskipun masih hidup di dalam dunia yang berdosa ini. Apa arti dan maksud hidup dipimpin oleh Roh Kudus? Apa yang membuat kita sulit untuk hidup dipimpin oleh Roh Kudus di dalam pengalaman hidup kita setiap hari?

Kita seringkali terjebak ke dalam pengertian yang salah tentang apa arti dipimpin oleh Roh Kudus. Pertama, Kadang-kadang orang dengan mudah menyamakan hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus dengan kemerdekaan, meskipun itulah yang dikatakan oleh firman Tuhan. Tetapi jika mengartikan kemerdekaan itu sebagai tidak lagi diikat oleh peraturan-peraturan, ikatan-ikatan yang bersifat jasmaniah, dan ikatan-ikatan yang mengatur hidup kita. Kita berpikir karena Roh Kudus adalah Roh, maka hidup dipimpin oleh Roh Kudus berarti hidup yang tidak dibatasi peraturan yang mengikat hidup kita, dan kebebasanlah yang menjadi ciri hidup orang Kristen. Penafsiran ini sangat berbahaya. Penafsiran ini membuat orang beranggapan bahwa jika seseorang hidupnya dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus, maka ibadahnyapun boleh bebas, tidak ada lagi ikatan. Demikian pula ia beranggapan bahwa jika dipimpin oleh Roh Kudus, maka hidup sehari- hari tidak perlu mempunyai peraturan yang jelas, tidak perlu mempunyai pimpinan yang jelas. Orang itu mengalami kemerdekaan yang sesungguh- sungguhnya, berdasarkan apa yang ia mau. Tetapi Paulus tidak pernah bermaksud seperti itu. Jika pada Gal 5:1 Paulus mengatakan, supaya kita sungguh-sungguh merdeka, karena Kristus sudah memerdekakan kita. Di dalam ayat 13 Paulus mengulang kalimat kemerdekaan itu, tetapi dengan nada yang lain. Sehingga jika kita mengatakan hidup dipimpin oleh Roh Kudus itu identik dengan kemerdekaan dan berhenti sampai di situ, maka kita akan terjebak ke dalam tipuan yang mempersulit hidup kita dan berjalan di jalan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Kedua, Di lain pihak, orang berpendapat bahwa orang yang dipimpin dan dikuasai oleh Roh Kudus itu tidak identik dengan kebebasan, tetapi justru identik dengan ikatan. Beberapa kali di dalam konseling, saya juga melayani orang-orang yang berpendapat seperti itu. Mereka berkata, jika dipimpin oleh Roh Kudus, maka kita harus menaati dan menjalankan hal-hal yang menyenangkan Roh Kudus. Jika kita berani menjalankan sesuatu yang tidak menyenangkan Roh, maka Roh itu menjadi berbahaya sekali. Ini adalah konsep-konsep dari latar belakang kebudayaan dan agama kita yang kadang-kadang masih terbawa ke dalam pikiran kita sebagai orang Kristen. Saya juga pernah mengalami pengalaman-pegalaman seperti itu. Pada waktu saya baru bertobat, saya banyak dipengaruhi oleh buku-buku yang sangat menekankan kerohanian di dalam kekristenan, justru semakin saya mengerti apa itu spiritual man, semakin saya merasa hidup harus lebih hati-hati. Sampai-sampai pada waktu malam, sebelum saya berdoa malam, kadang-kadang saya menghitung, sudah berapa kali saya tertawa hari ini? Jika saya sudah tertawa lebih daripada 5 kali, maka saya merasa hidup saya sebagai orang Kristen kurang anggun. Jadi setiap hari sebelum saya tidur, saya mulai memikirkan tiap hal, apa itu spiritual man, apakah layak saya hidup seperti ini atau seperti itu. Akibatnya terus jatuh ke dalam ikatan- ikatan yang saya buat sendiri.

Jadi seringkali kita terjebak ke dalam dua pendapat ekstrim di atas. Yang pertama berpendapat bahwa hidup yang dipimpin Roh Kudus itu identik dengan kemerdekaan dalam pengertian kemerdekaan yang liar dan merusak hidup kita. Yang kedua, ada sebagian orang dengan latar belakang dan pengaruh kebudayaan, agama-agama yang dianutnya sebelum Dia menjadi Kristen, kadang-kadang juga mempunyai pendapat bahwa hidup dipimpin oleh Roh Kudus justru berarti banyak ikatan-ikatan, peraturan-peraturan yang harus dikerjakan dengan hati-hati, supaya jangan sampai Roh itu menjadi kecewa dan marah. Inipun bukan yang dimaksudkan oleh Paulus.

Tetapi kita boleh berhenti sampai di sini saja, yaitu membicarakan pengertian yang salah tentang pimpinan Roh Kudus. Sebab, jika hanya ini saja, maka kitapun belum mengerti apa yang dimaksud dengan dipimpin oleh Roh Kudus.

Jadi apa arti hidup dipimpin oleh Roh Kudus? Apakah pimpinan Roh Kudus dengan sendirinya identik dengan kebebasan? Kebebasan macam apa? Di dalam ayat 13, kita melihat Paulus mengkontraskan dua hal: Saudara- saudara, kamu memang telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa. Istilah "dosa" di sini kurang tepat. Karena istilah ini di dalam bahasa aslinya "sarx" itu daging. Jadi di sini Paulus mengatakan, memang hidup di pimpin oleh Roh Kudus, hidup di dalam Kristus dan Roh-Nya yang kudus itu, membawa kita kepada kemerdekaan, tapi di balik kemerdekaan itu, ada satu bayang-bayang yang ingin menguasai kita, yaitu daging. Di satu pihak, kita melihat orang-orang yang berlatar belakang Yahudi dan kemudian masuk ke jemaat Galatia, yang ingin mengacaukan seluruh pengertian jemaat Galatia, justru mengambil jalur yang kedua: hidup dipimpin oleh Roh Kudus, berarti masuk ke dalam ikatan-ikatan hukum seperti sunat, dan tata cara di dalam hukum Musa yang harus dijalankan dengan teliti. Kemudian Paulus mengatakan lebih lanjut, sebetulnya seluruh inti dari hukum itu hanya satu: kasihilah sesamamu manusia dan layanilah mereka. Di sini kita melihat, jika kita langsung mengkaitkan sesuatu, tetapi pengertian tidak tuntas, maka kita justru akan terjebak ke dalam pengertian yang salah. Jadi kemerdekaan selalu dibayang-bayangi oleh kedagingan. Kalau kita melihat skema seperti itu, maka sebetulnya konflik yang paling mendasar dari hidup seorang percaya adalah antara pimpinan Roh Kudus di dalam hidup kita dengan kedagingan. Di sinilah letak kesalahmengertian kita yang kadang-kadang dikaitkan dengan kebebasan atau dikaitkan dengan segala ikatan-ikatan di dalam peraturan yang menjebak hidup kita.

Prinsip yang Paulus katakan mengenai pertentangan hidup orang percaya adalah pertentangan antara Roh dan daging. Di dalam pengertian ini, kadang-kadang kita hanya mengerti pada satu aspek pertama saja, yaitu aspek pertentangan hidup orang Kristen adalah di dalam dirinya sendiri. Kita mau taat, tetapi kedagingan tidak mau taat. Kadang- kadang kita mau setia, tetapi suara kedagingan mengatakan, tidak perlu setia. Hal ini sering kali orang menggambarkan dengan ilustrasi: di dalam diri kita seperti ada dua ekor kuda, kuda yang putih dan kuda yang putih dan kuda yang hitam. Jika kamu memberi makan kepada kuda hitam lebih banyak, maka dia akan berlari lebih cepat daripada kuda putih. Tetapi jika kau memberi makan kepada kuda putih lebih banyak, maka kuda putih lebih kuat, dan kau bisa lebih taat kepada Tuhan, dan kuda hitam bisa ketinggalan. Pendapat seperti itu tidak seluruhnya salah. Tetapi kalau hidup keristenan berhenti sampai pertentangan seperti itu, kitapun belum masuk ke dalam apa yang Paulus maksudkan di dalam Surat Galatia. Jika kita menganggap bahwa pertentangan hidup kita hanya berada di dalam diri kita sendiri, hanya berkisar pada pertentangan di dalam diri saya sendiri. Maka kita juga belum mengerti secara menyeluruh akan maksud Tuhan di dalam membentuk pertumbuhan rohani kita. Jika pertumbuhan dan pergumulan orang Kristen hanya di dalam diri sendiri, maka berarti problem saya taat atau tidak taat hanya merupakan my problem. Lalu yang menjadi pertanyaan kita, kalau begitu, di dalam pergumulan kita tidak habis-habisnya menyelesaikan kesulitan diri sendiri, kapan kita bisa sungguh-sungguh melayani- melayani Tuhan? Kalau kita mau jujur, bila pergumulan kita hanya berhenti pada pergumulan pertentangan di dalam diri kita sendiri, maka kita belum dan tidak akan menyelesaikan pergumulan itu, dan kita tidak akan pernah melayani Tuhan.

Kita sadar, bahwa pada akhirnya pergumulan hidup Kristen kita adalah pertentangan antara Roh dan kedagingan. Meskipun ekspresi kita bisa jatuh kepada kebebasan, yang seolah-oleh kita bebas di dalam Tuhan, tetapi sebenarnya sudah merupakan perhambaan. Atau mungkin kita masuk ke dalam ikatan-ikatan yang membelenggu kita, yang mengakibatkan kita menjadi congkak dan sombong karena kita merasa sudah mentaati perintah Tuhan dan cukup rohani. Ini sebenarnya kita sudah jatuh ke dalam tipuan daging yang bersembunyi dibaliknya. Kalau kita perhatikan ayat 14 & 15, maka Paulus pertama menyerang orang yang jatuh kepada ikatan- ikatan. Kau mengatakan, kau sudah menjalankan tata agamamu, atau sudah sunat, kau sudah memberikan korban, sudah menjalankan segala sesuatu di dalam hukum Taurat, sebagai orang Farisi dan ahli Taurat yang belum hebat. Paulus mengatakan, sebenarnya hukum itu sederhana sekali: Kasihilah. Jika kita mengambil kesimpulan yang Tuhan Yesus katakan di dalam Mat 22, kasihilah Tuhan Allahmu, kasihilah sesamamu. Maka ketika kita berjuang, mempertahankan hidupku bersih, tanpa bercela, supaya dapat menyatakan hidup di dalam pimpinan Roh, maka kita akan terjebak di dalam hidup yang sama.

Di dalam kebebasan itu, Paulus memberikan peringatan di ayat 15, kalau kamu saling menggigit dan saling menelan, hatilah-hatilah kamu akan saling membinasakan. Dengan memakai nama atas kebebasan, kamu bisa mengganyang, menindas dan mencaplok kebebasan orang lain. Sehingga terjadi ketegangan antar satu dengan yang lain. Di balik semua itu, Paulus mengatakan, tanpa disadari, kita hidup di dalam kuasa, arah, dan pimpinan dari kedagingan itu sendiri, kalau kita mempunyai pengertian yang salah terhadap kedua aspek itu. Paulus mengatakan kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Dalam ayat 16-18. Paulus meneruskan kembali pembahasan ini, dia mengatakan "maksudku ialah" di dalam bahasa Yunaninya adalah suatu penegasan, penjelasan, supaya jemaat tidak kehilangan pengertian yang sebenarnya. "Maksud ku ialah: hiduplah oleh Roh." Kata hiduplah di situ di dalam bahasa aslinya adalah peripateite, maksudnya adalah bagaimana kau membawa seluruh tata cara, kebiasaan hidupmu, way of lifemu, seluruh tingkah lakumu dipimpin dan diarahkan oleh Roh Kudus. Maka sebetulnya pertentangan di antara daging dengan Roh, bukan hanya pertentangan di dalam diri kita sendiri, bukan berhenti hanya dalam pergumulan diri yang tidak habis-habisnya, tetapi pertentangan itu juga nampak keluar, menjadi way of life hidup kita.

Sekarang Paulus masuk ke dalam aspek yang kedua, yaitu sebetulnya, di dalam rangkaian hidup orang-orang percaya, kita hidup dipimpin oleh Roh, maksudnya adalah, seluruh cara, seluruh tingkah laku, seluruh aspek hidup kita, dari dalam maupun dari luar, betul-betul di pimpin oleh Roh Kudus. Karena kalau kita membaca di ayat-ayat berikutnya, seluruh kaitan, perbandingan antara perbuatan daging dengan buah Roh Kudus, semua itu juga menyatakan penampakan keluar, bukan hanya ke dalam. Maka sebenarnya pergumulan-pergumulan kita yang berkaitan dengan Roh dan kedagingan, bukan hanya pergumulan di dalam diri kita, kalau hanya pergumulan di dalam diri kita, maka kita hanya jatuh ke dalam dua pilihan tadi: saya mau hidup dengan bebas, tidak lagi ada peraturan, karena orang Kristen di dalam Kristus tidak ada ikatan lagi. Tetapi sebenarnya kita bisa tertipu oleh daging. Atau saya hidup untuk menyenangkan Tuhan, kita mengikuti tata cara yang juga mengikat hidup kita. Jadi aspek kedua menurut Paulus ini ialah pertentangan antara Roh dan kedagingan, juga merupakan pertentangan di dalam seluruh aspek hidup kita; luarnya kita.

Paulus membandingkan antara hidup yang seluruh aspeknya dipimpin oleh Roh dan yang dipimpin oleh daging. Kalau kita perhatikan dari ayat 16- 26 secara keseluruhan, maka jelas sekali, bahwa hidup dipimpin oleh Roh Kudus, dan hidup di dalam pimpinan kedagingan itu juga berkenaan dengan yang ada di luar kita, berkenaan dengan way of life kita, berkenaan dengan segala sesuatu yang kita lakukan di dalam hidup ini. Orang-orang Kristen di Galatia mempunyai kesulitan di dalam mereka, yaitu kesulitan berasal dari luar. Mereka adalah orang-orang yang sudah berada di dalam Kristus, sudah menerima Injil yang diberitakan Paulus, sudah menerima Kristus yang mati dan bangkit untuk mereka, sudah menjadi umat Allah, sudah menjadi orang-orang yang ditebus oleh darah Kristus. Tetapi datanglah guru-guru palsu yang menstimulasi dengan sitem Yahudi yang begitu ketat. Mereka berkata bahwa jika kamu menjadi orang Kristen, khususnya kamu yang berasal dari orang Yahudi, dan kamu hidup meniadakan sunat, meniadakan Taurat, meniadakan peraturan ini, peraturan itu, maka kamu akan dibuang dan tidak bisa menjadi seorang yang diselamatkan. Sehingga meskipun dari dalam mereka sudah menerima Kristus, sudah sungguh-sungguh bertobat, namun hidup di dalam lingkungan-lingkunagan yang seperti itu, apakah saudara kira tidak akan timbul kesulitan dan pergumulan? Jadi daging di situ, bukan hanya berpengertian di dalam diri manusia itu sendiri, tetapi daging juga berkenaan dengan way of life, seluruh sistem, cara hidup kita dimana kita hidup di dalamnya. Itupun akan menjadi stimulasi yang besar untuk menimbulkan pergumulan yang tidak perlu di dalam hidup kita.

Ada satu beban, satu maksud saya untuk membukakan kepada kita, agar pergumulan Kristen kita jangan berhenti hanya pada yang bersifat individual, karena pergumulan kita juga pergumulan di dalam dunia ini. Karena kedagingan di dalam konteks Galatia muncul di dalam sistem- sistem Yudaisme yang begitu ketat, yang masuk melalui guru-guru palsu kepada jemaat Galatia, yang merangsang, menstimulasi pikiran-pikiran yang salah ke dalam jemaat. Jika kamu sudah Kristen, sudah mengenal Kristus, tetapi ada hal lain yang harus diketahui yaitu sistem-sistem, peraturan-peraturan dimana kamu harus hidup di dalam sunat, Taurat dan segala pola kehidupan yang sudah menjadi sesuatu yang established. Maka tanpa sadar, jemaat yang tanpa persiapan, mereka digoncangkan, mereka mulai ragu-ragu, timbul pergumulan yang sulit di dalam hati mereka.

Kalau demikian bagaimana dengan pimpinan Roh Kudus? Tentu sudah kita ketahui bersama mengenai buah Roh Kudus: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri. Itu merupakan buah yang keluar, yang bukan hanya kita rasakan sendiri, tetapi memancar keluar. Lalu buah Roh Kudus dibandingkan dengan hukum. Hukum dipakai oleh kedagingan menjadi sistem, yang dibawahnya kita hidup, dan yang merangsang, menstimulsi pergumulan kita, sehingga menjadi kesulitan. Sekarang dibandingkan oleh Paulus dengan buah Roh Kudus yang mengalir keluar. Kasih, sukacita, damai sejahtera, yang keluar, memberi pengaruh, menjadi way of life yang baru di dalam Tuhan. Saya akan memberikan ilustrasi yang cukup mewakili apa yang dimaksudkan di dalam bagian ini. Ketika saya melayani di sebuah kota, ada seorang suami yang hampir meceraikan isterinya, karena dia merasa bersalah. Ia sudah cukup lama menyeleweng dengan wanita lain. sekarang sebagai seorang Kristen, dia merasa bersalah, dan dia rela mengundurkan diri dari menjadi suami dari istrinya. Tetapi sebelum mereka bercerai, saya sempat bertemu dengan kekuarga ini. Setelah bincang-bincang cukup lama, baru ketahuan, sebenarnya masalah yang paling awal itu begitu sederhana. Salah satu masalah awal yang mengakibatkan terjadinya penyelewengan sekian lama adalah karena si suami tidak merasa at home lagi di rumah, karena setiap pagi, setelah mempunyai 3 orang anak, waktu dia ingin pergi ke kantor, dan ingin merangkul dan mencium istrinya, selalu dia belum mandi, belum siap, dan segala suasana setiap pagi menjadi tidak enak. Lalu sang suami pergi kekantor, yang mempunyai sekretaris yang begitu sederhana. Di sini saya tidak katakan mana yang salah dan yang benar. Tetapi kalau pola seperti itu tidak diubah, tetap menjadi kesulitan yang tidak habis-habisnya.

Apakah cara hidup kita sekarang ini sudah terbaik di dalam pimpinan kebenaran firman Tuhan? Apakah kalau kita bangun jam sekian, tidur jam sekian itu sudah the best di dalam hidup kita? Apakah cara dan pola hidup kita yang setiap hari mengambil pola yang yang begini, cara kita mendidik anak seperti ini, apakah itu juga sudah the best? Kalau semuanya itu tidak kita perhatikan, lalu secara tanpa sadar, kita berada di bawah bayang-bayang kuasa dan pengaruh dari hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan di dalam kedagingan manusia yang berdosa, maka pergumulan di dalam diri kita tidak akan selesai. Pergumulan itu semakin bertambah dari luar yang terus mentimulasi pergumulan yang tidak habis-habisnya. Sebagai orang Kristen, kita tidak boleh berhenti hanya kepada pergumulan pribadi kita. Jika kita hanya berhenti sampai pergumulan pribadi kita, maka kita tidak akan mungkin bisa menyelesaikan masalah itu, kita juga tidak mungkin melayani Tuhan dengan sesungguh-sungguhnya, karena kita terjebak ke dalam kesulitan kita sendiri.

Sekali lagi Paulus memberi perbandingan di sini, hiduplah oleh Roh, berarti kita benar-benar mau menaklukkan seluruh hidup kita di dalam pimpinan Roh Kudus, dan bukan hanya sekedar seakan-akan mendapatkan energi baru di dalam Roh, lalu bisa menekan kedagingan kita, bukan hanya berhenti sampai di situ, tetapi buah Roh Kudus akan dikeluarkan dari hidup kita, dan memberikan satu suasana damai sejahtera.

Itulah sebabnya Paulus mengatakan, pergumulan, konflik antara Roh dengan kedagingan bukan hanya urusan individual psikologis rohani kita sendiri, karena itu Paulus menegaskan, bahwa hidup oleh Roh, berarti keluarkanlah hidup itu, nyatakanlah hidup itu di luar, sehingga pertentanganmu tidak boleh hanya kau sadari sebagai pertentangan di dalam. Pertentangan itu hanya karena pertentangan kita juga pertentangan dengan daging yang diluar, dengan dunia yang sudah berdosa ini. Maka buah Roh Kudus harus keluar, sebagaimana perbuatan daging itu begitu nyata, percabulan, kecemaran, nafsu, penyembahan berhala, perseteruan, iri hati, perselisihan, semua way of life yang keluar dari kedagingan itu, buah Roh Kudus juga harus mampu menghasilkan way of life yang baru, itulah hidup orang percaya.

Sudah sepatutnya kita berbuat sesuatu, supaya kita bukan sekedar membiarkan pergumulan itu menjadi pergumulan diri kita sendiri, tetapi kita juga berani, di dalam ketaatan kepada pimpinan Tuhan kita berbuat sesuatu. Bukan sekedar kita mengatakan, mengapa saya harus bergumul seperti ini, mengapa saya terus bergumul di dalam kesusahan, mengapa waktu saya berkata benar, saya merasa begitu sulit. Pada waktu kita berkata benar, orang berkata mengatakan kita sok suci, karena kita memang belum mengerjakan apa-apa selain itu, kita belum mempersiapkan diri, dan kita belum mempersiapkan suasana, sehingga orang yang bersalah seharusnya merasa bersalah, bukan orang yang benar yang justru merasa bersalah, ini yang menjadi konflik kita. Jika kita ingin menjalankan kebenaran di dalam masyarakat, lalu kita yang merasa salah, itu sudah merupakan satu keanehan yang luar biasa, itu disebabkan karena kita terlalu pasif, tidak pernah memikirkan dan menggumulkannya. Di dalam pergumulan kita, Roh Kudus memimpin kita supaya berani melangkah dan memberikan suasana, arah yang baru, supaya kedagingan itu tidak mempunyai kuasa yang terlalu besar. Kedagingan menekan dengan memakai hukum Musa, segala sistem-sistem, segala pola hidup, dan kita tidak pernah mengevaluasi lagi, apa yang bisa menekan hidup kita, sehingga kita tidak bisa bersaksi bagi Tuhan dengan sungguh-sungguh. Mari kita jangan berhenti bergumul di dalam diri kita sendiri, mari kita bertanya di hadapan Tuhan, apa yang masih bisa kita lakukan di tengah-tengah dunia ini, dalam lingkungan kita, di sekitar kita, supaya nama Tuhan tetap dipermuliakan, dan pimpinan Roh Kudus menjadi nyata di dalam hidup kita. (el).

Taxonomy upgrade extras: 

OKB-Referensi 04c

Pelajaran 04 | Pertanyaan 04 | Referensi 04a | Referensi 04b

Nama Kursus : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB)
Nama Pelajaran : Bertanggungjawab dalam Hal Keanggotaan Gereja dan
Kehidupan Keluarga
Kode Pelajaran : OKB-R04c

Referensi OKB-R04c diambil dari:

Judul Buku : JALAN GOLGOTA
Judul Artikel : Kebangunan Rohani di dalam Rumah Tangga
Penulis : Roy and Revel Hession
Penerbit : YAKIN, Surabaya, 1981
Halaman : 49 - 58

REFERENSI PELAJARAN 04c - KEBANGUNAN ROHANI DI DALAM RUMAH TANGGA

Beribu-ribu tahun yang lalu di dalam taman yang terindah yang pernah dikenal oleh dunia, berdiamlah seorang laki-laki dan seorang perempuan. Mereka dibentuk menurut peta Penciptanya, mereka hidup hanyalah untuk memuliakan Dia setiap saat sepanjang hari. Dengan kerendahan hati mereka menerima kedudukannya sebagai makhluk terhadap Sang Pencinta -- kedudukan yang penuh dengan kepatuhan dan sikap menurut yang sempurna kepada kehendak-Nya. Karena mereka selalu menundukkan kemauannya kepada kehendak-Nya, karena mereka hidup bagi Dia dan bukan bagi dirinya sendiri, maka mereka juga senantiasa tunduk seorang terhadap yang lain. Jadi di dalam rumah tangga yang pertama, di dalam taman yang indah itu, terdapatlah keselarasan, damai, kasih sayang dan persatuan yang sempurna, bukan saja dengan Allah, tetapi antara seorang dengan yang lain juga.

Kemudian pada suatu hari keselarasan itu remuk, karena si ular beserta dengan dosa menyelundup ke dalam rumah tangga yang berpusatkan Allah itu. Maka sekarang, karena mereka telah kehilangan damai dan persekutuan dengan sesamanya, mereka tidak lagi hidup bagi Allah melainkan masing-masing hidup untuk dirinya sendiri. Mereka menjadi allah bagi dirinya sendiri, dan karena mereka tidak lagi hidup bagi Allah maka mereka tidak lagi hidup untuk sesamanya. Sebagai ganti damai, kasih dan kesatuan, terjadilah perselisihan dan kebencian atau dengan kata lain DOSA.

Kebangunan Rohani Dimulai dalam Rumah Tangga

Ke dalam rumah tanggalah pertama-tama dosa itu masuk. Di dalam rumah tanggalah barangkali kita lebih banyak berdosa daripada di tempat lain dan kepada rumah tanggalah terutama kebangunan rohani perlu datang. Kebangunan rohani sungguh-sungguh sangat diperlukan di dalam gereja, di dalam negara, dan di dunia, tetapi kebangunan rohani di dalam gereja tanpa kebangunan rohani di dalam rumah tangga-rumah tangga akan merupakan suatu kemunafikan belaka. Rumah tangga ialah tempat yang paling sukar, sekaligus menjadi tempat yang paling perlu untuk memulainya.

Tetapi sebelum kita meneruskan hal ini, marilah kita mengingatkan diri kita lagi, apakah arti sebenarnya kebangunan rohani itu? Kebangunan rohani semata-mata berarti hidup baru, di dalam hati orang di mana kehidupan rohaninya telah surut -- tetapi bukan hidup baru penuh dengan usaha si "aku" atau kegiatan-kegiatan yang diikhtiarkan oleh si "aku". Bukanlah hidup manusia, melainkan hidup Allah, hidup Tuhan Yesus yang memenuhi kita dan mengalir melalui kita. Hidup itu dinyatakan di dalam persekutuan dan persatuan dengan mereka yang hidup bersama-sama dengan kita; tak ada apa-apa antara kita dengan Allah, maka tak ada apa-apa pula antara kita dengan mereka. Rumah tangga adalah tempat lebih dahulu daripada segala tempat-tempat lain di mana hidup baru ini harus dialami. Tetapi alangkah berbedanya pengalaman dari kebanyakan kita yang menyebut dirinya orang-orang Kristen tetapi di dalam rumah tangga mereka masih ada sakit hati, pertengkaran, sikap mementingkan diri sendiri dan dendam; atau mereka yang dalam rumah tangganya tidak ada masalah tetapi tidak ada persatuan dan persekutuan, yang seharusnya menjadi ciri dari orang-orang Kristen yang hidup bersama-sama. Segala sesuatu yang menyisip di antara kita dengan orang lain, akan menyisip juga di antara kita dengan Allah, dan merusakkan hubungan kita dengan Dia, sehingga hati kita tidak berlimpah-limpah dengan hidup Ilahi.

Apakah yang Salah di dalam Rumah Tangga Kita?

Sekarang, apakah sebenarnya yang salah di dalam rumah tangga kita? Bila kita berkata-kata tentang rumah tangga, kita maksudkan hubungan antara suami isteri, orangtua dengan anak-anak, saudara laki-laki dengan saudara perempuan, atau antara orang-orang lain siapapun yang disebabkan oleh macam-macam keadaan terpaksa hidup bersama-sama.

Hal pertama yang keliru dalam banyak keluarga ialah bahwa kita tidak sungguh-sungguh terbuka dan berterus terang satu dengan yang lain. Kita banyak hidup di belakang tirai yang tertutup. Orang-orang lain tidak tahu orang seperti apakah kita ini sebenarnya dan kita tidak mau mereka mengetahuinya. Bahkan, mereka yang hidup di dalam hubungan yang amat karib dengan kita, tidak mengetahui apa yang ada dalam hati kita -- kesukaran-kesukaran, peperangan-peperangan, pergumulan-pergumulan, kegagalan-kegagalan kita, dan juga tidak tahu dari dosa apakah Tuhan Yesus harus menyucikan kita berkali-kali. Sikap kurang terus terang dan kurang terbuka ini senantiasa adalah akibat dari dosa. Akibat pertama dari dosa pertama menyebabkan Adam dan Hawa bersembunyi dari hadapan Allah di belakang pohon-pohon di Taman Eden. Mereka yang dahulu demikian berterus-terang terhadap Allah dan satu terhadap yang lain, pada waktu itu bersembunyi dari hadapan Allah, karena dosa; dan jika mereka bersembunyi dari hadapan Allah, Saudara sudah dapat memastikan bahwa mereka segera mulai tidak berterus-terang seorang terhadap yang lain. Ada reaksi-reaksi dan pikiran-pikiran di dalam hati Adam yang tak boleh diketahui oleh Hawa, demikian pula ada hal- hal serupa yang tersembunyi di dalam hati Hawa. Maka demikianlah seterusnya sejak saat itu. Karena ada sesuatu yang kita sembunyikan dari hadapan Allah, kita juga menyembunyikannya dari hadapan sesama kita. Di belakang dinding sikap menyisih itu, yang berlaku sebagai topeng, kita menutupi si"aku" kita yang sebenarnya. Kadang-kadang kita bersembunyi dengan cara yang luar biasa sekali yaitu di belakang kelakuan pura-pura jenaka. Kita takut bersikap serius karena kita tidak ingin orang lain terlalu dekat dengan kita dan mengetahui bagaimana kita ini sebenarnya, lalu dengan jalan itu kita mempertahankan siasat gertak sambal. Kita tidak bersungguh-sungguh seorang terhadap yang lain dan tak seorangpun dapat bersekutu dengan orang yang tidak bersungguh-sungguh, dan demikianlah persatuan dan persekutuan erat mustahil ada di dalam rumah tangga itu. Inilah yang dinamakan oleh Kitab Suci "berjalan di dalam kegelapan" -- karena kegelapan itu ialah segala sesuatu yang menyembunyikan.

Kegagalan Mengasihi

Hal kedua yang salah di dalam rumah tangga kita ialah kegagalan kita untuk saling mengasihi dengan sungguh-sungguh. "Nah", kata seseorang, "hal itu tak dapat dikatakan tentang keluargaku, karena tak ada orang yang dapat mengasihi orang lain lebih daripada suamiku dan kami saling mencintai". Tetapi tunggu dahulu! Jawaban itu bergantung kepada apakah yang Saudara maksudkan dengan kasih. Kasih bukanlah berarti suatu perasaan sentimentil saja, dan bukan suatu hawa nafsu kuat. Bagian yang terkenal dalam 1Korintus 13 menerangkan kepada kita tentang kasih yang sejati dan jika kita menguji diri kita menurut ini, maka kita mungkin mendapatkan, bahwa sesudah ditinjau lagi, kita hampir tidak saling mencintai sama sekali dan tingkah laku kita semuanya menuju kepada hal yang berlawanan sekali -- dan lawan kasih ialah benci. Marilah kita menyelidiki beberapa hal yang dikatakan dalam pasal itu tentang cinta-kasih.

"Kasih itu panjang sabar dan penyayang".
"Kasih itu tiada dengki".
"Kasih itu tiada memegahkan dirinya, tidak sombong".
"Kasih itu tiada melakukan yang tiada senonoh (tiada kasar)"
"Kasih itu tiada mencari keuntungan bagi dirinya saja, tidak
pemarah, tiada menyimpan kesalahan orang (tidak mempertimbangkan
pikiran-pikiran yang tidak ramah tentang orang lain)."

Apakah kita dapat lulus dalam ujian seperti itu di dalam rumah tangga kita? Seringkali kita justru bertindak sebaliknya.

Kita berkali-kali kurang sabar satu terhadap yang lain, dan bahkan tidak ramah di dalam cara kita menjawab kembali atau memberikan reaksi. Alangkah seringnya iri hati terdapat di dalam suatu rumah tangga. Seorang suami dan isteri dapat saling iri hati atas pembawaan- pembawaannya, bahkan mengenai kemajuan rohani mereka. Para orangtua mungkin iri hati terhadap anak-anaknya, dan betapa seringnya terdapat iri hati yang pahit antara saudara-saudara laki-laki dengan saudara- saudara perempuan.

Juga bagaimanakah mengenai "tiada melakukan yang tiada senonoh" yang berarti budi bahasa? Budi bahasa ialah kasih dalam hal yang kecil- kecil, tetapi di dalam hal yang kecil-kecil inilah kita tergelincir. Kita sangka kita dapat "kurang mempertahankan budi-bahasa" di rumah.

Alangkah seringnya kita congkak. Kecongkakan itu kelihatan dalam segala macam cara. Kita menyangka kitalah yang benar-benar tahu, kita menghendaki jalan kita sendiri, maka kita menggoda atau bertindak sebagai tuan besar terhadap orang lain itu dan sifat ini menuju kepada kecenderungan menghina dia juga. Justru sikap kita bahwa kita lebih utama daripada orang lain itu menempatkan kita di atasnya. Dalam dasar hati kita, kita mengejikan seseorang, kita mencelanya atas segala hal -- namun kita mengira kita memberi kasih sayang.

Lalu bagaimana tentang "tiada mencari keuntungan dirinya saja"? Hal itu berarti: berpusat kepada diri sendiri saja. Sering dalam keseharian kita, kita lebih mendahulukan keinginan dan kepentingan kita daripada keinginan dan kepentingan saudara kita.

Alangkah mudahnya kita ini menjadi "pemarah"! Alangkah cepatnya kita ini panas hati terhadap sesuatu di dalam saudara kita! Alangkah seringnya kita membiarkan pikiran yang kurang ramah atau perasaan sakit hati atas sesuatu yang telah diperbuat atau yang dilalaikan oleh saudara kita! Namun kita mengatakan bahwa tak ada kegagalan dalam cinta-kasih di rumah tangga kita. Hal-hal ini terjadi tiap hari, tetapi kita menganggapnya enteng saja. Kesemuanya ini adalah lawannya cinta-kasih, dan lawannya kasih ialah kebencian. Ketidak-sabaran itu kebencian, iri hati itu kebencian, kesombongan itu kebencian, begitu juga sikap mementingkan diri sendiri, sikap mudah tersinggung dan mendendam. Dan kebencian adalah DOSA. "Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang" (1Yohanes 2:9). Alangkah banyaknya ketegangan-ketegangan, rintangan-rintangan, dan perselisihan yang disebabkan oleh semuanya itu, maka persekutuan baik dengan Allah maupun dengan manusia lain menjadi mustahil.

Satu-satunya Jalan Keluar

Soalnya sekarang ialah apakah saya mengingini hidup baru, kebangunan rohani, di dalam rumah tangga saya? Saya harus menantang hati saya mengenai hal ini. Apakah saya siap meneruskan kehidupan dalam keadaan sekarang ini atau apakah saya benar-benar lapar akan hidup baru, yaitu hidup-Nya, di dalam rumahku? Karena tak akan terjadi, kecuali jika saya sungguh-sungguh lapar, saya bersedia mengambil langkah-langkah yang sangat diperlukan. Langkah pertama yang harus saya ambil ialah menyebut dosa sebagai dosa (dosaku, bukan dosa orang lain itu) lalu membawanya ke kayu salib, dan percaya bahwa Tuhan Yesus pada saat itu juga menyucikan saya dari dosa.

Pada saat kita menundukkan kepala kita pada kayu salib, maka kasih- Nya yang begitu besar bagi orang lain, kepanjang-sabaran-Nya, dan bersabar hati-Nya mengalir ke dalam hati kita. Darah-Nya yang indah itu menyucikan kita dari kurang cinta kasih dan dendam dan Roh Suci memenuhi kita dengan pembawaan Tuhan Yesus sendiri. 1Korintus 13 itu tidak lain dari pembawaan Tuhan Yesus, dan kesemuanya itu merupakan karunia semata-mata, karena pembawaan-Nya akan menjadi pembawaan kita, jikalau Dia milik kita. Proses yang penuh dengan berkat ini dapat terjadi pada tiap kalipun, bila permulaan dosa dan perasaan kurang cinta kasih itu menyelundup ke dalam hati kita, maka pancuran darah yang menyucikan itu senantiasa dapat kita pergunakan setiap saat, sepanjang masa.

Kesemuanya ini akan menetapkan kita supaya sungguh-sungguh berjalan pada jalan salib di rumah tangga kita. Sebentar-sebentar kita akan melihat tempat-tempat dimana kita harus menyerahkan hak-hak kita, sebagaimana Tuhan Yesus menyerahkan hak-hak-Nya bagi kita. Kita akan harus insyaf bahwa hal di dalam kita yang memberikan reaksi begitu tajam terhadap sikap egoistis dan kesombongan orang lain itu hanya semata-mata sikap egoistis dan kesombongan kita sendiri yang enggan kita korbankan. Kita akan harus menerima cara-cara dan perbuatan- perbuatan orang lain itu sebagai kehendak Allah bagi kita, lalu dengan rendah hati menundukkan kepala kita kepada semua keadaan yang diatur oleh Tuhan. Ini bukan berarti bahwa kita harus menerima sikap egoistis orang lain itu sebagai kehendak Allah bagi mereka -- jauh dari pada itu -- tetapi hanya sebagai kehendak Allah bagi kita. Sejauh berkenaan dengan orang lain itu, Allah mungkin menghendaki memakai kita, jika kita hancur, maka kita dipakai untuk menolong dia supaya ia insyaf akan kebutuhannya. Sudah tentu, jika kita seorang bapak atau ibu, kita akan sering diperlukan untuk mengoreksi anak kita dengan kekukuhan. Tetapi janganlah hal ini dilakukan oleh karena pendorong yang egoistis, melainkan hanya karena cinta kasih terhadap orang lain itu dan karena kerinduan akan kepentingannya saja. Kesenangan, dan hak-hak kita sendiri harus diserahkan. Hanya dengan demikianlah kasih sayang Tuhan Yesus akan dapat memenuhi kita dan menyatakan dirinya melalui kita.

Bilamana kita telah dihancurkan di Golgota kita harus bersedia mendamaikan hal-hal yang salah dengan orang lain -- kadang-kadang bahkan dengan anak-anak kita. Ini, seringkali, merupakan ujian atas kehancuran hati kita. Kehancuran hati adalah kebalikan dari kekerasan hati. Kekerasan hati mengatakan: "Itu kesalahanmu" tetapi hati yang hancur mengatakan: "Itu kesalahanku". Alangkah lainnya suasana yang akan terjadi di dalam rumah tangga kita bila mereka mendengar kita berkata demikian. Biarlah kita ingat bahwa di kayu salib hanya ada tempat untuk seorang saja: Kita tak dapat mengatakan: "Saya telah bersalah tetapi Saudara bersalah juga, Saudara harus datang juga". Tidak, Saudara harus datang sendiri sambil mengatakan: "Saya yang bersalah". Di dalam hati orang lain itu Tuhan akan bekerja lebih melalui kehancuran kita daripada melalui apa saja yang dapat kita perbuat atau katakan. Tetapi, mungkin kita harus menantikan -- barangkali lama sekali. Tetapi, itu akan hanya menyebabkan kita lebih sama rasa (bersimpati) dengan Allah karena, seperti telah dikatakan oleh seseorang "Ia juga harus menunggu lama sekali sejak usaha-Nya yang mulia untuk membereskan hal-hal dengan manusia walaupun tak ada salah pada pihak-Nya". Tetapi Allah pasti mau mengabulkan doa kita dan membawa orang lain itu ke Golgota juga. Di sanalah kita akan menjadi satu; di sanalah dinding pemisah di antara kita itu akan diruntuhkan dan di sana kita akan dapat berjalan di dalam terang, di dalam keterusterangan dengan Tuhan Yesus dan dengan sesama kita, saling mengasihi dengan hati yang suci murni dan asyik. Dosa memang hampir satu-satunya hal yang kita miliki bersama dengan tiap orang lain; dan demikian pada kaki Tuhan Yesus di mana dosa disucikan ialah satu- satunya tempat di mana kita dapat bersatu. Persatuan yang sungguh- sungguh dapat kita bayangkan sebagai dua orang atau lebih dari dua orang yang berdosa, bersama-sama ada di Golgota.

DIK-Referensi 06a

Pelajaran 06 |Pertanyaan 06 |Referensi 06b |Referensi 06c

Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN
Nama Pelajaran : Manusia Kedua Dari Tuhan
Kode Pelajaran : DIK-R06a

Referensi DIK-R06a diambil dari:

Judul Buku : Teologi Sistematika; Doktrin Manusia
Penulis : Louis Berkhof
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia
Tahun : 1994
Halaman : 181-190

Garis Besar:

B. Data Alkitab bagi Perjanjian Penebusan
C. Allah Putra dalam Perjanjian Penebusan
D. Tuntutan dan Janji Perjanjian Penebusan

REFERENSI PELAJARAN 06a - MANUSIA KEDUA DARI TUHAN

B. Data Alkitab bagi Perjanjian Penebusan

Istilah "permufakatan damai" diambil dari Zakh. 6:13. Coccejus dan yang lain-lainnya menjumpai dalam ayat ini suatu rujukan kepada suatu persetujuan antara Allah Bapa dan Allah Putra. Jelas pendapat seperti ini keliru sebab kata itu menunjuk pada kesatuan antara jabatan- jabatan sebagai raja dan sebagai imam dalam diri Mesias. Karakter Alkitabiah dari nama itu tidak dapat dipertahankan, akan tetapi hal ini tentu saja tidak dapat ditarik begitu saja dari realita permufakatan damai itu. Doktrin tentang permufakatan kekal ini berdasarkan kebenaran Alkitab ini:

  1. Alkitab jelas menunjuk pada kenyataan bahwa rencana penebusan sudah tercakup dalam ketetapan kekal permufakatan Allah, Ef. 1:4 dst, 3:11; 2 Tes 2:13; 2 Tim 1:9; Yak. 2:5; 1 Pet. 1:2 dst. Sekarang, kita jumpai bahwa dalam pelaksanaan penebusan dalam satu pengertian ada pembagian tugas: Allah Bapa sebagai Pengasal-mula (Originator), Allah Putra sebagai Pelaksana (Executor) dan Roh Kudus sebagai Penerap (Applier). Hal ini hanya mungkin terjadi berdasarkan persetujuan sukarela diantara pribadi-pribadi dalam Tritunggal, sehingga hubungan internal mereka membentuk suatu perjanjian kehidupan. Pada kenyataannya ke-Tritunggal-an inilah yang menjadi archetype dari perjanjian-perjanjian historis, perjanjian dalam arti yang sebenarnya dan juga sepenuhnya, pihak- pihak yang setara saling mengadakan perjanjian, yaitu sebuah "suntheke".

  2. Ada ayat-ayat dalam Alkitab yang bukan saja menunjuk pada kenyataan bahwa rencana Allah bagi keselamatan orang berdosa adalah kekal, Ef. 1:4; 3:9,11; tetapi juga menunjukkan bahwa perjanjian itu adalah natur suatu perjanjian yang sebenarnya. Kristus mengatakan tentang janji-janji yang dibuat bagiNya sebelum kedatangan-Nya ke dalam dunia. Ia berulang kali menunjuk pada suatu amanat yang telah Ia terima dari Bapa, Yoh. 5:30,43; 6:38-40; 17:4-12. Dan dalam Rom. 5:12-21 dan 1 Kor. 15:22 Ia jelas dianggap sebagai Kepala Perwakilan, yaitu: Kepada Perjanjian itu.

  3. Dimana pun kita memiliki elemen-elemen esensial dari suatu perjanjian, yaitu pihak-pihak yang membuat perjanjian, suatu janji atau janji-janji, dan sebuah syarat, di sanalah kita melihat adanya perjanjian. Dalam Mazm 2:7-9 pihak-pihak yang berjanji disebutkan dan suatu janji dinyatakan. Sifat Mesianik dari pasal ini ditunjukkan oleh Kis. 13:33; Ibr. 1:5; 5:5. Kembali dalam Maz. 40:7-9 juga dikatakan sebagai Mesianik oleh Perjanjian Baru (Ibr. 10:5-7), Sang Mesias menyatakan kesiapanNya melakukan kehendak Bapa menjadi korban bagi dosa. Kristus berulang kali menyatakan tentang suatu tugas yang telah dipercayakan Bapa kepadaNya, Yoh. 6:38-39; 10:18; 17:4. Pernyataan dalam Luk. 22:29 sangatlah penting artinya: "Dan Aku menentukan hak-hak kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa- Ku menentukannya bagi-Ku." Kata kerja yang dipakai di sini adalah "diathetemi" yang dari kata ini kemudian timbul kata "diatheke", yang artinya menunjuk sebuah perjanjian oleh karena kehendak. Lebih jauh lagi dalam Yoh. 17:5 Kristus mengklaim adanya pahala, dan dalam Yoh. 17:6,9,24 (band. juga Fil. 2:9-11). Ia menunjuk pada umatNya dan kemuliaan masa berikutnya sebagai pahala yang diberikan bagi-Nya oleh Bapa.

  4. Ada dua ayat dalam Perjanjian Lama yang menghubungkan gagasan perjanjian ini langsung dengan Mesias, yaitu Maz. 89:3, yang didasarkan atas 2 Sam. 7:12-14, dan terbukti sebagai Mesianik oleh Ibr. 1:5 dan Yes. 42:6, dimana pribadi itu yang disebut sebagai Hamba Tuhan. Kaitan ini jelas menunjukkan bahwa Hamba ini bukanlah Israel semata-mata. Lebih dari itu, ada juga ayat-ayat dimana Mesias menyebut Allah sebagai Allah-Nya, jadi dalam hal ini memakai bahasa perjanjian, yaitu Maz. 22:1 dan Maz. 40:8.

C. Allah Putra dalam Perjanjian Penebusan

  1. Kedudukan resmi Kristus dalam perjanjian ini. Kedudukan Kristus dalam perjanjian penebusan ada dua. Di tempat pertama Ia adalah Jaminan (YUN: engguos), suatu kata yang hanya satu kali dipakai dalam Ibr. 7:22. Asal kata ini tidak jelas, dan karena itu tidak dapat membantu kita menentukan arti yang sejelasnya. Akan tetapi maknanya tidaklah membingungkan. Seorang Jaminan adalah seseorang yang terikat dan bertanggung jawab atas kewajiban hukum bagi orang lain. Dalam perjanjian penebusan Kristus mengambil alih menjadi penebusan bagi dosa-dosa umat-Nya dengan cara menanggung hukuman yang seharusnya mereka tanggung, dan memenuhi semua tuntutan hukum bagi mereka. Dan dengan mengambil alih kedudukan manusia yang telah membrontak. Ia menjadi Adam yang terakhir dan dengan demikian juga menjadi Kepala Perjanjian, Wakil dari semua yang telah diberikan Bapa kepada-Nya. Dalam perjanjian penebusan maka Kristus menjadi Jaminan dan sekaligus Kepala. Ia mengambil sendiri tanggung jawab umat-Nya. Ia adalah juga Jaminan mereka dalam perjanjian anugerah, yang berkembang dari perjanjian penebusan. Timbul pertanyaan, apakah keadaan Kristus sebagai jaminan dalam permufakatan damai itu bersyarat atau tidak? Tata peradilan hukum Romawi mengenal adanya dua macam keadaan sebagai jaminan, yang satu disebut sebagai "fidejussor" dan yang lain disebut "expromissor". "Fidejussor" adalah jaminan yang bersyarat dan "expromissor" adalah jaminan yang tak bersyarat. "Fidejussor" adalah seorang penjamin yang membayarkan bagi orang lain apabila orang itu sendiri tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut. Beban kesalahan tetap dipikul oleh orang yang bersalah sampai pada saat pembayaran. Akan tetapi "expromissor" adalah suatu jaminan yang memikul sendiri dengan tanpa syarat denda hukuman orang lain, sehingga dengan demikian ia segera memikul tanggung jawab orang lain yang bersalah itu. Coccejus dan pada pengikutnya mengatakan bahwa permufakatan perdamaian Kristus menjadi "fidefussor" dan akibatnya orang percaya Perjanjian Lama tidak dapat menikmati pengampunan dosa yang selengkapnya. Dari Roma 3:25 mereka menyimpulkan bahwa orang-orang Kudus itu hanyalah "paresis" pengamat dosa dan bukanlah "aphesis" atau pengampunan yang lengkap, sampai Kristus sungguh-sungguh melakukan penebusan dosa. Akan tetapi kemudian penentang mereka menegaskan bahwa Kristus menanggung sendiri tanpa syarat demi kepuasan umat-Nya dan oleh karena itu artinya menjadi sangat khusus, yaitu "expromissor". Inilah satu-satunya pendapat yang dapat diterima, sebab:

    1. Orang percaya Perjanjian Lama mendapatkan pembenaran atau pengampunan penuh, walaupun pengetahuan tentang hal itu belum sepenuh dan sejelas Perjanjian Baru. Tidak ada perbedaan esensial antara status orang percaya dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Maz. 32:1,2,5; 51:1-2, 9-11; 103:3,12; Yes. 43:25; Rom. 3:3,6-16; Gal. 3:6-9. Pendapat Coccejus ini mengingatkan kita pada pendapat Roma Katolik dengan istilah mereka Limbus Patrum.

    2. Teori Coccejus menjadikan karya Allah dalam menyediakan penebusan bagi orang berdosa tergantung pada ketaatan yang tidak pasti dari manusia dalam keadaan yang sama sekali tidak diperingatkan. Tidak ada makna sama sekali dengan mengatakan Kristus menjadi jaminan bersyarat, seolah-olah ada kemungkinan bahwa orang berdosa harus membayar bagi dirinya sendiri. Provisi Allah dalam penebusan orang berdosa sangat mutlak. Hal ini tidak sama dengan mengatakan bahwa Ia tidak memperlakukan dan menyebut orang berdosadan bersalah secara personal sampai ia dibenarkan melalui iman, sebab sesungguhnya inilah yang dilakukan oleh Allah.

    3. Dalam Rom 3:25, ayat yang dipakai oleh Coccejus, Rasul Paulus memakai kata "paresis" (tidak memperhatikan atau melewatkan), bukan karena orang percaya secara individual dalam Perjanjian Lama tidak menerima pengampunan dosa secara penuh tetapi dalam masa itu pengampunan dosa memakai bentuk paresis sejauh dosa belum secara cukup dihukum dalam Kristus dan kebenaran mutlak Kristus belumlah dinyatakan di atas salib.

  2. Karakter Perjanjian ini bagi Kristus. Walaupun perjanjian penebusan adalah dasar kekal bagi perjanjian anugerah dan sejauh orang berdosa terkait, juga prototype kekalnya, bagi Kristus lebih berupa perjanjian kerja dan bukan perjanjian anugerah. Bagi-Nya hukum dari perjanjian yang asli diterapkan, bahwa hidup yang kekal hanya dapat diperoleh dengan cara memenuhi tuntutan hukum. Sebagai Adam yang terakhir, kristus memberikan hidup yang kekal bagi orang berdosa sebagai upah ketaatan mereka dan sama sekali bukan sebagai pemberian tanpa jasa. Dan apa yang telah Ia lakukan sebagai Wakil dan jaminan bagi seluruh umat-Nya, mereka tidak lagi terikat dalam tugas yang harus mereka lakukan. Pekerjaan itu telah dilakukan, pahala diberikan, dan orang percaya dijadikan rekan kerja bagi buah-buah karya Kristus melalui anugerah.

  3. Karya Kristus dalam perjanjian dibatasi oleh ketetapan pemilihan. Sebagian orang mengidentifikasikan perjanjian penebusan sebagai pemilihan; tetapi jelas ini merupakan suatu kesalahan. Pemilihan selalu menunjuk pada pemilihan atas orang-orang sebagai pewaris dari kemuliaan kekal dalam Kristus. Di pihak lain Permufakatan penebusan menunjuk kepada cara dan alat di mana anugerah dan kemuliaan dipersiapkan bagi orang berdosa. Sesungguhnya pemilihan juga mengacu kepada Kristus dan berkaitan erat dengan Kristus, sebab orang percaya dikatakan dipilih dalam Dia. Dalam suatu pengertian, Kristus sendiri adalah objek pemilihan, akan tetapi dalam permufakatan penebusan, Ia adalah salah satu pihak yang melakukan perjanjian. Allah Bapa berhubungan dengan Kristus sebagai Jaminan bagi umat-Nya. Secara logis pemilihan mendahului permufakatan penebusan, karena jaminan Kristus, sama halnya dengan penebusan-Nya bersifat khusus. Jika seandainya tidak ada pemilihan yang mendahului maka tidak perlu sifatnya harus universal. Lebih lanjut, jika kita membalikkannya, sama artinya dengan menjadikan jaminan Kristus sebagai dasar pemilihan, sedangkan Alkitab mendasarkan pemilihan hanya atas kebaikan kemurahan Allah.

D. Tuntutan dan Janji Perjanjian Penebusan

  1. Tuntutan. Bapa menghendaki Anak, yang muncul dalam perjanjian ini sebagai Penjamin dan Kelapa dari umat-Nya. Sebagai Adam terakhir, Ia harus memperbaiki dosa Adam dan dari mereka yang diberikan Bapa kepadaNya. Ia harus melakukan apa yang Adam gagal lakukan dengan memegang hukum Taurat dan dengan demikian menyelamatkan kehidupan kekal bagi seluruh keturunan rohaniNya. Tuntutan ini mencakup beberapa
    Hal khusus di bawah ini;

    1. Bahwa ia harus mengalami natur manusia dengan dilahirkan oleh seorang wanita, dan dengan demikian masuk ke dalam relasi temporal; dan bahwa ia harus mengambil natur ini dengan kelemahan- kelemahannya, sekalipun tanpa dosa, Gal. 4:4,5; Ibr. 2:10,11,14,15; 4:15. Hal ini mutlak penting bahwa Ia harus menjadi satu dengan umat manusia.

    2. Bahwa Ia, sebagai Anak Allah yang di atas hukum, harus meletakkan diri-Nya dibawah hukum; bahwa Ia harus masuk, bukan sekedar ke dalam hukum alamiah, tetapi juga dalam hukum yang menyengsarakan dan mengikat, demi untuk membayar hukuman dosa dan menganugerahkan kehidupan yang kekal bagi umat pilihan, Maz. 40:7; Mat. 5:17-18; Yoh. 8:28,29; Gal. 4:4,5; Fil. 2:6-8.

    3. Bahwa Ia, setelah menganugerahkan pengampunan dosa dan kehidupan kekal kepada umat kepunyaan-Nya, harus menggenapkan kepada mereka buah-buah dari kebajikan-Nya; pengampunan yang penuh, dan pembaharuan kehidupan mereka melalui pekerjaan Roh Kudus. Dengan melakukan demikian, Ia akan memastikan bahwa orang percaya akan mengkuduskan hidup mereka bagi Allah, oh 16:14,15; 17:12, 19-22; Ibr. 2:10-13; 7:25.

  2. Janji-janji. Janji-janji Bapa adalah terkait dengan pelaksanaan tuntutan- tuntutanNya. Ia menjanjikan kepada Anak semua yang diperlukan untuk menjalankan tugas-Nya yang begitu besar dan menyeluruh, berarti tidak termasuk semua ketidak-pastian di dalam pelaksanaan perjanjian tersebut. Janji-janji termasuk:

    1. Bahwa Ia akan mempersiapkan sebuah tubuh bagi Anak, yang dapat menjadi rumah yang cocok bagiNya; suatu tubuh sebagai bagian yang dipersiapkan oleh agen langsung dari Allah dan yang tidak terkontaminasi oleh dosa, Luk. 1:35; Ibr. 10:5.

    2. Bahwa Ia akan memperlengkapi-Nya dengan karunia-karunia dan anugerah seperlunya bagi pelaksanaan tugasNya, dan khususnya mengurapiNya untuk tugas MesianikNya dengan memberikan kepadanya pada saat baptisanNya, Yes. 42:1-2; 61:1; Yoh. 3:31.

    3. Bahwa Ia akan mendukungNya di dalam pelaksanaan pekerjaanNya akan melepaskanNya dari kuasa kematian, dan dengan demikian akan memampukanNya untuk menghancurkan penguasaan Setan dan untuk menegakkan Kerajaan Allah, Yes. 42:1-7; 49:8; Maz. 16:8-11; Kis. 2:25-28.

    4. Bahwa Ia akan memampukanNya sebagai upah penyelesaian pekerjaanNya, mengirimkan Roh Kudus untuk pembentukkan tubuh rohaniNya, dan untuk mengajar, membimbing, dan menjaga Gereja, Yoh. 14:26; 15:26; 16:13, 14; Kis. 2:33.

    5. Bahwa Ia akan memberikan kepadaNya sejumlah benih sebagai upah penuntasan pekerjaanNya, satu benih yang sedemikian banyak yang dapat diperkembangbiakkan dimana tidak seorang manusiapun dapat menghitungnya, sedemikian bahwa Kerajaan Mesias secara penuh akan melingkupi orang-orang dari segala bangsa dan bahasa, Maz. 22:27; 72:17.

    6. Bahwa Ia akan menyerahkan kepadaNya semua kuasa di sorga dan dibumi untuk pemerintahanNya atas dunia ini dan gerejaNya. Mat. 28:18; Ef. 1:20-22; Fil. 2:9-11; Ibr. 2:5-9; dan pada akhirnya Ia akan mengaruniakan kepadaNya sebagai Perantara kemuliaan yang telah Ia, sebagai Anak, miliki dihadapan Bapa sejak sebelum dunia dijadikan, Yoh. 17:5.

Taxonomy upgrade extras: 

OKB-Referensi 03b