DAL - Pelajaran 04
Nama Kelas | : | Doktrin Alkitab Lanjutan |
Nama Pelajaran | : | Transmisi Alkitab |
Kode Pelajaran | : | DAL-P04 |
Pelajaran 04 – Transmisi Alkitab
Daftar Isi
- Pengertian Bahasa Asli Alkitab
- Bahasa Asli Alkitab
- Bahasa Tulisan
- Tujuan Efisiensi dan Keutuhan Firman Allah
- Tujuan Pemeliharaan akan Ketepatan Firman Allah
- Tujuan Pelestarian
- Bahasa Ibrani dan Bahasa Yunani
- Bahasa Ibrani untuk Penyataan PL
- Bahasa Yunani untuk Penyataan PB
- Pengertian Transmisi Alkitab
- Mengapa Alkitab Harus Diterjemahkan?
- Perspektif Teologis
- Perspektif Pengajaran
- Perspektif Misi
- Sejarah Singkat Penerjemahan Alkitab
- Periode Pertama (Sebelum Yesus – 100 M)
- Periode Kedua (100 – 1500 M)
- Periode Ketiga (1500 – 1800 M)
- Periode Keempat (1800 – Sekarang)
- Periode Kelima (1960 - Sekarang)
- Sejarah Singkat Penerjemahan Alkitab Bahasa Indonesia
- Terjemahan dalam Bahasa Melayu Kuno
- Terjemahan dalam Indo-Melayu "Lama"
- Terjemahan dalam Bahasa Indonesia "Modern"
- Terjemahan dalam Bahasa-Bahasa Suku
- Masalah Transmisi Alkitab
- Teks Asli yang Sudah Rusak
- Kesalahan Salinan Manuskrip
- Perbedaan Versi dan Tafsiran
- Pengaruh Budaya dan Teologi
Doa
Pelajaran 04: Transmisi Alkitab
Alkitab yang kita baca hari ini tidak secara ajaib turun dari surga dalam bentuk buku, melainkan melalui proses panjang yang disebut transmisi Alkitab. Pelajaran keempat ini akan menolong kita memahami bagaimana firman Allah yang awalnya ditulis dalam bahasa Ibrani dan Yunani dapat tersedia dalam berbagai bahasa di seluruh dunia, termasuk bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa suku.
- Pengertian Bahasa Asli Alkitab
- Bahasa Asli Alkitab
- Bahasa Tulisan
- Tujuan Efisiensi dan Keutuhan Firman Allah
- Tujuan Pemeliharaan akan Ketepatan Firman Allah
- Tujuan Pelestarian
- Bahasa Ibrani dan Bahasa Yunani
- Bahasa Ibrani untuk Penyataan PL
- Bahasa Yunani untuk Penyataan PB
- Pengertian Transmisi Alkitab
- Mengapa Alkitab Harus Diterjemahkan?
- Perspektif Teologis
- Perspektif Pengajaran
- Perspektif Misi
- Sejarah Singkat Penerjemahan Alkitab
- Periode Pertama (Sebelum Yesus – 100 M)
- Periode Kedua (100 – 1500 M)
- Periode Ketiga (1500 – 1800 M)
- Periode Keempat (1800 – 1960 M)
- Periode Kelima (1960 - Sekarang)
- Sejarah Singkat Penerjemahan Alkitab Bahasa Indonesia
- Terjemahan dalam Bahasa Melayu Kuno
- Terjemahan dalam Indo-Melayu "Lama"
- Terjemahan dalam Bahasa Indonesia "Modern"
- Terjemahan dalam Bahasa-Bahasa Suku
- Masalah Transmisi Alkitab
- Teks Asli yang Sudah Rusak
- Kesalahan Salinan Manuskrip
- Perbedaan Versi dan Tafsiran
- Pengaruh Budaya dan Teologi
Mari kita pelajari lebih dahulu apa itu bahasa asli Alkitab.
Dalam menyampaikan Penyataan-Nya, Allah menggunakan bahasa manusia supaya dapat dimengerti. Namun perlu disadari, bahasa manusia sangat terbatas, tidak mungkin dapat mengungkapkan seluruh pikiran Allah yang tidak terbatas. Di tengah kelemahan ini, Allah rela membatasi diri-Nya dengan menyampaikan Penyataan-Nya dalam bahasa tulisan.
Alkitab asli ditulis dalam tiga bahasa: Perjanjian Lama - Ibrani dan Aram; Perjanjian Baru - Yunani.
Dalam menyampaikan Penyataan-Nya, Allah tidak hanya berkomunikasi secara langsung, tetapi Ia juga memerintahkan agar Penyataan itu dituliskan. Apa pentingnya?
Dengan Alkitab tertulis, Allah tidak perlu mengungkapkan Penyataan-Nya berulang kali. Manusia pada setiap zaman dapat membacanya, menyalinnya, dan mendistribusikannya dengan cepat—tidak seperti komunikasi lisan yang bergantung pada kehadiran fisik (Yer. 30:2). Tulisan memberikan kemudahan akses untuk dibaca dan dipelajari kapan saja, di mana saja, oleh siapa saja, terutama pada era digital.
Tulisan menghindarkan kesalahan komunikasi yang mudah terjadi secara lisan. Firman yang tertulis memungkinkan pembaca menelaah dan merenungkan maknanya dengan lebih cermat. Dengan ditulis, Penyataan Allah tersebut dapat dicek, diteliti, dan dipelajari secara lintas zaman dan budaya (Luk. 4:16–21; Kol. 4:16).
Tulisan Alkitab memungkinkan generasi demi generasi membaca dan mengenal kebenaran Allah tanpa berubah karena dapat diverifikasi. Allah memberikan Penyataan-Nya bukan hanya untuk sekelompok orang tertentu pada zaman tertentu, tetapi untuk semua orang sepanjang sejarah manusia. Untuk itu, diperlukan standar objektif yang tertulis untuk menghindari penyesatan (1Yoh. 4:1; Kis. 17:11).
Allah berdaulat memilih bahasa tulis apa saja yang Ia kehendaki, tetapi bukan suatu kebetulan bahwa Allah memilih bahasa Ibrani (PL) dan bahasa Yunani (PB) karena keistimewaan yang dimilikinya.
Bahasa Ibrani adalah bahasa bangsa Israel yang mencerminkan konteks kehidupan, hukum, ibadah, dan hubungan perjanjian Allah dengan umat-Nya.
Bahasa Ibrani adalah bahasa ilustratif, yang penuh gambar dan kiasan, serta kaya dengan kisah, sehingga mampu memberikan ekspresi yang tepat. Bahasa ini sangat cocok dipakai karena PL banyak berisi kisah tentang perbuatan-perbuatan besar Allah. Bahasa Ibrani juga merupakan bahasa yang "personal" (pribadi), yang menyentuh hati dan emosi, sehingga sangat cocok untuk menceritakan pengalaman hidup yang membangun kedekatan hubungan pribadi, historis, dan emosional antara Allah dengan umat pilihan-Nya.
Catatan: Bahasa Ibrani juga disebut sebagai bahasa Yehuda, bahasa Yahudi, atau bahasa Kanaan (Yes. 36:11; Neh. 13:24; Yes. 19:18; Why. 9:11; Why. 16:16).
Bahasa Yunani adalah bahasa intelektual, pendidikan, budaya, dan logika—sangat baik untuk menyampaikan ketepatan teknis dan makna, terutama dalam menjelaskan konsep-konsep abstrak yang sarat makna.
Pada masa Yesus dan para rasul, bahasa Yunani Koine merupakan bahasa internasional saat itu. Dalam PL, Allah ingin dikenal secara pribadi oleh bangsa pilihan-Nya, tetapi dalam PB, Allah ingin dikenal oleh seluruh umat manusia. Oleh karena itu, bahasa Yunani sangat cocok untuk tujuan misi dan penginjilan global.
Transmisi Alkitab dimengerti sebagai proses pelestarian teks Alkitab dari generasi ke generasi, mulai dari naskah-naskah asli (autograf) yang ditulis oleh para penulis yang diinspirasikan oleh Allah, sampai kepada teks Alkitab yang kita miliki sekarang, melalui proses penyalinan, penerjemahan, dan pendistribusian.
Berikut adalah gambaran urutan asal-usul Alkitab hingga diterjemahkan dalam berbagai bahasa:
Naskah Asli Alkitab (autograf) → Naskah salinan tertua yang ada → Naskah salinan kuno lainnya → Versi terjemahan kuno (misalnya: Latin) → Versi terjemahan bahasa Inggris → Versi terjemahan Alkitab dalam berbagai bahasa dan bahasa suku.
Penerjemahan dalam berbagai bahasa diperlukan agar semua orang dapat membaca dan mengerti isi Alkitab. Hal ini sejalan dengan Amanat Agung (Mat. 28:19-20) untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa. Tiga perspektif penting yang menjadi pertimbangan mengapa Alkitab harus diterjemahkan:
Transmisi Alkitab mencerminkan kesetiaan Allah melalui umat pilihan-Nya dalam menjaga Penyataan-Nya sepanjang sejarah. Baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, kita melihat perhatian besar dari umat percaya untuk menyalin firman agar tetap dipelajari dengan setia (Ul. 17:18–19; Yos. 1:8; Kol. 4:16).
Meskipun teks asli (autograf) sudah tidak ada, isi pesan Alkitab tetap harus terpelihara secara akurat. Namun, Alkitab dalam bahasa asli sulit untuk dipelajari oleh orang modern sehingga perlu diterjemahkan supaya dapat dimengerti dan dihidupi dengan setia.
Allah memakai bahasa yang strategis demi misi keselamatan bagi segala bangsa. Oleh karena itu, menerjemahkan Alkitab dalam berbagai bahasa dan bahasa suku menjadi kebutuhan yang sangat penting agar misi Amanat Agung dapat segera tercapai.
Secara singkat dan sederhana, sejarah penerjemahan Alkitab dapat dibagi menjadi empat periode:
Penerjemahan Septuaginta (PL dalam bahasa Yunani) merupakan tonggak penting bagi umat Yahudi diaspora. Hal ini menunjukkan dimulainya kebutuhan penerjemahan Alkitab bagi umat Allah di berbagai wilayah.
Penerjemahan Alkitab dalam bahasa Latin (Vulgata oleh Yerome) dan bahasa-bahasa lain selain Yunani oleh umat Kristen mula-mula (Siria, Koptik, Etiopia, Armenia, dll.).
Masa Reformasi menjadi titik balik penting. Martin Luther menerjemahkan Alkitab dalam bahasa Jerman, dan sejak itu penerjemahan dalam berbagai bahasa di Eropa dimulai. Penerjemahan menjadi bagian dari gerakan untuk mengembalikan Alkitab kepada umat. Tercatat pula karya-karya tokoh lain, seperti William Tyndale (bahasa Inggris), Casiodoro de Reina (bahasa Spanyol), dan Joăo Ferreira de Almeida (bahasa Portugis), dll..
Lembaga-lembaga Alkitab didirikan untuk menerjemahkan Alkitab dalam berbagai bahasa di dunia, seiring dengan gerakan para penginjil Eropa ke Benua Asia dan Afrika. Dari gerakan ini, lahirlah terjemahan-terjemahan Alkitab oleh tokoh-tokoh, seperti William Carey (bahasa Bengali, India), Henry Martyn (bahasa Parsi), Robert Morrison (bahasa Mandarin), dll..
Penerjemahan Alkitab tidak lagi dilakukan sepenuhnya oleh para misionaris Barat. Kini, banyak Alkitab diterjemahkan dalam berbagai bahasa daerah atau suku di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan oleh penutur asli. Peran orang Barat pun bergeser menjadi konsultan atau fasilitator. Teknologi modern sangat mempercepat proses ini dan memungkinkan distribusi digital secara luas.
Sejarah penerjemahan Alkitab dalam bahasa Indonesia dimulai sejak abad ke-17, yaitu pada 1612 di Batavia. Hingga saat ini, telah ada sedikitnya 25 versi Alkitab: ada yang lengkap atau sebagian, diterjemahkan dan diterbitkan dalam berbagai ragam sesuai dengan perkembangan bahasa: Melayu-Indonesia kuno, rendah, tinggi, dan sampai modern. Sementara itu, dalam bahasa daerah atau suku, Alkitab telah diterjemahkan dalam lebih dari 100 bahasa daerah.
Dimulai oleh para misionaris Portugis dan Belanda. Pada abad ke-17, Alkitab mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu Kuno/Klasik.
1629 Ruyl
1651 Van Hasel & Heurnius
1668 PB Brouwerius
1677 Alkitab Valentyn
1733 Alkitab Leydekker
Terjemahan-terjemahan dilakukan dalam dialek Melayu tinggi, yang pada saat itu menjadi lingua franca Nusantara.
1821 Thomsen
1835 PB Melayu, Dialek Surabaya
1852 PB Keasberry
1863 PB Klinkert, Melayu Rendah
1877 PB Roskott, Melayu Ambon
1879 Alkitab Klinkert, Melayu Tinggi
1912 Alkitab Shellabear
1913 PB Melayu Baba
1938 PB Bode
Sejak abad ke-20, Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia baku.
1958 Alkitab Terjemahan Lama (TL)
1968 Alkitab Ende (ENDE)
1974 Alkitab Terjemahan Baru (TB)
1985 Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari/Masa Kini (BIS/BMIK)
1987 Today´s Malay Version (TMV)
1989 Firman Allah Yang Hidup (FAYH)
1997 Alkitab PB Revisi Terjemahan Baru (TBR)
2000 Kitab Suci Injil (KSI)
2002 Kitab Suci Komunitas Kristiani (OBOR)
2005 Perjanjian Baru WBTC (World Bible Translation Center) [Draft]
2005 Versi Mudah Dibaca (VMD)
2008 Indonesian Literal Translation (ILT)
2010 Alkitab Shellabear Revisi (SB2)
2011 Wasiat Baru (KJV-Indonesia) (WB)
2012 Alkitab Mudah Dibaca (AMD)
2014 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)
2015 Alkitab Yang Terbuka (AYT)
2015 Kitab Suci Indonesian Modern Bible (IMB)
2015 Alkitab Versi Borneo (AVB)
Indonesia kaya akan keberagaman budaya dan bahasa, dengan lebih dari 700 bahasa daerah. Untuk menjangkau setiap suku dengan firman Tuhan yang dapat dipahami dalam bahasa hati mereka, berbagai lembaga Alkitab dan misi penerjemahan telah bekerja keras. Hasilnya, saat ini telah tersedia lebih dari 100 terjemahan Alkitab dalam bahasa suku di Indonesia (lihat daftar di: https://alkitab.sabda.org/suku.php). Penerjemahan ini mencakup seluruh Alkitab, PB, atau bagian-bagian Alkitab tertentu. Pekerjaan ini masih terus berlangsung karena masih banyak bahasa suku yang belum memiliki Alkitab lengkap. Oleh sebab itu, gereja dan umat Tuhan diajak untuk terus mendukung pelayanan penerjemahan Alkitab sebagai bagian dari misi global dan tanggung jawab iman.
Karena Alkitab tidak lagi dibaca dalam naskah aslinya, maka pertanyaan yang sering timbul adalah bagaimana Alkitab yang kita miliki sekarang tetap dapat dipercaya ketepatan isinya dan keabsahannya.
Kita tidak lagi memiliki naskah asli (autograf) Alkitab, hanya salinan. Namun, melalui ilmu "textual criticism", kita dapat merekonstruksi teks yang mendekati aslinya.
Dalam proses penyalinan manual, sering terjadi kesalahan manusiawi, seperti salah ejaan, huruf yang tertinggal, atau menjadi ganda. Namun, dengan banyaknya naskah yang tersedia, para ahli dapat meneliti dan membandingkan apakah perbedaan tersebut signifikan atau tidak.
Perbedaan gaya bahasa, konteks budaya, dan pilihan kata menyebabkan munculnya berbagai versi Alkitab. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan terjemahan yang bertanggung jawab, yaitu yang setia pada teks aslinya.
Dalam beberapa kasus, penerjemahan Alkitab dipengaruhi oleh bias budaya atau teologis. Oleh karena itu, penting bagi tim penerjemah untuk berpegang pada prinsip-prinsip penerjemahan Alkitab yang akurat.
Tidak ada terjemahan Alkitab yang sempurna, tetapi bukan berarti tidak dapat dipercaya. Setiap proses penerjemahan Alkitab juga disertai oleh Roh Kudus, meskipun tidak dalam pengawasan total seperti yang dialami para penulis Alkitab. Karena itu, setiap terjemahan Alkitab masih dapat direvisi dan disempurnakan. Roh Kudus memakai komunitas orang percaya untuk terus-menerus mengawasi pekerjaan penerjemahan Alkitab dan mengoreksinya agar semakin mendekati kesempurnaan.
Transmisi Alkitab adalah proses luar biasa yang menunjukkan pemeliharaan Allah dalam menjaga firman-Nya hingga hari ini. Meskipun naskah asli telah rusak, melalui proses penyalinan dan penerjemahan yang teliti, kita dapat memiliki Alkitab yang dapat dipercaya. Marilah kita menghargai warisan ini dengan rajin membaca, mempelajari, dan membagikan firman Allah kepada dunia.
Akhir Pelajaran (DAL-P04)
Doa
"Terpujilah Engkau, Allah Yang Maha Kuasa, yang telah memimpin para penulis Alkitab untuk menuliskan firman-Mu, dan juga memimpin para penerjemah Alkitab sehingga orang-orang percaya di seluruh dunia dapat membaca Alkitab dalam bahasa-bahasa yang kami mengerti. Amin."
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA