Referensi 03c

Nama Kursus : Dasar Pengajaran Alkitab
Nama Pelajaran : Dosa, Setan dan Keselamatan
Kode Pelajaran : DPA-R03c

Referensi DPA-R03B diambil dari:

Judul Buku : Diselamatkan oleh Anugerah
Pengarang : Antony A. Hoekema
Penerbit : Momentum, Surabaya, 2001
Halaman : 47 - 52

REFERENSI PELAJARAN 03c - DOSA, SETAN DAN KESELAMATAN

PERANAN ROH KUDUS DI DALAM PROSES KESELAMATAN KITA

Menurut kalimat dari Pengakuan Iman Westminster, Roh Kudus adalah "satu-satunya Pelaku efisien dalam penerapan penebusan." Paulus mengajarkan bahwa Allah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, melainkan melalui pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Tit. 3:5); Paulus meyakinkan jemaat Galatia bahwa kita hidup oleh Roh (maksudnya bukan hanya secara fisik, tetapi khususnya kehidupan rohani, Gal. 5:25). Yesus sendiri memberitahu para murid bahwa Roh memberi hidup yang kekal (Yoh. 6:63). Sebagai Pribadi yang menerapkan penebusan ke dalam hati dan hidup kita, Roh Kudus hidup dan berdiam bersama kita dan di dalam kita (Yoh. 14:17; Rom. 8:9; 1 Kor. 3:16; 2Tim. 1: 14).

Peran utama Roh Kudus dalam proses keselamatan kita adalah menyatukan kita dengan Kristus. Paulus mengungkapkan pemikiran ini dengan cara yang paling jelas dalam 1 Korintus 12:13, "Sebab dalam [dengan] satu Roh kita semua telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh" - dan jelas dari konteks sebelumnya bahwa tubuh yang satu ini adalah Kristus. Dengan kata lain, Paulus "merujuk seluruh kehidupan baru ini, baik dalam hal sumbernya maupun realisasinya serta pengkomunikasiannya, kepada Roh Kudus, yaitu merupakan pekerjaan, kuasa dan karunia-Nya."

Dalam bab selanjutnya, saya akan membahas mengenai kesatuan dengan Kristus (union with Christ) sebagai hal yang sentral dalam soteriologi. Namun, di bagian ini, harus disebutkan bahwa Roh Kudus- lah yang menyatukan kita dengan Kristus. Roh Kudus disebut Roh Allah (2Kor. 3:17), Roh Kristus (Rom. 8:9; 1Pet. 1:11), Roh Yesus Kristus (Flp. 1:19), atau Roh Anak-Nya (Gal. 4:6). Ketika seseorang mengambil bagian di dalam Kristus, maka dia juga mengambil bagian di dalam Roh Kudus. Paulus mengilustrasikan poin ini secara dramatis dalam suratnya kepada jemaat Roma. Dalam Roma 8:9 dia mendeskripsikan orang-orang percaya sebagai mereka yang tidak hidup di dalam daging (en sarki) tetapi dalam Roh (en pneumati). Kemudian Paulus menyebut Roh Kudus sebagai Roh Allah dan Roh Kristus. Tetapi di ayat 10 dia mendeskripsikan orang-orang percaya sebagai mereka yang di dalamnya Kristus berada (berdiam). Maka berada di dalam Kristus dan di dalam Roh bukanlah dua hal yang berlainan, melainkan hal yang sama.

Karena itu, kita tidak terkejut saat mendapati semua unsur dasar di dalam proses keselamatan diperhitungkan kepada Roh Kudus sebagai Penciptanya. Regenerasi atau kelahiran baru dikatakan sebagai karya Roh: "Aku berkata kepadamu," kata Yesus kepada Nikodemus, "sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah" (Yoh. 3:5). Pernyataan Paulus dalam Titus 3:5 bahwa Allah menyelamatkan kita "oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus" juga memperhitungkan regenerasi atau kelahiran baru sebagai pekerjaan Roh.

Bagaimana dengan konversi? Konversi, atau berbalik kepada Allah, umumnya dipahami mencakup dua aspek: pertobatan dan iman. Kedua aspek ini dideskripsikan oleh Alkitab sebagai karunia Roh Kudus. Dalam Kisah 11:5, ketika mendeskripsikan konversi Kornelius, seorang non Yahudi, kepada orang-orang percaya di Yerusalem, Petrus mengatakan, "dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka [Kornelius dan seisi rumahnya], sama seperti dahulu ke atas kita." Tanggapan jemaat di Yerusalem (yang terdiri dari orang- orang Kristen berbangsa Yahudi) diungkapkan dalam ayat 18: "Ketika mereka mendengar hal itu... [mereka] memuliakan Allah, katanya: "Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan [metanoia] yang memimpin kepada hidup." Allah memberikan pertobatan kepada bangsa non Yahudi, yaitu melalui Roh yang datang ke atas diri mereka.

Iman juga merupakan karunia Roh. Dalam 1 Korintus 2, Paulus menunjukkan bahwa hanya melalui Roh-Nya, Allah menyatakan hikmat-Nya kepada kita (ay. 9), sehingga kita dapat memahami apa yang telah dikaruniakan Allah kepada kita secara limpah (ay. 12) - yaitu kebenaran mengenai Kristus yang tidak dipahami oleh penguasa dunia ini ketika mereka menyalibkan Tuhan yang mulia (ay. 8). Poin yang sama juga diungkapkan dengan begitu jelas dalam 1 Korintus 12:3, "Tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan" [kata-kata yang hanya dapat diucapkan oleh orang percaya, selain oleh Roh Kudus."

Roh juga memberikan kepada kita jaminan keselamatan, yang merupakan salah satu tanda paling penting dari iman yang sehat. Dalam Roma 8:16 Paulus memberitahukan kepada kita, "Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah." Karena bentuk tenses dari kata yang diterjemahkan dengan "bersaksi" (symmartyrei) ini dalam bentuk present, yang mengimplikasikan tindakan yang terus-menerus, maka kita dapat menyimpulkan bahwa kesaksian Roh ini bukan kejadian yang terjadi sewaktu-waktu atau sekali untuk selamanya, melainkan kejadian yang terus berlanjut di sepanjang hidup orang percaya.

Apakah Perjanjian Baru mengindikasikan pembenaran, yang umumnya dipahami sebagai karya Allah Bapa, dihubungkan dengan Roh Kudus? Ya, bahkan lebih dari sekali. Karena kita dibenarkan oleh iman, dan fakta bahwa iman merupakan karunia Roh, sebagaimana ditunjukkan di atas, maka secara jelas berkat ini dikaitkan dengan Pribadi ketiga dari Allah Tritunggal. Tidak ada ayat Perjanjian Baru yang mengaitkan pembenaran secara langsung dengan Roh Kudus lebih jelas daripada 1 Korintus 6:11, di mana Paulus memberitahu pembacanya, "Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita." Kedua frase kesimpulan (yang merujuk kepada Kristus dan Roh) diterapkan kepada ketiga kata kerja sebelumnya: "disucikan," "dikuduskan," dan "dibenarkan." Di dalam teks bahasa Yunani, masing- masing frase ini dimulai dengan kata en, yang biasanya diterjemahkan "dalam" (Ing.= in); maka kita dapat memahami frase kedua menjadi "dalam Roh Allah kita" (versi ASV, NASB, RSV berbunyi "in the Spirit of our God"). Maknanya adalah: "dalam kesatuan dengan" atau "dalam hubungan dengan" Roh. Maka pembenaran kita tidak terpisahkan dari karya Roh Kudus.

Salah satu berkat dari pembenaran kita adalah pengadopsian kita menjadi anak-anak Allah. Berkat ini juga secara erat dikaitkan dengan Roh Kudus. Kita membaca mengenai hal ini di Galatia 4:4-6. Allah mengutus Anak-Nya, demikian Paulus memberitahu kita, sehingga "kita diterima menjadi anak" (ay. 5, NIV: receive the full rights of sons - menerima hak sepenuhnya sebagai anak-anak). Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi "hak sepenuhnya sebagai anak-anak" adalah huiothesia, suatu istilah yang dipergunakan dalam papirus yang berasal dari masa awal Kekristenan untuk menyatakan tindakan legal pengadopsian seseorang sebagai anak. Paulus meneruskan, "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (ay. 6) Dengan kata lain, adalah Roh Kudus, yang tinggal di dalam diri kita, yang memanggil Allah sebagai Bapa, dengan demikian meyakinkan kita bahwa kita bukan lagi budak, melainkan anak-anak Allah.

Poin yang sama juga diberikan dalam Roma 8. Di ayat 15, Paulus mengatakan, "Kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak (huiothesia) Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Di sini secara khusus ditunjukkan bahwa kita, orang-orang percaya memanggil Allah sebagai Bapa, walaupun kita melakukannya oleh atau melalui Roh Kudus. Bukan hanya sampai di situ, karena dengan mengikuti bimbingan Roh Kudus kita belajar untuk hidup sebagai anak- anak Allah: "[mereka] yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah" (ay. 14).

Bahwa pengudusan kita juga diperhitungkan sebagai pekerjaan Roh Kudus tidaklah mengejutkan kita. Sesungguhnya, nama "Roh Kudus" telah menyatakan bahwa Roh dikaitkan dengan kekudusan dan pengudusan. Di 2 Tesalonika 2:13 Paulus mengucap syukur kepada Allah atas para pembaca suratnya: "Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu." Di Roma 15:16 Paulus mendeskripsikan pekerjaannya sebagai pelayan Kristus bagi bangsa-bangsa non-Yahudi agar "bangsa-bangsa non-Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepada-Nya, yang disucikan oleh Roh Kudus." Tetapi memperhitungkan pengudusan kepada Roh Kudus tidak hanya dilakukan oleh Paulus. Petrus memulai suratnya yang pertama dengan memanggil pembacanya sebagai "orang- orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh" (1:2). Selaras dengan ayat-ayat seperti ini, Pengakuan Iman Westminster menyebut Roh Kudus sebagai "Roh Kristus yang menguduskan."

Roh Kudus juga secara tidak terpisahkan terlibat di dalam pemeliharaan (preservation) atas diri kita, atau ketekunan (perseverance) kita di dalam iman. Ada dua ungkapan Alkitab yang menarik perhatian kita: "meterai" dan "jaminan" (pledge). Dalam Efesus 4:30, Roh dikatakan sebagai meterai dari keselamatan final kita, "Janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan." Di dalam Perjanjian Baru, sebuah meterai seringkali merupakan tanda kepemilikan; dimeteraikan oleh Roh berarti dipisahkan untuk menjadi milik Allah. Tetapi dalam ayat ini, "dimeteraikan oleh Roh" juga bermakna bahwa Roh akan menjaga kita agar tetap berada di dalam persekutuan dengan Allah sampai hari terakhir keselamatan.

Demikian juga di dalam Efesus 1: 13-14, Paulus mendorong kita dengan mengatakan, "di dalam Dia [Kristus], kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah." Kata yang diterjemahkan sebagai "jaminan" adalah arrabon. Paulus menegaskan, bahwa jika kita memiliki Roh di dalam diri kita, maka kita memiliki jaminan bahwa kemuliaan mendatang yang merupakan warisan kita di dalam Kristus suatu hari nanti pasti akan menjadi milik kita - tidak ada satu pun yang dapat merebut warisan itu dari kita.

Kata arrabon juga digunakan untuk Roh di dua ayat yang lain. Di dalam 2 Korintus 1:22, kita mempelajari bahwa Allah telah "memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita." Dan di dalam 2 Korintus 5:5, Paulus mengajarkan kepada kita bahwa Allah sedang mempersiapkan suatu "tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal" (ay. 1), "mengaruniakan Roh kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita." Dengan kata lain, Roh Kudus dengan cara yang misterius tetapi luar biasa, memampukan kita untuk bertekun di dalam kehidupan ini sebagai orang Kristen hingga hari di mana kita akan masuk ke dalam bumi baru yang telah disempurnakan, yang telah diwariskan kepada kita.

Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA