KNB - Pelajaran 04
Nama Kursus | : | Kehidupan Nabi Besar |
Nama Pelajaran | : | Kehidupan Nabi Besar Yehezkiel |
Kode Pelajaran | : | KNB-P04 |
Pelajaran 04 – Kehidupan Nabi Besar Yehezkiel
Daftar Isi
- Latar Belakang Kehidupan Yehezkiel
- Siapakah Yehezkiel?
- Panggilan dan Pelayanan Yehezkiel (593–571 SM)
- Kondisi Yehuda pada Zaman Pelayanan Yehezkiel
- Konteks Sejarah dan Politik
- Kondisi Kerohanian Umat Allah
- Kondisi Umat pada Masa Pembuangan
- Tantangan dalam Pelayanan Yehezkiel
- Pesan Nubuat yang Tidak Populer
- Dibuat Bisu oleh Tuhan
- Tantangan Fisik dan Aksi Simbolik yang Berat
- Kehilangan Istri Tercinta
- Kitab Yehezkiel
- Struktur Kitab Yehezkiel
- Tema Kitab Yehezkiel
- Kemuliaan Tuhan
- Tanggung Jawab Pribadi atas Dosa
- Penyembahan Berhala dan Kejatuhan Rohani
- Harapan akan Pemulihan dan Pencurahan Roh
- Bait Suci dan Penyembahan yang Baru
- Tuhan Adalah Gembala Sejati
- Penglihatan-Penglihatan Utama Yehezkiel
- Penglihatan Kemuliaan Allah di Tengah Kerub (Yeh. 1)
- Penglihatan Gulungan Kitab yang Dimakan (Yeh. 2:8 – 3:3)
- Penglihatan tentang Kemuliaan Tuhan Meninggalkan Bait Suci (Yeh. 8–11)
- Penglihatan Lembah Tulang-Tulang Kering (Yeh. 37:1–14)
- Penglihatan tentang Bait Suci Baru (Yeh. 40–48)
- Akhir Hidup Yehezkiel
- Kematian Yehezkiel
- Pelajaran dari Kehidupan Yehezkiel
- Ketaatan Mutlak pada Panggilan Tuhan
- Kreativitas dan Keberanian dalam Menyampaikan Kebenaran
- Kesetiaan di Tengah Penderitaan
Doa
Pelajaran 04 -- Kehidupan Nabi Besar Yehezkiel
Yehezkiel adalah salah satu nabi besar dalam Perjanjian Lama (PL) yang dipanggil Tuhan untuk melayani bangsa Israel yang sedang berada dalam pembuangan. Pelayanannya bukan ditujukan untuk mencapai kesuksesan secara manusia, melainkan untuk menunjukkan ketaatan kepada Allah yang disembahnya.
- Latar Belakang Kehidupan Yehezkiel
- Siapakah Yehezkiel?
- Panggilan dan Pelayanan Yehezkiel (593–571 SM)
- Kondisi Yehuda pada Zaman Pelayanan Yehezkiel
- Konteks Sejarah dan Politik
- Kondisi Kerohanian Umat Allah
- Kondisi Umat pada Masa Pembuangan
- Tantangan dalam Pelayanan Yehezkiel
- Pesan Nubuat yang Tidak Populer
- Dibuat Bisu oleh Tuhan
- Tantangan Fisik dan Aksi Simbolik yang Berat
- Kehilangan Istri Tercinta
- Kitab Yehezkiel
- Struktur Kitab Yehezkiel
- Tema Kitab Yehezkiel
- Kemuliaan Tuhan
- Tanggung Jawab Pribadi atas Dosa
- Penyembahan Berhala dan Kejatuhan Rohani
- Harapan akan Pemulihan dan Pencurahan Roh
- Bait Suci dan Penyembahan yang Baru
- Tuhan Adalah Gembala Sejati
- Penglihatan-Penglihatan Utama Yehezkiel
- Penglihatan Kemuliaan Allah di Tengah Kerub (Yeh. 1)
- Penglihatan Gulungan Kitab yang Dimakan (Yeh. 2:8–3:3)
- Penglihatan tentang Kemuliaan Tuhan Meninggalkan Bait Suci (Yeh. 8–11)
- Penglihatan Lembah Tulang-Tulang Kering (Yeh. 37:1–14)
- Penglihatan tentang Bait Suci Baru (Yeh. 40–48)
- Akhir Hidup Yehezkiel
- Kematian Yehezkiel
- Pelajaran dari Kehidupan Yehezkiel
- Ketaatan Mutlak pada Panggilan Tuhan
- Kreativitas dan Keberanian dalam Menyampaikan Kebenaran
- Kesetiaan di Tengah Penderitaan
Mari kita mempelajari lebih jauh tentang Yehezkiel dan kehidupannya.
Nama Yehezkiel berasal dari bahasa Ibrani "yekhezqe'l", yang berarti 'Allah menguatkan'. Ayahnya, Busi, berasal dari garis keturunan imam, sehingga Yehezkiel sendiri juga adalah seorang imam. Ia hidup sezaman dengan Yeremia dan Daniel, dengan lokasi pelayanan yang berbeda:
- Yeremia: di Yerusalem
- Yehezkiel: di pembuangan Babel
- Daniel: di istana kerajaan Babel
Meskipun seorang imam, Yehezkiel tidak pernah melayani di Bait Allah secara fisik karena dia diangkut ke pembuangan pada gelombang kedua penawanan Babel (2Raj. 24:14-17). Walaupun hidup di tengah bangsa yang tidak setia, Yehezkiel tetap menjalankan tugas kenabiannya dengan setia.
Allah memanggil Yehezkiel ketika ia berada di Tel Abib, di tepi Sungai Kebar (di wilayah Babel). Saat itu, usianya 30 tahun (Yeh. 1:1–3), usia ketika para imam biasanya mulai menjalankan tugas di Bait Allah. Namun, Yehezkiel tidak melayani di Bait Allah, melainkan di tengah-tengah umat dalam pembuangan.
Pelayanannya dimulai lima tahun setelah Raja Yoyakhin dan elit bangsawan Yehuda dibuang ke Babel (593 SM). Tuhan memanggil Yehezkiel untuk melayani Yehuda pada masa yang paling kelam dalam sejarah bangsa Israel. Tugas kenabiannya adalah menyampaikan firman Tuhan kepada umat di pembuangan, baik pesan penghukuman maupun pengharapan. Tuhan memperingatkan bahwa meskipun umat-Nya itu keras kepala dan memberontak, Yehezkiel harus setia menyampaikan pesan Tuhan tanpa memedulikan respons mereka. Allah ingin Yehezkiel menjadi "penjaga umat Israel".
Bait Suci masih berdiri ketika Yehezkiel mulai bernubuat, tetapi kemudian dihancurkan dan dibakar habis pada 586 SM.
Secara politis dan militer, Yehuda berada dalam krisis berat akibat kebangkitan kekaisaran Babel (Nebukadnezar). Raja-raja yang memerintah pada masa pelayanan Yehezkiel:
- Yoyakim: memberontak terhadap Babel.
- Yoyakhin: ditawan ke Babel (Yehezkiel ikut).
- Zedekia: raja boneka Babel, tetapi juga memberontak sehingga menyebabkan kehancuran Yerusalem.
Setelah ditaklukkan Babel, terjadi dua gelombang pembuangan tawanan ke Babel:
- 605 SM: Pembuangan Pertama, termasuk Daniel dan teman-temannya.
- 597 SM: Pembuangan Kedua, termasuk Yehezkiel bersama Raja Yoyakhin dan para elit bangsawan Yehuda.
Kerajaan Yehuda hancur karena kerohanian yang rusak, penyembahan berhala, dan kemunafikan dalam beribadah. Sudah dibuang pun, umat belum mau bertobat. Mereka masih berpegang pada harapan palsu bahwa Tuhan akan membebaskan mereka tanpa pertobatan.
Ketika Yerusalem belum hancur, umat masih merasa aman karena ada Bait Suci. Mereka percaya "Tuhan tidak akan membiarkan Bait-Nya hancur." Namun, sebaliknya, Yehezkiel menubuatkan bahwa kemuliaan Tuhan telah meninggalkan bait itu (Yeh. 10). Bait Suci menjadi simbol kosong karena Tuhan sudah tidak lagi menyertai Yerusalem.
Yehezkiel menubuatkan kehancuran Yerusalem dan Bait-Nya karena dosa umat. Namun, Tuhan memakai Yehezkiel untuk menegaskan bahwa identitas umat seharusnya berakar pada firman dan perjanjian Allah, bukan pada simbol-simbol rohani.
Setelah kehancuran Yerusalem, bangsa Israel tidak lagi memiliki kerajaan yang berdaulat. Kekuasaan kini dipegang oleh gubernur yang ditunjuk Babel, yaitu Gedalya (Yer. 40:7). Secara sosial, mereka hidup sebagai tawanan di negeri orang. Mereka tinggal di permukiman di sepanjang Sungai Kebar (Yeh. 1:1).
Tanpa Bait Allah, tanpa raja, dan tanpa tanah air, Yehuda telah kehilangan identitasnya. Mereka bertanya: "Mengapa kami mengalami ini?" Muncullah nabi-nabi palsu yang mengatakan bahwa pembuangan akan segera berakhir, "Tuhan akan segera memulihkan kita." Sebaliknya, Yehezkiel menentang dan menubuatkan bahwa pemulihan baru akan datang kalau mereka melakukan pertobatan sejati.
Orang-orang tidak percaya pada pesan Yehezkiel (Yeh. 2:3–7). Mereka menganggap nubuat-nubuatnya hanya hiburan atau dongeng (Yeh. 33:30-33). Banyak yang mengeraskan hati. Mereka telah terpengaruh dengan kepercayaan Babel sehingga mulai menyembah berhala (Yeh. 8).
Nabi Yehezkiel menghadapi tantangan yang berat dan unik dalam pelayanannya di pembuangan:
Pesan Yehezkiel tegas dan penuh penghakiman pada awal pelayanannya (pasal 1–24). Dia menegur dosa umat dan menubuatkan kehancuran total Yerusalem dan Bait Suci. Pesan ini membuatnya tidak disukai karena dianggap terlalu negatif (Yeh. 2:3).
Tuhan membuat Yehezkiel tidak bisa berbicara secara normal (Yeh. 3:26–27), kecuali ketika Tuhan menyuruhnya bernubuat. Ini berlangsung bertahun-tahun, sampai Yerusalem benar-benar jatuh.
Tuhan menyuruh Yehezkiel melakukan tindakan simbolik yang ekstrem, seperti: Berbaring 390 hari di satu sisi, lalu 40 hari di sisi lain (Yeh. 4:4–6). Makan makanan terbatas yang dimasak di atas kotoran (Yeh. 4:12–15). Mencukur rambut dan membaginya dalam tiga bagian (Yeh. 5:1–4). Yehezkiel taat karena setiap aksi ini adalah pesan visual dari Tuhan.
Dalam Yehezkiel 24:15–18, Tuhan memberi tahu bahwa istri Yehezkiel akan mati, dan dia tidak boleh berduka secara publik. Ini menjadi tanda simbolik bahwa Yerusalem akan hancur dan rakyat tidak akan sempat berduka atas kota mereka.
Meskipun dimulai dengan penghakiman dan penderitaan, kitab Yehezkiel diakhiri dengan pesan pengharapan dan pemulihan akan kehadiran Allah di tengah umat-Nya.
Kitab ini dibagi menjadi 3 bagian besar:
- Penghakiman atas Yehuda dan Yerusalem (pasal 1–24).
- Penghakiman atas bangsa-bangsa sekitarnya (pasal 25–32).
- Pemulihan Israel & pengharapan masa depan (pasal 33–48).
Kitab Yehezkiel sangat kaya dengan tema-tema penting:
Dalam kitab ini, kita melihat kemuliaan Allah muncul dalam bentuk yang sangat megah (pasal 1). Namun, Dia meninggalkan Bait Suci karena dosa umat (pasal 10–11). Pada akhir kitab ini, Allah berjanji akan hadir kembali bersama umat-Nya yang kudus (pasal 43).
Yehezkiel mengajarkan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas dosa mereka sendiri, bukan mewarisi hukuman dari generasi sebelumnya.
Banyak kecaman Yehezkiel atas praktik penyembahan berhala yang bahkan terjadi juga di Bait Allah. Allah digambarkan sebagai suami yang disakiti oleh istrinya yang berzina dan tidak setia (pasal 16 dan 23).
Pasal 36 dan 37 berbicara tentang transformasi hati, pemberian Roh Kudus, dan pembaruan bangsa secara rohani dan nasional. "Aku akan memberimu sebuah hati yang baru, dan roh yang baru akan Aku taruh di dalammu; ...." (Yeh. 36:26)
Tuhan memberikan penglihatan tentang Bait Suci yang baru, yang sangat detail dan simbolis (pasal 40–48). Ini menggambarkan kesempurnaan penyembahan dan hadirat Tuhan pada masa pemulihan.
Tuhan menyatakan bahwa Ia akan menjadi Gembala untuk menggantikan para pemimpin rohani yang jahat. Ini menjadi salah satu nubuat mesianik yang digenapi dalam Yesus Kristus, Gembala yang baik (Yoh. 10).
Salah satu hal yang paling khas dari pelayanan Yehezkiel adalah penglihatan-penglihatan yang sangat dramatis, simbolis, dan penuh makna teologis. Tuhan memakai penglihatan-penglihatan ini untuk menyampaikan pesan yang kuat kepada bangsa Israel pada masa itu.
Yehezkiel melihat langit terbuka dan tampak kerub-kerub (makhluk hidup bersayap), roda-roda penuh mata, dan di atasnya ada takhta dengan sosok seperti manusia yang bercahaya seperti logam dan api. Maknanya:
- Kemuliaan Allah tidak terbatas pada Bait Suci di Yerusalem, tetapi hadir juga di tanah pembuangan.
- Roda yang bisa bergerak ke segala arah menunjukkan Allah hadir di mana-mana.
Tuhan memberikan gulungan kitab kepada Yehezkiel dan memerintahkan dia untuk memakannya. Isinya adalah perkataan ratapan dan kecaman.
Maknanya:
- Penerimaan sepenuhnya akan firman Tuhan, bahkan bila pesan itu menyakitkan.
- Pelayanan Yehezkiel akan keras dan tidak populer, tetapi harus dilakukan dengan taat.
Yehezkiel dibawa ke Bait Suci dan melihat penyembahan berhala yang dilakukan secara rahasia. Kemudian, kemuliaan Tuhan perlahan-lahan meninggalkan Bait Suci.
Maknanya:
- Allah menunjukkan alasan mengapa Yerusalem akan dihancurkan karena umat telah mencemari tempat kudus-Nya.
- Kemuliaan Tuhan yang pergi dari Bait Suci melambangkan penghakiman yang serius atas dosa umat-Nya.
Yehezkiel melihat lembah penuh tulang-tulang kering. Atas perintah Tuhan, ia bernubuat dan tulang-tulang itu bersatu, berurat, berdaging, dan menerima napas hidup.
Maknanya:
- Lambang kebangkitan dan pemulihan bangsa Israel.
- Tuhan akan menghidupkan kembali umat-Nya yang sudah "mati secara rohani" dalam pembuangan.
Yehezkiel dibawa oleh malaikat untuk melihat rancangan detail sebuah Bait Suci yang besar dan kudus. Dari Bait itu, mengalir sungai kehidupan.
Maknanya:
- Pemulihan sempurna umat Allah, bukan hanya secara jasmani, tetapi juga secara rohani.
- Menunjuk pada kerajaan Mesias yang akan datang (eskatologis), Yerusalem baru dalam Wahyu 21–22.
Yehezkiel menghabiskan seluruh pelayanannya di tengah-tengah orang-orang Israel yang berada di pembuangan.
Alkitab tidak mencatat kematian Yehezkiel. Dia tiba-tiba "menghilang dari panggung sejarah". Bagian akhir kitabnya (pasal 40–48) menubuatkan tentang pemulihan dan visi Bait Suci yang baru (571 SM). Setelah itu, tidak ada lagi informasi tentang Yehezkiel.
Namun, catatan tradisi Yahudi mengatakan Yehezkiel mungkin mati dibunuh pemimpin Israel yang marah karena nubuat penghukuman atas Yerusalem. Tradisi ini menyebutkan Yehezkiel dimakamkan di suatu tempat di Babel. Namun, informasi ini tidak ada dasar historisnya.
Catatan non-Kanonik mengatakan Yehezkiel mati di pembuangan dan dimakamkan di wilayah Mesopotamia (Irak). Kemungkinan dia mati dalam usia tua setelah menyelesaikan tugas kenabiannya. Pelayanannya berlangsung selama 22 tahun, maka kemungkinan ia mati pada usia 50-an/60-an. Nama kota yang terakhir disebut adalah: "YHWH-Sama" – Tuhan ada di sana! (Yeh. 48:35)
Kehidupan Yehezkiel memberikan banyak pelajaran penting bagi orang percaya sepanjang zaman.
Yehezkiel menerima panggilan Tuhan pada situasi yang sulit dan tidak ideal, tetapi dia tetap setia untuk menyampaikan firman Tuhan. Kita pun harus taat dan setia menjalankan panggilan-Nya.
Yehezkiel tidak ragu untuk menyampaikan firman Tuhan, bahkan bersedia menggunakan tindakan simbolis yang unik/aneh/tidak wajar (Yeh. 4-5). Selain kreativitas, dibutuhkan keberanian untuk menyampaikan kebenaran.
Yehezkiel mengalami berbagai penderitaan selama pelayanannya, tetapi dia tetap teguh dan menyerahkan seluruh hidupnya pada kehendak Tuhan.
Dari kehidupan dan pelayanan Yehezkiel, kita belajar bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Penghakiman Allah selalu disertai dengan anugerah pemulihan bagi mereka yang bertobat.
Akhir Pelajaran (KNB-P04)
Doa
"Tuhan Yesus, melalui nabi-Mu Yehezkiel, aku mengerti bahwa Engkau berdaulat untuk memimpin umat-Mu di tengah situasi sesulit apa pun. Ajar aku percaya bahwa kehendak-Mu ya dan amin. Terpujilah Allahku yang hidup."
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA