OBITURARI : SELAMAT JALAN PAK PUJI, SAMPAI BERTEMU LAGI DI SURGA

Saya bertemu pak Puji tiga tahun yang lalu, saat sebelum memimpin ibadah perlu memasukkan file khotbah ke dalam komputer. Pak Puji di gereja sebagai pelayan multimedia menerima USB memory dan berusaha memasukkan ke dalam port USB laptop dengan susah payah, sehingga saya segera membantunya. Dia kesulitan memasukkan memory ke dalam port USB karena menderita stroke sebelah badannya dari wajah, tangan sampai kaki. Sudah 10 tahun kelemahan tubuh itu diderita, tetapi pak Puji selalu setia melayani Tuhan baik di bagian multimedia maupun di dalam team doa.

Dari situ saya berkenalan lebih dekat dengan pak Puji, namanya Nur Pudjianto, usia paruh baya, suami bu Debora dengan satu anak perempuan Axella 12 tahun. Pak Puji sebelumnya non Kristen, kemudian menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

Pak Puji berasal dari Surabaya, jadi saya bisa berbicara dengan bahasa Jawa dengan guyonan (gurauan) khas Jawa Timuran. Satu hari dia bilang beban hidupnya sangat berat. Ya tentu saja, karena kondisi fisik yang lemah sakit stroke sehingga susah berjalan dan susah berbicara karena wajahnya juga stroke. Dengan santai saya katakan, “Pak Puji mesti copot otaknya diganti dengan Firman Tuhan. Jangan lupa ‘udel’nya (pusar) juga dicopot.”

Itu maksudnya tidak perlu susah memikirkan hidup yang menderita tapi hanya fokus pada apa kata Firman Tuhan yang memberikan kekuatan dan penghiburan. Sedangkan ‘pusar’ dicopot itu kiasan bahasa Jawa mengenai 'tidak punya pusar (ora duwe udel)' artinya tidak punya malu atau tidak punya nalar. Maksudnya tidak perlu memikirkan apa kata orang yang menghina, memojokkan atau menyerang, tetapi jalani hidup dengan santai dan sukacita - atau dalam bahasa kekiniannya adalah ‘cuek bebek.’

Ketika menerima Yesus sebagai Tuhan, pak Puji diberkati karunia Roh 'penglihatan dan pendengaran', sehingga kita bisa sharing tentang berbagai pewahyuan Roh. Sudah beberapa tahun sebelumnya Tuhan Yesus meminta kita bertekun di dalam doa rantai Bapa Kami untuk menghancurkan 'kubah hitam roh'. Ternyata ketika sharing, Tuhan Yesus juga menyatakan hal yang sama kepada pak Puji untuk bangun pagi dan berdoa rantai Bapa Kami. Tuhan Yesus juga memperlihatkan hal yang sama terjadi di dalam Roh, yaitu ketika kita berdoa rantai Bapa Kami, maka ‘kubah hitam roh’ dihancurkan dan digantikan dengan ‘langit api kemuliaan Allah’ yang berwana biru menyala terang (blue fire).

Satu kali saya diminta sebagai pembicara di retreat satu sekolah internasional di Puncak. Di sana saya bertemu dengan pak Puji dan istrinya yang bekerja di sekolah tersebut. Malam hari ketika ada jeda dalam pelayanan doa Pelepasan dan Pemulihan tiap-tiap siswa, saya ngobrol sebentar dengan pak Puji yang terlihat memiliki beban yang berat.

Tiba-tiba Tuhan Yesus meminta saya melakukan hal yang cukup unik, yaitu, “Minta pak Puji melihat tubuhnya di surga.” Saya tanya, “Bagaimana caranya Tuhan, khan dia masih hidup?” “Lihat cemin.” Oh begitu, caranya. Kemudian saya mendoakan pak Puji, dan di dalam Roh saya meletakkan cermin surgawi di depannya. Saya minta pak Puji melihat dirinya di cermin surgawi. Dalam keadaan tutup mata, terlihat wajahnya sejenak terheran-heran tapi setelah itu tertawa terbahak-bahak. Wajahnya terlihat sangat bahagia, melihat tubuh surgawinya yang sangat ganteng, masih muda dan sehat walafiat - sangat berbeda dengan kondisi fisik yang sedang dialami. Penglihatan tubuh surgawi sangat menguatkan dan menghibur. Setelah itu, kalau bertemu dalam pelayanan di gereja dan melihat pak Puji sedang ‘galau’, saya selalu mengingatkan mengenai tubuh surgawinya yang seperti bintang sinetron ... :)

Satu kali pak Puji bilang ingin bekerja karena sudah bosan bertahun-tahun menganggur. Saya mengiyakan saja, walaupun merasa agak mustahil jika melihat keadaan fisiknya; tetapi tetap mendukung dalam doa. “Aku ini badannya saja yang susah gerak, tapi otaknya masih bagus,” kata pak Puji. Ketika masih sehat pak Puji punya usaha program komputer dengan beberapa pegawai, dan dia selalu mengoreksi hasil program buatan pegawainya di malam hari ditemani rokok dan kopi, untuk direvisi esok harinya. Beberapa waktu kemudian saya mendapat kabar bahwa pak Puji mendapat pekerjaan di bagian IT di sebuah perusahaan, setelah Tuhan mempertemukan dengan pemiliknya. Tuhan Yesus itu ajaib, sekali pun kondisi fisik lemah tapi diberi berkat bisa bekerja.

Di tempat kerja itu pak Puji mulai bersaksi dan menjadi 'konselor rohani' terhadap orang-orang yang dipertemukan Tuhan Yesus. Selama itu, mukjizat Tuhan juga banyak dialami, misalnya ketika akan berangkat kerja, turun hujan. Dia kuatir karena perjalanan berangkat dan pulang naik ojek online. Saat itu Roh Kudus berkata, “Doa, perintahkan hujan berhenti.” Mulanya pak Puji ragu-ragu karena belum pernah berdoa seperti itu; tapi karena hujan semakin deras, akhirnya dia berdoa memerintahkan hujan untuk berhenti dalam nama Tuhan Yesus. Dan ajaib, sebentar kemudian hujan berhenti sehingga pak Puji bisa berangkat kerja tidak kehujanan, dan setelah masuk ke kantor hujan kembali turun dengan derasnya. Kuasa nama Tuhan Yesus di dalam iman memang luar biasa.

Ketika melayani ibadah kembali saya melihat pak Puji sedang ‘galau’. Saya menaruh telunjuk di kepala untuk mengingatkan pak Puji ‘meletakkan akal pikiran diganti Firman Tuhan.’ Pak Puji kemudian berkata dengan bahasa ‘Suroboyoan’, “Aku wis gak duwe utek. Utekku wis ilang.” (Saya sudah tidak punya otak. Otak saya sudah hilang). Saya tertawa dan menunjuk pusar di perut. Giliran pak Puji yang tertawa lebar, “Iyo rek, udelku isih ono.” (Iya, puser saya masih ada). Maksudnya dia masih terpengaruh dari cemoohan dan perkataan orang lain, dan memasukkannya dalam hati.

Ketika memimpin ibadah di bulan September 2017 saya tidak melihat pak Puji - katanya pak Puji sedang sakit di rumah. Setelah ibadah, saya dan keluarga langsung menjenguk pak Puji di rumahnya, di apartemen di daerah Pos Pengumben Jakarta Barat. Waktu saya datang pak Puji sedang tidur di kamar, jadi kita masuk untuk menemui.

Ketika melihat pak Puji, saya dan isteri terkejut karena melihat wajahnya putih bercahaya, muda dan ganteng. Kita spontan berkata, “Pak Puji ganteng banget!”

(Di dalam pelayanan, Tuhan Yesus menunjukkan kepada kita mengenai orang-orang yang kita layani, terutama orang-orang yang akan segera masuk surga. Wajahnya terlihat putih seperti memakai bedak, tapi bercahaya. Itu adalah cahaya surgawi yang sudah terpancar dari Rohnya yang siap masuk surga. Tuhan Yesus memperlihatkan wajah putih bercahaya itu terjadi pada orang-orang yang sakit keras, sakit biasa atau bahkan masih sehat. Ketika sudah memahami penglihatan itu, tugas kita adalah terus mendoakan supaya mereka dilindungi Tuhan Yesus dan diluputkan dari yang jahat. Dan memang, setelah beberapa minggu kemudian, kita akan mendapat kabar bahwa mereka dipanggil Tuhan Yesus masuk surga.)

Melihat keadaan seperti itu, saya minta isteri untuk mengambil ember berisi sedikit air dan handuk kecil. Kemudian saya memimpin doa bagi pak Puji dan isterinya untuk saling melepaskan pengampunan dan berkat, yang diawali dengan istrinya membasuh dan menyeka kaki pak Puji, sebagai bentuk ketundukan isteri di dalam Roh sesuai kebenaran Fiman Tuhan. Dilanjutkan dengan doa pembersihan tubuh, jiwa dan Roh untuk mempersiapkan Roh pak Puji siap masuk surga.

“Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.” (Efesus 5:22-27)

Hari Kamis, 21 September 2017, ketika pelayanan di Cilegon, saya mendapat telpon bahwa pak Puji masuk Rumah Sakit Pelni Petamburan karena kondisinya kritis. Lewat telpon kita doakan pak Puji supaya diberkati kekuatan oleh Tuhan Yesus, karena minggu itu isterinya dan team doa sedang ke Israel untuk berdoa di Kota Daud.

Hari Minggu pagi saya dan keluarga ke RS Pelni, dan di ruang HCU melihat pak Puji terbaring dengan berbagai peralatan medis di tubuhnya. Ketika saya panggil sudah tidak ada tanggapan dan memang tubuhnya sudah sangat lemah. Kemudian kita mendoakan dengan minyak urapan.

Di dalam Roh terlihat tubuh pak Puji memakai jubah surgawi warna putih bercahaya dan dijagai oleh 2 malaikat. Rohnya berkata, “Badanku sudah lemah.” Tapi saya berkata, “Pak Puji harus semangat, tetap bertahan sampai bu Debora pulang dari Israel.” Di dalam Roh, dia tersenyum menjawab dengan anggukan kepala.

Sebelum pulang saya meletakkan Komboskini (rantai doa) di meja samping tempat tidur, karena ketika masih sehat saya berjanji akan memberikan Komboskini untuk membantu pak Puji dalam doa rantai Bapa Kami.

Puji Tuhan, pak Puji masih bisa bertemu dengan isterinya pulang dari Israel sekalipun kondisi tubuhnya semakin lemah.

Berikutnya ketika melayani dalam ibadah, saya bertemu dengan bu Debora dan disampaikan bahwa dia dan keluarga sudah siap, kalau sewaktu-waktu pak Puji dipanggil Tuhan. Bu Debora juga minta didoakan agar masa sakitnya tidak berlarut-larut karena kasihan melihat pak Puji menderita di Rumah Sakit. Tuhan Yesus memberikan penglihatan kepada bu Debora, melihat pak Puji memakai jubah putih bercahaya bertemu dengan Tuhan Yesus dan tangannya memegang Komboskini. Puji Tuhan!

Saya kemudian menyampaikan kepada bu Debora, kalau nanti bertemu pak Puji supaya berdoa memerintahkan 'jiwa'nya untuk tidak usah kuatir tentang apa pun dan melepaskan semua ikatan terhadap tubuh dan Roh, di dalam nama Tuhan Yesus.

Apa yang terjadi terhadap pak Puji adalah bukti Firman Tuhan yang nyata bahwa manusia terdiri atas ‘tubuh’, ‘jiwa’ dan ‘Roh’. Ini bertentangan dengan pandangan orang atheis, termasuk ilmuwan Stephen Hawking yang menyatakan manusia hanya terdiri atas ‘hardware’ (tubuh) dan ‘software’ (jiwa).

"Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga ROH, JIWA dan TUBUHmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita." (1 Tesalonika 5:23)

Tubuh adalah ‘hardware’ dan jiwa adalah ‘software’ (akal pikiran, hati, perasaan, karakter, ingatan, dll.). Tubuh (hardware) pak Puji sudah lemah sehingga harus didukung peralatan medis, sedangkan Rohnya sudah siap masuk ke surga. Tetapi mengapa tubuhnya tetap bertahan ‘hidup’, karena ada jiwa (software), berbagai ingatan dan perasaan, yang masih bertahan karena kuatir terhadap keadaan keluarga yang akan ditinggalkan.

Hari Minggu pagi, 1 Oktober 2017, saya mendapat kabar dari bu Debora bahwa pak Puji sudah dipanggil Tuhan. Ketika kritis, bu Debora berdoa untuk jiwanya agar melepaskan semua kekuatiran dan ikatan duniawi, dan kemudian Roh pak Puji bertemu Tuhan Yesus di surga.

Siang harinya saya ke Rumah Duka Dharmais, melihat pak Puji di dalam peti dengan wajah cerah tersenyum lebar. Ketika membawakan Firman dan memimpin doa, Tuhan memperlihatkan pak Puji di depan rumahnya di surga melambaikan tangan kepada kita yang berkumpul berdiri di sekeliling tubuh fisiknya.

Di dalam doa, Tuhan Yesus memperlihatkan pak Puji di surga memiliki badan yang tinggi tegap, muda, sehat (seperti yang terlihat di cermin surgawi), ganteng dan memakai jubah putih surgawi yang bercahaya. Rumahnya di surga besar dan luas, dua lantai dengan dua pilar besar sampai atap di samping kanan kiri pintu masuk yang besar.

Saya sangat bersyukur karena diijinkan Tuhan Yesus bertemu, bersahabat dan belajar bersama anakNya yang luar biasa, pak Puji, yang sekarang sudah menyelesaikan pertandingan iman dengan kemenangan penuh, dan mendapat upah rumah besar di surga.

---

Menurut pandangan manusia, tahun-tahun akhir hidup pak Puji tidak berarti dan menyusahkan karena tubuh fisiknya semakin lemah oleh sakit stroke. Tetapi Tuhan Yesus tidak melihat tubuh fisik dan apa yang bisa dilakukan olehnya. Tuhan Yesus melihat kemurnian hati yang terdalam, dan dari situlah Dia menyediakan ‘upah surgawi’ bagi setiap orang yang berkenan kepadaNya, seperti Daud kecil yang dipanggil dari ladang penggembalaan untuk diurapi oleh nabi Samuel menjadi raja Israel, ataupun seperti Lazarus si pengemis hina yang boroknya dijilati anjing dan mati kelaparan tetapi dijemput malaikat-malaikat dibawa ke pangkuan Abraham di surga.

"Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7)

"Ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham." (Lukas 16:20-22)

Pak Puji sudah 'membayar harga' dengan tubuhnya terhadap apa yang sudah dilakukan selama puluhan tahun sebelumnya, dengan 13 tahun menjalani hidup yang lemah di dalam stroke. Di situ pak Puji yang sebelumnya tidak kenal Tuhan Yesus, bertekun untuk mencari kebenaran Firman Tuhan - dan Tuhan Yesus menyatakan bahwa Dia berkenan atas kerinduan hati pak Puji serta memberikan upah besar di surga.

“Selamat jalan ke surga pak Puji. Tolong terus mendoakan kita semua yang masih berjuang menyelesaikan pertandingan iman di dunia ini. Sampai bertemu lagi di surga.”

"Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1)

Tetap semangat di dalam Firman Tuhan dan Langkah Iman.

GBU
(Indriatmo)

* * * * *

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA