OTK 2025 - Pelajaran 03
Nama Kursus | : | Orang Tua dan Keluarga |
Nama Pelajaran | : | Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua |
Kode Pelajaran | : | OTK-P03 |
Pelajaran 03 -- Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua
Daftar Isi
- Arti Tugas dan Tanggung Jawab
- Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mengasihi
- Tanggung Jawab Orang Tua dalam Memenuhi Kebutuhan Anak
- Kebutuhan Fisik (Physical Needs)
- Kebutuhan Rasa Aman (Physiological Needs)
- Kebutuhan Rasa Dimiliki dan Kasih (Belongingness and Love)
- Kebutuhan Penghargaan Diri (Esteem Needs)
- Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization Needs)
- Kebutuhan Rohani (Spiritual Needs)
- Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik
- Tantangan dan Peluang Digital/AI dalam Pendidikan Iman Anak
Doa
Pelajaran 03 -- Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua
Tugas orang tua dalam keluarga bukan hal yang ringan. Di samping tugas rutin rumah tangga, memelihara, dan membesarkan anak-anak, ada juga tugas yang sangat penting, yaitu menjaga keharmonisan seluruh anggota keluarga dalam hubungannya dengan Tuhan agar mereka semua bertumbuh dalam pengenalan dan kasih kepada Tuhan. Mari kita mempelajarinya lebih jauh.
- Arti Tugas dan Tanggung Jawab
- Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mengasihi
- Tanggung Jawab Orang Tua dalam Memenuhi Kebutuhan Anak
- Kebutuhan Fisik (Physical Needs)
- Kebutuhan Rasa Aman (Physiological Needs)
- Kebutuhan Rasa Dimiliki dan Kasih (Belongingness and Love)
- Kebutuhan Penghargaan Diri (Esteem Needs)
- Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization Needs)
- Kebutuhan Rohani (Spiritual Needs)
- Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik
- Tantangan dan Peluang Digital/AI dalam Pendidikan Iman Anak
Tanggung jawab dapat diartikan sebagai suatu tugas, kewajiban, dan tanggungan yang harus dikerjakan. Dari pelajaran sebelumnya, kita telah belajar bahwa orang tua adalah pihak yang dikaruniai anak oleh Tuhan, yang juga dituntut untuk bertanggung jawab atas karunia yang diberikan. Sementara itu, anak adalah pihak yang disebut sebagai karunia sekaligus tanggungan bagi orang tua. Jadi, orang tua adalah pribadi yang telah menerima karunia sekaligus beban atau tugas pekerjaan untuk merawat anak-anaknya. Sehubungan dengan tugas dan tanggung jawab orang tua, ayat-ayat berikut ini mungkin akan sangat menolong.
- Amsal 29:17, "Didiklah anakmu, maka dia akan memberimu ketenteraman, dan mendatangkan kesenangan bagi jiwamu."
- Amsal 22:6, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya, dia tidak akan menyimpang dari jalan itu."
Kasih adalah perasaan sayang atau cinta kepada seseorang. Kasih biasanya dibagi menjadi empat jenis, yaitu: kasih kepada Allah, kasih kepada lawan jenis (asmara/birahi), kasih kepada keluarga, dan kasih persahabatan. Ikatan atau bentuk kasih yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya adalah kasih keluarga.
Dalam menerapkan kasih kepada anak, perlakuan orang tua harus bijak, tidak boleh membeda-bedakan kasihnya antara anak yang satu dengan yang lainnya. Kasih orang tua kepada anak sulung harus sama dengan kasih yang diberikan kepada anak yang berikutnya. Demikian juga, kasih kepada anak tiri harus sama dengan kasih yang diberikan kepada anak kandung. Demikian juga, terhadap anak angkat, anak yang cacat fisik maupun mental, anak yang membenci kita—semuanya harus mendapatkan kasih dengan takaran yang bijaksana.
Pemberian kasih kepada anak sangat penting dalam keluarga. Kasih “agape” merupakan dasar yang paling penting dalam pembentukan keluarga yang harmonis. Jika dalam suatu keluarga kasih Kristus bertumbuh dengan begitu baik, kecil kemungkinan keluarga mengalami perpecahan, sebab dasar yang paling utama, yaitu kasih, telah diterapkan.
Pengungkapan kasih orang tua kepada anak dapat diberikan dengan bermacam-macam cara. Bisa melalui perkataan, sentuhan fisik, pemberian barang-barang tertentu yang dibutuhkan dan disukai, dan masih banyak lagi cara lainnya. Setiap anak memiliki cara yang berbeda dalam menangkap kasih yang diberikan oleh orang tuanya. Karena itu, orang tua dan anak harus saling mengenal dan memperhatikan.
Orang tua harus belajar memperhatikan fase-fase perkembangan anak karena kebutuhan anak dipengaruhi oleh fase perkembangannya. Secara umum, kebutuhan manusia dibagi menjadi 6 kategori, yaitu: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman (physiological needs), kebutuhan rasa dimiliki dan kasih (belongingness and love), kebutuhan penghargaan diri (esteem needs), kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), dan kebutuhan rohani.
Berbicara tentang kebutuhan fisik anak, orang tua harus memperhatikan klasifikasi usia anak. Kebutuhan fisik anak selalu berkaitan dengan makanan, minuman, keamanan, dan hal-hal lain yang dapat mendukung pertumbuhan fisik anak. Sebagai contoh, pada usia dalam kandungan, kondisi kesehatan anak bergantung penuh dengan kondisi fisik ibu. Karena itu, ibu harus menjaga makanan dan minuman yang dikonsumsinya, serta menjaga kesehatan fisiknya demi kebaikan janin yang masih dikandung. Ketika anak sudah dilahirkan, orang tua memberikan asupan gizi yang akan membantu pertumbuhan bayinya. Demikian pula seterusnya, ketika bayi tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dan pemuda. Secara perlahan, tetapi pasti, tanggung jawab orang tua akan kebutuhan fisik anak–termasuk merawat dan menjaga kebersihan, serta melatih seluruh fungsi fisik anak–semakin berkurang.
Pada masa prakelahiran, orang tua harus menjaga keamanan anak dengan memberikan perhatian dalam bentuk perlindungan, termasuk kondisi psikologisnya. Pada masa bayi, rasa aman dapat diberikan kepada bayi melalui dekapan, ciuman, dan sikap perlindungan orang tua terhadap situasi di sekitar bayi. Ketika anak mulai masuk masa kanak-kanak, orang tua dapat menunjukkan sikap perhatian dan perlindungan dari hal-hal yang membahayakan nyawa dan emosi anak supaya anak tidak mudah merasa takut dan ragu-ragu.
Ketika anak sudah memasuki masa remaja, mungkin sedikit berbeda. Anak mungkin akan mulai bergumul dengan banyak masalah sekolah, sosial, keuangan, teknologi, dsb. Orang tua harus peka dengan semua itu dan bersikap siaga untuk memberikan pertolongan kepada anak remajanya. Hal yang sama juga dapat dilakukan ketika anak sudah masuk usia remaja dan pemuda. Orang tua harus membatasi diri untuk selalu terlibat dalam masalah mereka, kecuali untuk kasus-kasus besar yang memaksa orang tua harus terlibat langsung.
Pastikan juga kebutuhan rasa aman anak sebagai generasi digital/AI juga terpenuhi. Mereka perlu mendapatkan edukasi dan perlindungan dari orang tua terkait keamanan mereka di ruang virtual. Kita dapat mengajarkan perilaku-perilaku yang pantas dan tidak pantas di ruang virtual. Orang tua juga harus menjadi contoh yang baik (“role model”) bagi anak-anak dalam menggunakan internet atau teknologi AI secara aman dan sehat.
Ketika anak masih dalam kandungan, rasa kasih sayang bisa ditunjukkan melalui cinta antara kedua orang tua dan terhadap anak. Sikap penolakan secara fisik dan psikologis terhadap anak harus dihindari, meskipun secara fisik bayi belum bisa melihatnya. Ketika anak memasuki masa bayi, kasih sayang orang tua dapat ditunjukkan dengan mencium, memeluk, menggendong, serta sering mengajaknya bergurau atau mengucapkan kata-kata kasih. Hal seperti ini harus dimulai sejak bayi berusia di bawah tiga tahun. Secara mendasar, hal tersebut juga masih perlu dilakukan ketika anak mulai beranjak dewasa, meskipun dengan cara-cara yang disesuaikan dengan usia anak. Bahasa kasih kepada remaja dapat ditunjukkan dengan cara verbal dan nonverbal, dengan menunjukkan perhatian yang tulus. Secara prinsip, cara-cara ini berlaku bagi anak usia pemuda, dewasa, dan pertengahan dewasa, tetapi dengan kualitas dan pendekatan yang berbeda-beda.
Pada era digital/AI ini, banyak orang tua yang cenderung menggantikan kehadiran dan kasih sayang mereka terhadap anak dengan memberikan smartphone/gadget sejak anak berusia dini. Orang tua Kristen harus waspada terhadap hal ini karena dapat menimbulkan tidak terpenuhinya kebutuhan rasa dimiliki dan dikasihi dalam diri anak, yang menjadi pemicu berbagai masalah kepribadian seseorang.
Bagi bayi yang masih dalam kandungan, mungkin kebutuhan ini belum begitu terlihat, tetapi orang tua tetap harus memberikan penghargaan atas keberadaan mereka sehingga mereka bertumbuh sebagai pribadi yang dihargai orang tuanya. Memberikan penghargaan bisa diwujudkan dengan menunjukkan sikap pujian atas setiap tindakan baik, kreativitas, prestasi, dan hal-hal sederhana yang mereka lakukan bagi orang lain. Orang tua tidak boleh merendahkan apa pun yang dilakukan oleh anak jika itu adalah hal-hal yang positif.
Bentuk aktualisasi diri anak berbeda-beda dalam tiap periode. Orang tua harus memberikan bimbingan untuk setiap kebebasan dalam anak mengaktualisasikan diri. Anak bayi misalnya, ketika anak mulai aktif dengan berbagai aktivitasnya, orang tua harus membimbing dan mendukung mereka. Begitu pula saat mereka memasuki usia anak-anak atau sekolah, remaja, pemuda, dan seterusnya. Pada era digital dan kemajuan AI, anak-anak menghadapi banjir informasi yang tidak tersaring, termasuk konten yang bersifat konsumtif, individualistik, bahkan destruktif secara moral. Tentu saja hal-hal ini menghambat pertumbuhan rohani mereka dan semakin jauh dari Tuhan. Karena itu, orang tua harus dekat dengan anak-anak yang sedang bertumbuh ini agar mereka mendapatkan bimbingan prinsip-prinsip rohani yang jelas sehingga tidak salah arah.
Kebutuhan rohani adalah kebutuhan yang paling esensial bagi masa depan mereka. Pada masa prakelahiran, orang tua harus melingkupi janin dengan doa, pujian kepada Allah, pembacaan firman Tuhan. Hal ini perlu terus dilakukan hingga bayi lahir dan bertumbuh memasuki usia anak-anak. Berikan didikan rohani dan bimbingan bacaan dan firman Tuhan. Ketika anak mulai berusia remaja dan pemuda, sediakan bahan-bahan renungan rohani yang sesuai untuk membantu mereka bertumbuh. Saat ini, tersedia banyak bahan media rohani digital alat berbasis AI yang lebih relevan dengan kebutuhan mereka. Orang tua perlu menanamkan prinsip-prinsip firman Tuhan agar anak dapat memilih bahan-bahan yang alkitabiah sehingga mereka memperoleh asupan rohani yang kaya akan kebenaran firman Tuhan. Orang tua bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan rohani anak, sejak dalam kandungan hingga dewasa, bahkan sampai mereka menjadi orang tua bagi anak-anak mereka.
Orang tua adalah wakil Tuhan, dan salah satu tugas utamanya adalah mendidik anak-anak Tuhan di dunia. Adapun didikan yang paling utama adalah pendidikan rohani, yang kemudian diikuti oleh pendidikan umum. Pendidikan dalam keluarga Kristen harus berpusat pada Alkitab sebagai dasar pengenalan akan Allah yang benar, keselamatan, dan nilai-nilai kehidupan Kristen yang harus ditaati maupun larangan-larangan yang harus dihindari. Sebagaimana keluarga milik Allah dalam PL dan PB yang menjalankan amanat Allah, demikian juga seharusnya keluarga Kristen pada masa kini.
Kita mengenal bahwa dunia mengajarkan banyak ajaran agama. Di Indonesia sendiri, terdapat setidaknya enam agama yang diakui secara resmi oleh pemerintah. Sementara itu, beberapa keyakinan lain juga dijalankan meskipun secara hukum belum diakui. Mengingat kenyataan ini, orang tua harus mampu meyakinkan anak-anak bahwa Allah yang benar hanya ada dalam Yesus Kristus dan Alkitab. Hal ini penting agar pemahaman anak terhadap kepercayaan tidak menjadi rancu.
Selain pendidikan rohani, orang tua juga bertanggung jawab memberikan pendidikan umum dan formal agar anak dapat berfungsi dalam masyarakat. Pendidikan ini mencakup norma, etika, hukum, dan pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan usia anak. Dalam keluarga Kristen, ayah adalah pemegang tonggak pimpinan, dan bersama istri memimpin anak-anak untuk bertumbuh, baik secara rohani maupun pendidikan umum dalam keluarganya.
Perkembangan teknologi digital/AI hari-hari ini telah mengubah banyak hal, termasuk pandangan tentang keluarga dan peran orang tua. Namun, sebagai orang Kristen yang berpacu pada pengajaran Alkitab, kita harus menilai setiap pandangan dunia agar kita tidak keluar dari kebenaran firman Tuhan. Ada pandangan-pandangan dunia yang tidak sesuai dengan ajaran firman Tuhan, misalnya tentang keluarga yang tidak lagi terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan (LGBT), dan lain sebagainya.
Pesan firman Tuhan tidak pernah berubah, tetapi cara penyampaiannya dapat berubah seiring perkembangan zaman. Teknologi telah memungkinkan Alkitab diakses dan dipelajari dengan cara yang lebih relevan untuk generasi saat ini. Teknologi AI, misalnya, membuka peluang besar dalam pendidikan iman anak–mulai dari akses interaktif terhadap Alkitab, penyediaan bahan ajar rohani, hingga konten Kristen yang kreatif dan edukatif seperti video menarik dan cerita-cerita Alkitab. Karena itu, orang tua harus bijaksana dalam melihat kebutuhan generasi digital/AI terhadap teknologi canggih ini dan mengarahkannya sesuai nilai-nilai Alkitab.
Demikianlah kita belajar tentang bagaimana orang tua dipanggil untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab yang besar dalam keluarga. Kiranya setiap orang tua, dengan pertolongan Roh Kudus, dimampukan untuk membimbing anak-anak mereka mengenal Tuhan dan bertumbuh menjadi pribadi yang membawa terang dan kebenaran-Nya ke dalam dunia.
Akhir Pelajaran (OTK-P03)
Doa
"Tuhan Yesus, terima kasih untuk anak-anak yang Engkau percayakan. Ajari aku untuk mengasihi mereka apa adanya dan bersabar melihat mereka bertumbuh dalam rencana-Mu. Amin."
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA