Rangkuman Diskusi PPB Oktober/November 2007


Inilah hasil rangkuman dikusi Pengantar Perjanjian Baru (PPB) yang diselenggarakan oleh PESTA pada periode Oktober - November 2007 lalu. Topik-topik yang didiskusikan adalah:
1. Persiapan masa Perjanjian Baru
2. Mesias
3. Lahirnya Kekristenan
4. Kitab-Kitab Perjanjian Baru
5. Tuhan Yesus Kristus
6. Jabatan Kerasulan
7. Gereja Awal
8. Mengapa Perlu Mempelajari Perjanjian Baru?

Selamat Membaca.

Topik I. PERSIAPAN MASA PB.

[?] Faktor-faktor apakah yang memegang peranan penting pada perkembangan permulaan masa PB? (baik dalam hal budaya, sosial, ekonomi ataupun politik)

Praktek-praktek keagamaan Israel kuno dan model pemerintahan teokratis dalam Perjanjian Lama berakhir ketika bangsa Yahudi telah kembali dari pembuangan. Masa-masa sesudah PL dan sebelum PB sering disebut masa-masa gelap, masa Peralihan atau intertestamental yang berlangsung kurang lebih 400 tahun. Namun demikian, masa ini justru menjadi masa yang sangat penting karena sekalipun tidak ada nabi yang diutus, Allah bekerja di balik sejarah umat manusia untuk mempersiapkan mereka menerima pelaksanaan rencana Agung-Nya.

Ada beberapa hal penting yang perlu menjadi perhatian dalam periode persiapan PB. ini, antara lain:

(1). Bangsa Yahudi hidup di bawah kekuasan pemerintahan asing.

(2). Secara umum kegiatan ibadah keagamaan dapat dilaksanakan tanpa gangguan.

(3). Tidak ada lagi nabi-nabi yang dikirimkan oleh Tuhan untuk mengingatkan bangsa Israel.

(4). Masuknya budaya lain yang dianggap lebih unggul ketimbang budaya lokal.

(5). Akibatnya pemikiran dan filsafat Yunani juga mulai dikenal, di samping penggunaan bahasa Yunani (yang telah digunakan sebagai bahasa penguasa selama hampir 300 tahun).

(6). Namun demikian bahasa ibu yang umumnya dikuasai adalah bahasa Aram (yang digunakan sejak masa Babilonia) -- dengan bahasa Ibrani sendiri hanya dikuasai dan digunakan oleh para ahli Taurat.

(7). Sebagian orang Yahudi merasa perlunya perjuangan kemerdekaan dengan jalur kekerasan, sementara sebagian lagi mengikuti pemimpin agamanya yang berkooperasi dengan Pemerintah Romawi.

Faktor-faktor yang memegang peranan penting pada perkembangan permulaan PB adalah sbb.:

(1). Budaya. Adanya bahasa Yunani yang akhirnya dipakai sebagai bahasa internasional pada masa itu, dan kelebihan bahasa Yunani sebagai bahasa berpikir, sehingga mempermudah penulis-penulis PB mengungkapkan istilah-istikah teologi dengan benar dan akurat. Orang-orang Romawi pada masa penguasaan Romawi memberikan sumbangan bidang hukum maupun filsafat yang sangat berguna bagi persiapan penulisan kitab-kitab PB.

(2). Politik. Sudah terbentuk sistem pemerintahan Romawi yang rapi. Palestina menjadi salah satu jajahan Kerajaan Romawi, di mana kebebasan agama diberikan kepada mereka, sehingga mempermudah berkembangnya Kekristenan.

(3). Sosial. Mayoritas masyarakat ada dalam golongan sederhana.

(4). Ekonomi dan infrastruktur: adanya mata uang, sistem jalan raya yang baik.

Kisah dalam PB. diawali dari masa pemerintahan Herodes (37 sM. - 4 M.) yang ditunjuk oleh pemerintah Romawi sebagai raja Yahudi. Sebutan provinsi diberikan kepada daerah-daerah baru yang ditaklukkan Romawi. Untuk provinsi yang relatif damai dan setia pada Roma, pemerintahan dipimpin oleh seorang gubernur. Sedangkan wilayah yang rawan dipimpin oleh seorang wali negeri. (Lihat: Kis. 13:7; 18:12; Mat. 27:11).

Ke Atas


Topik II. MESIAS

[?] Menengok latar belakang agama masa PB saat itu, kita melihat bahwa bangsa Yahudi siap menerima kedatangan Mesias, tetapi mengapa mereka tidak siap menerima Yesus?

Nubuat mengenai Mesias di dalam PL memang tidak mudah dipahami. Nubuat tentang kedatangan Yesus yang pertama kali dan kedatangan-Nya yang kedua tampak bercampur, bahkan dalam ayat-ayat yang sama. Sehingga tampaknya wajar bila orang Yahudi salah memprediksi kedatangan Mesias.

Perlu disadari, bahwa sebagian besar orang Kristen mengartikan Mesias sebagai Juruselamat. Namun, di dalam PL, Mesias hanya berarti: Yang Diurapi, dan pada awalnya dapat dipakai juga untuk menyebut para imam, raja, dan nabi.

Istilah 'Mesias' adalah kata Ibrani yang ditulis dalam bahasa Yunani. Terjemahan bahasa Yunani yang tepat dan dipakai dalam PB adalah 'Kristus', yang juga berarti 'yang diurapi'. Dalam kebanyakan terjemahan bahasa Inggris, kata 'Messiah' hanya digunakan di Yoh. 1:41 dan Yoh 4:25, selebihnya menggunakan kata 'Christ'. Terjemahan bahasa Indonesia menggunakan banyak kata Mesias dalam PB. Kata aslinya dalam bahasa Ibrani adalah "Masiah/Moshiach", asal kata yang sama dengan "Masih" dalam bahasa Arab (menjadi Isa al-Masih). Di dalam PL, kata tersebut lebih sering diterjemahkan sebagai 'yang diurapi' (cont. Dan. 9:25-26). Ada 39 kata 'Mashiah' di dalam PL, seluruhnya diterjemahkan menjadi 'Kristos' di dalam Septuginta, namun saya belum menemukan bagaimana caranya mencari kata tersebut dalam Alkitab Ibrani untuk mengidentifikasi ayat-ayatnya (selain contoh Daniel di atas).

Pada jaman Tuhan Yesus, tidak pernah terpikir oleh orang-orang Yahudi mengenai Juruselamat yang harus menderita dan mati (Yes. 53). Mereka mengharapkan seorang raja yang mulia dan berkuasa, yang akan mengusir musuh mereka dan memerintah dengan kemenangan untuk selama-lamanya. Itulah sebabnya mengapa orang-orang Farisi dan para pemimpin bangsa itu tidak mengakui Yesus sebagai Mesias. Dan orang yang tidak menerima Yesus sebagai Mesias, tidak dapat mengerti nubuat dalam Yes. 53. Dalam semua ayat ini, Mesias dinyatakan sebagai seorang manusia, tetapi yang juga memiliki sifat-sifat ilahi. Kedatangan dan tugas-Nya merupakan bagian dari sejarah umat Allah. Kedatangan dan tugas-Nya itu akan membangun Kerajaan yang sudah sejak mulanya merupakan tujuan Allah bagi dunia ini.

Orang Yahudi memang "siap" menerima kedatangan Mesias, tetapi Mesias sesuai dengan keinginan mereka, sesuai bayangan mereka. Bangsa Israel karena mengalami penjajahan dan penindasan yang berlangsung lama sangat mengharapkan datangnya Mesias yang membebaskan mereka dari penjajahan sehingga mereka mempelajari nubuat-nubuat para nabi tentang Janji kedatangan Mesias. Mereka mengharapkan Mesias yang membawa kerajaan duniawi, bukan Mesias yang membawa Kerajaan Surgawi. Jadi bangsa Israel sangat kecewa ketika Tuhan Yesus menolak untuk diangkat sebagai Raja dunia.

Di atas segala-galanya, bangsa Israel mengharapkan Mesias itu, dan Mesias digabungkan dengan Kerajaan-Nya. Tetapi Perjanjian Lama tidak memberi jawaban. Hanya di dalam kedatangan Kristuslah harapan-harapan itu akan terpenuhi. Orang-orang di dalam Perjanjian Lama yang hidup dengan iman "tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu" (Ibr. 11:39). Perjanjian Lama itu sama seperti fajar di pagi hari yang baru; kegelapan menjadi terang, matahari hampir terbit, tetapi belum terbit. Kedatangan Yesus Kristus itu sama seperti terbitnya matahari (Mal. 4:2; Luk. 1:78).

Ke Atas


Topik III. LAHIRNYA KEKRISTENAN

[?] Di beberapa sisi, agama Yudaisme dan agama Kristen memiliki pengajaran yang overlapping (tumpang tindih). Kapan (pada masa PB) dan bagaimana agama Kristen akhirnya lahir sebagai agama yang terpisah dari Yudaisme dan tidak lagi disebut sebagai sekte Yudaisme? Dalam hal apa saja agama Yudaisme dan Kekristenan sama atau berbeda?

Yudaisme dimulai pada masa pembuangan sejak tahun 734 SM. Sebagai sikap dari orang-orang Yahudi yang setia kepada Taurat. Agar dapat mengajarkan Taurat, mereka mendirikan sinagoge. Bangsa Yahudi dan Yudaisme mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk dunia PB.; lahirnya kekristenan. Semua penulis-penulis PB dan jemaat Kristen perdana adalah orang-orang Yahudi yang berlatar belakang Yudaisme.

Lahirnya Kekristenan, bisa diasumsikan sejak turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, saat dimulainya penyebaran Injil kepada bangsa bangsa di dunia. Khotbah pertama rasul Petrus di hari Pentakosta dapat meyakinkan sekitar 3000 orang untuk menerima Yesus dan mau dibaptis merupakan peristiwa besar dalam permulaan gereja.

Dalam sudut pandang orang luar, signifikansi perbedaan ajaran itu tidak tampak jelas, mengingat orang Kristen tetap menggunakan Kitab Suci yang sama. Sampai hari ini pun sebenarnya masih bisa saja dikatakan bahwa agama Kristen adalah sebuah sekte Yahudi -- kalau melihat bahwa kedua agama tersebut menyembah Allah yang sama, yaitu Allahnya Abraham, Ishak, dan Yakub. Istilah Kristen baru digunakan di Antiokhia, daerah basis pelayanan Rasul Paulus. Setelah beberapa lama setelah Pentakosta.

Persamaan pokoknya Yudaisme dan Kekristenan:

(1). Sama-sama agama monotheisme. Mengakui adanya Tuhan yang Esa -- Allah Israel; Allah yang bersifat Omnipotent dalam arti, Ia adalah Allah yang dapat mengintervensi dunia dengan melampaui hukum fisika dan probabilitas, tetapi Ia juga adalah hal yang mustahil dan tidak berguna untuk mengatakan bahwa Allah dapat merevisi ulang hukum tersebut sehingga bertentangan dengan logika. Kedua agama ini, Yahudi dan Kristen, menyembah Allah yang "sama", yang menyatakan diri-Nya dan yang disembah oleh Abraham, Ishak, dan Yakub.

(2). Kedua agama ini memegang tradisi hukum dan kenabian yang sama; Allah yang menciptakankan dan kemudian menyertai bangsa Israel melalui pelayanan nabi-nabi. Yudaisme adalah akar kekristenan yang sama-sama menggunakan Perjanjian Lama (TANAKH). Meskipun di dalam Kekristenan aplikasi Hukum Taurat lebih ditekankan pada Hukum Kasih, namun dalam hal moral, ajaran Kristen dan Yudaisme banyak kesamaan. Sama-sama memegang Hukum universal, "kasihilah Tuhan dan kasihilah sesama manusia".

(3). Kedua agama ini sama-sama mengembangkan janji mesianik. Mengakui ada seorang Mesias yang dijanjikan oleh Allah.

(4). Kesamaan dalam pola peribadatan. Memelihara hari-hari khusus untuk beribadah, memiliki tempat-tempat ibadah dan muncul pula kelompok-kelompok -- sekte-sekte. Selain itu, tata ibadah juga ada kesamaan, seperti pembacaan pengakuan iman, doa-doa, pembacaan Kitab Suci, khotbah/pengajaran dan ucapan berkat.

(5). Karakter jemaat yang serupa; fakta yang penting diketahui bahwa bentuk kebahktian Gereja Kristen Pertama tidak disusun menurut pola Bait Allah -- Israel Kuno, melainkan berunsur sinagoge. Sinagoge berbentuk jemaat, demokratis dan bukan keimaman. Imam-imam yang hadir senantiasa dihormati, tetapi tidak mempunyai hak dan kedudukan istimewa dalam sinagoge. Jabatan imam dalam sinagoge berdasarkan pemilihan atau penunjukkan yang dilakukan oleh jemaat. Nama-nama jabatan dalam sinagoge sama dengan nama pejabat-pejabat Gereja Kristen.

Perbedaannya Antara Yudaime dan Kristen:

(1). Dalam Yudaisme, Allah memiliki sifat "di-polar nature" yaitu paradoks antara "Transenden [= Jauh, tidak dapat dijangkau]" dan "Immanen [= Imannuel, hadir bersama kita]". Kedua sifat ini tidak ditanggapi secara paradoks, karena mereka beranggapan bahwa dua sifat itu akan mengikuti situasi, tergantung yang mana yang lebih dibutuhkan, sifat itulah yang akan lebih menonjol. Sedangkan dalam kekeristenan, Allah yang "Transenden" menjadi "Immanen" dalam Yesus Kristus, inkarnasi dari Allah, pribadi kedua dari Allah Tritunggal. Monotheisme Kristen dijabarkan dalam konsep Trinitarianisme.

(2). Yudaisme bersifat eksklusif, sedangkan Kristen universal. Yudaisme adalah agama yang ekslusif untuk bangsa Yahudi, sedangkan Kekristenan bersifat universal untuk semua bangsa.

(3). Dalam janji mesianik, orang Kristen mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang dijanjikan itu. Yesus Kristus adalah Juruselamat dan Raja yang menggenapi janji-janji dan nubuat dalam Kitab-Kitab Suci Ibrani. Sedangkan Yudaisme menolak Yesus dan sampai saat ini masih menantikan penggenapan nubuatan mesianik itu.

(4). Ajaran keselamatan dalam Kekristenan adalah melalui percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat; dosa ditebus oleh darah Yesus di kayu salib dan tema keselamatan itu mencakup bangsa-bangsa. Sedangkan Yudaisme memegang prinsip bahwa orang diselamatkan dengan melakukan Hukum Taurat sepenuhnya dan dosa ditebus lewat ibadah atau karena melakukan tuntutan hukum.

Ke Atas


Topik IV. KITAB-KITAB PB.

[?] Mengapa perlu ada lebih dari satu kitab Injil yang menceritakan tentang kehidupan Tuhan Yesus? Bagaimana dengan kitab-kitab injil lain yang ditemukan yang tidak dimasukkan dalam Alkitab Kanon PB? Apakah mereka juga memiliki otoritas sebagai Firman Tuhan?

Ada 4 kitab Injil kanonika yang menceritakan tentang kehidupan Tuhan Yesus. Di samping itu, ada sejumlah tulisan lain yang mirip dengan keempat Injil tersebut, namun tidak termasuk dalam kanon kitab suci Kristen.

Awalnya Injil disampaikan secara lisan. Selama periode ini gereja dituntun oleh kesaksian Rasuli (selain PL.) yang berkembang menjadi tradisi Rasuli, dan oleh kesaksian kenabian kekristenan awal. Kesaksian Rasuli inilah yang menjadi faktor penentu dalam pembentukan kanon PB., termasuk tulisan-tulisan yang berwibawa berasal dari rasul-rasul dalam konteks terkait. Selama perode awal kekristenan, tradisi lisan digunakan bersamaan dengan Injil tertulis; namun, selama awal abad kedua, tradisi lisan digeser oleh Injil-injil tertulis; Injil-injil tertulis ini lebih diunggulkan. Seorang bapa gereja, Yustinus Martyr melaporkan bahwa buku kenang-kenangan para Rasul (Kitab-Kitab Injil) bukan hanya dibacakan melainkan juga dibahas dalam ibadah umum, berarti disamakan dengan kitab-kitab PL.

Mengapa perlu ada lebih dari satu kitab Injil yang menceritakan tentang kehidupan Tuhan Yesus? Karena kitab-kitab Injil itu masing-masing memiliki perspektif dan sasaran pemberitaan yang berbeda. Meskipun para penulisnya adalah orang-orang yang berbeda, di tempat terpisah dan dalam waktu yang sedikit berjauhan, namun data dan faktanya saling mendukung dan melengkapi; tidak terdapat kontradiksi atau ketidakkonsistenan. Keempat penulis injil memiliki cara pandang tersendiri tentang obyek tulisan mereka sehingga membentuk sebuah laporan yang cukup utuh -- sinoptis. Beritanya terfokus kepada sebuah peristiwa tentang tindakkan dalam kehidupan sampai kenaikan Yesus Kristus serta riwayat para pengikut-Nya setelah Yesus diangkat ke surga. Keempat Injil ini memiliki meterai saksi mata, otoritas dan memenuhi syarat sebagai tulisan yang dapat dipercaya dan benar.

Proses penyusunan kanon PB.,termasuk untuk 4 Injil, diinspirasikan oleh Allah sehingga pemilihannya tertuju pada kitab-kitab yang sekarang kita gunakan. Secara tekhnis, jelas ada kriteria dan penilaian tertentu, hingga ke-4 Injil itu dimasukkan sebagai bagian dari kitab suci Kristen. Menurut Ireneus, tidak ada Injil lain selain 4 Injil yang sudah dikenal (Matius, Markus, Lukas, Yohanes); seperti halnya 4 arah mata angin, maka gereja juga mempunyai 4 Injil sebagai tiang penyangga gereja. Ke-4 kitab Injil kanonika itu adalah benar-benar Kitab yang mempunyai otoritas penuh dan mutlak terhadap iman Kristen dan penerapannya.

Bagaimana dengan kitab-kitab injil lain? Tulisan-tulisan mirip injil, secara sejarah, teologia dan arkeologis, yang ditulis dalam jarak yang lebih jauh dari kejadiannya dibandingkan dengan injil kanonika. Isinya (fakta dan data) tidak dapat dipertanggungjawabkan, termasuk nama penulis samaran -- bukan saksi mata dan waktunya pun jauh lebih muda dari Injil yang resmi. Tulisan-tulisan itu bukan bagian dari kanon PB., tetapi hanya sekadar tulisan biasa. Karena tulisan-tulisan itu tidak diinspirasikan oleh Allah dan tidak memiliki otoritas penuh bagi iman Kristen atau sebagai penuntun perbuatan, maka orang percaya tidak perlu terganggu dengan tulisan-tulisan sejenis yang sudah ada atau mungkin akan ditemukan.

Dalam hal ini, orang percaya harus yakin bahwa Tuhan sanggup memelihara Firman-Nya. Walaupun demikian, tulisan-tulisan itu, termasuk dari bapa-bapa gereja, dapat memberikan pengetahuan yang lebih jelas mengenai periode gereja-gereja awal -- paling tidak bernilai ilmiah untuk dipelajari dan dipelihara.

Ke Atas


Topik V. YESUS KRISTUS

[?] Sebagai Tuhan dan manusia yang tidak berdosa, apakah Yesus memiliki kehidupan yang berbeda (ketika di dunia) dibandingkan dengan adat istiadat dan norma masyarakat yang ada pada saat itu? Dalam hal apa Tuhan Yesus mengikuti adat/norma dan dalam hal apa Ia tidak mengikutinya? Mengapa?

Tuhan Yesus adalah Allah sejati dan manusia sejati. Sebagai Yang Ilahi, Ia hidup dan bertindak secara ilahi atau din luar kodrat kemanusiaan. Dalam hal ini, Ia tidak berdosa atau mewariskan dosa. Ada beberapa pola hidup dan kejadian-kejadian yang Ia alami secara berbeda atau tidak biasa -- adikodrati. Kekhususan yang paling utama dalam keberadaan-Nya yang ilahi ini adalah kesadaran-Nya sebagai Anak Allah. Sehingga, tidak heran dalam masa kecil-Nya, Ia sudah disebut berhikmat dan bisa bertanya jawab di bait Allah secara "melebihi kepintaran para ahli Turat dan orang-orang Farisi". Ia mengklaim bahwa, "Aku harus berada di rumah Bapa-Ku?" untuk menunjukkan bahwa identitas-Nya sebagia Anak Allah. Identitas ini diteguhkan dalam mujizat-mujizat, terutama dalam peristiwa kelahiran-Nya, dalam pelayanan-Nya, dalam kamatian-Nya yang efektif untuk menebus dosa dan dalam kebangkitan-Nya yang memberi kemenangan.

Tetapi sebagai manusia sejati, umumnya, kehidupan Yesus tidak berbeda dengan orang-orang pada zaman-Nya. Ia mengikuti sebagian tradisi dan norma masyarakat yang ada. Fakta historis dari catatan Injil, memampukan kita untuk dapat memahami Tuhan Yesus sebagaimana adanya di tengah zaman dan konteks-Nya.

Sebagai seorang Yahudi, Yesus adalah penganut Yudaisme. Ia disunat ketika berumur 8 hari, Ia mentaati peraturan yang menetapkan Sabath sebagai hari istirahat, Ia menolak makan daging yang dilarang atau memakan darah, Ia merayakan perayaan yang diwajibkan dan menjaga diri-Nya tetap tahir secara ritual sesuai perintah Taurat. Sebagai pria Yahudi, Ia berpakaian yang menandakan bahwa Ia menjaga ketahiran ritual sesuai perintah Taurat. Yesus merayakan Paskah Yahudi, membaca kitab-kitab Ibrani dan menghormati hari Sabath.

Yesus dibesarkan dalam sebuah dunia religius dan kultural yang hampir sepenuhnya terputus dari perkembangan-perkembangan kekristenan di era kemudian. Yesus mentaati aturan-aturan keagamaan Yahudi sejak masa kecil-Nya sehingga remaja. Setelah genap waktunya, Tuhan Yesus justru menolak beberapa tradisi lisan serta penafsiran para Rabi tertentu yang disetarakan dengan perintah-perintah Alkitab.

Selama hidup dan pelayanan-Nya di dunia ini, tampaknya memang ada adat istiadat yang diikuti-Nya, tetapi ada pula yang diabaikan. Yesus hanya melakukan apa yang merupakan kebenaran -- entah sesuai adat istiadat atau pun tidak. Kalau pun Yesus tidak mengikuti adat/norma-norma yang ada di masyarakat pada waktu itu, semata-mata karena untuk menggenapi apa yang tertulis dalam hukum Taurat. Selain itu, hal ini, Ia lakukan untuk menunjukkan sebuah ketaatan yang benar terhadap Hukum tersebut. Sebagai manusia, Ia "mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan dan mengasihi sesama seperti diri sendiri, sebagai dasar Hukum Taurat. Tetapi sebagai yang Ilahi, Ia adalah Anak Allah yang berada di atas hukum, tradisi-tradisi dan norma-norma umum, bukan sebaliknya (Mat 22:36-40). Dengan demikian, semakin teguhlah, bahwa Yesus datang untuk menggenapi Hukum Taurat (Mat. 5:17) dan melakukan tugas dari Dia yang mengutus-Nya sesuai dengan nubuatan kitab suci.

Ke Atas


Topik VI. JABATAN KERASULAN

[?] Penyandang jabatan rasul adalah murid-murid langsung yang ditunjuk Tuhan Yesus ketika Dia masih hidup di dunia, tetapi mengapa Paulus (yang bukan murid langsung) mendapat jabatan Rasul?

Penggunaan istilah rasul mengungkapkan fungsi sebenarnya dari murid-murid yang diutus, karena seorang rasul adalah wakil/duta Kristus. Itulah fungsi rasul. Dalam hal ini, Alkitab mau menarik garis paralel antara Kristus, yang diutus Allah Bapa sebagai Imam Besar (Ibr. 3:1) dan para rasul yang diutus Kristus.

Kualifikasi yang ditetapkan dalam persyaratan jabatan kerasulan ialah: "seorang yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi tentang kebangkitan-Nya." (Kis. 1:21-22).

Seorang dipanggil menjadi rasul memiliki ciri-ciri, yaitu hidup pada zaman Yesus hidup di dunia dan menjadi saksi mata hidup Tuhan Yesus dan/atau dipilih oleh Kristus sendiri. Berbeda dengan ke-12 rasul lainnya (setelah Yudas Iskariot diganti oleh Matias secara "terpilih"), Paulus, diangkat menjadi rasul pada peristiwa perjumpaannya dengan Kristus, dalam perjalanan ke Damaskus (Kis. 26:16-18), dan menjadi saksi kebangkitan-Nya (Kis. 1:21-22; 10:41-42), serta diterima oleh para rasul lainnya, seperti Yakobus, Petrus dan Yohanes (Gal. 2:9). Yesus juga telah menampakkan diri kepada Paulus dan Paulus menerima anugerah Roh Kudus dalam memberitakan Injil, itu sebabnya Paulus mendapat sebutan Rasul. Paulus mendapat jabatan Rasul dari Yesus sendiri. Sekalipun Paulus saat itu tidak dipilih langsung saat Yesus masih hidup di dunia. Di dalam Roma 1:1 dikatakan, Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah. Di sini, Paulus selain menyebut dirinya sebagai hamba Kristus, ia juga rasul-Nya atau utusan Kristus atau duta besar Injil sebagai dasar/fondasi gereja (Ef. 2:20).

Yesus mempersiapkan Paulus untuk menjadi Rasul bagi bangsa-bangsa kafir (Rasul bagi bangsa bukan Yahudi). Justru dari pelayanan pekabaran injil oleh Paulus kepada bangsa-bangsa lain, membuat para rasul lainnya terbuka pikirannya bahwa keselamatan juga menjadi milik bangsa-bangsa lain bukan semata-mata milik orang Yahudi, yang walaupun pada awalnya mengalami pertentangan di kalangan mereka sendiri.

Selain Paulus, ada beberapa orang lain lagi yang disebut sebagai rasul, walau mereka juga bukan murid Yesus dan tidak ada indikasi yang menunjukkan bahwa mereka juga ditunjuk langsung oleh Yesus (seperti halnya Paulus); mereka adalah: Barnabas (Kis. 14:4), Yakobus, saudara Yesus (Gal. 1:19). Andronikus dan Yunias (atau Yunia) (Rom. 16:7).

Tugas para rasul setelah kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke surga adalah melakukan pengajaran Injil dengan otoritas penuh karena merekalah saksi-saksi mata tentang keselamatan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.

Ke Atas


Topik VII. GEREJA MULA-MULA

[?] Bagaimanakah struktur gereja mula-mula? Apakah gereja jaman sekarang seharusnya mengukuti struktur gereja mula-mula tersebut? Apakah Alkitabiah jika gereja jaman sekarang terpecah-pecah dalam denominasi-denominasi?

Mengenai stuktur gereja. Alkitab tidak secara spesifik mensyaratkan struktur gereja mula-mulaharus dipertahankan dalam gereja sekarang. Struktur gereja mula-mula berpedoman pada seorang pemimpin yang kemudian dari pemimpin itulah dibuat kebijakan-kebijakan yang kemudian berkembang menjadi teta tertib gerejawi. Identifikasi struktur gereja mula-mula yang tertulis adalah, "Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai Rasul, kedua sebagai Nabi, ketiga sebagai Pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh." Selajutnya ada Diaken-Diaken (Fil. 1:1; I Tim. 3:12) dan Penilik jemaat (Fil. 1:1). Boleh dikatakan, bahwa struktur gereja mula-mula, mengikuti struktur peribadatan orang Yahudi di sinagoge-sinagoge, yang secara tradisi diikuti oleh Katholik; hanya saja ada tambahan perayaan Ekaristi.

Bisa dikatakan gereja mula-mula tidak mengenal struktur seperti gereja sekarang, karena namanya masih permulaan, artinya belum terstruktur. Gereja awal merupakan tanggapan dari ajaran Yesus, diungkapkan dengan semangat dan iman yang baru, semua serba baru, hubungan dengan Allah juga baru, harapan baru, kuasa baru, dan semua ini merupakan pengalaman spiritual yang baru bagi murid-murid Yesus dan orang-orang percaya. Mengingat situasinya yang jauh berbeda dengan masa awal kekeristenan, gereja jaman sekarang "tidak harus" mengikuti struktur dari gereja mula-mula. Atau jika dilihat dari sisi efektivitasnya, gereja jaman sekarang "bisa mempertimbangkan" struktur yang ada dalam gereja mula-mula, karena terbukti mempercepat perkembangan kekristenan hingga sampai pada saat ini.

Mengenai denominasi-denominasi dan perpecahan jemaat. Sulit untuk menilai secara alkitabiah munculnya beragam denominasi dan perpecahan jemaat-jemaat. Meskipun seringkali, perpecahan jemaat terjadi karena masalah ego dan kebijaksanaan; merasa dirinya paling benar dalam beberapa hal. Namun, kita juga tidak dapat menyangkali realitas keberadaan setiap aliran yang ada. Kendati aliran yang satu bisa saja menilai yang lain salah atau menyimpang, kita harus waspada terhadap bermacam-macam ajaran atau praktek yang ditawarkan masing-masing aliran, terutama yang jauh dari Tradisi dan Ortodoksi serta Reformatoris, namun banyak aliran yang mempunyai "sesuatu" untuk disumbangkan guna memperkaya kehidupan bergereja. Paling tidak, kehadiran berbagai aliran itu mengingatkan dan menyadarkan gereja akan berbagai kealfaan dan kelengahan serta mendorong perkembangan misi. Oleh sebab itu, satu-satunya "ukuran" gereja yang harus kita junjung tinggi sebagai kebenaran mutlak hanyalah "Sang Kebenaran" itu sendiri: Tuhan Yesus Kristus, Allah yang berkenan menjadi manusia, menebus, membenarkan dan menyelamatkan kita manusia berdosa. Denomiasi gereja harus dipandang sebagai keutuhan; "Aku [Paulus] menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberikan pertumbuhan. Karena itu, yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan." (I Kor. 3:6-7). Jadi, semurni apa pun Gereja-gereja di bawah kolong langit, bisa saja mereka bersifat campuran dan kena ajaran sesat. Ada yang telah begitu merosot, sehingga bukan lagi Gereja Kristus, melainkan jemaah iblis. Meskipun demikian, senantiasa akan ada Gereja di dunia ini, untuk memuja Allah dengan cara yang sesuai dengan kehendak-Nya.

Ke Atas


Topik VIII. MENGAPA MEMPELAJARI PB?

[?] Hal-hal penting apa tentang fakta-fakta latar belakang PPB? Bagaimana hal ini dapat menolong mengenal kitab-kitab PB lebih baik? Dan bagaimana membagikannya kepada orang lain?

Dalam diskusi ini, kita telah membandingkan sumber-sumber di dalam maupun di luar Alkitab, menganalisa perbedaan-perbedaan di antaranya, serta menyusun peristiwa-peristiwa kunci dalam kehidupan Yesus menjadi rekonstruksi sejarah yang layak dan masuk akal. Bobot penafsiran yang layak diterima, termasuk dari sudut psikologis dan sosiologi, saling memperkuat sehingga keseluruhannya merupakan bukti kuat yang membawa keyakinan bahwa Kitab Injil pada hakekatnya sesuai dgn data dan fakta sejarah. Hasilnya berupa gambaran Yesus dengan "warna warni yang lebih kaya dan terang, dengan detail-detail yang lebih tajam dan hidup".

Dikusi seperti ini sangat penting. Pemikiran banyak orang dalam suatu diskusi pasti akan lebih baik hasilnya dan saling melengkapi. Karena materi-materi yang sangat kompleks, maka tidak bisa dihindari, kadang-kadang ada hal-hal yang membingungkan. Namun, setelah mempelajari dan mendiskusikan bahan PB. ini secara tuntas; banyak hal yg didapat: pengetahun baru, mendapatkan pengertian yang baik tentang kompleksitas latar blakang PB., wawasan yang lebih luas, membantu dalam menginterpretasikan Alkitab dengan lebih baik; khususnya PB., semakin mengerti otoritas PB. itu sebagai Firman Allah, mengenal fakta fakta sejarah PPB. Ditambah lagi, setelah berdiskusi, sedikit banyak hal-hal tentang sosial, ekonomi dan budaya, sistem pemerintahan dan agama zaman PB., khususnya adanya masa gelap (zaman peralihan) selama 400 tahun, mengetahui pengelompokan kitab-kitab, mengetahui kejadian-kejadian sejarah pada masa itu, yang berguna bisa diambil hikmahnya di masa sekarang. Jika dulu, pada saat membaca PB., ada hal-hal yang tidak dimengerti, seperti istilah Sinagoge, Farisi, kitab Apokrifa, Septuaginta, dll., namun sekarang dapat dimengerti. Pengetahuan dan pemahaman ini menuntun pikiran kita bahwa PB. adalah catatan Allah dalam sejarah yang mengarahkan mata kita kepada Yesus Kristus sebagai tokoh yang nyata dan berpengaruh; sehingga iman dan pengenalan kita akan Dia semakin bertumbuh bahkan memberi efek bagi orang lain.

Selain itu, dengan pengalaman belajar ini, akan lebih mudah membagikan berita PB. kepada orang lain tanpa mereka-reka dan mencari-cari alasan tanpa dasar yang jelas. Hasil diskusi ini bisa dibagikan dan dikembangkan dengan saudara seiman dalam diskusi-dikusi, kelas-kelas pemuridan dan pelayanan di sekolah minggu di gereja. Jika ada yang menanyakan hal-hal menyangkut Kitab PB, paling tidak, ada bahan dan referensi yang tersedia.

Dengan demikian, dianggap perlu untuk menceritakan lagi pengalaman belajar ini dalam berbagai kesempatan; tidak hanya pada teman seiman, melainkan juga kepada mereka yang tidak seiman. Baik dengan kata-kata, maupun tingkah laku; terutama dalam hal menempatkan firman Tuhan sebagai otoritas yang tertinggi dalam hidup.

Ke Atas.


Kontributor atau Peserta Diskusi:

Benny Sitorus – Djuniaidi - Eko Sulistiono - Esra R. Hasugian - Feronica - Johannes Tendean - Luki F Hardian - Meky Tikoalu - Melce - Naomi H. - Novalia Hioe - Pantas Napitupulu - Philip Situmorang – Sebastian - T. Budiman - Vena Kristianti - Vonny Thay

Sola Gratia,
Riwon Alfrey

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA