Rangkuman Diskusi PPB Mei/Juni 2013

TERMIN I

Topik 1

Subjek: Persiapan Masa PB

Pertanyaan: Kondisi apakah yang memberi peran penting bagi persiapan datangnya masa Perjanjian Baru? Bagaimanakah kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi pada masa itu?

Perjanjian Baru menceritakan tentang salah satu gerakan agama dan sosial yang paling menarik di dunia. Isinya seperti perpustakaan kecil yang memuat kitab-kitab Injil, kitab sejarah dan teologi. Kitab-kitab ini ditulis oleh berbagai penulis pada waktu dan tempat yang berlainan di kekaisaran Roma selama abad pertama Masehi. Tetapi semuanya merupakan bagian dari kisah yang sama, yang mencerminkan semangat dan pengabdian para pengikut Yesus Kristus.

Tidak ada peradaban yang muncul begitu saja. Dalam dunia Kristen mula-mula, yang berkuasa adalah pemerintahan kekaisaran Romawi. Tetapi kebudayaan Romawi berasal dari dunia yang lain sama sekali. Cara orang berbicara dan berpikir, aspirasi dan prestasi mereka, harapan dan kecemasan mereka, semuanya dapat ditelusuri ke zaman pra-Romawi. Sebab, dunia kekaisaran Roma sebenarnya dimulai 300 tahun sebelum zaman Yesus, yakni ketika Aleksander Agung (356-323 sM), salah seorang penguasa pertama mendirikan Kerajaan dunia.

Aleksander Agung cepat sekali termasyhur. Pada mulanya ia hanyalah putra seorang penguasa daerah yang tidak dikenal di Makedonia. Tetapi sebagai seorang panglima, ia begitu brilian sehingga ia sanggup mengalahkan tentara-tentara yang lebih tersohor dan menjadikan dirinya kaisar yang tanpa tandingan di seluruh dunia yang dikenal orang-orang yang mendiami negara-negara di sekitar Laut Tengah pada waktu itu. Kerajaan Persia yang besar ditaklukkan pasukan-pasukannya, kemudian Mesir dan negeri-negeri di sebelah Timur. Aleksander meninggal pada usia 33 tahun, hanya sepuluh tahun setelah ia berhasil menaklukan Persia. Tetapi kerajaannya terbentang dari Yunani di sebelah Barat sampai ke Pakistan di sebelah Timur. Karena itulah kebudayaan Yunani sangat erat dengan dunia Perjanjian Baru.

Dari pernyataan tersebut, maka kondisi memberikan peran yang penting, yaitu:

  1. Kondisi persebaran bangsa Yahudi/Ibrani (yang sengaja dibuang oleh Tuhan) yang dijajah bangsa lain dan tercerai berai diseluruh dunia di mana dalam kondisi seperti itu bangsa ini sebagai bangsa pilihan yang telah dipakai Tuhan untuk tetap mempertahankan iman, menyembah Allah yang monoteisme dan mentaati Hukum Taurat di tengah-tengah kehidupan bangsa kafir yang menjajahnya. Melalui bangsa inilah Allah menyediakan jalan yang sangat baik untuk memelihara kelangsungan sejarah keselamatan yang dijanjikan-Nya bagi umat manusia.
  2. Kondisi bahasa Yunani yang dijadikan bahasa pemersatu diseluruh dunia pada waktu itu. Ini memberikan keuntungan yang sangat besar karena bahasa Yunani adalah bahasa berpikir, bahasa yang sangat dibutuhkan oleh penulis-penulis kitab-kitab Perjanjian Baru dalam mengungkapkan istilah-istilah teologia dengan benar dan akurat.
  3. Kondisi yang (diciptakan oleh penguasa Romawi yang menduduki tanah Israel (Palestina)) relatif damai sehingga pembangunan jalan-jalan dan keamanan menjadi prioritas negara. Sehingga membuka kemungkinan bagi seorang untuk mencapai semua bagian dalam kerajaan itu dengan mudah. Keadaan ini sangat diperlukan dalam mempersiapkan kedatangan Kristus dan juga ketika Injil disebarkan. Selain itu ada banyak kontribusi yang diberikan oleh orang-orang Romawi, baik dalam bidang hukum maupun filsafat yang sangat berguna bagi persiapan penulisan kitab-kitab Perjanjian Baru.
  4. Kondisi kebebasan agama yang diberikan kepada bangsa Israel (religio licita).
  5. Kondisi arus perjalanan dan perdagangan yang serba lancar menyebabkan terjadinya interaksi antara bangsa Israel dengan bangsa­bangsa lain yang memberikan pengaruh dalam hal iman mereka kepada bangsa-bangsa lain itu secara langsung atau tidak langsung.

Jadi kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya akan mempengaruhi Dunia Perjanjian Baru. Siapa yang menjajah, mereka yang akan menguasai sebuah negara dan kebudayaan Yunani dekat sekali dengan latar belakang Perjanjian Baru.

Topik 2

Subjek: Perjanjian Baru

Pertanyaan: Mengapa disebut Perjanjian Baru? Kenapa Perjanjian Baru dimulai pada masa Yesus Kristus? Bagaimana dengan masa sebelum Kristus dan sesudah masa Perjanjian Lama berakhir?

Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani disebut dengan "He Kaine Diatekhe" yang artinya adalah sebuah masa memasuki Perjanjian yang Baru, di mana ada perjanjian yang sudah ada sebelumnya dan kemudian masuk dalam sebuah dimensi yang benar-benar baru (Kainos). Disebut Perjanjian Baru karena Allah menyediakan perjanjian yang baru untuk umat manusia. Perjanjian Baru dimulai pada masa Kristus karena perjanjian tersebut Kristus yang akan menggenapinya. Masa sebelum Kristus adalah masa di mana Allah mulai menjalankan rencana-Nya yang indah bagi penebusan dosa umat manusia dan masa sesudah Perjanjian Lama berakhir adalah masa penantian atau biasa pula disebut dengan masa kegelapan.

Perjanjian Baru dimulai ketika Kristus lahir, karena sebelum Kristus lahir disebut dengan Perjanjian Lama. Dimana Tuhan Allah merupakan sosok yang transendent (jauh), sementara di Perjanjian Baru Tuhan Allah merupakan sosok yang imanent (dekat) yang hadir dalam rupa manusia (Inkarnasi). Sosok penebus yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama itu telah digenapi dalam masa Perjanjian Baru yaitu dengan lahirnya Kristus di Kota Daud.

Masa sebelum Kristus atau sebelum masa Perjanjian Baru disebut dengan masa kegelapan. Disebut dengan masa kegelapan karena hampir 400 tahun, orang Israel tidak menerima pewahyuan dari Allah. Jikalau masa Perjanjian Lama pewahyuan melalui suara-suara kenabian, di masa ini sama sekali tidak ada suara kenabian dan di masa ini pulalah muncul kitab-kitab apokrifa seperti Kebijakan Salomo, Surat Edras, Surat Makabe, Sirakh dan sebagainya.

Di masa ini, Israel dipimpin oleh Wangsa Makabeus. Salah satu yang terkenal adalah Simon orang Makabe. Pemimpin serta rakyat mengangkat Simon sebagai Imam Besar, Panglima dan Pangeran. Keturunan Makabe memerintah secara turun temurun mulai dari 140 SM. Kemudian keturunan dari Wangsa inilah yang akan memerintah Yerusalem dari keluarga Hasmonia, yakni Herodes.

Perjanjian Baru memiliki cerita, latar belakang dan dimensi yang cukup panjang dan memiliki pola yang terkait dengan Perjanjian Lama. Memahami Perjanjian Baru akan memberikan wawasan dan pemahaman tersendiri bagi setiap kita, sehingga kita akan dipermudah untuk memahami dan mempelajari Firman Allah.

TERMIN II

Topik 1

Subjek: Kanon Perjanjian Baru

Pertanyaan: Apakah yang Anda ketahui tentang "kanon"? Bagaimana proses "kanonisasi" sehingga mencapai standard Alkitab PB menjadi 27 kitab yang ada sekarang?

Kata kanon berasal dari kata Yunani kanon, artinya buluh. Sedangkan dalam kata bahasa Ibrani memakai kata "qaneh" yang berarti "buluh" atau "ilalang". Karena pemakaian "buluh" dalam kehidupan sehari-hari zaman itu adalah untuk mengukur, maka kanon juga berarti sebatang tongkat/kayu pengukur atau penggaris.

Kanon adalah pengakuan pada buku-buku yang benar-benar dan merupakan bagian dari Kitab Suci - Yakni yang diilhami oleh Allah, dan pengesahannya sebagai kumpulan tulisan suci yaitu Firman Allah dalam bahasa manusia, karena di dalamnya memuat Sabda Allah yang tertulis. Sejarah kanonisasi dimulai saat pengumpulan naskah-naskah Perjanjian Baru sebagai proses pimpinan Roh Kudus dalam memelihara hasil inspirasi yang dituliskan oleh para penulis Alkitab. Melalui beberapa peristiwa, penyeleksian penyusunan daftar kitab (kanon) itu akhirnya diterima gereja. Peristiwa yang terjadi dalam penyusunan Kanon, diantaranya adalah Konsili Hippo dan Konsili Kartago.

Konsili gereja di Afrika Utara ini menerima daftar 27 kitab-kitab Perjanjian Baru yang kita pakai sekarang. Penerimaan mereka didasarkan pada kesadaran akan nilai kitab-kitab itu sebagai yang diinspirasikan oleh Allah. Ditambah lagi dengan fakta bahwa kitab-kitab tersebut telah umum digunakan oleh gereja-gereja saat itu.

Prosesnya Kanonisasi; Berbagai uskup membuat daftar kitab-kitab yang diakui sebagai inspirasi Ilahi, diantaranya:

  1. Mileto, uskup Sardis pada tahun 175 Masehi;
  2. Santo Irenaeus, uskup Lyons - Perancis pada tahun 185 Masehi;
  3. Eusebius, uskup Caesarea pada tahun 325 Masehi.

Pada tahun 382 Masehi, didahului oleh Konsili Roma, Paus Damasus menulis dekrit yang menulis daftar kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdiri dari 73 kitab. Konsili Hippo di Afrika Utara pada tahun 393 menetapkan ke 73 kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Konsili Kartago di Afrika Utara pada tahun 397 menetapkan kanon yang sama untuk Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Paus Santo Innocentius I (401-417) pada tahun 405 Masehi menyetujui kanonisasi ke 73 kitab-kitab dalam Alkitab dan menutup kanonisasi Alkitab. Jadi kanonisasi Alkitab secara resmi diputuskan di abad ke empat.

Topik 2

Subjek: Kitab-kitab Injil

Pertanyaan: Mengapa perlu ada lebih dari satu kitab Injil yang menceritakan tentang kehidupan Tuhan Yesus? Apa perbedaan antara Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes?

Injil berasal dari kata bahasa Yunani "euaggelion" yang artinya adalah "kabar baik" atau "kabar kesukaan". Secara sederhana, Injil dapat diartikan sebagai empat kitab pertama dalam Perjanjian Baru, yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes. Masing-masing Injil memiliki tema yang berbeda. Berikut tema-tema keempat Injil:

  1. Injil Matius: Yesus sebagai Raja
  2. Injil Markus: Yesus sebagai Hamba
  3. Injil Lukas: Yesus sebagai Manusia
  4. Injil Yohanes: Yesus sebagai Anak Manusia

Injil Matius, Injil Markus dan Injil Lukas merupakan Injil Sinoptik, sementara Injil Yohanes bukan termasuk Injil Sinoptik. Kata "Sinoptik" berasal dari kata bahasa Yunani "Syn" dan "Optimus" yang artinya "melihat secara bersama-sama". Maka Injil Sinoptik adalah Injil di mana para penulis Injil melihat atau menggunakan sumber yang sama dalam penulisan. Injil yang pertama kali ditulis adalah Injil Markus, karena tata bahasa dan kerangka Injil Markus dinilai sangat sederhana, sementara Injil Matius dan Injil Lukas ditulis kemudian.

Injil Matius ditulis oleh Matius, salah seorang dari kedua belas murid Yesus dan juga seorang pemungut cukai.Injil Matius dialamatkan khusus bagi orang-orang Yahudi. Injil Markus ditulis oleh Yohanes Markus. Yohanes Markus bukanlah salah seorang dari kedua belas murid Tuhan Yesus, ia mengenal Yesus melalui Petrus dan cara ia menulis Injilnya berdasarkan cerita, ulasan dan berbagai informasi yang disampaikan oleh Petrus kepadanya. Sedangkan Injil Lukas ditulis oleh tabib Lukas. Tabib Lukas adalah seorang Kristen abad mula-mula yang berasal dari Anthiokia, Asia Kecil. Ia mengenal Tuhan Yesus melalui khotbah Rasul Paulus, dan ia juga menemani dalam beberapa perjalanan misi Paulus. Injil Lukas dialamatkan bagi semua orang Kristen.

Injil Yohanes bukanlah bagian dari Injil Sinoptik. Injil oleh ditulis oleh Yohanes, salah seorang dari kedua belas murid Yesus. Injil Yohanes ditulis berdasarkan pengalaman pribadi Yohanes selama bersama-sama dengan Yesus selama 3,5 tahun. Jadi Injil Yohanes ditulis oleh saksi mata pelayanan Kristus di bumi. Penekanan Injil Yohanes adalah Yesus sebagai Anak Manusia, dan Injil ini dialamatkan kepada semua orang yang percaya dan menerima Kristus. Injil Yohanes sekaligus merupakan sebuah senjata untuk melawan gnostikisme yang sangat merebak pada permulaan abad pertama.

Sekalipun tema, tujuan penulisan dan alamat keempat Injil ini berbeda-beda, namun ada satu benang merah yang diuntai oleh penulis-penulis Injil yaitu Tuhan Yesus sebagai pokok sentral dari Injil. Inti Injil adalah Tuhan Yesus.

TERMIN III

Topik 1

Subjek: Kerasulan Paulus

Pertanyaan: Jika dilihat dari sudut pandang logika, apa alasan Allah memilih Paulus sebagai rasul yang berdampak besar dalam pelayanan pekabaran Injil?

Sebelum bertobat, Paulus bernama Saulus. Paulus adalah orang Yahudi yang lahir dan dibesarkan di Tarsus, tepatnya di daerah Kilikia. Ia seorang yang memelihara dan melakukan Taurat Tuhan, ia bersekolah di sekolah Taurat yang terkenal pada waktu itu yang bernama Hillel, dan di bawah asuhan guru besar Gamaliel. Paulus seorang Yahudi asli, ia berasal dari suku Benyamin dan ia memiliki dua kewarganegaraan, yakni warga negara Yahudi dan Romawi.

Paulus bukanlah seseorang yang tampil secara langsung dalam keberadaan orang Kristen mula-mula. Ia pertama kali tampil ketika Stefanus dirajam, dan ia berada di antara golongan Sanhedrin. Kemudian Kisah Para Rasul 9 menuliskan bahwa Paulus hendak ke Damsyik dan ingin membunuh pengikut Yesus, tetapi di tengah perjalanan ia melihat langit bercahaya dan muncullah suara "Saulus, Saulus mengapa engkau menganiaya Aku?", kemudian butalah matanya selama tiga hari. Firman Tuhan menyuruhnya, supaya ia masuk ke kota dan menemui abdi Tuhan yang bernama Ananias, setelah tiga hari pulihlah keadaannya dan Paulus bisa kembali melihat.

William Barclay mengilustrasikan bahwa Paulus adalah seseorang yang memiliki kelemahan dan cacat tubuh. Paulus diilustrasikan sebagai seorang yang matanya bulat, alisnya saling bertautan, hidungnya bengkok, jalannya bongkok, wajahnya burik (bekas luka), dan kadang kala kelihatan seperti manusia, dan kadang kala kelihatan seperti malaikat. Dari ilustrasi Barclay, bisa dilihat bahwa Paulus memiliki kelemahan fisik dan bisa dikatakan tidak sempurna.

Tetapi justru karena kelemahannya, Tuhan mengkhususkan Paulus dan menjadikan ia rasul bagi bangsa-bangsa non Yahudi (kafir). Secara logika, kerasulan Paulus dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Paulus adalah seorang yang taat kepada Hukum Taurat, maka untuk menginjili bangsa-bangsa lain Paulus bisa menjelaskan bahwa Taurat tidak menyelamatkan. Hanya salib Kristus yang bisa menyelamatkan.
  2. Paulus adalah seorang yang pandai dan memiliki kemampuan untuk berbicara di depan orang banyak, maka kemampuan yang di miliki Paulus bisa dipakai untuk memberitakan Injil kepada orang banyak dan menjelaskan kebenaran-kebenaran iman Kristen kepada orang-orang yang diinjilinya.
  3. Sebagai seorang Yahudi sejati, Paulus mewarisi sifat-sifat genetif orang Yahudi yaitu seorang yang ulet dan tidak pernah menyerah. Maka Paulus memiliki semangat yang tinggi untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain dan pantang menyerah dengan berbagai cobaan ketika dalam perjalanan.
  4. Paulus mau mengosongkan dirinya, dalam arti meninggalkan Taurat yang telah dianutnya sejak kecil dan dengan hati yang baru menerima Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juru Selamat, maka ia menghimbau kepada setiap orang untuk menerima Injil yang ia beritakan.

Secara logika, Paulus memang layak menjadi rasul. Namun jangan lupakan satu hal bahwa otoritas Allah itu mutlak. Allah menetapkan orang-orang yang telah di panggil-Nya. Manusia seringkali melihat apa yang di depan, dengan memandang kelemahan atau kekurangan fisik Paulus menjadi hal yang membuatnya tidak layak, tetapi Tuhan melihat hati. Kehendak Allah telah menetapkan Paulus sesuai dengan panggilannya, dan Paulus menjadi rasul yang memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa non-Yahudi, sehingga mereka layak untuk menerima keselamatan.

Topik 2

Subjek: Tata Ibadah Gereja Perjanjian Baru

Pertanyaan: Apa yang Ada ketahui tentang gaya hidup dan tata ibadah jemaat mula-mula? Bagaimana sikap kita seharusnya terhadap tradisi gereja yang sudah ada sejak dulu? Dan apakah menurut Anda tata ibadah gereja sekarang ini tetap mengadopsi tata ibadah jemaat gereja mula-mula?

Jemaat di masa Perjanjian Baru merupakan jemaat mula-mula. Belum ada gereja yang dibangun untuk beribadah secara khusus. Sekalipun ada Bait Allah, tetapi Bait Allah di khususkan untuk orang-orang Israel yang masih memegang teguh hukum Musa dan memberikan korban-korban melalui imam-imam di Bait Allah.

Jemaat mula-mula merupakan sekumpulan orang yang tidak memiliki badan organisasi secara khusus dan tidak memiliki tempat khusus untuk beribadah. Penempatan kata "Ekklesia" sungguh dinyatakan untuk mendefinisikan jemaat mula-mula yaitu "orang-orang yang dipanggil keluar untuk menjadi saksi Kristus". Secara sistem ataupun birokrasi, jemaat mula-mula tidak memiliki semuanya itu, namun jemaat mula-mula memiliki pola ibadah yang baik dan tata ibadah yang baik pula.

Kisah Para Rasul 4:32-37 memberikan catatan mengenai tata ibadah jemaat di masa Perjanjian Baru, yaitu:

  1. Jemaat sehati dan sejiwa
  2. Kepunyaan pribadi menjadi kepunyaan semua jemaat
  3. Menerima ajaran rasul-rasul bahwa kesaksian mengenai Tuhan Yesus adalah benar dan nyata
  4. Jemaat hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah
  5. Mereka tidak hidup berkekurangan
  6. Jemaat yang memiliki tanah, menjualnya dan menyerahkan hasilnya di depan kaki para rasul

Dari hal ini, dapat diperoleh sebuah kisah bahwa tata ibadah jemaat begitu sederhana, tetapi ajaran dan kebiasaan yang mereka lakukan adalah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh rasul-rasul dan mereka saling mengasihi satu sama lain.

Pola ibadah ini kemudian berkembang, jemaat beribadah di salah satu rumah. Di dalam Perjanjian Baru ada beberapa rumah jemaat yang dipakai sebagai tempat ibadah. Roma 16:5, I Korintus 16:19. Kolose 4:15, di rumah Nimfa, Filemon 1:2, di rumah Filemon, Apfia adalah istri Filemon dan Arkhipus adalah anaknya. Dalam ibadah, jemaat biasa memuji Tuhan, berdoa, mendengarkan khotbah, dan berbagi dengan orang miskin yang dipimpin oleh "diakonos" (penata layanan). Seiring dengan berkembangnya waktu, kemudian dibentuklah tiga pemimpin dalam gereja, sesuai dengan pesan Rasul Paulus kepada Timotius, yaitu:

  1. Presbyteros --> adalah penatua-penatua
  2. Epikopos --> adalah pelayan mimbar
  3. Diakonos --> adalah penata layanan dan orang yang melayani janda-janda dan orang-orang miskin.

Demikianlah tata ibadah jemaat Perjanjian Baru, sekalipun bisa dikategorikan sederhana, tetapi jemaat Perjanjian Baru adalah jemaat yang menerima ajaran yang benar dari para rasul, memiliki pola hidup yang baik dan fokus ibadah adalah kepada Yesus Kristus Tuhan.

TERMIN IV

Topik 1

Subjek: Gereja Mula-Mula

Pertanyaan: Gereja manakah yang disebut gereja mula-mula? Bagaimana awal terbentuknya gereja mula-mula?

Gereja yang disebut gereja mula-mula adalah gereja pada zaman para rasul. Dimulai pada peristiwa pentakosta, Roh Kudus turun atas para rasul (Kis. 2). Selanjutnya Rasul Petrus berbicara dan mengajar yang menyebabkan 3000 orang dibaptis pada hari itu (Kis. 2:5, 41). Sejak saat itu anggota Gereja terus bertambah (lih. Kis 2:47). Pada sekitar sepuluh tahun sesudah Pentakosta, Gereja mulai menerima orang-orang non-Yahudi yang bertobat sebagai anggota, dimulai dari Kornelius dan seluruh anggota keluarganya (Kis 10). Maka saat itu, Gereja mengalami perkembangan yang signifikan.

Gereja pada abad pertama biasa disebut sebagai Gereja pada zaman rasul-rasul (apostolic age). Hal ini dimulai dari hari Pentakosta (setelah kenaikan Tuhan Yesus) sampai pada kematian rasul terakhir yaitu Rasul Yohanes. Periode Apostolik ini berlangsung kurang lebih 70 tahun, dari kira-kira tahun 30-100 M. Tempat berlangsungnya adalah di tanah Palestina dan secara bertahap meluas ke daerah Siria, Asia Minor, Yunani, dan Italia dengan gereja pusat terdapat di kota Yerusalem, Antiokhia, dan Roma. Perkembangan Gereja ini merupakan hasil perjuangan para rasul yang diwakili oleh Rasul Petrus yang banyak mempertobatkan orang Yahudi dan Rasul Paulus yang banyak mempertobatkan orang-orang non-Yahudi. Rasul-rasul lain pun tentu saja turut berbagian dalam memberitakan Injil Yesus Kristus ke seluruh dunia.

Namun di tengah-tengah kisah perkembangan Gereja Mula-mula ini, ada beberapa hal yang disayangkan terjadi seperti perpecahan di dalam gereja di Korintus. Hal ini terjadi karena adanya beberapa orang yang mengagung-agungkan orang-orang yang memberitakan Injil dan melayani jemaat di sana sehingga muncul golongan-golongan di antara jemaat. Selain itu, Gereja juga mengalami serangan dari ajaran-ajaran sesat yang menyusup ke dalam Gereja. Paulus dan Yohanes adalah rasul yang dengan sangat jelas berjuang melawan ajaran sesat ini. Paulus mencatat hal ini di dalam suratnya kepada jemaat Galatia yang mencampuradukkan Injil Yesus Kristus dengan tradisi Yahudi. Sedangkan Rasul Yohanes berperang melawan ajaran Gnostik yang mulai muncul di akhir abad pertama. Selain itu Gereja juga mengalami penolakan dari agama-agama lain yang sudah ada pada zaman itu. Namun, satu tantangan yang sangat berpengaruh terhadap Gereja adalah tekanan dan penganiayaan dari pemerintah setempat yang menentang gereja untuk bertumbuh.

Kata "gereja" atau "jemaat" dalam bahasan Yunani adalah ekklesia; dari kata kaleo, artinya "aku memanggil/memerintahkan". Secara umum ekklesia didirikan sebagai perkumpulan orang-orang percaya, bukan menunjukkan tempat atau organisasinya. Secara spesifik dalam konteks Perjanjian Baru mengatakan bahwa, setiap orang percaya adalah Gereja/Bait Allah, 1 Korintus 3:16; " Tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?" Dari ayat ini jelas bahwa pemilik gereja itu adalah Allah sendiri dan yang membangun gereja itu adalah Tuhan Yesus yang adalah Allah sendiri, dengan dasar yang kuat yaitu diri-Nya sendiri yang telah mati bagi gerejanya (Ef. 4:15-16). Tanpa kematian Kristus gereja/orang percaya bukan apa-apa (tidak memiliki kuasa dan kesaksian apapun).

Ciri Gereja mula-mula adalah:

  1. Mereka penuh dengan kuasa Roh Kudus.
  2. Setiap hari berkumpul dalam Bait Allah.
  3. Saling berbagi apa yang mereka miliki, penuh suasana persaudaraan.
  4. Penuh dengan aniaya dari pemerintah Roma.
  5. Gereja juga mulai terbuka untuk kalangan Imam dan Farisi.
  6. Gereja juga mulai terbuka bagi Yahudi perantauan (Helenis, berbahasa Yunani), dan menunjuk 7 (tujuh) orang dari mereka sebagai penatua yang mengurus dana bantuan yang masuk.

Topik 2

Subjek: 12 Murid Yesus

Pertanyaan: Mengapa Yesus memilih para murid dari latar belakang yang biasa-biasa saja, padahal tugas dan tanggungjawab mereka sangat besar dalam memberitakan berita keselamatan?

Dalam memilih dan menetapkan para murid, Tuhan Yesus memiliki kekuasaan dan rencana yang absolut dalam hal ini. Kata memilih dan menetapkan dapat diartikan mengangkat dan menjadikan. Murid-murid Yesus dipanggil dan dipilih berdasarkan kehendak Tuhan, bukan kehendak mereka sendiri. Dalam Lukas 6:12, menceritakan bahwa sebelum Yesus memanggil dan memilih murid-murid-Nya, Yesus berdoa semalaman. Dan melalui hal inilah, Yesus mengajarkan bahwa hendaknya segala sesuatu yang akan kita kerjakan harus dimulai dengan berdoa.

Kedua belas murid yang dipilih Yesus, mereka semuanya tidak ada yang istimewa (biasa-biasa saja) melainkan berlatar belakang orang sederhana. Mereka sebagian besar adalah nelayan. Latar belakang kedua belas murid Yesus, merupakan gambaran bahwa manusia adalah orang yang lemah dan biasa-biasa saja (sederhana), manusia memiliki berbagai keterbatasan, tidak ada manusia yang sempurna, tetapi dengan ketidaksempurnaan itu, apabila Tuhan berkehendak untuk memakai seseorang, maka kuasa dan otoritas untuk mengubah bejana-bejana tanah liat yang rapuh dari dalam diri manusia ada pada Tuhan, sehingga manusia diubah menjadi alat yang berguna bagi kemulian Tuhan. Manusia/kita dipilih untuk menjadi murid-murid-Nya untuk ikut terlibat dalam pelayanan-Nya, bukan karena kekuatan atau kehebatan manusia/kita melainkan semata-mata hanya oleh anugerah-Nya, dalam arti ketika Tuhan telah mempercayakan pelayanan-Nya kepada manusia/kita yang dipilih-Nya, maka tidak ada alasan manusia/kita untuk membanggakan diri. 1 Korintus 9:16 :" Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil".

Hal semacam ini juga Tuhan lakukan ketika Tuhan memilih Gideon untuk menyelamatkan orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Gideon adalah orang termuda dari kaum keluarganya, dan keluarganya pun merupakan kaum terkecil di antara suku Manasye (Hakim-hakim 6: 14-40). Tuhan mengurangi jumlah rakyat yang menyertai Gideon dari puluhan ribu menjadi 300 orang saja, dengan penjelasan: Agar jangan sampai ketika menang nanti orang-orang Israel tersebut memegahkan diri terhadap Tuhan dan berkata: "Tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku." (Hak. 7:2). Jadi, Sama seperti para rasul, kita pun dipilih oleh Yesus dengan segala kelebihan dan kekurangan, untuk menjadi bagian dari rencana-Nya. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah membuktikan bukan saja dengan kata, melainkan dengan perbuatan nyata, bahwa kita layak menjadi hamba-Nya.

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA