Rancangan Allah untuk Pernikahan

Sangat mudah untuk berpikir bahwa hanya "orang lain" yang dapat bercerai, bahwa pernikahan Anda sendiri entah bagaimana kebal terhadap sakit hati. Akibatnya, Anda berpikir hanya orang lain yang dapat mengalami perselingkuhan dan memperebutkan siapa yang mendapatkan rumah, mobil, atau anjing. Lagi pula, berapa banyak dari kita yang akan berjalan menyusuri lorong pelaminan jika kita yakin bahwa hubungan kita akan berakhir dalam pengadilan perceraian?

Sebenarnya, tidak ada hubungan yang datang dengan jaminan seumur hidup. Bahkan, pria dan wanita yang dibesarkan dalam rumah tangga yang stabil pun berisiko. Lebih lagi, orang-orang yang pergi ke gereja dan menganggap diri orang Kristen, yang berjanji "sampai maut memisahkan kita", bisa saja menghancurkan semuanya.

Sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa menerapkan prinsip-prinsip alkitabiah terhadap pernikahan akan memberi kita dasar yang lebih kuat daripada teman-teman dan sesama kita yang tidak percaya. Tentunya kita mengetahui hal ini, tetapi apa yang kita lakukan? Dengan kata lain, apa yang menjadikan suatu pernikahan itu "kristiani"?

Menurut penulis Gary Thomas, kita tidak mengajukan pertanyaan yang tepat. Bagaimana jika hubungan Anda tidak sebanyak tentang Anda dan pasangan Anda daripada tentang Anda dan Allah?

Alih-alih menanyakan mengapa kita bergumul sejak awal, masalah yang lebih penting adalah bagaimana kita menghadapinya.

Dalam "Sacred Marriage", Thomas tidak menulis buku tipikal tentang "bagaimana memiliki hubungan yang lebih bahagia". Sebaliknya, dia bertanya: Bagaimana kita dapat menggunakan berbagai tantangan, sukacita, pergumulan, dan perayaan pernikahan untuk lebih dekat dengan Allah? Bagaimana jika Allah merancang pernikahan untuk membuat kita bahagia dan kudus?

Melihat Pernikahan Secara Realistis

"Kita harus berhenti menanyakan pernikahan yang tidak pernah Allah rancang untuk diberikan -- kebahagiaan sempurna, hidup bebas konflik, dan obsesi penyembahan berhala," Thomas menjelaskan.

Sebaliknya, katanya, kita dapat menghargai apa yang Allah rancang untuk disediakan oleh pernikahan: kemitraan, keintiman spiritual, dan kemampuan untuk mengejar Allah -- bersama-sama. Jadi, menurut Thomas, apa kesalahpahaman paling umum yang dimiliki orang Kristen tentang pernikahan?

"Menemukan 'jodoh' -- seseorang yang akan melengkapi kita," katanya. "Masalah yang timbul saat kita mencari manusia lain untuk melengkapi kita adalah, secara spiritual, itu adalah penyembahan berhala. Kita harus menemukan pemenuhan dan tujuan kita dalam Allah .... Jika kita mengharapkan pasangan kita akan menjadi 'Allah' bagi kita, dia akan gagal setiap hari. Tidak ada orang yang dapat memenuhi harapan semacam itu."

Setiap orang mengalami hari-hari yang buruk, membentak pasangannya, atau benar-benar egois. Terlepas dari ketidaksempurnaan ini, Allah menciptakan suami dan istri untuk saling mengarahkan pada arahan-Nya.

Thomas memberikan contoh, "Saat istri saya memaafkan saya ... dan menerima saya, saya belajar untuk menerima pengampunan dan penerimaan Allah juga. Pada saat itu, dia sedang meneladankan Allah kepada saya, mengungkapkan belas kasihan Allah kepada saya, dan membantu saya untuk melihat dengan mata kepala sendiri realitas spiritual yang sangat nyata."

Pernikahan Adalah Persatuan yang Berpusat pada Orang Lain

Sangat mudah untuk melihat mengapa Allah merancang persatuan yang berpusat pada orang lain bagi dunia yang berpusat pada diri sendiri. Hidup seperti itu adalah sebuah tantangan ketika tagihan menumpuk, komunikasi terputus, dan Anda benar-benar kesal dengan suami atau istri Anda. Untuk hari-hari itu, Thomas menawarkan pengingat berikut untuk membantu meredakan ketegangan:

  • Allah menciptakan pernikahan sebagai kemitraan yang setia antara satu laki-laki dan satu perempuan.
  • Pernikahan adalah fondasi paling kukuh untuk membangun sebuah keluarga.
  • Allah merancang ekspresi seksual untuk membantu pasangan yang sudah menikah membangun keintiman.
  • Pernikahan mencerminkan hubungan perjanjian antara Allah dengan umat-Nya.

Kita melihat paralel terakhir ini dalam seluruh Alkitab. Misalnya, Yesus menyebut diri-Nya sebagai "pengantin laki-laki" dan kerajaan surga sebagai "perjamuan pernikahan".

Poin-poin ini menunjukkan bahwa tujuan Allah untuk pernikahan jauh melampaui kebahagiaan pribadi. Thomas dengan cepat menjelaskan bahwa Allah tidak menentang kebahagiaan itu sendiri, tetapi pernikahan itu mempromosikan nilai-nilai yang bahkan lebih tinggi.

"Allah tidak menciptakan pernikahan hanya untuk memberi kita sarana yang menyenangkan untuk mengisi kembali dunia dan menyediakan institusi sosial yang stabil untuk membesarkan anak-anak. Lebih jauh lagi, Dia menanamkan pernikahan di antara manusia sebagai tanda lain yang menunjuk kepada keberadaan-Nya sendiri yang bersifat spiritual dan kekal."

Melayani Pasangan Anda

Dia menghabiskan sepanjang malam di kantor -- lagi. Dia menghabiskan uang tanpa memasukkannya ke dalam buku cek. Dia pergi bermain golf daripada menghabiskan waktu bersama anak-anak. Dari kebiasaan menjengkelkan hingga masalah berat yang tampaknya mustahil untuk diselesaikan, mengasihi pasangan melewati masa-masa sulit bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi, pergumulan yang sama yang memisahkan kita juga menjelaskan apa yang kita hargai dalam pernikahan.

"Jika kebahagiaan adalah tujuan utama kita, kita akan bercerai segera setelah kebahagiaan tampak berkurang," kata Thomas. "Jika menerima cinta adalah tujuan utama kita, kita akan mencampakkan pasangan kita segera setelah mereka tampak kurang perhatian. Akan tetapi, jika kita menikah untuk kemuliaan Allah, untuk menjadi teladan kasih dan komitmen-Nya bagi anak-anak kita, dan untuk menyatakan kesaksian-Nya kepada dunia, perceraian menjadi tidak masuk akal."

Pasangan yang selamat dari situasi yang berpotensi mengakhiri pernikahan, seperti perselingkuhan atau penyakit yang mengancam jiwa, dapat terus berjuang melawan kebencian, kemarahan, atau kepahitan yang menumpuk selama bertahun-tahun. Jadi, apa saja cara untuk memperkuat hubungan yang gagal -- atau bahkan mendorong hubungan yang sehat? Thomas menawarkan tip-tip praktis berikut:

  • Berfokuslah pada kekuatan pasangan Anda daripada kelemahan mereka.
  • Doronglah mereka, bukan mengkritik.
  • Berdoalah untuk pasangan Anda daripada bergosip tentang mereka.
  • Pelajari dan jalani apa yang Kristus ajarkan tentang berhubungan dengan orang lain dan mengasihi mereka.

Pasangan muda khususnya dapat mengambil manfaat dari nasihat ini. Lagi pula, banyak pengantin baru tidak cukup siap untuk melakukan transisi dari bertemu beberapa kali seminggu menjadi tiba-tiba berbagi segalanya. Kemungkinan besar, kebiasaan yang mengganggu dan perilaku yang kurang menarik akan muncul. Namun, sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk menghormati semua orang -- termasuk pasangan kita.

Pernikahan Membutuhkan Anugerah dan Belas Kasihan Allah

Thomas menambahkan, "Gambaran yang saya gunakan dalam Sacred Marriage adalah bahwa kita perlu belajar bagaimana 'jatuh ke depan'. Artinya, ketika kita frustrasi atau marah, bukannya mundur, kita harus tetap mengejar pasangan kita di bawah belas kasihan dan anugerah Allah."

Terakhir, Thomas menyarankan untuk mengucapkan doa yang bermanfaat ini: Ya Tuhan, bagaimana saya dapat mengasihi pasangan saya hari ini lebih dari yang pernah dia terima sebelumnya atau akan dia terima seterusnya?

"Saya tidak dapat memberi tahu Anda berapa kali Allah telah memberi saya nasihat yang sangat praktis -- mulai dari mengambil alih beberapa perjalanan mengemudi hingga mencuci sejumlah pakaian kotor," kata Thomas. "Itu adalah salah satu doa yang saya dapati dijawab hampir setiap saat."

Sementara buku-buku pernikahan lainnya mungkin membuat kita merasa kewalahan, menyoroti kekurangan kita dan menyediakan halaman-halaman untuk "pekerjaan rumah hubungan", Sacred Marriage memperjelas bahwa pasangan mana pun dapat memiliki pernikahan yang sukses, bahagia, dan suci.

Dengan hubungan yang berpusat pada Kristus, sikap yang berpusat pada orang lain, dan komitmen yang teguh untuk membuatnya berhasil, pernikahan Anda dapat berkembang -- seperti yang Allah rancangkan.

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Fokus pada Keluarga
Alamat situs : https://focusonthefamily.com/marriage/gods-design-for-marriage
Judul asli artikel : God's Design for Marriage
Penulis artikel : Carol Heffernan
Kategori: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA