Rangkuman Diskusi DIK Januari/Februari 2009

Termin I.

Topik I. Alkitab dan Penciptaan

Apakah kisah penciptaan yang diceritakan Alkitab betul-betul terjadi dalam sejarah? Mengapa kadang informasi dari ilmu pengetahuan tidak sama dengan fakta yang ada dalam Alkitab? Sebagai orang Kristen yang beriman pada Alkitab, bagaimana kita menyikapi hal ini?

  1. Apakah kisah penciptaan yang diceritakan Alkitab betul-betul terjadi dalam sejarah?

    Kisah penciptaan benar-benar terjadi dalam sejarah. Alkitab adalah sumber kebenaran yang hakiki, bahwa semua kebenaran ilmu pengetahuan asalnya adalah dari Allah sendiri. Ada banyak contoh peristiwa sejarah yang terjadi di dalam Alkitab, yaitu banjir Nabi Nuh, istri Lot, dll. Selain itu, ada peristiwa sejarah yang membuktikan bahwa pengetahuan yang diberikan Alkitab tidaklah menyimpang jauh dari penemuan-penemuan ilmu pengetahuan.

    Ada beberapa hal yang menghalangi dalam mempercayai Alkitab, yakni: pertama, cara penyampaian penulis Alkitab dengan gaya bahasa dan kebudayaan yang ada saat itu membuat informasinya agak membingungkan untuk orang sekarang. Kedua, keterbatasan pikiran manusia yang tidak dapat menyamai kebesaran pikiran Allah, sebagai Pencipta yang tak terbatas. Ilmu pengetahuan manusia yang merupakan buah pemikiran manusia yang terbatas itu tentunya tidak bisa menjelaskan secara tepat dan benar mengenai penciptaan yang Allah kerjakan, seperti ungkapan Mazmur 139:17.

  2. Mengapa kadang informasi dari ilmu pengetahuan tidak sama dengan fakta yang ada dalam Alkitab?

    Alasan mengapa informasi dari ilmu pengetahuan kadang tidak sama dengan fakta yang ada dalam Alkitab karena ada bagian-bagian dari Alkitab dan juga ilmu pengetahuan yang belum tuntas dipelajari/ditemukan. Oleh karena itu, jika nanti tingkat pemikiran manusia (ilmu pengetahuan) sudah tinggi maka akan terbuka lebih banyak kemungkinan menemukan persamaan-persamaan dengan Alkitab. Untuk itu Allah perlu memberi hikmat dan pengertian kepada manusia agar tersingkap rahasia-rahasia alam yang hanya diketahui oleh Allah. Sementara itu, sebelum pengetahuan manusia sempurna, ada banyak ketidakjelasan dan bahkan ketidakcocokan yang membuat Alkitab terlihat seperti bertentangan dengan ilmu pengetahuan.

    Tapi ada juga pertentangan antara ilmu pengetahuan dan Alkitab yang diakibatkan karena kesengajaan untuk melawan Allah, karena akal budi manusia mudah diselewengkan oleh setan, sehingga tidak mau tunduk kepada Allah.

  3. Sebagai orang Kristen yang beriman pada Alkitab, bagaimana kita menyikapi hal ini?

    Jika, kita sebagai orang percaya menemukan pertentangan antara Alkitab dan ilmu pengetahuan, hal yang dilakukan adalah:

    Pertama, tetap mempercayai Allah sebagai sumber segala pengetahuan. Allah adalah tidak terbatas, tidak mungkin pikiran manusia yang kecil itu dapat memahami pengetahuan Allah secara tuntas.

    Kedua, kita harus terlebih dahulu meragukan ilmu pengetahuan dan bukan meragukan Alkitab, karena pikiran manusia masih terus akan berkembang. Suatu ketika, waktu akan membuktikan bahwa Alkitablah yang benar.

    Ketiga, minta hikmat dari Tuhan supaya kita memiliki pikiran yang bijaksana. Alkitab adalah kebenaran yang diwahyukan dari Roh Kudus dan dapat menjadi sumber penerangan. Tapi Alkitab bukanlah buku pelajaran ilmu pengetahuan yang menuliskan secara terperinci, eksplisit dan kronologis.

    Keempat, selalu mengandalkan Tuhan, Dia akan menunjukkan jalan kebenaran-Nya, dan kita percaya bahwa kebenaran hakiki hanya ada di dalam Tuhan. Alkitab harus kita letakkan di atas ilmu pengetahuan/rasio manusia. Kalaupun ada perbedaan, suatu ketika Allah akan menyatakannya bagi kita. Untuk sesuatu yang penting diketahui manusia, Tuhan pasti akan menunjukkannya bagi kita. Teruslah gali firman Tuhan untuk mendapatkan kebenaran-Nya yang sejati.

    Kelima, manusia tidak perlu membanggakan diri dengan akal pikiran dan kecerdasan yang dimiliki. Apabila hanya mengandalakan kekuatan dan pikiran sendiri, akan melenceng dari tujuan awal bahwa pengetahuan itu ada untuk menunjukkan kemuliaan Tuhan.

    Keenam, Tuhan adalah dinamis, transformis dan kreatif, karena itu Dia juga ingin kita terus mengembangkan talenta kita termasuk berkarya di bidang sains. Jadi jangan berhenti berusaha untuk mempelajari alam semesta, khususnya kalau kita memiliki talenta di sana. Karena Tuhan dapat memakainya untuk membuktikan kebesaran-Nya.

Topik II. Asal Usul Setan

Siapakah setan itu sebenarnya? Dari mana setan berasal? Mengapa setan ada di dunia ini? Mengapa Tuhan membiarkan setan menggoda dan menjatuhkan manusia?

  1. Siapakah setan itu sebenarnya?

    Setan sebenarnya adalah malaikat Tuhan yang suci yang sangat elok yang bernama Lucifer. Ia bersama malaikat-malaikat yang lain diciptakan Tuhan untuk melayani DIA dan tinggal di surga. Tetapi karena kesombongannya akan kecantikannya itu (sebutan si Bintang Timur), ia ingin menyamai Tuhan sehingga ia jatuh dalam dosa, maka akhirnya ia dan pengikut-pengikutnya (1/3 dari jumlah malaikat) diusir Tuhan dari surga dan namanya diganti menjadi Setan, yang artinya adalah musuh. (Yesaya 14:12-17, Yeh 28:12-19)

  2. Dari mana setan berasal?

    Semua yang diciptakan Tuhan adalah baik. Dan Tuhan menciptakan malaikat pada awalnya adalah baik, demikian juga malaikat Lucifer. Namun demikian bukan Tuhan yang membuat dia memiliki niat jahat untuk memberontak kepada Tuhan atau dengan kata lain bukan Tuhan yang menciptakan setan. Keinginannya memberontak ingin menjadi sama seperti Tuhan lahir dari hatinya yang melahirkan benih dosa. Jadi, dari hati Luciferlah dosa lahir dan membuatnya menjadi musuh Allah. Dengan cara pandang lain bisa dikatakan bahwa Lucifer telah menggunakan kehendak bebas yang Tuhan berikan kepadanya dengan salah, yaitu dengan keinginannya sendiri ia memilih untuk tidak taat kepada Tuhan.

  3. Mengapa setan ada di dunia ini?

    Setelah kejatuhannya dalam dosa, setan diusir oleh Tuhan dari surga dan ditempatkan Tuhan di dunia. Kalau setan masih diijinkan tinggal di dunia saat ini adalah karena waktu Tuhan untuk mengakhiri pekerjaan setan di dunia belum tiba. Pada suatu ketika nanti, yaitu ketika kedatangan Tuhan Yesus yang kedua, atas kedaulatan Tuhan setan akan dihukum dan akan dibuang ke neraka selama-lamanya (Kitab Wahyu). Pekerjaan setan akan berakhir dan setan tidak akan ada di dunia lagi. Tapi sebelum itu terjadi setan diijinkan Tuhan tinggal di dunia bersama manusia yang juga telah jatuh dalam dosa. Sedangkan sekarang, tujuan setan selama di dunia ini adalah untuk membujuk manusia dengan membutakan pikiran orang tentang injil, dan menghasut setiap orang agar tidak percaya pada Tuhan dan mengajak sebanyak-banyaknya manusia untuk menjadi pengikutnya agar memberontak kepada Tuhan dan merusak semua ciptaan Tuhan. (Yoh 14:30, 16:11; 2Kor 4:4; Wahyu 20:10)

  4. Mengapa Tuhan membiarkan setan menggoda dan menjatuhkan manusia?

    Tuhan tak pernah membiarkan setan menggoda dan menjatuhkan, tapi Tuhan hanya mengijinkan. Bagaimanapun juga pekerjaan setan adalah untuk mempengaruhi dunia untuk menjadi pengikutnya, menyembahnya dan melawan Tuhan. Manusia diberi kehendak bebas oleh Tuhan untuk memilih rencana keselamatan dari Tuhan berdasarkan Firman Tuhan di Alkitab atau memilih bujukan setan. Masing-masing pilihan punya risiko. Tetapi malaikat dan manusia telah memanipulasi kehendak bebas tersebut sehingga menjerumuskan manusia kepada kesombongan dan pemberontakan. Tapi karena belas kasihan-Nya, Tuhan ingin menolong manusia dengan memberikan kesempatan pada manusia untuk bertobat atau diselamatkan, hingga waktu yang telah ditetapkan-Nya yaitu hari akhir penghakiman manusia diselamatkan dan setan dicampakkan ke neraka.

    Selain itu, Untuk menguji motivasi dan kemurnian cinta manusia kepada Allah. Keindahan yang paling sempurna dari tujuan penciptaan manusia adalah bagaimana ciptaan-Nya ini bisa berelasi dengan pencipta-Nya secara sukarela, tanpa paksaan. Ini menunjukan hakekat Kasih itu sendiri. Manusia dan malaikat melampaui obyek ciptaan, tetapi menjadi subyek yang dapat mengasihi dan menerima kasih secara sukarela kepada Subyek yang sejati.

  5. Bisakah manusia mengalahkan setan?

    Mengacu dari Kej. 3:15 yang menyebutkan "keturunannya (manusia) akan meremukan kepalanya (setan)", jadi penggenapan dari Firman akan terjadi dan sudah terjadi dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Jadi, Tuhan sudah menetapkan nasib kekal setan di neraka, dan pada dasarnya setan itu sudah dikalahkan oleh Tuhan.

    Manusia telah diwakili oleh Kristus untuk mengalahkan setan. Dosa Adam dan dosa Lucifer adalah lambang pemberontakan atau ketidakrelaan untuk mengasihi Allah. Sumber kesombongan dan penipuan adalah setan, tetapi dia sendiri justru ditaklukan oleh kerendahatian dan ketaatan Anak Manusia kepada Allah.

    Saat ini, orang-orang percaya juga mengemban tugas untuk mengalahkan setan dan kita telah diberi bekal kemampuan untuk tugas ini (Mark 16:17).

Termin II

Topik I. Kehendak Bebas.

Jika kehendak bebas menjadi penyebab manusia jatuh dalam dosa, mengapa Allah memberikan kehendak bebas kepada manusia? Apakah kehendak bebas yang dimiliki Adam sama dengan kehendak bebas yang kita miliki sekarang?

  1. Jika kehendak bebas menjadi penyebab manusia jatuh dalam dosa, mengapa Allah memberikan kehendak bebas kepada manusia?

    Ada beberapa alasan yang menyebabkan Allah memberikan kehendak bebas kepada manusia. Alasan pertama adalah manusia diciptakan bukan untuk menjadi robot. Allah menciptakan manusia untuk bersekutu dan memuliakan nama-Nya. Hal ini tidak mungkin tercapai bila Allah tidak memberi kehendak bebas pada manusia. Seandainya manusia tidak mempunyai kehendak bebas sehingga ia hanya semacam robot yang selalu menuruti apa saja yang diperintahkan kepadanya.

    Dengan kehendak bebas, manusia mempunyai kemampuan untuk mengeksplorasi dirinya sendiri. Selain itu, manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Allah memiliki sifat utama, yaitu kasih. Manusia diciptakan Allah segambar dengan diri Allah sendiri, segambar dengan Allah itu dapat diartikan bahwa identitas dan sifat alamiah Allah ada dalam diri manusia, sifat sifat ke-Allahan itu adalah, Memiliki kuasa, Memiliki daya pikir, memiliki kehendak, memiliki Roh Allah dalam dirinya, memiliki sifat.

    Dari hal inilah Allah merindukan manusia mengasihi Dia dengan kesungguhan hati, kerelaan dan sesuai dengan pilihannya sendiri.

  2. Apakah kehendak bebas yang dimiliki Adam sama dengan kehendak bebas yang kita miliki sekarang?

    Kehendak bebas yang kita miliki adalah sama pada waktu Adam belum berdosa. Yang membedakan adalah keadaan kita sekarang ini yang telah berdosa. Kondisi manusia setelah kejatuhan adalah mati rohani/berdosa. Bukan hanya hidup dalam 'kondisi dunia' yang berdosa, tetapi manusianya sendiri sudah mati. Rm. 3:23, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah". Sehingga kehendak bebas kita tidak dapat mengubah status manusia berdosa.

    Kehendak bebas yang kita miliki sekarang telah tercemar dengan dosa, sehingga dengan perbuatan kita sendiri kita tidak mungkin menyenangkan hati Tuhan. Masalah di sini adalah bukan kehendak bebas yang membuat manusia berdosa, tapi manusia yang salah menggunakan kehendak bebas itu. Sebaik apapun tindakan yang manusia pilih (dari kehendak bebasnya) tetap ada dalam hukuman, dan tidak akan mungkin bebas dari hukuman.

    Namun, setelah manusia tersebut ada di dalam Kristus, manusia berubah posisinya, yaitu tidak lagi dalam penghukuman (Roma 8:1). Dan manusia di dalam Kristus tersebut harus tetap hidup di dalam Roh, sehingga kehendak bebasnya digunakan selaras dengan kehendak Tuhan. Pihak utama yang merubah posisi/status itu bukan manusia dan bukan kehendak bebasnya, tapi Allah yang memampukan manusia untuk menggunakan kehendak bebasnya dengan benar. Tanpa Allah yang terlebih dahulu bekerja di dalam kita, tidak mungkin kehendak bebas kita memilih yang benar.

    Jika Adam menggunakan kehendak bebasnya dalam keadaan belum berdosa, maka akibat pilihannya tersebut tidak dapat dibalikkan (unreservable). Akibat pilihan Adam telah mengubah status manusia di hadapan Allah. Status Adam dulu adalah manusia "tidak berdosa", sekarang menjadi manusia "berdosa".

    Jika manusia setelah Adam menggunakan kehendakbebasnya, maka dia sebenarnya sudah tidak lagi memiliki kehendak bebas (yang sebenarnya). Apapun kehendak bebas yang kita lakukan sekarang sudah tidak dapat lagi mengubah status kita sebagai manusia yang "berdosa".

    Jadi, jelasnya perbedaan dari kehendak bebas yang kita miliki dan kehendak bebas yang dimiliki Adam adalah kehendak bebas manusia tidak bisa mengubah (mengembalikan) status dari "berdosa" menjadi "tidak berdosa". Jika (andaikata) karena respon manusia, manusia mampu mengubah status "berdosa" menjadi "tidak berdosa" maka keselamatan berarti bisa didapat karena hasil perbuatan (tindakan manusia), bukan karena anugerah (seperti kata Alkitab, Efesus 2). Dan jika karena dipimpin oleh Roh Kudus maka bukan kehendak bebas manusia yang berlaku, tapi kehendak Roh Kudus. Roh Kuduslah yang berkehendak dan memimpin manusia untuk bisa memilih menerima anugerah-Nya.

Topik diskusi

  1. Penebusan untuk orang mati.

    Pengorbanan Kristus berlaku surut juga, artinya ketika Tuhan Yesus disalibkan dan mati Dia tidak hanya menebus dosa umat manusia yang ada dari tahun Masehi sampai saat ini, tetapi jika pada saat/tahun sebelum masehi (Efesus 4:8-9). Boleh dikatakan bagi orang-orang mati sebelum Yesus, Yesus sendirilah yang menginjil kesana dan melepaskan jiwa-jiwa ini. 1 Petrus 3:19-20, "dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang didalam penjara, yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar, waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, dimana hanya sedikit, yaitu delapan orang yang diselamatkan oleh air bah itu."

  2. Kehendak Bebas dan Rancangan Allah.

    Apakah kehendak bebas yang ada pada manusia dapat juga mengubah rancangan yang telah ditetapkan oleh Allah?

    Rencana besar Allah adalah mutlak dan tidak dapat dirubah. Ini merupakan hak providensia Allah, yaitu keselamatan manusia yang dipilih Allah. Meskipun manusia dengan kehendak bebasnya mempunyai kecenderungan berdosa/merusak, tetapi Allah tetap melaksanakan keinginan-Nya tadi secara aktif dan terus-menerus. Kita tahu bahwa kedatangan Allah melalui Yesus Kristus adalah bukti nyata bahwa Allah konsekuen dengan keinginan-Nya.

    Teori Predestinasi yang dikembangkan oleh Calvin, menyatakan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah kepada orang orang yang dipilih-Nya. Predestinasi bisa dianalogi dengan sebuah kapal yang berlayar menuju daratan (sorga). Kapal itu dinahkodai oleh kapten (Tuhan Yesus). Setiap penumpang yang ada di dalam mempunyai pilihan untuk bersama dengan kapten kapal (orang yang terpilih) atau pun meninggalkan kapten. Pemilihan selalu terjadi ketika seseorang tetap memilih untuk bersama sang kapten.

    Dan bagi mereka yang tidak mau tetap di kapal akan mendapat tindak lanjut sendiri. Hal ini merupakan tugas kita untuk memberitakan Injil, yaitu memperkenalkan Yesus kepada semua orang agar mereka beroleh hidup. Kalau di jaman Adam, 'mati' jika mengambil 'buah', maka di jaman sekarang, 'hidup' jika menerima 'Yesus'. Itu sudah ketetapan Allah.

Topik II. Lanjutan

  1. Mengenai Hubungan Langsung Manusia dengan Allah.

    Di jaman Adam, hubungan itu digambarkan dengan percakapan langsung (antara Adam dengan Allah). Di jaman sesudah Adam sampai dengan Yesus, hubungan dibatasi hanya kepada pilihan Allah saja, seperti Abraham dan nabi-nabi di jaman PL. Di PB pada jaman Yesus, hubungan manusia bisa langsung tanpa perantara nabi/imam. (Rm. 8:26). Dapat disimpulkan bahwa Allah berbicara dengan kita melalui Firman-Nya (PL dan PB) dengan diterangi oleh Roh Kudus yang tinggal di dalam kita. Seperti penjelasan Firman Tuhan berikut ini:

    "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah." (Yoh 1:1-2)

  2. Mengenai Dosa Warisan.

    Disebut mewarisi dosa, karena sejak kejatuhan manusia Adam dalam dosa, semua keturunannya menjadi ikut tercemar oleh dosa, walaupun dia tidak melakukan dosa awal. (Rom 3:23). Tapi kejatuhan manusia Adam dalam dosa bukan saja menjadikan kondisi manusia di dalam dosa, tetapi juga mengubah statusnya, yang dulu "tidak berdosa" menjadi "berdosa". Manusia telah mengalami kematian rohani.

    Dalam Mazmur 51:7, dikatakan: "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku." Kaitan dengan pemahaman dosa bisa digambarkan bahwa semua manusia adalah keturunan Adam-Hawa, maka semuanya ada dalam kondisi kematian ini (kematian rohani).

    Kejadian 2:17, "tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." keadaan manusia setelah kejatuhan Adam cenderung tidak mampu untuk tidak berbuat dosa. Karena semuanya ada di dalam kematian rohani. Dan dilahirkan dari kedagingan (hubungan pria dan wanita). Hal ini juga ditekankan dalam beberapa ayat di bawah ini:

    Roma 5:12, "Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa." Roma 7:19, "Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat."

    Roma 7:21, "Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku."

    Untuk itulah Allah berinisiatif menyelamatkan dalam kelahiran Yesus sebagai manusia, tetapi bedanya tidak lahir dari kedagingan, tetapi dari Roh Allah (Roh yang hidup). Sehingga membuat Tuhan Yesus meskipun manusia, tetapi Dia tidak berdosa.

  3. Kematian bayi

    Ada yang mengatakan jika bayi meninggal, dia pasti masuk sorga. Karena dia belum mengerti menggunakan kehendak bebasnya. Landasan firman yang digunakan Yakobus 1:14-15, "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."

Termin III

Topik I. Keselamtan.

Mengapa manusia perlu diselamatkan? Adakah jalan lain untuk selamat selain percaya pada Kristus? Apakah keselamatan yang sudah diterima bisa hilang nantinya?

  1. Mengapa manusia perlu diselamatkan?

    Karena semua manusia telah jatuh dalam dosa (Roma 3:10). Dan mereka berada di bawah wilayah dosa keturunan dari Adam (Roma 3:23). Oleh karena itu, manusia tidak mungkin menyenangkan hati Allah lagi bahkan selalu melawan Allah (Kejadian 6:5, Roma 3:11). Bahkan manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya dengan usaha sendiri (Ibrani 11:6). Oleh karena Allah adalah kasih dan setia. Maka, Allah mengasihi manusia dan Allah tidak ingin satu jiwapun binasa di neraka (Yoh 3:16).

  2. Adakah jalan lain untuk selamat selain percaya pada Kristus?

    Tidak ada jalan lain untuk selamat, selain percaya kepada Kristus (Yohanes 3:16-17, Yohanes 14:6, Yoh. 14:6; Kisah Para Rasul 4:12).

    Apakah keselamatan yang sudah diterima bisa hilang nantinya? Ada dua pendapat seperti dibawah ini:

    1. Keselamatan tidak bisa hilang.

      Allah konsisten dengan janji-Nya untuk menyelamatkan manusia (Yohanes 10:28, Yohanes 3:16). Keselamatan adalah anugerah Allah bukan usaha manusia. Orang diselamatkan karena iman. Manusia diselamatkan bukan karena perbuatan baik, tetapi untuk berbuat baik (Ef. 2:10). Keselamatan merupakan wujud kasih Allah yang tidak bisa hilang oleh apapun ketika kita sudah menerimanya (Roma 8:39).

      Selain itu, keselamatan itu sudah dimateraikan dengan kematian Tuhan Yesus di kayu salib, dan setiap orang yang percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai juru selamatnya serta di baptis pasti diselamatkan (Yesaya 51:6). Dan orang Kristen adalah umat pilihan Allah oleh kasih karunia (1 Petrus 2:9).

      Yang mendasari bahwa keselamatan tidak bisa hilang adalah pendapat Predestinasi, yaitu orang bisa selamat karena sudah dipilih Allah sebelumnya. Sekali diselamatkan, maka akan tetap selamat karena keselamatan adalah kasih karunia. Segala perbuatan baik, pelayanan, persembahan dan yang lain tidak mempengaruhi keselamatan yang diberikan Tuhan.

      Semua perbuatan baik adalah bentuk ucapan syukur setelah orang diselamatkan. Untuk masuk ke surga cukup dengan percaya dan beriman kepada Kristus. Perjuangan dalam hidup Kristen bukan untuk mendapat keselamatan, tetapi sebagai bukti bahwa orang Kristen sudah diselamatkan.

    2. Keselamatan bisa hilang.

      Keselamatan yang sudah diterima nantinya bisa hilang jika orang itu: pertama, murtad, yaitu apabila orang yang sudah percaya dan hidup baru berpaling dari Tuhan atau merusak imannya dengan tidak mengikuti kehendak Allah (Roma 6:12- 14). Kedua menyangkal Tuhan Yesus (II Timotius 2:12). Pada saat orang Kristen menyangkal Yesus sebagai Tuhan, Raja dan Juru Selamat (murtad), otomatis keselamatan itu akan dicabut, dan namanya dicoret dari daftar buku kehidupan. Ketiga, orang kristen yang mengaku percaya, tetapi tidak benar-benar hidup di dalam Kristus (Yohanes 15:6). Keempat, orang Kristen tetapi tidak menjadi pelaku firman (Mat. 7:21). Kelima, iman Kristen yang mati karena tanpa perbuatan (Yak. 2:17). Keenam, orang Kristen tetapi tidak berbuah (Yohanes 15:1-8, Galatia 5:22-23)

      Yang mendasari alasan itu adalah adanya kehendak bebas yang diberikan Allah kepada manusia. Dalam kehendak bebas Tuhan Yesus tidak memaksakan kehendak tetapi "mengetuk di depan pintu", bukannya "mendobrak pintu".

      Keselamatan adalah anugerah Allah yang diberikan secara cuma-cuma. Tetapi di sisi lain, manusia memiliki kehendak bebas untuk menerimanya, menolak, terus menjaga atau menyangkali kasih Tuhan (murtad).

      Keselamatan bukan pada waktu manusia bertobat saja, melainkan keselamatan harus dilihat secara keseluruhan. Untuk itu keselamatan yang telah diterima perlu terus-menerus dikerjakan dengan takut dan gentar. Keselamatan tidak berlaku kepada orang-orang yang sekedar mengaku percaya pada Kristus tapi tidak benar-benar hidup di dalam-Nya.

Untuk itulah maka orang yang sudah mengaku percaya, harus tetap:

  1. Mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Filipi 2:12).
  2. Menjadi pelaku firman yang setia (Matius 7:21; Yakobus 1:22).
  3. Menghasilkan buah-buah Roh (Lukas 3:7-8; Yak 2:17-18; Galatia 5:22- 23).
  4. Setia hingga akhir (Wahyu 20:10).

Topik II. Di dalam Kristus.

Paulus dalam surat-suratnya menyebut banyak sekali istilah "di dalam Kristus", yaitu manusia yang dilahirkan baru bukan dalam daging,tetapi dalam Roh. Apakah arti lahir baru dalam Roh dan apa signifikansi prinsip hidup baru "di dalam Kristus" ini? Selidiki ayat- ayat: II Kor 5:17, Gal. 2:20, Fil.1:20-21, 3:7-10, Kol. 2:7.

  1. Arti lahir baru di dalam Roh.

    Lahir baru di dalam Roh terjadi ketika menerima baptisan dan membiarkan Roh Kudus untuk memperbaharui kehidupan senantiasa. Roh kudus akan berperan membantu melawan godaan setan dan dosa, sehingga makin lama makin bertumbuh menjadi seperti Kristus. Hal ini juga membutuhkan hidup di dalam iman kepada Kristus, pertobatan secara rohani yang meninggalkan manusia lama menjadi manusia baru. Manusia lama yang diperhamba oleh dosa dilahirkan kembali dengan menerima Kristus sebagai Tuhan. Secara rohani manusia diperbaharui menjadi ciptaan baru. Inilah titik awal kehidupan baru dengan orientasi hidup yang baru (pandangan baru dan tujuan hidup yang baru). Dengan demikian manusia memiliki kehendak yang baru dan semangat hidup yang baru. Lahir baru juga merupakan peristiwa dimulainya kematian manusia lama dan hidupnya manusia baru di dalam Roh Kudus (2 Korintus 5:17; Roma 6:6) dengan hati dan Roh yang baru yang diberikan oleh Tuhan (Yehezkiel 36:26-27). Lahir baru adalah karunia Tuhan, bukan merupakan usaha manusia.

  2. Signifikansi prinsip hidup baru di dalam Kristus.

    Pertama, menjadi ciptaan baru (II Kor. 5:17 dan Kristus hidup di dalam hidup oleh iman (Gal. 2:20). Kedua, hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Apa yang dulu merupakan keuntungan, sekarang kerugian karena Kristus (Fil 1:21, 3:7- 10 ). Ketiga, berakar dan dibangun dalam firman, bertambah teguh dalam iman dan melimpah dengan syukur ( Kol. 2:7 ) Keempat, kehidupan manusia sepadan dengan kehendak Allah. Di luar Kristus tidak mungkin hidup berkenan kepada-Nya. Hanya di dalam Kristus kita mengerti akan kehidupan, bagaimana menjalani hidup dan kemana arah kehidupan itu sendiri. (Fil 1:21,22) Kelima, hak dan kewajiban dalam menjalani kehidupan selaras dengan apa yang dikehendaki oleh Kristus. Keenam, seluruh kehidupan mengarah kepada Kristus dan mengutamakan Kristus. Ketujuh, ada perubahan yang signifikan dari kehidupan yang lama menjadi yang baru - dengan meninggalkan semua hidup yang sia-sia untuk menjadi garam dan terang, membaur dengan semua lapisan masyarakat untuk melakukan amanat agung mengenai pemuridan. Kedelapan, manusia menjadi takut akan Tuhan dan selalu ingin menuruti perintahNya. Allah berdaulat dalam seluruh kehidupan.

Umum: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA