Rangkuman Diskusi GSM April/Mei 2008

GSM APRIL/MEI 2008

TERMIN I

Topik I. PENGALAMAN BERSEKOLAH MINGGU

Pengalaman Bersekolah Minggu Apakah pada waktu kecil Anda bergabung dalam kelas SM? Pengalaman apa yang paling berkesan selama bersekolah minggu itu? Hal-hal apa yang memberi dampak positif bagi Anda ketika Anda sendiri sekarang menjadi guru SM? [Bagi Anda yang dulu tidak pernah bersekolah minggu, sharingkan hal-hal apa yang Anda merasa kehilangan karena Anda dulu tidak mengikuti SM.] (Jumlah posting: 34)

Dari sharing pengalaman bersekolah minggu para peserta kelas PESTA GSM 2008 ini, ternyata sebagian besar telah mengikuti sekolah minggu sejak kecil. Pengalamannya ternyata bermacam-macam bahkan bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita ketika menjalani tugas sebagai guru sekolah minggu sekarang ini. Berikut hal-hal yang dapat kita pelajari dari sharing pegalaman bersekolah minggu ini.

  1. Sebagian besar peserta menceritakan bahwa pengalaman indah yang berkesan selama mengikuti sekolah minggu adalah kegiatan-kegiatan yang ada dalam sekolah minggu. Misalnya permainan-permainan, lomba, hadiah-hadiah, puji-pujian yang kreatif, alat peraga yang digunakan guru, tampil di depan jemaat dalam acara-acara tertentu, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan SM tidak bisa dilakukan tanpa pemikiran dan persiapan yang matang. Setiap kegiatan, acara, terutama penyampaian firman Tuhan harus disiapkan dengan kreatif agar selalu diingat oleh anak-anak. Beberapa peserta juga mengeluhkan tidak ada pengalaman yang berkesan karena SM yang mereka ikut dahulu sangat monoton, tidak ada lagu baru, tidak pernah ada permainan, dan guru yang mengajar sangat membosankan.

  2. Sekolah minggu juga telah memberikan dampak kekal kepada para peserta. Melalui sekolah minggu anak mengenal firman Tuhan. Anak- anak juga mengenal Yesus melalui cerita, aktifitas, permainan, dan sebagainya. Pada akhirnya anak-anak pun menerima Yesus sebagai Juru Selamat mereka. Jika selama di SM mereka belum menerima keselamatan itu, tetapi proses mengenal Yesus yang telah anak-anak alami dalam SM membawa mereka untuk mengaku Yesus adalah Tuhan pada akhirnya.

  3. SM berdampak besar karena melaluinya anak-anak SM lebih mengerti akan firman Tuhan. Melalui SM pula pertumbuhan rohani terus mengalami kedewasaan rohani dalam Tuhan sampai mereka dewasa.

  4. Guru sangat memegang peranan penting dalam pelayanan SM. Sebagian besar peserta pun mengakui hal ini. Sampai sekarang para peserta masih teringat pengalaman SM dan menjadi guru sekolah minggu, salah satunya karena pengaruh dari para guru. Perhatian, cinta, kasih sayang yang tulus, serta pengorbanan guru terhadap anak-anak layannya tidaklah sia-sia. Oleh karena itu, jika saat ini kita adalah guru sekolah minggu, harus terus diingat bahwa kita membawa pengaruh yang besar bagi mereka. Jika jemaat gereja jarang yang mau menjadi guru sekolah minggu, mungkin karena dahulu gereja kurang membangun jembatan regenerasi dengan baik. Jadi mulailah dari sekarang untuk membina regenerasi SM sepuluh/lima belas tahun mendatang dengan menjadi guru yang bertanggung jawab dan mencintai anak-anak yang Tuhan kasihi ini.

  5. Pelayanan SM benar-benar membuktikan keberadaannya sebagai tempat para generasi masa depan gereja. Beberapa peserta merasakan bahwa kerinduan dan keterlibatan mereka dalam gereja maupun pelayanan di luar gereja merupakan hasil yang dipupuk dalam SM.

  6. Pengaruh SM terhadap gereja:

    1. Anak-anak dapat dipakai Tuhan untuk kelak membawa jiwa-jiwa datang kepada Tuhan (minimal keluarganya), sehingga terjadi pertumbuhan jemaat secara kuantitas maupun kualitas dalam gereja.
    2. Melalui SM, gereja dapat bertumbuh dan berkembang. Tanpa SM, gereja di masa yang akan datang, kemungkinan bisa hilang sebab tidak ada penerusnya.
    3. Dalam SM anak-anak dapat merasakan bahwa gereja dalah tempat yang nyaman bagi mereka sehingga mereka selalu memiliki kerinduan untuk bersekutu bersama jemaat Tuhan dalam gereja. Gereja bukan hanya tempat untuk mendengarkan firman Tuhan, tetapi juga tempat untuk berbagi, bermain, dan merasakan sukacita. Dengan kenyamanan tersebut maka mereka akan setia kepada TUhan Yesus dan juga akan terus ke gereja.

  7. Bagi jemaat di pedesaan secara khusus, jika sejak kecil anak-anak tidak dididik dengan benar dalam firman Tuhan, maka gereja akan mengalami penurunan baik secara kuantitas maupun kualitas. Tanpa penanaman/pendewasaan iman pada anak-anak, maka ketika besar/dewasa, ia akan berpindah agama. Ini berarti jika jemaat dewasa telah habis/meninggal semua, bisa-bisa gereja hilang/ditutup.
  8. Saran untuk meningkatkan/memertahankan jemaat/gereja pedesaan agar bertumbuh, terutama melalui SM: a. Dalam SM anak-anak harus benar-benar mengalami kasih Tuhan di dalam kehidupannya. Dengan begitu, mereka pun akan menjadi saksi Kristus mengenai Kabar Baik mengenai Yesus kepada orang lain pula. Pertambahan petobat baru dapat meningkatkan tingkat pertumbuhan jemaat. b. GSM harus terus mendoaka para murid agar kelak dapat menjadi generasi masa depan gereja yang benar-benar berakar di dalam Kristus. c. GSM perlu pula mendapat bimbingan dan harus sudah lahir baru sehingga dapat membimbing anak-anak yang adalah generasi masa depan gereja. d. Berikan suasana akrab antara gereja dan SM. Suasana yang hangat, ramah, dan penuh kasih merupakan suasana yang sangat disukai oleh anak-anak, bahkan semua orang. Teruskan suasana ini sampai mereka dewasa. Di gereja pun perlu selalu menjaga suasana akrab, hangat, dan penuh kasih walaupun berisi orang-orang dewasa.
  9. Deskripsi tugas guru sekolah minggu:
    1. Memahami bahwa pelayanan pengajaran adalah diberikan oleh Tuhan;
    2. Memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan dan bertumbuh dalam iman yang dewasa;
    3. Menguasai apa yang Anda ajarkan;
    4. Belajar cara mengajar yang efektif, termasuk pemahaman perkembangan tiap tahap usia dan kebutuhan murid-muridnya;
    5. Setia pada tanggung jawab mengajar mereka;
    6. Ikut serta ambil bagian dalam pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh gereja;
    7. Ikut serta dalam pelayanan penginjilan di sekolah minggu;
    8. Menyediakan waktu untuk mengadakan persekutuan dengan para murid;
    9. Telah mengalami kelahiran baru;
    10. Mengasihi muridnya;
    11. Tekun mempelajari firman Allah (Alkitab, sehingga ia menguasai materi ajar yang sesuai Alkitab;
    12. Memiliki relasi yang baik dengan sesama manusia;
    13. Konsekuen dalam hal waktu, rendah hati, rela berkorban;
    14. Memerhatikan dan mendoakan si anak.

  10. Dampak positif lain dari SM:
    1. menjadi orang yang energik dan berpikir positif karena sering melihat anak-anak;
    2. mengetahui bagaimana perkembangan anak tiap tahapnya.
    3. mendapat pelajaran bagaimana menghadapi karakter anak yang berbeda-beda,
    4. lebih bersabar lagi dalam hal apapun,
    5. Bisa belajar banyak dari guru-guru SM mengenai cara mengajar yang baik dan benar,
    6. lebih termotivasi untuk mengajar SM karena pernah merasakan kasih dan kesukaan selama di SM.

Dirangkum oleh: Davida

Topik II. GEREJA DAN SM

Apa dampak/kepentingan pelayanan SM terhadap Gereja? Mengapa kadang gereja/pengurus gereja tidak memberikan perhatian penuh pada pelayanan SM? Bagaimana cara membuat gereja/pengurus gereja mau aktif terlibat dalam pelayanan SM? (Jumlah posting: 29)

  1. Dampak/Kepentingan Pelayanan SM terhadap Gereja
  2. Sekolah Minggu tidak bisa dipisahkan dari gereja. Sebagai salah satu bagian dari gereja tentu saja sekolah minggu harus mendapatkan perhatian yang sama pula dengan pelayanan-pelayanan lain yang ada dalam gereja. Selain itu sekolah minggu sendiri memiliki peran yang dan tanggung jawab pula terhadap gereja. Jika demikian, apa dampak maupun kepentingan pelayanan sekolah minggu terhadap gereja? Berikut pendapat yang telah disampaikan para peserta GSM dalam diskusi yang telah berlangsung.

    1. Melalui sekolah minggu anak-anak yang juga adalah bagian dari gereja dapat dibawa kepada Tuhan. Dalam sekolah minggu mereka mengenal firman Tuhan dan pada akhirnya mereka akan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya serta memberikan hidupnya untuk melayani Tuhan.
    2. Sekolah minggu merupakan generasi penerus gereja atau merupakan tempat para penerus masa depan gereja. Melalui pelayanan sekolah minggu, anak-anak yang telah menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya akhirnya akan terlibat pula dalam pelayanan di gereja. Mereka akan mengambil bagian pula dalam gereja Tuhan. Selain itu, anak-anak SM ini kelak dapat menjadi saksi Kristus di luar gereja, sehingga melalui mereka dapat terjadi pertumbuhan jemaat, baik secara kuantitas maupun kualitas.
    3. Akan tetapi tidak semua sekolah minggu dapat menjadi generasi penerus gereja yang sesungguhnya. Sekolah minggu yang dapat menjadi masa depan gereja adalah sekolah minggu yang memiliki Allah di dalamnya. Ada kerohanian yang benar dalam sekolah minggu tersebut yang adalah hidup Allah sendiri. Allah hidup dalam sebuah SM bisa dilihat dari para pelayan di dalamnya. Setiap guru dan pekerja sekolah minggu harus sudah mengalami kelahiran baru dan perubahan hati oleh kuasa Allah. Melalui pengalaman kelahiran baru inilah hidup Allah masuk ke dalam hati seseorang, dan melalui orang-orang yang telah mengalami kelahiran baru itu, hidup Allah masuk ke dalam sebuah sekolah minggu. Hidup Allah tidak dengan sendirinya ada dalam tabiat manusia. Kelahiran baru memperbarui guru dan pengurus dalam melayani dengan sungguh-sungguh, sesuai standarnya Tuhan. "Kamu harus dilahirkan kembali" (Yohanes 3:7), dan dengan jalan demikian "mengambil bagian dalam kodrat ilahi" (2 Petrus 1:4).

    4. Segala sesuatu yang telah diajarkan kepada anak-anak dalam sekolah minggu dapat membentuk mereka pada saat dewasa. Anak-anak tersebut tumbuh dalam kebenaran firman Tuhan dan pada akhirnya gereja memiliki jemaat yang benar-benar berakar kuat di dalam Kristus. Pembinaan terhadap anak akan menentukan gambaran gereja di masa mendatang.
    5. Jika sekolah itu mencerdaskan kehidupan bangsa, maka sekolah minggu dapat "mencerdaskan" kehidupan gereja. Selain itu sekolah minggu juga dapat memberikan kontribusi spiritual bagi gereja. Seperti, doa syafaat anak-anak untuk gereja juga sangat berdampak untuk menguatkan gereja di masa kini.

  3. Mengapa Kadang Sekolah Minggu Tidak Mendapat Perhatian Penuh dari Pengurus Gereja?
  4. Meskipun pengurus gereja sangat menyadari pentingnya SM bagi pelayanan gereja, akan tetapi masih banyak pula pengurus gereja yang tidak memberikan perhatian penuh kepada pelayanan SM. Mengapa? Berikut beberapa pendapat dan juga kasus-kasus seputar pembahasan ini.

    1. Para pengurus gereja sendiri tidak aktif dalam kegiatan sekolah minggu saat mereka masih kecil, sehingga kurang memahami dan mendalami arti pentingnya pelayanan sekolah minggu.
    2. Pelayanan anak-anak masih sering dianggap kurang penting karena pihak gereja lebih fokus terhadap pelayanan yang melibatkan orang dewasa. Pelayanan terhadap orang dewasa dianggap lebih serius dan diprioritaskan karena kurang sadar bahwa sekolah minggu adalah tempat para generasi penerus gereja.
    3. Pihak gereja sendiri merasa bahwa anak-anak sekolah minggu belum dapat memberi input/kontribusi yang berarti untuk gereja. Hal ini menunjukkan bahwa pola pikir pihak gereja yang tidak memberikan perhatian kepada sekolah minggu karena alasan ini bersifat jangka pendek (kepentingan saat ini). Sekolah minggu dianggap kurang memberikan kontribusi yang berarti bahkan kerap hanya menjadi beban karena banyaknya budget yang diperlukan untuk aktifitas dan kegiatan dalam sekolah minggu.
    4. Paradigma yang belum berubah dari pihak gereja yaitu menjadikan sekolah minggu sebagai tempat penitipan anak agar tidak menganggu jalannya ibadah orang dewasa.
    5. Permasalahan yang terjadi dalam gereja juga dapat mengakibatkan pihak gereja terkuras perhatiannya terhadap masalah tersebut. Dampaknya, pelayanan sekolah minggu pun terabaikan oleh pihak gereja dan diserahkan sepenuhnya kepada guru-guru sekolah minggu.

  5. Usulan agar Pihak Gereja Mau Terlibat dalam Pelayanan SM
  6. Dari beberapa pendapat mengenai mengapa pihak gereja kurang perhatian kepada sekolah minggu, muncul pula beberapa ide dan saran untuk mengajak pihak gereja lebih terlibat lagi dalam pelayanan sekolah minggu.

    1. Mengadakan dialog antara pengurus sekolah minggu dengan pengurus gereja. Tujuannya agar pengurus gereja dapat membuka pikiran, mengubah paradigma, dan menyadari bahwa pelayanan terhadap anak- anak justru menjadi bagian yang penting dan tidak boleh diabaikan oleh gereja. Meskipun sebenarnya agak janggal jika malah pihak sekolah minggu yang mengajak para pengurus gereja membicarakan pentingnya pelayanan sekolah minggu ini, tetapi jika dari pihak gereja memang tidak ada inisiatif dan tanggapan, maka tidak masalah jika pihak sekolah minggu yang lebih proaktif mendengungkan pentingnya pelayanan sekolah minggu bagi gereja.
    2. Jika tidak bisa diadakan dialog, bisa juga dengan langsung meminta kepada pihak gereja hal-hal yang dibutuhkan oleh sekolah minggu. Dengan begitu pihak gereja akan lebih memerhatikan kebutuhan sekolah minggu. Misalnya kebutuhan akan guru, kebutuhan akan ruangan kelas, kebutuhan fasilitas dan alat mengajar, kebutuhan akan pelatihan bagi guru-guru sekolah minggu, dan sebagainya. Akan tetapi menurut salah satu peserta PESTA, cara ini pun kurang mendapat respon dari pihak gereja.
    3. Membuat jadwal khusus secara bergiliran di mana perwakilan dari pengurus gereja dilibatkan langsung dalam pelayanan sekolah minggu. Walaupun tidak ambil bagian langsung dalam pelayanan, hanya dengan melihat aktfitas yang berlangsung, diharapkan pihak gereja dapat mulai sadar pentingnya pelayanan sekolah minggu untuk membawa jiwa-jiwa baru bagi gereja. Anak-anak pun harus diselamatkan.
    4. Memberikan tugas kepada pihak gereja untuk membakukan kurikulum sekolah minggu, menetapkan sistem rekrutmen guru, memberikan tanggung jawab kepada gereja untuk terus memotivasi guru dalam hal pelatihan dan pengembangan guru.
    5. Untuk lebih meningkatkan perhatian dan keterlibatan para pengurus gereja terhadap pelayanan sekolah minggu, sekolah minggu harus menyampaikan visi dan misinya kepada pihak gereja maupun orang tua. Harus terus ditekankan bahwa sekolah minggu bukan tempat penitipan anak, tetapi tempat di mana anak-anak dibawa untuk datang kepada Kristus. Jiwa kecil mereka pun sangat dikasihi oleh Tuhan. Oleh karena itu, mengabaikan pelayanan sekolah minggu, sama saja dengan menghalang-halangi anak-anak kita datang kepada Kristus. Hal ini harus terus ditekankan kepada pihak gereja maupun orang tua.
    6. Beban atau panggilan untuk melayani anak-anak dalam pelayanan sekolah minggu merupakan panggilan yang memang Tuhan taruh dalam hati setiap mereka yang ingin Dia pakai untuk pelayanan ini. Jadi, jika sampai saat ini pihak gereja belum memberikan perhatian khusus, jangan putus asa. Doa dari para guru sekolah minggu terus dibutuhkan seiring dengan proses untuk menjadi pengurus gereja yang ideal dan semakin serupa dengan Kristus, yang salah satunya adalah sangat mengasihi anak-anak. Terus berdoa dan berusaha melakukan usaha-usaha untuk menyatakan pentingnya pelayanan anak, dan biarkan Roh Kudus bekerja dalam hati setiap orang yang dipanggil-Nya untuk terlibat dalam pelayanan ini. Harus tetap bersyukur pula walaupun perhatian dari pihak gereja hanya sedikit.
    7. Bisa juga dengan memasukkan jadwal rutin paduan suara anak-anak SM dalam gereja. Dengan begitu para pengurus gereja maupun orang tua dapat melihat langsung bagaimana anak-anak ini memuji Tuhan dan merasakan betapa kasih Tuhan yang teramat besar kepada anak-anak ini. Usulan lain, mengadakan kegiatan "Minggu Sekolah Minggu", dimana semua ASM mengikuti kebaktian orang dewasa. Dalam kebaktian umum tersebut, lagu-lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu SM. Khotbah bisa dibagi menjadi dua. Yang pertama untuk ASM (bisa dengan panggung boneka), dan baru kemudian khotbah untuk orang dewasa. Dari acara ini orang dewasa dapat melihat dan merasakan betapa pentingnya kehadiran SM bagi gereja.
    8. Pada akhirnya jika memang pihak gereja benar-benar tidak dapat memberikan perhatian khusus atau bahkan sedikit perhatian saja, maka janganlah hal ini menjadi alasan bagi para guru untuk patah semangat. Yang harus kita perbuat selanjutnya adalah tetap memberikan hati dan diri kita untuk terus diproses dan dibentuk Tuhan dalam pelayanan yang telah Tuhan berikan kepada kita ini. Kesungguhan dan kemurnian hati para guru sekolah minggu tersebut dapat menghasilkan buah yang manis. Jika pun pengurus gerja saat ini kurang perhatian, paling tidak saat guru kelak menjadi bagian dari pengurus gereja, mereka dapat menjadi orang yang memberikan pandangan baru terhadap pengurus-pengurus gereja yang lain mengenai pentingnya pelayanan SM. Atau di masa datang, anak- anak layan kita dapat menjadi pengurus gereja y8ang sungguh-sungguh memerhatikan dan menyadari arti pentingnya pelayanan sekolah minggu. Jadi, walaupun kurang mendapat perhatian dan tidak ada pengurus gereja yang mau terlibat, jangan patah arang. Tetap semangat dan kerjakan pekerjaan Tuhan ini dengan penuh ucapan syukur.

    Dalam diskusi seputar Gereja dan SM ini ada sebuah kasus yang dibahas. Berikut isi kasus tersebut dan juga tanggapan dari para peserta.

    Kasus 1: Ada seorang Majelis yang selama ini ditugaskan mendampingi Guru SM. Ia bertanya, bagaimanakah membangun motivasi guru SM? Sebagian guru SM mengajar bukan karena menyayangi anak-anak dan menyukai kegiatan proses belajar, tetapi karena faktor lain. Ada yang menjadi guru SM agar bisa dekat dengan gadis yang ditaksirnya. Ada juga yang karena ingin dipuji dan mengharapkan uang transport.


    Tanggapan:

    1. Untuk menjadi seorang guru sekolah minggu maupun hamba Tuhan yang sempurna, termasuk dalam hal motivasi pelayanan, tentunya dibutuhkan proses. Proses tersebut melibatkan doa dari para rekan- rekan sepelayanan. Doakanlah mereka yang memang motivasi pelayanannya belum murni karena Tuhan dapat memakai siapa saja untuk melakukan pekerjaannya. Bukan tidak mungkin mereka yang awalnya melayani dengan motivasi yang tidak murni justru dipakai Tuhan secara luar biasa dan menjadi pelayan anak yang sungguh- sunguh mengasihi anak-anak layannya. Memang dalam proses tersebut ada yang gagal dan juga ada yang berhasil, tetapi tetaplah mendoakan mereka dan biarkan Roh Kudus bekerja dalam hidup mereka.
    2. Apapun latar belakang yang memotivasi seseorang menjadi guru SM tidak perlu dipermasalahkan terlebih dahulu. Yang penting dia sudah bersedia dulu menjadi guru sekolah minggu. Proses selanjutnya yaitu untuk memurnikan motivasi mereka, selain didoakan teruslah mengadakan kegiatan khusus untuk para guru sekolah minggu. Mungkin dengan persekutuan antarguru, pelatihan-pelatihan rutin, seminar mengenai pentingnya pelayanan SM, pendekatan secara pribadi dari para pengurus SM, dan sebagainya.

    Kasus 2: Apakah salah bila guru SM juga mengharapkan materi atas pelayanannya?

    Tanggapan:

    1. Sebaiknya dan seharusnya guru SM tidak mengharapkan imbalan atas pelayanan yang mereka lakukan karena:
      1. pelayanan ini merupakan panggilan yang Tuhan taruh dalam hati, jadi harus dilakukan dengan penuh ucapan syukur dan penuh kasih kepada Tuhan,
      2. pelayanan ini merupakan bentuk kasih kita kepada jiwa-jiwa kecil yang amat Tuhan kasihi,
      3. dan mengharapkan imbalan berarti memiliki motivasi yang kurang tepat dalam melaksanakan pelayanan ini.

    2. Daripada diberi materi sebagai imbalan pelayanan, sebaiknya dana tersebut dipakai untuk membekali guru-guru dalam hal peningkatan kualitas mengajar.
    3. Jangan mengharapkan imbalan berupa materi karena jika kita melakukan pelayanan dengan sungguh-sungguh dan hati yang penuh kasih kepada Tuhan maupun kepada anak-anak layan kita, maka ada upah yang telah Tuhan sediakan di surga bagi mereka yang setia melayani Dia.
    4. Jika gereja ingin memberikan apresiasi berupa uang transport, terkhusus bagi para pelayan anak yang statusnya penuh waktu, hal tersebut tidaklah salah. Tetapi yang penting kita melayani bukan karena mengharapkan imbalan, akan tetapi murni untuk melayani Dia.


    TERMIN II.


    Topik I. PERSIAPAN GSM.

    Bagaimana mempersiapkan GSM dengan baik supaya ketika mulai melayani di sekolah minggu guru-guru tersebut memiliki motivasi yang benar dan ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan untuk bisa aktif dan kreatif? (Jumlah posting: 26)

    Pelayanan sekolah minggu merupakan pelayanan sepenuh hati, dimana hati kita harus benar-benar seperti Kristus yang dengan penuh kasih menyambut anak-anak yang datang kepada-Nya. Tidak hanya menyambut, Dia juga memeluk, memberkati, dan mendoakan mereka. Karena pelayanan ini adalah pelayanan sepenuh hati, dan tidak semua orang mendapat kesempatan untuk melayani anak-anak, maka tentu saja dibutuhkan motivasi yang benar dari setiap orang yang memutuskan untuk menjadi seorang pelayan anak. Banyak faktor yang memotivasi seseorang untuk terlibat dalam pelayanan anak, tetapi harus disadari tidak semua memulainya dengan motivasi yang benar. Selain motivasi yang benar, tentu saja seorang pelayan anak yang melakukan pelayanan ini dengan sepenuh hati selalu ingin menambah ketrampilan dan wawasannya di bidang ini. Pelayan anak yang melayani dengan sepenuh hati, tidak akan pernah menyerah untuk terus aktif dan kreatif dalam pelayanannya.

    Bagaimanakah agar setiap guru yang terlibat dapat memiliki motivasi yang benar dalam mengajar? Apa saja yang dapat dilakukan agar setiap guru dapat terus terasah ketrampilannya dalam melakukan pelayanan ini? Berikut rangkuman dari pendapat dan juga sharing para peserta PESTA GSM 2008.

    1. Mempersiapkan GSM agar Memiliki Motivasi yang Benar
      1. Motivasi yang benar dalam melayani dapat tumbuh dalam hati seorang pelayan anak atas dasar cinta kepada Yesus. Dengan cinta itu, seorang pelayan anak akan terus menerus memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Oleh karena itu, persiapan yang perlu dilakukan adalah memelihara kehidupan rohani setiap pelayan anak. Pengurus SM atau gereja harus memerhatikan kehidupan rohani para pelayan anak yang terlibat. Bisa dengan melakukan persekutuan antarguru, mengikuti KKR, pendalaman Alkitab berkelompok, berdoa bersama sebelum memulai pelayanan, dan sebagainya. Motivasi yang benar akan tumbuh seiring pertumbuhan kedewasaan rohani para pelayan anak.
      2. Hubungan yang intim antara pelayan anak dan anak-anak layannya juga dapat menumbuhkan motivasi yang benar untuk melayani Tuhan melalui anak-anak. Hubungan ini bisa tercipta atas dasar cinta para guru kepada anak-anak. Keakraban antara guru dan murid bisa dilakukan dengan mendoakan murid-murid dan segala kebutuhan mereka setiap hari, mengenal murid melalui kunjungan, mempersiapkan pelajaran yang benar-benar menyentuh kebutuhan setiap anak, dan sebagainya.
      3. Mengadakan rekrutmen guru sekolah minggu. Beberapa peserta diskusi memiliki program rekrutmen guru sekolah minggu. Tujuan rekrutmen ini adalah untuk benar-benar mendapatkan pelayan anak yang memiliki motivasi yang murni juga ketrampilan yang memadai dalam pelayanan. Secara teknis pelaksanaan rekrutmen di setiap gereja berbeda, akan tetapi tujuannya sama. Berikut beberapa sistem rekrutmen yang telah dibagikan para peserta diskusi.
        1. Setiap orang yang memiliki kerinduan untuk menjadi guru SM dapat mendaftar menjadi GSM. Kerinduan ini dicatat secara tertulis dengan menandatangani sebuah surat yang menyatakan kesediaan dan kerinduan seorang guru untuk melayani SM, sehingga di saat guru ini menghadapi banyak rintangan, dia tetap ingat akan komitmennya di awal sebelum melayani, dan menjadi motivasi dalam melayani. Kemudian guru-guru yang telah menyatakan komitmennya ini akan masuk dalam pembekalan guru SM, sekaligus hal ini akan meningkatkan kreatifitas dan ketrampilan mereka.
        2. Diberikan pembinaan selama tiga bulan bagi mereka yang rindu menjadi GSM. Setelah itu mereka semua terlibat dalam sekolah minggu (belum mengajar, hanya sebatas melihat situasi kelas dari TK hingga kelas 6 SD). Hanya mereka yang sudah kuliah yang diperbolehkan mengajar, itu pun masih sebulan sekali. Setelah itu mereka diberikan surat pengangkatan dari gereja.
        3. Bagi mereka yang ingin menjadi guru sekolah minggu harus didampingi terlebih dahulu selama tiga bulan. Dalam tiga bulan itu dapat dilihat bagaimana dia memunyai hati kepada pelayanan tersebut, dan bagaimana dia menghadapi anak-anak tersebut.
        4. Rekrutmen GSM dipilih langsung dan merupakan hak prerogratif Pimpinan Majelis.

      4. Pengurus SM maupun pengurus gereja secara rutin perlu mengadakan pertemuan yang membahas visi dan misi sekolah minggu maupun pelayan anak. Pertemuan tersebut bisa berupa seminar atau dialog mengenai pentingnya pelayanan sekolah minggu, membahas visi dan misi pelayanan anak yang alkitabiah, dan sebagainya. Bisa juga pertemuan berupa diskusi atau berbagi cerita. Diskusi bisa membahas mengenai visi dan misi guru sekolah minggu terjun ke pelayanan sekolah minggu, apa yang mendorong mereka melayani anak, kesulitan-kesulitan dalam pelayanan, dan sebagainya. Diharapkan dengan pertemuan seperti itu, guru yang telah memiliki motivasi yang benar semakin dalam komitmennya untuk melayani Tuhan. Sedangkan yang masih motivasinya masih abu-abu dapat mengetahui dengan benar motivasi yang seharusnya mereka miliki dalam mengmban pelayanan sekolah minggu. Pertemuan ini pun dapat semakin menguatkan dan menajamkan satu sama lain. Selain itu dapat menyegarkan kembali semangat melayani yang pudar.
      5. Harus ada dukungan moral dan juga spiritual dari pengurus SM khususnya dari pihak gereja. Salah satu peserta membagikan pengalaman di SM nya mengenai pendampingan bagi guru SM, khususnya bagi guru yang masih baru agar motivasi pelayanan mereka benar-benar dimurnikan terlebih dahulu. Metode yang masih dalam percobaan ini adalah melakukan pendampingan selama dua belas pertemuan. Guru yang baru hanya menjadi pendamping saat ibadah SM berlangsung. Mereka belum langsung mengajar, harus beradaptasi dulu dengan suasana SM. Dari pengalamannya pada setiap pertemuan, ada evaluasi bersama dengan GSM lebih senior, yang ditunjuk sebagai pendampingnya. Isi evaluasi bisa berupa sharing yang bersifat teknis, bisa pula berupa dorongan motivasi yang mengarah pada hal yang bersifat prinsip dan personal.

      Dari diskusi di kelas PESTA GSM 2008 ini dikatakan pula bahwa motivasi yang benar merupakan proses. Oleh karena itu jika pada awalnya seorang guru SM memiliki motivasi yang kurang tepat saat mulai mengajar, jangan lantas menghakimi dan tidak memerbolehkan untuk mengajar. Tetap libatkan dalam pelayanan, karena panggilan untuk melayani dengan sungguh-sungguh itu Tuhan yang taruh dalam hati setiap orang percaya. Jika awalnya salah, dengan menerapkan hal-hal yang telah dituliskan di atas, maka motivasi yang benar itu pun akan tumbuh seiring dengan proses semakin dewasa dan matangnya kerohanian maupun ketrampilan dalam mengemban tugas pelayanan yang Tuhan percayakan kepada setiap hamba-Nya.

    2. Mempersiapkan GSM agar Memiliki Ketrampilan-Ketrampilan yang Dibutuhkan dalam Pelayanan
      1. Persiapan Mengajar
        1. Pribadi Untuk meningkatkan ketrampilan dan kreatifitas dalam mengajar, setiap GSM perlu sadar bahwa mereka harus memiliki persiapan hati terlebih dahulu dalam mengajar. Dalam persiapan hati ini, setiap guru memiliki persekutuan pribadi dengan Tuhan, berdoa secara pribadi agar Tuhan memampukan dia mengemban tugas yang Tuhan berikan ini. Setelah itu membaca, mendalami, dan mempersiapkan materi-materi yang dibutuhkan dalam mengajar secara pribadi.
        2. Kelompok Selain persiapan pribadi perlu juga persiapan secara berkelompok, atau bersama-sama dengan rekan-rekan GSM yang lain. Setiap seminggu sekali para guru berkumpul bersama untuk mengadakan persekutuan sekaligus pembekalan untuk persiapan mengajar. Setiap peserta bisa sharing hal-hal yang akan dia sampaikan dalam mengajar, dan peserta lain dapat memberikan masukan. Bisa juga disampaikan pergumulan dalam menghadapi suasana kelas atau menghadapi anak-anak tertentu. Setiap peserta pun dapat saling membagikan pengalaman/memberikan solusi. Dalam persiapan secara kelompok ini pun dapat diadakan pendalaman Alkitab bersama untuk menajamkan pengetahuan dan pengenalan para guru akan firman Tuhan.

      2. Pembekalan GSM Secara berkala, perlu dilakukan pembekalan bagi GSM dengan berbagai materi yang telah disiapkan. Pembekalan dapat berisi:
        1. Evaluasi mengenai pengetahuan para GSM akan firman Tuhan. Tujuannya untuk mengetahui seberapa besar kecintaan guru ini dalam memahami Firman Tuhan. Karena untuk dapat menjadi seorang pengajar yang baik, guru ini harus lebih dahulu belajar banyak.
        2. Memberikan tugas-tugas tertulis dan juga mengadakan diskusi bagi para GSM. Tujuannya untuk memotivasi GSM lebih kreatif
        3. Diberi pembekalan mengenai cara merencanakan kegiatan-kegiatan yang kreatif, seperti memimpin pujian dengan kreatif.
        4. Diberikan tes akhir, sehingga calon guru dapat mereview semua materi yang telah diterima.
        5. Mengundang pembicara luar/dalam yang telah berpengalaman dalam pelayanan SM.
        6. Mengikuti pembinaan GSM yang ada di luar gereja.

      3. Pendidikan Formal Jika ingin serius lagi dalam meningkatkan ketrampilan GSM dalam mengajar, maka pendidikan formal bagi para GSM mungkin perlu dipikirkan. Saat ini telah banyak sekolah-sekolah yang penjurusannya khusus untuk pelayanan SM saja. Mungkin guru- guru yang benar-benar serius dan telah terbukti komitmennya dalam pelayanan dapat diutus untuk mengikuti pendidikan tersebut. Harapannya dia juga dapat membagikan pengalaman tersebut kepada rekan-rekan yang lain.

    Dirangkum oleh: Davida

    Topik II: DISIPLIN GSM.

    Bagaimana cara mendisiplin GSM jika mereka tidak datang tepat waktu atau jika mereka tidak melakukan tugas-tugas yang seharusnya mereka lakukan? (Jumlah posting: 15)

    Diskusi kali ini membahas mengenai cara-cara untuk mendisiplin GSM jika mereka tidak melakukan tugas-tugas yang seharusnya mereka lakukan. Memang banyak cara yang dapat dilakukan untuk membina disiplin para pelayan anak, akan tetapi para peserta secara umum sepakat bahwa kedisiplinan para GSM harus datang dari diri sendiri terlebih dahulu. Peraturan-peraturan yang diterapkan dan tindakan disiplin yang dikenakan kepada setiap GSM merupakan tuntunan atau alat untuk mengarahkan para GSM untuk lebih berkomitmen dan sungguh-sungguh lagi dalam melayani. Berikut pendapat para peserta GSM mengenai guru-guru SM yang kurang disiplin dalam mengemban tugas pelayanannya.

    1. Mencari keterangan dari GSM yang bersangkutan. Sebelum melakukan tindakan, tanyakanlah terlebih dahulu alasan mengapa GSM tidak datang tepat waktu. Jangan terburu-buru mengambil tindakan, tetapi harus mengonfirmasi dulu alasan keterlambatan atau tidak dijalankannya tugas-tugas yang diembankan kepada mereka. Bisa saja ada masalah keluarga atau pergumulan yang berat sehingga turut menganggu konsentrasi mereka pula terhadap pelayanan SM.
    2. Memberi teguran. Jika telah didapatkan keterangan mengenai ketidakdisiplinan GSM yang bersangkutan, maka bisa diambil tindakan selanjutnya. Jika memang ada masalah yang sangat berat, justru perlu dibantu, didukung dalam doa, dan jika yang bersangkutan memang untuk sementara sangat tidak bisa mengerjakan tugas pelayanannya di SM berikan kelonggaran atas tugas-tugasnya. Tetapi jika guru memberikan alasan seperti bangun kesiangan, lupa, kurang persiapan, dan alasan lain yang mencerminkan tidak ada disiplin diri GSM itu sendiri, maka perlu diberikan teguran. Teguran yang diberikan pun harus dengan penuh kebijakan dan sebaiknya dilakukan oleh Koordinator SM.
    3. Jangan berikan hukuman yang tidak berdasarkan kasih. Harus selalu diingat bahwa tindakan disiplin yang diberikan haruslah bersifat kasih, bukan bersifat merusak. Jangan serta merta "memecat" GSM tanpa alasan yang benar-benar jelas. Memecat GSM bukanlah solusi yang baik, karena kita tidak dapat menghentikan orang lain melayani Tuhan,hanya Tuhan yang berhak. Jangan pula menegur GSM yang kurang disiplin dengan kata-kata yang dapat menimbulkan kepahitan atau menghakimi. Hukuman dapat diberikan dengan peringatan secara pribadi dan bersifat memberikan solusi. Lalu GSM perlu ditantang lagi komitmennya dalam pelayanan SM. Jika memang tidak sanggup atau tidak ada kesadaran, biarkan mereka yang ambil keputusan untuk melepaskan pelayanan yang tidak dapat mereka emban dengan penuh tanggung jawab tersebut, sembari diingatkan akan ayat-ayat firman Tuhan mengenai tanggung jawab sebagai seorang hamba Tuhan. Firman Tuhan dalam Yakobus 3:1, "Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat", dapat menjadi dasar bagi kita dalam mengingatkan para GSM mengenai pentingnya disiplin dalam pelayanan. Jika memang sudah ada peraturan tertulis mengenai ketidakdisiplinan para GSM, tentu saja tindakan disiplin bisa mengacu kepada peraturan tersebut, karena tentunya peraturan tertulis sudah disepakati sebelumnya dengan semua GSM. Tetapi harus diingat pula bahwa peraturan tertulis pun perlu diterapkan dengan bijaksana dan perlu proses untuk memahaminya, terutama bagi para guru yang masih baru.
    4. Menerapkan teladan. Banyak pelanggaran disiplin yang dilakukan GSM tidak lain adalah karena kurangnya teladan yang dapat mereka jadikan contoh. Jadi, sebagai guru senior atau pengurus SM, hendaknya memiliki keteladanan dalam hal disiplin yang benar-benar patut dicontoh. Sehingga guru- guru yang lain pun dapat memiliki kesadaran itu dalam dirinya sendiri, dan melihat bagaimana keberhasilan pelayanan para panutan mereka.
    5. Peran serta Pengurus Gereja. Disiplin GSM tidak hanya menyangkut GSM itu sendiri. Pengurus gereja pun memiliki andil di dalamnya. Pengurus gereja sebaiknya turut proaktif dalam memberikan nasihat, teguran yang bersifat praktis, dan memberikan perhatian sehingga GSM merasa dibutuhkan dan diperhatikan secara khusus. Majelis juga perlu menghimbau ORTU agar mendukung GSM. Jika semua mau saling mendukung, pastinya masing-masing akan melaksanakan tugas-tugasnya engan lebih bertanggung jawab lagi.
    6. Menjaga komunikasi dalam kelompok. Komunikasi sangat penting dalam memperlancar pelaksanaan tugas setiap GSM. Bisa saja ada GSM yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya atau tidak menepati jadwal karena kurangnya informasi atau kurangnya komunikasi para pengurus SM terhadap mereka, terlebih kepada guru-guru yang masih baru.
    7. Terus memberikan pengarahan. Satu hal yang pasti, kedisiplinan lahir dari hati yang rela memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Jadi GSM sebaiknya senantiasa diingatkan untuk memberikan "YANG TERBAIK" bagi Tuhan. Mungkin dapat dilakukan saat pertemuan dan doa GSM ataupun saat pembekalan bersama.

    Dirangkum oleh: Davida


    Termin III


    Topik I: MENGENAL ANAK.

    Mengenal Anak Sangat penting untuk guru memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak sesuai dengan usianya. Mengapa? Bagaimana mengatasi masalah untuk GSM yang menangani kelas dimana terdapat anak-anak dengan usia yang sangat beragam? (Jumlah posting: 20)

    Anak-anak merupakan pribadi yang unik di hadapan Allah. Keunikan pribadi yang mereka miliki perlu mendapat perhatian khusus dari setiap pelayan anak. Jika kita ingin mengenalkan Sang Juru Selamat kepada mereka, maka terlebih dahulu kenalilah anak-anak layan kita. Peserta GSM pun sependapat dengan hal ini, bahwa penting bagi GSM memiliki pengetahuan mengenai perkembangan anak karena dengan itu kita akan mengenal keunikan pribadi mereka. Jika sudah mengenal, maka dengan mudah kita dapat menemukan metode yang tepat untuk membawa mereka datang kepada Kristus.

    1. Arti Penting Mengetahui Perkembangan Anak Sesuai dengan Usianya
      1. Mengetahui perkembangan anak perlu untuk menetapkan metode dan teknik mengajar yang tepat sehingga anak-anak dapat menerima dengan mudah pelajaran yang disampaikan oleh guru.
        1. Contoh 1: Untuk kelas kanak-kanak, metode mengajar baiknya menggunakan alat peraga karena anak di tingkat usia tersebut belum mampu berpikir secara abstrak. Dengan melihat alat peraga tersebut, anak akan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai jalannya cerita dan dapat lebih mencerna dapat mencerna cerita yang disampaikan.
        2. Contoh 2:Ciri-ciri khusus yang perlu mendapatkan perhatian dari anak yang berusia batita dan balita adalah perkembangan motoriknya (banyak menggunakan gerakan tubuh). Akan kurang mengena kalau guru memaksa anak usia ini untuk lebih menggunakan komunikasi verbal (metode tanya jawab). Kalau dipaksakan, guru dapat kehilangan perhatian anak dan mereka akan cepat bosan. Jadi, guru perlu mengaktifkan aspek motorik anak balita dan batita ketika mengajar kelas tersebut.
      2. Metode dan teknik mengajar yang sesuai dengan perkembangan usia anak, selain memudahkan anak menerima pelajaran, memudahkan pelayan anak pula dalam menyesuaikan cara mengajar dan porsi mengajar yang tepat. Dengan metode mengajar yang tepat, apa yang disampaikan tidak akan sia-sia, melainkan membawa berkat bagi anak-anak layan kita.
      3. Selain untuk kepentingan mengajar, pelayan anak juga perlu mengenal perkembangan usia anak agar benar-benar dapat mengetahui sifat dan keunikan setiap anak. Dengan itu, guru dapat menerima kekurangan dan kelebihan anak-anak layannya dan semakin jeli mengenal masalah- masalah yang menyertai masa-masa perkembangan seorang anak, dan guru pun dapat dengan cepat menemukan solusi yang baik untuk menangani masalah-masalah umum maupun masalah khusus yang ada dalam setiap tahap perkembangannya.
      4. Arti penting mengetahui perkembangan anak sesuai dengan usianya bukan semata-mata untuk menyamaratakan masalah dan karakteristik anak yang memiliki tingkat usia yang sama. Mengenal dasar-dasar umum perkembangan anak akan sangat membantu para pelayan anak dalam belajar mengenal keunikan anak. Walaupun ada ciri-ciri umum, tetapi perlu juga mengenal karakteristik khusus khusus yang ada dalam setiap pribadi anak. Jika sudah dapat mengenal ciri-ciri umum yang menyertai tiap tahapan usia anak, kita dapat melakukan pendekatan sesuai dengan tahapan tersebut untuk lebih mengenal keunikan pribadi masing-masing anak.

    2. Mengatasi Masalah dalam Kelas Campuran (Usia yang Beragam)
    3. Menggunakan metode yang bervariasi dan harus lebih kreatif dari pada hanya mengajar satu kelas yang terdiri dari anak-anak yang seusia. GSM harus "kerja ekstra" untuk mencari variasi dan kreasi yang beragam tiap minggunya. Tentu saja harus mengakomodasi seluruh kebutuhan murid agar pelajaran yang disampaikan dapat masuk ke dalam hati dan pikiran mereka.
    4. Menggunakan alat-alat peraga yang menarik saat menyampaikan cerita. Anak-anak yang lebih muda dapat dengan mudah mengikuti penuturan guru jika ada alat peraga yang mereka lihat. Jadi, guru dapat bercerita dengan detail kepada anak-anak yang usianya lebih besar, akan tetapi perhatian anak yang usianya lebih muda tetap terfokus kepada alat peraga. Lebih baik lagi jika diselingi dengan diskusi untuk anak-anak yang lebih besar dan gerak tubuh yang melibatkan para murid yang usianya lebih muda.
    5. GSM perlu meningkatkan kualitas mengajar. Mengajar kelas yang terdiri dari anak-anak dengan usia beragam menuntut kemampuan mengajar yang semakin baik pula. Oleh karena itu GSM perlu meningkatkan ketrampilan dan juga kemampuan mengajarnya. Bisa dengan banyak membaca, berlatih, mengikuti pelatihan-pelatihan, bertanya kepada guru-guru yang berpengalaman, dan yang terpenting adalah belajar dari Sang Guru Agung, Yesus Kristus. Semasa pelayanan-Nya di dunia, Yesus mengajar mengajar orang tua, pemuda, anak-anak, orang kaya hingga miskin, orang pintar hingga gembala, yang menurut orang Yahudi sebagai golongan yang hina. Dia mengajar dengan bercerita, menggunakan perumpamaan, alat peraga (anak kecil bahkan pernah menjadi alat peraganya), mengajar di ruang terbuka, di ruang tertutup, dan sebagainya. Dia menggunakan berbagai macam metode dan ketrampilan mengajar yang patut diteladani dan dikembangkan oleh GSM pada masa kini untuk mengajar anak-anak dengan usia yang beragam dalam satu kelas.
    6. Ketika menyampaikan firman Tuhan, gunakan patokan anak-anak usia kelas kecil dalam memilih metode mengajarnya. Dengan menggunakan patokan anak-anak kelas kecil untuk menentukan metode mengajar, tentunya anak-anak kelas besar pasti dapat mengerti. Aktivitasnya pun demikian. jika ada waktu lebih, GSM dapat membuat dua macam aktifitas, yang satu untuk anak kelas kecil, dan yang satu lagi untuk anak kelas besar. Jika tidak ada waktu, GSM dapat memilih aktivitas yang sederhana saja, agar anak kecil pun bisa mengerjakannya. Kalau masalah ruang kelas yang terbatas, jika memungkinkan bisa dibatasi dengan selembar kain yang dibentangkan untuk memisahkan ruangan.
    7. Jika memungkinkan untuk dipisah, sebaiknya mengatas masalah mengajar anak dengan kelas beragam ini adalah memisahkan kelas- kelas mereka. Jadi, guru bisa fokus mengajar sesuai dengan kemampuan dan minat anak pada usia-usia tertentu. Kalau pun sangat terpaksa harus digabung, sebaiknya digabung pada saat pujian saja, saat bercerita dapat dipisah dengan pembagian kelas yang tidak terlalu banyak. Bisa dibagi dua kelompok saja, jadi rentang usia tidak terlalu bervariasi dan GSM dapat lebih mudah dalam menerapkan metode mengajar.
    8. Mengaplikasikan sistem mengajar pada berbagai tingkatan usia sekaligus. Teknisnya bergantung pada bagaimana guru bisa memberikan motivasi dan stimulasi untuk kemandirian belajar anak. Tidak hanya guru yang menjadi sentral, tapi lingkungan sekitar dirancang sedemikian rupa sehingga anak bisa belajar dari lingkungan. Dalam prosesnya, anak yang sudah terlebih dulu dididik dapat dimanfaatkan untuk mengajari/mendampingi anak lain yang ada di bawahnya. Dalam kelas SM pun dapat diterapkan. Anak-anak kelas besar bisa dilibatkan untuk membantu anak-anak kelas kecil dalam memahami firman Tuhan yang disampaikan GSM. Tetapi anak-anak kelas besar terlebih dahulu telah dibimbing oleh GSM. Bisa menggunakan waktu pada hari lain jika memungkinkan.
    9. Dalam diskusi seputar Mengenal Anak ini, ada dua buah kasus yang dibahas. Berikut isi kasus tersebut dan juga tanggapan dari para peserta.

      Kasus 1: Bagaimana dengan anak-anak yang "istimewa" atau anak-anak dengan kebutuhan khusus? Secara usia mereka sama dengan anak-anak yang lain, tetapi karena faktor tertentu, ada beberapa anak yang perlu mendapat perhatian khusus. Misalnya, penderita autis atau keterbelakangan mental.

      Tanggapan:

      1. Sebaiknya tidak dipisahkan dengan anak-anak yang lain, justru harus tetap digabung dengan teman-teman mereka seperti biasanya agar merasa tidak dibedakan dengan teman-temannya.
      2. Perlu mendapatkan pendampingan khusus dari guru selama mengikuti pelajaran. Jadi, harus ada guru yang dijadwalkan untuk khusus mendampingi anak-anak dengan kebutuhan khusus tersebut selama kelas berlangsung.
      3. Jika ada guru atau jemaat yang ahli dalam bidang psikologi, sebaiknya pengurus SM melibatkan mereka lebih dalam untuk membantu anak-anak dengan kebutuhan khusus ini. Kalau pun mereka yang ahli tidak dapat teribat secara langsung, GSM dapat berkonsultasi dengan mereka dan belajar mengenai kebutuhan khusus anak tersebut dari mereka.
      4. Perlu memberikan ekstra perhatian kepada anak-anak dengan kebutuhan khusus. Jika memungkinkan, jangan hanya menjadi guru atau pendamping mereka di kelas SM saja, tetapi terlibat pula dalam kesehariannya. Misalnya, rajin mengunjungi anak-anak ini karena mereka memang butuh waktu khusus untuk belajar firman Tuhan. Bisa juga dengan menjadi "guru pribadi" anak. Misalnya, jika anak yang tingkat intelegensinya rendah, maka GSM dapat memberikan pelajaran tambahan di luar jam sekolah kepada mereka. Selain perhatian ekstra, tentu saja harus ada waktu doa khusus juga bagi anak-anak layan kita. Tidak hanya anak yang memiliki kebutuhan khusus yang kita doakan, tetapi semua anak agar mereka dapat saling membangun dan mengasihi pula sejak mereka masih kecil.

      Kasus 2: Apakah perlu GSM dididik untuk mengajar SM sesuai dengan perkembangan psikis anak? Misalnya ada GSM yang sangat menguasai perkembangan jiwa anak-anak balita, ada GSM yang lebih menguasai anak-anak kelas besar dan remaja. Atau lebih baik jika guru menguasai seluru perkembangan kejiwaan anak sejak kecil sampai remaja sehingga dia dapat mengajar di kelas mana saja ?

      Tanggapan: Sebaiknya setiap GSM mengerti terlebih dahulu seluruh perkembangan jiwa anak dari kecil-remaja/dewasa, agar kalau suatu saat dia mendapat kesempatan mengajar kelas lain, ia pun bisa. Baru kemudian jika ingin lebih mengkhususkan diri untuk mengajar anak-anak dengan usia tertentu, dapat belajar lebih mendalam lagi mengenai hal tersebut.

    Topik 2: METODE MENGAJAR.

    Metode Mengajar GSM sering dikeluhkan kurang kreatif dalam mengajar sehingga anak menjadi cepat bosan. Bagaimana cara menolong GSM agar bisa lebih kreatif dalam memilih metode mengajar yang cocok untuk anak? (Jumlah posting: 17)

    Metode mengajar adalah teknik yang digunakan guru untuk menyalurkan informasi kepada ASM. Karena minat, taraf intelegensi, dan daya perhatian dari tiap tingkatan usia anak , maka GSM harus dapat menggunakan metode mengajar yang berbeda dengan bijaksana. Dalam diskusi mengenai Metode Mengajar, para peserta memberikan pendapat dan juga usulan dalam memiliih metode mengajar yang cocok untuk anak, sehingga anak tidak cepat bosan dan dapat menangkap pelajaran yang disampaikan dengan baik.

    1. Harus memilih metode mengajar yang sesuai dengan kriteria umur dan perkembangan anak. Dengan pendekatan ini GSM dapat lebih mudah lagi mencari atau menetapkan variasi metode mengajar yang sesuai. Anak pun dapat mengikuti dengan baik jika metode mengajar disesuaikan dengan minat yang sesuai dengan usia mereka.
    2. Jangan gunakan metode mengajar yang itu-itu saja. Banyak membaca, menjelajahi internet, mengikuti pelatihan-pelatihan mengajar, berdiskusi dengan rekan sepelayanan, bereksprerimen sendiri, dan usaha-usaha lainnya dapat meningkatkan pengetahuan guru seputar kreasi metode mengajar yang dapat digunakan dalam SM.
    3. Dalam menetapkan metode mengajar, jangan lupa untuk mengingat waktu menyampaikan pelajaran. Acapkali GSM lupa memerhitungkan hal ini. Padahal, ASM kelas kecil sulit untuk duduk berlama-lama mendengarkan cerita. Mereka tidak akan betah duduk diam mendengarkan cerita lebih dari 10 menit. Oleh karena itu, gunakan kreasi selain bercerita satu arah jika ingin anak-anak lebih fokus memerhatikan pengajaran yang Anda sampaikan.
    4. Metode mengajar yang digunakan harus terus-menerus dievaluasi agar GSM dapat mengenal kelebihan dan kelemahan setiap metode yang digunakan. Metode yang cukup menarik perhatian murid dapat terus dikembangkan, sedangkan yang kurang menarik perhatian murid bisa dibuat kreasi yang lebih variatif lagi. Intinya, jangan malas untuk terus belajar, mencoba, dan mengevaluasi setiap metode mengajar yang ada.
    5. Berikan kesempatan kepada orang tua atau jemaat untuk membeirkan saran bagi perbaikan dan peningkatan metode mengajar dalam SM. Jika perlu sediakanlah Kotak Saran di SM Anda.
    6. Berbagai metode mengajar yang muncul dalam diskusi:
      1. Metode alat peraga/audiovisual. Metode ini menggunakan alat bantu mengajar yang dapat didengar maupun dilihat. Misalnya dengan menggunakan gambar, kain flanel, boneka, kaset, musik, menonton film/VCD, dan lain-lain. Alat peraga tidak harus dibeli atau menggunakan barang yang sudah jadi, bisa dengan membuat sendiri pula dengan memanfaatkan barang-barang bekas atau bahan- bahan dari alam.
      2. Dengan bercerita menggunakan perumpamaan. Tuturkanlah firman Tuhan dalam bahasa Anda sendiri dengan menggunakan perumpamaan dari kehidupan sehari-hari anak-anak layan Anda. Yesus juga menggunakan perumpamaan sebagai salah satu metode mengajar-Nya selama melakukan tugas-Nya di dunia ini.
      3. Variasi tempat ibadah. Selain dilakukan di dalam ruangan kelas, sewaktu-waktu ibadah juga dapat dilaksanakan di luar ruangan kelas, dengan kreasi kegiatan yang dapat dilakukan dengan lelusa di alam terbuka. Bisa melakukan beberapa permainan jika melaksanakan kegiatan di alam terbuka. Bila kebaktian di luar ruangan agak sulit untuk diadakan, bisa juga dengan mengganti suasana kelas. Misalnya mengganti dekorasi, mengubah formasi tempat duduk, menjaga kelas selalu dalam keadaan bersih, dan sebagainya agar murid merasa nyaman saat mengikuti ibadah SM.
      4. Metode diskusi. Metode ini dapat diterapkan kepada anak usia sekolah dasar. Berikan pertanyaan-pertanyaan yang memancing interaksi dan menantang keingintahuan anak. Biarkan pertanyaan- pertanyaan tersebut hidup dan berkembang dalam pikiran anak-anak sehingga mereka akan menggali jawaban-jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Dengan memberikan pertanyaan yang merangsang daya pikir mereka, maka anak tidak akan cepat bosan selama pelajaran disampaikan oleh guru.
      5. Membawa murid melihat realitas di luar kehidupan mereka sehari- hari. Bisa dengan mengajak mereka mengunjungi panti asuhan, rumah sakit, panti jompo, dan sebagainya.
      6. Variasi intonasi suara, ekespresi muka, dan bahasa tubuh. Selain alat peraga, GSM juga perlu memerhatikan intonasi dan ekspresi dalam mengajar. GSM harus dapat menghidupkan apa yang diajarkan. Tuhan sebenarnya sudah melengkapi kita semua dengan berbagai potensi untuk mengajar (sayangnya sering tidak kita gunakan dengan maksimal). Dengan mulut dan suaranya, GSM dapat membuat bunyi-bunyian atau nada suara bervariasi. Misalnya menirukan suara peluit, suara binatang, suara gemuruh ombak, suara orang marah-marah, suara orang tertawa, dan sebagainya.

      Selain dengan suara/mulut, bisa juga dengan ekspresi wajah. Misalnya dengan mata. Guru bisa membelalakkan mata tanda terkejut atau memincingkan mata tanda ragu-ragu/penasaran, atau memejamkan mata kuat-kuat tanda ketakutan, dan ekspresi-ekspresi lain yang menggunakan mata.

      Bisa juga dengan bahasa tubuh, misalnya dengan gerakan tangan, gerakan badan, langkah-langkah kaki, dan sebagainya. Yang pasti, Tuhan telah melengkapi kita secara luar biasa. Mari kita memakainya dan melatihnya sehingga kita menguasainya.

      Berbagai masukan dan pendapat mengenai metode mengajar yang telah muncul dalam diskusi kali ini kiranya dapat semakin memperlengkapi kita semua dalam mengembangkan kemampuan, ketrampilan, dan potensi diri. Jangan lupa untuk selalu menggali sumber-sumber yang ada dan terus meneladani Yesus, Sang Guru Agung yang telah terlebih dahulu mengajarkan berbagai metode mengajar kepada kita semua.

    Dirangkum oleh: Davida

    Termin IV

    Topik I. Organisasi SM.

    Oganisasi GSM Organisasi SM sering tidak terlalu diperhatikan dengan baik. Mengapa? Bagaimana membuat organisasi SM bisa berjalan dengan baik tanpa menambah kerepotan untuk GSM? (Jumlah Posting: 15)

    Tidak sedikit GSM yang mengeluhkan bahwa organisasi GSM tidak terlalu mendapatkan perhatian yang baik. Kepengurusan yang telah ditetapkan dan struktur organisasi yang telah disusun kerap tidak berfungsi dengan semestinya. Berikut rangkuman diskusi para peserta diskusi GSM mengenai kurang diperhatikannya organisasi GSM ini dan bagaimana menciptakan organisasi GSM yang justru dapat memudahkan jalannya pelayanan di SM.

    1. Mengapa Organisasi SM Sering Kali Tidak Mendapat Perhatian yang Baik?
      1. Terkadang organisasi SM kurang mendapatkan perhatian yang baik karena anggapan bahwa pelayanan SM bukan merupakan pelayanan utama dibandingkan pelayanan terhadap jemaat dewasa. Beberapa gereja lebih mengutamakan program-program kegiatan dalam komisi-komisi yang anggotanya adalah jemaat dewasa. Ditambah lagi keterlibatan guru SM dianggap sudah cukup untuk menghidupi organisasi ini. Jadi semuanya dibebankan kepada para pelayan dalam SM.
      2. Jika dari pihak GSM-nya yang kurang memerhatikan organisasi dalam SM, kemungkinan disebabkan karena kesibukan dari para GSM itu sendiri. Bisa karena terlalu sibuk dalam gereja karena terlalu banyak kegiatan dalam komisi-komisi gereja. Selain itu juga GSM nya terlibat menjadi pengurus tidak hanya di SM tetapi juga di bidang- bidang lain dalam gereja. Hal ini mengakibatkan GSM menjadi tidak fokus terhadap pelayanan SM dan perhatiannya pun terpecah, tidak hanya dalam pelayanan SM saja.
      3. Bisa juga organisasi SM kurang diperhatikan dengan baik karena tidak ada kejelasan dari struktur organisasinya itu sendiri. Kalau pun ada susunan struktur organisasi, deskripsi tugas tiap-tiap bagian kurang jelas, bahkan tidak ada penjelasan sama sekali. Akibatnya setiap orang dapat saling melemparkan tanggung jawab. Terkadang struktur organisasi hanya berisi seksi-seksi kerja yang banyak, tetapi semua itu tidak jelas, bahkan tidak dijalankan juga. Oleh karena itu saat membuat struktur organisasi SM, perlu ada komitmen dari masing-masing GSM yang menempati jabatan tugas tertentu. Selain itu perlu juga ada pembagian tugas yang jelas tanggung jawabnya dan bagiannya. Semua itu harus selalu dapat dipertanggungjawabkan dalam pertemuan/rapat umum pengurus SM.
      4. Kadang juga organisasi SM kurang diperhatikan karena meman rasanya sulit untuk membentuk SM yang terorganisasi dengan baik. Namun itu bukan hal yang mustahil. Yang terpenting adalah adanya orang-orang yang mau "bayar harga untuk menjadikan semuanya teratur dan terorganisir. Orang-orang inilah yang bergerak di muka untuk menggerakkan orang lain, dalam hal ini GSM yang lain. Untuk itu diperlukan koordinator. Koordinator dapat meminta kerjasama dari GSM yang lain untuk menyusun program SM yang bermutu. Tentu saja koordinatornya itu sendiri harus benar-benar memiliki komitmen yang dalam untuk melayanai dan menyukakan hati Tuhan melalui pelayanan SM.
      5. Kurang adanya kesatuhatian di antara rekan-rekan pelayanan anak dapat mengakibatkan organisasi SM tidak mendapat perhatian yang sebenarnya. Masing-masing GSM akan memerhatikan kepentingannya sendiri atau mengajar sekadar menjalankan tugas. Oleh karena itu, perlu selalu dipelihara kesatuhatian antarguru dalam SM agar organisasi pun dapat semakin kuat dan mendapat perhatian yang baik berkat kesatuhatian tersebut. Persekutuan GSM, diskusi bersama, belajar/persiapan bersama, merupakan beberapa alternatif untuk terus memelihara kesatuhatian tersebut.
      6. Agar organisasi SM mendapatkan perhatian yang baik, diperlukan sumber daya manusia yang memiliki visi dan komitmen penuh. Melalui orang-orang seperti inilah kuasa Tuhan semakin dinyatakan dan misi Tuhan dijalankan dengan baik. Berdoalah dan minta agar Tuhan memberikan visi-Nya kepada kita semua agar kita sanggup mengemban tugas pelayanan yang Dia percayakan kepada kita ini. Dengan visi tersebut pula, kita dapat berani mengambil tanggung jawab lebih dalam mengatur jalannya SM. Kita pun dapat menjalani semua tugas pelayanan tersebut dengan sungguh-sungguh. Berdoalah pula agar kita dapat membagikan visi dan misi tersebut kepada rekan-rekan kita. Tularkan semangat Anda kepada mereka dan bekerjalah bersama-sama untuk kemajuan pelayanan Tuhan di SM kita.
      7. Masih kurangnya budaya berorganisasi masyarakat Indonesia juga berpengaruh terhadap kurang diperhatikan organisasi SM dengan baik. Di Indonesia, organisasi yang kecil bersifat sekadar kumpul-kumpul saja (seperti arisan, paguyuban, pertemuan). Selain kepengurusannya kurang terikat, tidak jelasnya pembagian tanggung jawab mendukung pula kurangnya tanggung jawab dari setiap pengurus. Segala sesuatu yang organisatoris seringkali dianggap terlalu birokratif, menyulitkan, bahkan menakutkan. Jadi, terlebih dahulu perlu ada perubahan paradigma mengenai organisasi itu sendiri.

    2. Menciptakan Organisasi SM yang Bisa Berjalan Baik Tanpa Menambah Kerepotan GSM
      1. Agar pengurus SM dapat terus menjalankan kegiatan meskipun terkadang tidak mendapat perhatian dari gereja, maka perlu dipikirkan untuk berusaha mandiri, khususnya dalam hal penggalanan dana guna memenuhi kebutuhan untuk kegiatan SM. Tujuannya, agar tidak terlalu bergantung kepada pengurus gereja, terlebih jika memang dana untuk SM dari gereja sangat dibatasi. Dengan hal ini, guru tidak akan terlalu repot untuk mengurus birokrasi yang mungkin ada dalam gereja, sehubungan dengan pengajuan dana kegiatan SM.
      2. Menyusun organisasi SM disertai pembagian tugas yang jelas. Pada awalnya memang harus repot dahulu karena harus benar-benar fokus untuk menetapkan struktur organisasi yang sesuai dengan SM kita masing-masing juga untuk menempatkan orang-orang yang tepat dengan tugas-tugas yang tepat pula. Akan tetapi, ketika struktur organisasi ini sudah jelas dan pengurusnya pun telah ditetapkan dan dipilih yang sungguh-sungguh berkomitmen untuk menjalankan tugas dalam kepengurusan SM, maka setelah itu GSM pun tidak akan kerepotan dan kelabakan lagi. Masing-masing bekerja sesuai dengan tugasnya, dan dapat saling menggerakkan satu sama lain, walaupun ada yang bukan pengurus. Prinsipnya, hakekat organisasi yang benar itu justru mempermudah jalannya pelayanan SM dengan baik karena semuanya dapat diatur dan teratur.

      Dalam diskusi ini, beberapa peserta membagikan bentuk struktur organisasi dalam SM mereka.

      1. Pembimbing (hamba Tuhan/pendeta), Kepala Sekolah, Sekretaris - Bendahara, - Sie Acara, Sie Pemerhati, Sie Musik, Sie Doa - GSM (menjadi Person in Charge dalam kegiatan-kegiatan SM)
      2. Koordinator - Penanggung jawab penyusun program dan acara - Penanggung jawab untuk visitasi/bezuk - Bendahara - GSM
      3. Koordinator - 1 Pengurus program dan acara merangkap sekretaris - 1 Bendahara - GSM
      4. Ketua - Sekretaris - Bendahara - Sie kebaktian, Sie pemerhati, Sie doa, Sie mading. - GSM
      5. Ketua - Wakil - Sekretaris - Bendahara - GSM
      6. Pengurus Inti: - Ketua - Sekretaris - Bendahara - 3 seksi bidang:
        1. Bidang Iman-Ajaran-Ibadah (IAI) --- mengurusi terlaksananya ibadah SM setiap minggunya, termasuk juga latihan paduan suara anak.
        2. Bidang Pembinaan-Pendidikan-Penelitian-Pengembangan (Bindik & Litbang) -- yang mengurusi segala bentuk pembinaan bagi GSM dan anak, serta melakukan litbang.
        3. Bidang Pelayanan-Kesaksian-Pemerhati (Pelkes & Pemerhati) -- memerhatikan dan mendoakan secara khusus GSM dan anak yang sakit, berulang tahun, dsb., serta tugas diakonia, misalnya untuk bakti sosial atau kunjungan ke panti asuhan.

        Di Luar Pengurus Inti: - 4 koordinator wilayah pelayanan - 17 penanggung jawab pos (merupakan ujung tombak organisasi karena merekalah yang lebih mengenal wilayah dan pos masing- masing untuk dapat memberi yang terbaik. Koordinasi berawal dan berakhir di sini, karena mereka yang menjadi obyek sekaligus subyek dari setiap program SM).

      7. Sebenarnya tidak ada istilah bahwa organisasi SM dapat menambah kerepotan GSM karena justru akan mempermudah jalannya kegiatan. Yang terpenting adalah bagaia membuat organisasi tersebut efektif dan efisien bagi pelayanan SM. Pada dasarnya organisasi SM harus bisa profesional menerapkan pembagian tanggung jawab, meskipun komitmen yang diambil adalah langsung berhubungan dengan Tuhan. Belajar berorganisasi dari pengalaman yang sudah ada atau ilmu yang sudah populer memang tidak ada salahnya, tapi organisasi harus melihat dan menyesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan SM yang ada di lingkungan gereja kita. Organisasi yang efisien dan efektif adalah yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan SM setempat.
      8. Organisasi harusnya memang mempermudah, tapi bukan berarti melenyapkan semua masalah. Membentuk organisasi mungkin jauh lebih mudah ketimbang menjalankan dan memajukan organisasi SM. Jika dalam organisasi menemui permasalahan, maka tetap kuncinya adalah menjaga kelancaran komunikasi, dengan Tuhan dan dengan sesama.

      Termin IV.

      Topik 2: MEMBANGUN TIM GSM.

      Keberhasilan sekolah minggu sering terjadi bukan karena satu orang, tapi karena sebuah tim yang kompak. Bagaimana mengusahakan/memulai tim GSM kompak dan dapat memberi pengaruh pada kemajuan sekolah minggu? (Jumlah posting: 14)

      Tim GSM yang kompak tentu saja merupakan dambaan setiap pelayan yang terlibat di dalam sebuah sekolah minggu. Kekompakan dapat menjadi penggerak yang bertenaga besar untuk terus memajuka roda pelayanan dalam organisasi SM. Walaupun penting, kekompakan antarguru dalam SM sering kali masih sulit dibangun. Oleh karena itu dalam diskusi termin terakhir di kelas GSM ini, para peserta pun memberikan pendapatnya mengenai tim GSM yang kompak.

      Membangun Tim GSM yang Kompak dan Berpengaruh pada Kemajuan SM

      1. Sering mengadakan pertemuan/persekutuan untuk saling mengenal satu sama lain. Jika sering bertemu/berkumpul, maka akan terjalin/terbangun keakaraban satu sama lain. Keakraban ini dapat mengarah kepada terjalinnya rasa kebersamaan yang merupakan unsur dalam kekompakan tim. Pertemuan tidak harus selalu dalam keadaan resmi, bisa juga dalam suasana-suasana yang tidak resmi. Kita bisa saling mengenal lewat mengembangkan komunikasi yang baik antarpelayan SM, saling berbagi mengenai pengalaman pelayanan maupun hal-hal pribadi, sekadar saling mengunjungi satu sama lain di waktu-waktu senggang, dan bentuk-bentuk pertemuan lainnya. Seringnya bertemu dan bersekutu dapat memudahkan dalam menyamakan persepsi, yang meliputi visi dan misi dalam melayani SM.

      2. Harus ada visi yang jelas. Seperti yang telah disebukan di atas, bahwa untuk membangun tim GSM yang kompak, perlu ada persepsi yang sama, meliputi visi dan misi dalam melayani SM. Untuk itu, pihak gereja maupun pengurus SM harus memiliki visi dari Tuhan untuk menjalankan pekerjaan-Nya dalam SM. Visi yang ada harus dibagikan kepada para GSM terus-menerus untuk saling menguatkan bekerja bersama untuk mengerjakan visi yang Tuhan berikan tersebut. Jika ada visi yang jelas, maka para GSM dapat dibangun kekompakannya karena ada kesadaran bahwa mereka melakukan pekerjaan ini untuk mencapai tujuan dan rencana-Nya dalam SM.

      3. Ada kerendahan hati antarguru SM. Perlu ada sikap rendah hati antara guru yang satu dengan yang lainnya. Dengan begitu, tidak ada guru yang merasa paling utama, paling benar, atau paling mulia, namun justru dapat saling melengkapi satu sama lain, saling melayani, dan saling mendoakan. Dengan sikap ini masing-masing akan memiliki rasa persaudaraan yang kuat dan pada akhirnya dapat tercipta kekompakan tim GSM yang bermuara pada kemajuan pelayanan SM.

      4. Dasarnya adalah kasih. Karena kasih, Tuhan mau menjadi hamba, bahkan mau mati untuk kita. Memang susah menerapkan kasih seperti yang Tuhan inginkan, terutama dalam sebuah tim kerap kali terjadi hal-hal yang sangat menyulitkan untuk diselesaikan dengan kasih. Namun, itulah yang Tuhan minta dan Tuhan teladankan kepada kita. Ingatlah kasih Tuhan, maka kita pun dapat belajar dan dimampukan untuk mengasihi rekan-rekan kita. Mesikipun terkadang sulit untuk memahami satu sama lain, namun kasih yang ada dalam diri kita dapat membuat kita mengerti/memahami setiap guru dalam tim. Dengan tim GSM yang berlandaskan kasih dapat mewujudkan visi Bapa dalam SM kita.

      5. Yang harus diingat pula adalah dalam kasih ada tindakan untuk saling menegur satu sama lain jika ada yang melakukan kelalaian dalam pelayanan atau melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Jika kita mengasih rekan pelayanan kita, harus terbuka pula dalam menerima kritikan/teguran. Adanya keterbukaan antarguru SM menunjukkan kekompakan dalam tim tersebut.

      6. Teladan dari pimpinan/ketua SM. Pimpinan/ketua sekolah minggu memegang peranan penting untuk membangun tim GSM. Oleh karena itu, setiap pimpinan SM harus menyadari tugas dan tanggung jawabnya. Dia adalah pelopor untuk membangun tim GSM yang kompak. Memberikan teladan dalam hal kasih, kerendahan hati, keterbukaan, hidup dalam doa dan firman Tuhan, mengembangkan komunikasi yang baik, dan unsur-unsur lain dalam usaha membangun tim GSM yang kompk perlu dilakukan terlebih dahulu oleh GSM. Memang tidak sepenuhnya kekompakan GSM ditentukan oleh pimpinan/ketua SM, tetapi paling tidak pimpinan harus harus meberikan teladan/menjadi penggerak terlebih dahulu.

      7. Perlu diingat pula, sebuaht im yang kompak bukan terdiri dari sekelompok orang yang sama dan sempurna. Kelemahan dan perbedaan dapat ditutupi dengan saling melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk tidak dapat membangun/memulai tim GSM yang kompak. Kiranya firman Tuhan dalam 1 Korintus 1:10 yang mengajarkan kita untuk seia sekata, sehati sepikir, erat bersatu menjadi landasan bagi kita untuk memulai tim GSM yang kompak dan memuliakan Tuhan.

Umum: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA