Artikel

Apa yang Alkitab Katakan tentang Pernikahan?

Saya sudah berkencan dengan seorang laki-laki hebat selama 2 tahun. Kami berdua sangat serius dengan hubungan kami dan telah berbicara tentang pernikahan dengan baik. Namun, pandangan tentang pernikahan pada masa kini tampaknya mengajarkan bahwa pernikahan itu didasarkan pada kebahagiaan seseorang dan dapat bersifat sementara. Saya khawatir apabila saya tidak siap dengan bagaimana Allah ingin saya memandang pernikahan. Apa yang Alkitab katakan tentang pernikahan?

Kategori: 

Tetap Menikah Bukanlah tentang Tetap Mencintai

Di antara seri rangkaian khotbah kami yang lebih substansial, saya mengambil beberapa topik yang menurut saya mendesak. Pernikahan selalu mendesak. Tidak pernah ada generasi yang pandangannya tentang pernikahan cukup tinggi. Jurang antara visi alkitabiah tentang pernikahan dan visi manusia (selalu) sangat besar. Beberapa budaya dalam sejarah menghormati pentingnya dan kelanggengan pernikahan lebih dari yang lain. Beberapa yang lain, seperti budaya Amerika, memiliki sikap yang begitu rendah, santai, terima-atau-tidak terhadap pernikahan sehingga membuat visi alkitabiah tampak menggelikan bagi kebanyakan orang.

Kategori: 

Relasi dengan Keluarga (Kolose 3:18-21)

Kerohanian tidak terbatas pada relasi vertikal dengan Allah Tritunggal. Tidak pula diukur hanya dari penampilan dan aktivitas seseorang di dalam gereja. Kerohanian sejati juga harus terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Secara lebih spesifik, yang bisa mengukur kerohanian seseorang dengan lebih cermat adalah orang-orang yang ada dalam rumahnya. Keluarganya.

Kategori: 

Keluarga yang Bersaksi bagi Kristus (Mat. 5:13-16)

Selama Bulan Keluarga 2020 ini kita sudah membahas tentang keluarga yang berantakan, tetapi bukan berarti tanpa harapan (Minggu ke-1). Kristus datang untuk membawa pemulihan (Minggu ke-2). Setiap anggota keluarga dimungkinkan untuk mengalami pertumbuhan, baik secara personal maupun komunal (Minggu ke-3). Sangat tepat apabila di penghujung Minggu ini kita menutupnya dengan tema "Keluarga yang Bersaksi bagi Kristus".

Kategori: 

Apakah Orang Kristen Harus Memiliki Anak?

Kami senang mendengar dari para pendengar internasional kami, yang tersebar di berbagai belahan dunia. Berikut ini satu pertanyaan untuk hari ini dari seorang perempuan muda. "Halo, Pendeta John! Salam dari Finlandia dan terima kasih untuk podcast ini. Saya sudah menikah, tetapi saya dan suami tidak memiliki anak. Dalam Kejadian, Allah berfirman kepada pasangan yang pertama, 'Beranakcuculah kamu serta berlipatgandalah; penuhilah bumi dan berlipatgandalah di dalamnya' (Kejadian 9:7, AYT). Sekarang ini, banyak orang di negara saya, orang-orang yang sudah menikah dan mampu memiliki anak, memilih untuk tidak memiliki anak. Perihal tidak memiliki anak yang disengaja ini telah menjadi sangat umum dalam dekade terakhir, dan alasannya beragam: ketakutan terhadap perubahan iklim, kekhawatiran tentang kesehatan ibu yang rentan, kekhawatiran akan menjadi orang tua yang buruk, dan terus terang tidak memprioritaskan anak sama sekali.

Kategori: 

Menghormati Orang Tua: Sebuah Perspektif Alkitabiah

"Tidak taat" adalah kata yang sering dilontarkan bahkan dengan kasar oleh orang tua kepada anaknya yang menurut perspektif orang tua, si anak melawan mereka. Kata yang sering dilontarkan ini didasarkan pada konsep yang salah tentang menghormati orang tua di mana menghormati orang tua identik dengan menaati orang tua dan selalu menganggap orang tua dan pandangannya pasti benar (bahkan melebihi Allah). Bahkan beberapa orang tua "Kristen" mengutip ayat Alkitab di Keluaran 20:12, "Hormatilah ayahmu dan ibumu" sebagai ayat favorit untuk mengindoktrinasi anak-anak mereka. Apa definisi yang benar dari menghormati orang tua dan aplikasinya menurut Alkitab?

Kategori: 

Apakah Artinya Ungkapan "Apa yang Telah Dipersatukan Allah, Tidak Boleh Diceraikan Manusia"?

Perintah "apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" merujuk kepada pernikahan dan perceraian. Perintah ini ditemui dalam ajaran Yesus mengenai pernikahan dan perceraian dalam Markus 10:1-12 dan Matius 19:1-12. Pada suatu waktu, para Farisi bertanya pada Yesus apakah seorang pria boleh menceraikan istrinya. Pada hakikatnya, Yesus menjawab, "Tidak": "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Matius 19:4-6; baca juga Kejadian 1:27, 2:24).

Kategori: 

Apa Kata Alkitab Mengenai Pernikahan Kembali setelah Kematian Suami/Istri?

Apakah seorang memenuhi persyaratan untuk menikah kembali setelah mereka menjadi janda? Alkitab tidak melarang pernikahan kembali setelah pasangan mati, tetapi dalam kasus khusus, Alkitab malah mendukungnya (1 Korintus 7:8-9; 1 Timotius 5:14). Kebudayaan Yahudi dalam masa Alkitab juga mendukung hal ini dengan alasan yang berbeda. Dalam sebagian besar kasus, Alkitab membahas kondisi janda dibandingkan duda. Akan tetapi, dalam konteks ayat-ayat Alkitab tidak ditemui ulasan bahwa standar tersebut membedakan pria atau wanita secara khusus.

Kategori: 

Pages

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA