Yehezkiel Melihat Bait Suci yang Baru

Mari kita luangkan waktu sejenak untuk menempatkan diri kita pada posisi orang-orang buangan yang menjadi penerima pertama dari nubuat Yehezkiel. Orang-orang ini mengetahui sejarah leluhur mereka, bagaimana Allah menyelamatkan mereka dari Mesir dan tinggal bersama mereka di Kemah Suci yang indah (Kel. 26; 40). Selain itu, mereka mengingat Bait Suci yang megah di Yerusalem, sebuah bangunan yang begitu mengesankan dan penting sehingga Alkitab mencurahkan delapan belas pasal untuk membahas tata letak, pembangunan, dan peresmiannya, serta pengangkatan para pekerjanya (2Sam. 24; 1Raj. 5-8; 1Taw. 21-26; 28; 2Taw. 2-7). Bait Suci ini dibangun pada puncak kemakmuran dan kekuasaan Israel di bawah pemerintahan Raja Salomo.

Sekarang, mari kita tempatkan diri kita pada posisi Tuhan ketika Dia berusaha untuk berkomunikasi dengan orang-orang buangan. Di sini ada sebuah bangsa yang patah semangat yang telah diberitahu bahwa Tuhan telah meninggalkan Bait Allah (dengan demikian, Tanah Perjanjian) sehingga memungkinkan bangsa Babel merebut Yehuda (Yeh. 10). Lebih jauh lagi, bangsa ini telah diberitahu bahwa pembuangan mereka menunjukkan murka Allah (16:1-58). Karena kerugian besar yang mereka alami, mereka percaya bahwa pemulihan tidak akan pernah datang, dan bahwa janji-janji Tuhan tidak berarti karena mereka mengalami penderitaan ini (33:10). Jika Anda adalah Tuhan, bagaimana Anda akan menyampaikan kemuliaan pemulihan dengan cara yang dapat dimengerti oleh para pendengar Anda?

Perikop hari ini menjawab pertanyaan tersebut ketika Yehezkiel mulai menggambarkan Bait Suci dan kota Yerusalem yang telah dipulihkan. Sang nabi menubuatkan sebuah Bait Suci baru yang tentunya akan membawa kemuliaan zaman Salomo ke dalam benak orang-orang buangan. Beberapa orang saat ini percaya bahwa suatu hari nanti, Israel akan membangun sebuah bangunan di Gunung Sion dengan dimensi yang tepat seperti yang Yehezkiel ungkapkan dalam pasal 40-48. Tanpa mengurangi rasa hormat, kami tidak menyetujui pandangan tersebut. Pertama, seperti yang telah kita lihat, tulisan Yehezkiel sering kali menggunakan metafora-metafora yang jelas yang tidak dimaksudkan sebagai deskripsi yang harfiah. Kedua, dimensi Bait Suci dalam nubuat Yehezkiel tampak sebagai sesuatu yang simbolis. Dalam deskripsinya tentang Bait Allah, kelipatan lima muncul di seluruh bagian, dan kompleks Bait Suci itu berbentuk kubus yang sempurna, tidak seperti Bait Suci Salomo. Hal ini mengindikasikan bahwa Yehezkiel memiliki pesan teologis dari penglihatannya. Itulah hal yang paling utama dalam nubat tentang Bait Suci itu, bukan ukuran dindingnya. Terakhir dan yang paling penting, orang-orang Yahudi yang kembali ke Tanah Perjanjian setelah pembuangan tidak pernah dikutuk karena tidak membangun bait suci Yehezkiel. Mereka memang ditegur karena telah mengulur-ulur waktu dalam membangun kembali rumah Allah, tetapi mereka tidak pernah diperintahkan untuk membangun seperti yang Yehezkiel gambarkan (Hag. 1:1-11).

Di bawah ilham Roh Kudus, Yehezkiel menggambarkan kemuliaan pemulihan dalam istilah-istilah yang dikenal oleh para pendengar aslinya. Allah berbicara dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh orang-orang buangan untuk meyakinkan mereka akan maksud baik-Nya. (t/Jing-jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Ligonier Ministries
Alamat situs : https://learn.ligonier.org/devotionals/ezekiel-sees-new-temple
Judul asli artikel : Ezekiel Sees a New Temple
Penulis artikel : Tim Ligonier Ministries
Kategori: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA