AUA-I Referensi 02c

Pelajaran 02 | Pertanyaan 02 | Referensi 02a | Referensi 02b

Nama Kursus : APOLOGETIKA UNTUK AWAM I (AUA I)
Nama Pelajaran : Permulaan dari Segalanya
Kode Referensi : AUA I-R02c

Referensi AUA I-R02c diambil dari:

Judul buku : Tuntunan Praktis Untuk Mengenal Allah
Judul artikel : Tidak Ada Batasan
Penulis : J.I. Packer
Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta, 2002
Halaman : 94 -- 99

TIDAK ADA BATASAN

Bagaimana kita dapat membentuk pemahaman yang benar tentang kebesaran Allah? Alkitab mengajar kita bahwa ada dua langkah yang harus kita tempuh. Pertama adalah dengan menyingkirkan dari pikiran kita batasan- batasan untuk Allah yang akan membuat-Nya menjadi kecil. Kedua adalah dengan membandingkan Dia dengan kuasa dan kekuatan yang kita pandang besar.

Contoh untuk langkah pertama, kita dapat lihat dalam Mazmur 139. Di situ pemazmur merenungkan sifat kehadiran, pengetahuan, dan kuasa Allah yang tidak terbatas dan tidak terukur, dalam kaitannya dengan manusia. Ia mengatakan, kita selalu berada dalam hadirat Allah. Anda dapat memisahkan diri dari sesama manusia, tetapi Anda tidak dapat melepaskan diri dari Pencipta Anda. "Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku ... Ke mana aku dapat pergi menjauhi Roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapanMu? Jika aku mendaki langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati (dunia di bawah), di situ pun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tanganmu menuntun aku dan tanganmu memegang aku" (ay. 5-10). Kegelapan, yang dapat menyembunyikan aku dari mata manusia, tidak dapat menyembunyikan aku dari mata Allah (ay. 11-12).

Seperti halnya tidak ada batasan untuk kehadiran-Nya di depan saya, demikian pula tidak ada batasan untuk pengetahuan-Nya atas saya. Seperti halnya saya tidak pernah dibiarkan sendiri, saya juga tidak pernah dapat pergi tanpa terperhatikan. "TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri (semua tindakan dan gerakanku); Engkau mengerti pikiranku (semua yang ada dalam pikiranku) dari jauh ... Segala jalanku (semua kebiasaan, rencana, tujuan, keinginan, maupun kehidupanku sampai saat ini) Kau maklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan (diucapkan atau dipikirkan), sesungguhnya semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN" (ay. 1- 4).

Saya dapat menyembunyikan hati saya, masa lalu saya, dan rencana masa depan saya, dari orang-orang di sekitar saya. Akan tetapi, saya tidak dapat menyembunyikan apa pun dari Allah. Saya dapat berbicara sedemikian rupa sehingga menipu orang lain dan mereka tidak tahu siapa saya sebenarnya. Akan tetapi, tak ada satu pun yang saya katakan atau kerjakan dapat menipu Allah. Pandangan-Nya menembus semua kepura- puraan dan hal-hal yang saya sembunyikan. Ia mengenal saya sebagaimana adanya, jauh lebih baik daripada saya mengenal diri saya.

Allah yang kehadiran dan pengawasan-Nya dapat saya hindari akan merupakan allah yang kecil dan tidak berarti. Tetapi, Allah yang sejati adalah besar dan dahsyat sebab Ia selalu menyertai saya dan mata-Nya selalu tertuju kepada saya. Kehidupan menjadi hal yang menakjubkan jika Anda menyadari bahwa Anda melewatkan setiap saat dalam kehidupan Anda dalam pandangan dan penyertaan Pencipta yang mahatahu dan mahahadir.

Tetapi, itu belum semua. Allah yang Mahatahu adalah juga Allah yang Mahakuasa. Kekuasaan-Nya yang dahsyat telah dinyatakan kepada saya melalui rumitnya dan menakjubkannya tubuh jasmani saya, yang Ia ciptakan bagi saya. Ketika berhadapan dengan hal ini, perenungan pemazmur berubah menjadi penyembahan. "Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat" (ay. 14).

Jadi, inilah langkah pertama untuk memahami kebesaran Allah; untuk menyadari betapa tak terbatas hikmat-Nya dan hadirat-Nya, dan kuasa- Nya. Ada banyak ayat Alkitab lain yang mengajarkan pelajaran yang sama terutama, Ayub 38-41. Pasal-pasal di mana Allah sendiri menggunakan pemahaman Elihu bahwa "Allah diliputi keagungan yang dahsyat" (37:22) dan menempatkan di depan Ayub peragaan yang menakjubkan tentang hikmat dan kuasa-Nya di alam. Ia bertanya kepada Ayub apakah ia dapat menandingi "keagungan"Nya (40:9-11) dan meyakinkan dia bahwa karena ia tidak bisa, maka ia jangan mengandaikan menemukan kesalahan dalam cara Allah menangani kasus Ayub sendiri, yang juga jauh melampaui pemahaman Ayub. Tetapi, kita tidak dapat membahas hal ini terlalu jauh saat ini.

Allah yang Tidak Dapat Dibandingkan

Untuk contoh langkah kedua, mari kita lihat dalam Yesaya 40. Di sini Allah berbicara kepada orang-orang yang perasaannya sama dengan perasaan kebanyakan orang Kristen pada masa kini: orang-orang yang remuk hati, orang-orang yang ketakutan, orang-orang yang menyembunyikan keputusasaannya, orang-orang yang ditimpa gelombang peristiwa buruk selama beberapa saat; orang-orang yang sudah tidak percaya lagi bahwa rencana Kristus dapat berjalan dengan sempurna. Sekarang lihat bagaimana Allah melalui nabi-Nya berargumentasi dengan mereka.

Lihatlah pekerjaan yang telah Aku lakukan, firman Tuhan. Dapatkah kamu melakukannya? Dapatkah seorang manusia melakukannya? "Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing atau bukit-bukti dengan neraca?" (ay. 12). Apakah kamu cukup bijaksana dan cukup kuat untuk melakukannya? Tetapi Aku sanggup; atau Aku tidak dapat menciptakan dunia ini sama sekali. Lihatlah Allahmu!

Sekarang lihatlah pada bangsa-bangsa, Nabi Yesaya melanjutkan kata- katanya, pada kekuasaan nasional yang besar, yang padanya kamu merasa mendapat belas kasihan. Asyur, Mesir, Babel - kamu mengagumi mereka dan merasa takut kepada mereka. Tentara dan sumber daya mereka jauh melampaui tentara dan sumber dayamu. Tetapi, sekarang lihatlah bagaimana Allah menangani kekuasaan yang dahsyat yang sangat kamu takuti itu. "Sesungguhnya, bangsa-bangsa adalah seperti setitik air dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca ... Segala bangsa seperti, tidak ada di hadapan-Nya, mereka dianggap-Nya hampa dan sia-sia saja" (ay. 15 dst.). Kamu gemetar di depan bangsa-bangsa, karena kamu jauh lebih lemah daripada mereka, tetapi Allah jauh lebih besar daripada bangsa-bangsa sehingga mereka tidak ada apa-apanya di hadapanNya. Lihatlah Allahmu!

Sekarang lihatlah pada dunia. Lihatlah ukuran, variasi, dan kerumitannya. Pikirkan tentang 5 miliar penduduk dunia yang mendiaminya dan lihatlah langit yang luas di atasnya. Betapa kecilnya Anda dan saya, dibandingkan dengan seluruh planet tempat kita tinggal! Namun, apa jadinya jika seluruh planet yang dahsyat ini dibandingkan dengan Allah? "Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman" (ay. 22).

Dunia ini membuat kita semua merasa kecil, tetapi Allah membuat dunia ini terasa kecil. Dunia ini adalah tumpuan kaki-Nya dan di atas-Nya Ia duduk dengan aman. Ia jauh lebih besar daripada dunia dan semua yang ada di dalamnya sehingga semua kegiatan yang membuat asyik jutaan orang di dalamnya tidak mempengaruhi Dia, seperti halnya belalang yang mengerik dan melompat di bawah sinar matahari musim panas tidak mempengaruhi kita. Lihatlah Allahmu!

Keempat, lihatlah pada tokoh-tokoh dunia yang besar - para pembesar yang hukum-hukum dan kebijakannya menentukan kesejahteraan jutaan orang; para calon penguasa dunia, diktator, dan pembangun kekaisaran, yang dengan kekuasaan mereka menerjunkan dunia ke dalam perang. Pikirkan tentang Sanherib dan Nebukadnezar. Pikirkan tentang Aleksander, Napoleon, Hitler. Pikirkan tentang Kosygin, Nixon, dan Mao Tse-tung. Apakah Anda mengira bahwa orang-orang terkenal itu sungguh- sungguh menentukan jalan dunia ini? Pikirkan sekali lagi sebab Allah jauh lebih besar daripada tokoh-tokoh dunia yang besar. Ia menurunkan raja-raja menjadi nol dan menurunkan para penguasa dunia ini menjadi tidak ada apa-apanya" (ay. 23). Ia adalah, seperti dikatakan Buku Doa, "satu-satunya penguasa atas raja-raja". Lihatlah Allahmu!

Tetapi, kita belum selesai. Yang terakhir, lihatlah pada bintang- bintang. Pengalaman paling menakjubkan yang secara universal dikenal manusia adalah berdiri sendirian pada malam yang cerah dan memandang bintang-bintang. Tidak ada hal yang melebihi dalam memberi kesan adanya jarak dan kejauhan. Tidak ada hal yang membuat seseorang merasakan ketidakberartian dan kekecilannya dibandingkan pengalaman itu. Dan kita, yang hidup di abad ruang angkasa, dapat melengkapi pengalaman universal ini dengan pengetahuan ilmiah tentang faktor- faktor yang terlibat di dalamnya - jumlah bintang yang miliaran, jaraknya yang miliaran tahun cahaya. Pikiran kita pusing, imajinasi kita tidak dapat menangkap hal itu. Jika kita berusaha memahami kedalaman angkasa luar yang tidak terselami, secara mental kita tak berdaya dan pusing tujuh keliling.

Tetapi, apa pengaruh hal itu bagi Allah? "Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya. Satu pun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia Mahakuasa dan Mahakuat" (ay. 26). Allahlah yang memanggil keluar bintang- bintang. Allahlah yang pertama kali menempatkan mereka di luar angkasa. Ia adalah Pencipta dan Tuhan. Mereka semua ada dalam tangan- Nya dan tunduk pada kehendak-Nya. Demikianlah kuasa-Nya dan keagungan- Nya. Lihatlah Allahmu!

Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA