Bagaimana Alkitab Ditulis dan Ditransmisikan?

Kita cenderung menganggap Alkitab sebagai sebuah buku -- dan kita tidak sepenuhnya salah -- tetapi Alkitab tidak selalu terikat di antara dua sampul. Alkitab yang kita kenal sekarang sudah melewati perjalanan panjang melalui banyak zaman, komunitas, dan tempat sebelum menjadi kitab suci yang kita kenali pada masa kini.

Kata Alkitab berasal dari bahasa Yunani 'biblia', yang berarti "buku-buku" (jamak). Ini merupakan deskripsi yang lebih akurat terhadap Alkitab -- suatu koleksi yang terdiri dari banyak buku, seperti perpustakaan. Setiap kitab dalam Alkitab memiliki sejarah yang unik dan melewati rute yang khas dalam perjalanannya sampai ia dimasukkan ke dalam Alkitab.

Gambar: bersyukur

Banyak penulis dari berbagai tempat dan zaman yang berbeda menulis dan menyunting kitab-kitab yang membentuk Alkitab Ibrani dan Perjanjian Baru; secara keseluruhan, proses ini merentang hingga periode lebih dari seribu tahun. Ada banyak dugaan seputar kapan orang-orang mulai menulis kitab-kitab yang sekarang didapati dalam Alkitab Ibrani. Secara tradisional, orang Kristen dan orang Yahudi memperkirakan tanggal penulisan tulisan alkitabiah yang paling awal hingga pada zaman Musa, yang kemungkinan sekitar pertengahan hingga akhir dari milenium kedua SM (sekitar 1500 -- 2000 SM). Banyak ahli kini mengklaim bahwa tulisan-tulisan alkitabiah yang paling awal dituliskan pada abad ke-8 atau ke-7 SM. Untuk sebagian besar teks kuno seperti Alkitab, tanggal penyusunannya tidak dapat diketahui pasti.

Tulisan-tulisan alkitabiah yang paling awal dituliskan pada gulungan-gulungan yang terbuat dari papirus (kertas yang terbuat dari tanaman) atau perkamen (kulit binatang yang sudah digores, dipoles, dan dijahit menjadi satu). Sangat besar kemungkinannya bahwa semua kitab dalam Alkitab awalnya ditulis pada gulungan-gulungan. Barulah pada abad ke-2 atau ke-3 M, para juru tulis Alkitab mulai menulis pada papirus atau perkamen yang kemudian dilipat dan dijahit menjadi sebuah kodeks, yang lebih mirip dengan buku cetak modern yang kita ketahui. Setelah penemuan kodeks, orang Kristen cenderung menyalin Kitab Suci mereka dalam bentuk kodeks, sementara orang Yahudi secara tradisional masih terus menyalin Kitab Suci mereka dalam bentuk gulungan.

Proses menulis ulang kitab-kitab dalam Alkitab tidak selalu sempurna -- terkadang terjadi kesalahan atau ada kata-kata yang ditambahkan atau dikurangi.


Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Di Timur Dekat kuno, pada waktu kitab-kitab alkitabiah ditulis dan disalin, para juru tulis melakukan penyusunan dan pelestarian dokumen-dokumen penting. Para juru tulis merupakan kaum yang istimewa karena mereka dapat membaca dan menulis; literasi tidaklah merata pada waktu itu. Para juru tulis juga merupakan penyunting. Seorang juru tulis bisa saja mengambil beberapa gulungan yang berbeda yang memiliki keterkaitan satu sama lain, lalu menyusun sebuah buku dari gulungan-gulungan tersebut, atau para juru tulis yang hidup pada zaman dan di tempat yang berbeda bisa saja menyunting gulungan-gulungan yang mirip dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh, katakanlah seorang juru tulis Yahudi yang hidup di Mesir memiliki sejumlah gulungan dan tradisi tulisan dan lisan lainnya yang dikaitkan dengan Nabi Yeremia. Juru tulis tersebut menyunting semua teks dan tradisi itu menjadi satu dalam sebuah gulungan yang terpadu, yang sekarang disebut gulungan Yeremia. Barangkali juru tulis lain yang tinggal di Yerusalem kemudian menerima salinan gulungan ini, tetapi menyalinnya untuk mencerminkan teologi dan pemahaman tentang warisan Yeremia menurut komunitasnya sendiri. Dengan demikian, komunitas yang berbeda akan memiliki versi gulungan Yeremia yang berbeda, dan kedua versi ini akan beredar. Sekarang kita tahu bahwa proses semacam ini benar-benar terjadi, sebab versi-versi yang berbeda dari kitab Yeremia -- juga teks-teks alkitabiah lainnya -- ada berdampingan dalam Naskah Laut Mati dan dalam berbagai versi dan terjemahan kuno lainnya (misalnya, teks Yeremia versi Naskah Masoretic dan Septuaginta juga berbeda). Proses semacam ini terjadi beberapa kali, bahkan sebelum "Alkitab" sebagaimana yang kita kenal itu ada.

Kitab-kitab alkitabiah harus disalin berulang kali supaya dapat dilestarikan agar dapat dibaca oleh orang lain. Proses menulis ulang kitab-kitab dalam Alkitab tidak selalu sempurna -- terkadang terjadi kesalahan atau ada kata-kata yang ditambahkan atau dikurangi. Kita menyebut seluruh proses ini, termasuk salinan yang akurat dan kesalahan-kesalahan yang terjadi, sebagai transmisi teks. Artinya, teks itu ditransmisikan (dan terkadang diubah) oleh para juru tulis yang menyalin gulungan-gulungan kuno itu berulang kali.

Seiring waktu, berbagai edisi kitab ini dikumpulkan dan berbagai komunitas rohani secara bertahap mengerucutkan daftar kitab yang mereka anggap berotoritas. Akan tetapi, komunitas yang berbeda bisa menggunakan kriteria yang berbeda. Proses untuk menyertakan kitab-kitab tertentu sebagai Kitab Suci dan menolak kitab-kitab lainnya ini disebut kanonisasi.

Tentu saja, kitab-kitab Taurat (lima kitab pertama dalam Alkitab Ibrani) dipandang suci secara khusus sejak setidaknya abad ke-2 SM. Namun, bahkan pada abad ke-1 M, calon kitab-kitab Alkitab seperti Ester, Kidung Agung, Pengkhotbah, atau Ezra tidak dapat dengan mudah dibedakan dari kitab-kitab seperti Yobel, 4 Ezra (disebut juga 4 Esdras - Red.), atau 1 Henokh, yang sama sucinya bagi banyak orang pada masa itu, tetapi entah mengapa tidak termasuk dalam banyak daftar kanon.

Daftar kitab yang dianggap sebagai Kitab Suci oleh kelompok orang tertentu disebut sebuah kanon. Kata ini berasal dari kata Yunani yang berarti "tongkat pengukur" dan merujuk ke pendapat kelompok tentang apakah suatu kitab "memenuhi ukuran" untuk dapat disebut Kitab Suci dan memiliki status suci. Komunitas orang Yahudi dan orang Kristen memiliki kanon yang berbeda karena orang Kristen menyertakan kitab-kitab dalam Perjanjian Baru dalam Kitab Suci mereka. Dalam tradisi Kristen, komunitas Katolik, Ortodoks Timur, dan Protestan memiliki kanon yang sedikit berbeda. Di antara tradisi Kekristenan Timur pun terdapat kanon-kanon yang berbeda juga. (t/Odysius)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Bible Odyssey
Alamat situs : https://bibleodyssey.org/en/tools/bible-basics/how-was-the-bible-written-and-transmitted
Judul asli artikel : How Was the Bible Written and Transmitted?
Penulis artikel : Brennan Breed
Kategori: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA