Konsep tentang Ketekunan

Perseverance

Arti dari doktrin ini harus dipahami dengan jelas. Doktrin ini tidak berarti bahwa setiap pengunjung gereja atau bahkan setiap anggota gereja pasti akan bertekun dalam iman hingga akhir hidupnya, atau bahwa setiap orang yang telah melakukan pengakuan iman di depan publik tidak akan pernah meninggalkan imannya. Doktrin ini juga bukan berarti bahwa setiap orang yang telah dimasukkan ke dalam kovenan anugerah sebagaimana yang dinyatakan di dalam sejarah pasti terjamin secara kekal karena Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa ada orang-orang yang melanggar kovenan.

Yang sebenarnya dimaksudkan oleh doktrin ketekunan orang-orang percaya sejati adalah mereka yang memiliki iman sejati tidak akan kehilangan iman itu secara total atau pada akhirnya. Jadi, yang menjadi pertanyaan yang sebenarnya adalah dapatkah seseorang yang memiliki iman sejati kehilangan iman itu? Terhadap pertanyaan ini, orang Reformed menjawab: Tidak. Namun, jawaban ini harus segera diikuti dengan penjelasan bahwa kaum Calvinis memberikan jawaban ini bukan berdasarkan pada keunggulan kekuatan rohani orang percaya, melainkan berdasarkan pada kesetiaan terhadap janji-Nya. Kaum Calvinis percaya bahwa Allah tidak pernah akan mengizinkan mereka yang telah dikaruniai iman sejati oleh-Nya untuk meninggalkan imannya. Orang-orang percaya sejati bertekun bukan karena kekuatan mereka sendiri, melainkan karena kasih setia Allah yang tidak berubah.

Sebuah definisi yang baik untuk doktrin ini dapat ditemukan di dalam Pengakuan Iman Westmister:

Mereka yang telah diterima Allah di dalam Anak-Nya, yang dipanggil secara efektif, dan dikuduskan oleh Roh-Nya, tidak akan bisa secara keseluruhan atau pada akhirnya terjatuh dari kondisi anugerah, sebaiknya, secara pasti akan bertekun di dalamnya sampai pada akhirnya dan diselamatkan secara kekal.

Kita dapat memerhatikan bahwa mereka yang dikatakan tidak terhilang ialah mereka yang berada di dalam Kristus, mereka yang telah diregenerasikan, dan mereka yang terus-menerus diperbarui oleh Roh. Menurut Pengakuan Iman Westminster, mereka tidak akan secara total atau pada akhirnya menjauhkan diri dari kondisi anugerah -- yaitu bahwa mereka tidak akan pernah kehilangan keselamatan mereka secara total, atau meninggal dalam keadaan tidak diselamatkan. Lebih lanjut, Pengakuan Iman Westminster menyatakan bahwa mereka akan bertekun di dalam kondisi anugerah, dan dengan demikian menolak gambaran karikatur yang umumnya ditempelkan pada doktrin ini, yang mendeskripsikan bahwa doktrin ini mengajarkan bahwa orang-orang percaya pasti akan diselamatkan tidak peduli bagaimana pun cara hidup mereka. Orang-orang percaya, menurut kesimpulan pernyataan ini, akan "diselamatkan secara kekal" -- yaitu, bahwa keselamatan mereka akan berlangsung selamanya.

Akan tetapi, hal yang tidak dinyatakan dalam definisi ini adalah bahwa orang-orang percaya hanya dapat bertekun melalui kekuatan Allah. Jika dibiarkan pada diri orang percaya sendiri, dibiarkan pada kekuatan mereka sendiri, pada sumber daya mereka sendiri, mereka pasti akan menjauh dan kehilangan keselamatan. Tetapi kehendak Allah tidak mengizinkan hal ini terjadi kepada umat milik-Nya, yang telah dipilih-Nya di dalam Kristus sebelum penciptaan dunia (Efesus 1:4) dan yang telah dipredestinasikan untuk menjadi serupa dengan Anak-Nya (Roma 8:29). Ini merupakan salah satu poin terpenting dan benar-benar merupakan inti dari doktrin ini. Orang-orang percaya bertekun hanya karena Allah di dalam kasih-Nya yang tidak berubah memampukan mereka untuk bertekun.

PerseveranceIni menimbulkan pertanyaan mengenai terminologi. Apakah ungkapan "ketekunan orang-orang percaya sejati" merupakan ungkapan yang paling tepat untuk doktrin ini, atau lebih baik menyebutnya sebagai "ketekunan kaum pilihan"? Penting untuk kita perhatikan bahwa Canons of Dort menggunakan kedua ungkapan tersebut: "Mengenai ketekunan dari mereka yang dipilih untuk keselamatan dan mengenai ketekunan orang-orang percaya sejati di dalam iman ...." Canons of Dort melihat ajaran ini dari dua sisi. Menurut Canons of Dort, ketika kita melihatnya dari sisi Allah, kita memikirkan ajaran ini sebagai pemeliharaan Allah terhadap mereka yang telah dipilih-Nya untuk keselamatan. Tetapi jika kita melihatnya dari sisi manusia, kita memikirkannya sebagai deskripsi atas fakta bahwa orang-orang percaya sejati bertekun di dalam iman.

John Murray mengajukan pembelaan yang hebat untuk mempertahankan ungkapan "ketekunan" (preseverance) daripada "pemeliharaan" (preservation). Menurut Murray, istilah "ketekunan" akan meniadakan ide bahwa orang-orang percaya akan tetap aman secara rohani tanpa memedulikan derajat kejatuhan mereka ke dalam dosa atau menjadi tidak berhati-hati di dalam cara hidup mereka. Tentu saja bukanlah ajaran yang alkitabiah jika kita berkata bahwa orang-orang percaya diselamatkan tidak peduli bagaimanapun cara mereka hidup. Doktrin yang sudah kita bahas sekarang adalah doktrin bahwa orang-orang percaya bertekun; sudah pasti bahwa hanya melalui kekuatan Allah saja mereka mampu bertekun; tetapi mereka benar-benar bertekun. Kepastian bagi orang-orang percaya tidak terlepas dari ketekunan mereka; bukankah Yesus berkata, "Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat" (Matius 10:22)? Bahkan, Murray menyampaikannya dengan cara yang sangat tegas seperti berikut: "Ketekunan berarti pengikatan pribadi kita dengan pengabdian yang paling sungguh dan mendalam ke dalam sarana-sarana yang ditetapkan Allah untuk pencapaian tujuan penyelamatan-Nya."

Berdasarkan alasan-alasan yang dikemukakan di atas, saya lebih memilih untuk menggunakan ungkapan "ketekunan orang-orang percaya sejati" bagi doktrin ini. Walaupun ajaran ini secara umum dikenal dengan nama "ketekunan orang-orang kudus", akan tetapi istilah "orang kudus" ini memiliki beragam arti sehingga menimbulkan ketidakpastian.

Diambil dari:
Judul buku : Diselamatkan oleh Anugerah
Judul artikel : Konsep tentang Ketekunan
Penulis : Anthony A. Hoekema
Penerbit : Momentum, Surabaya 2013
Halaman : 314 -- 316

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA