Perintah Kasih

"Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi." (1 Yohanes 4:7)

Kapan terakhir kali seorang Kristen memanggil engkau, "Saudara yang kekasih?" Dalam pemakaian alkitabiah, penyataan ini tidak bersifat sentimental. Paragraf teragung mengenai kasih dalam Alkitab dimulai pada 1 Yohanes 4:7 dengan kata-kata, "Saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi," dinyatakan dalam dua kata Yunani yang penuh penekanan: "Agapetoi, agapomen", yang arti harfiahnya, "Engkau, yang telah dikasihi Allah, kasihilah satu sama lain".

Kita harus saling mengasihi dengan tiga alasan:

1. Allah sendiri adalah kasih.

Allah adalah Kasih

Dua kali dalam konteks ayat 8 dan 16 dalam Yohanes menyatakan kebenaran ALLAH ADALAH KASIH! Cara mengekspresikan ini berarti bahwa kasih Allah tidak hanya salah satu sifat di antara sifat-sifat lainnya. Berarti bahwa Allah kasih dalam keberadaan-Nya terus-menerus, secara instrinsik. Kesucian dan kasih menjadi karakteristik seluruh keberadaan Allah (1 Yohanes 1:5).

Fakta kesatuan Allah dalam Tritunggal adalah dasar dari seluruh iman dan kehidupan praktika kita. Dalam Tiga Pribadi ada kasih yang sempurna. Bapa mengasihi Anak secara sempurna dan Anak kepada Bapa. Demikian pula Roh Kudus mengasihi Bapa dan Anak. Roh datang untuk membina kasih dalam seluruh anggota tubuh Kristus.

Dalam Yudaisme tidak ada konsep kasih. Akan tetapi, orang Yahudi juga dekat dengan Perjanjian Lama di mana Tritunggal tercakup secara implisit. Dalam Perjanjian Baru, Tritunggal dinyatakan secara eksplisit. Jika kita melihat ketakutan dan kebencian pada orang bukan Kristen, bukankah itu menunjukkan tidak ada sumber di mana kasih ilahi dapat dirasakan, diserap, dilaksanakan, dan berbalasan?

Teologi Reformed tidak mewarisi yang demikian. Namun, atas hal ini kasih dari Allah Tritunggal dicurahkan.

2. Pemberian Allah membuktikan kasih-Nya.

Alasan kedua yang mendorong motivasi untuk saling mengasihi didasarkan pada pemberian Bapa dalam sejarah. Ia "mengutus" Anak-Nya. Mengutus Dia berpraanggapan Ia adalah Allah dan memiliki praeksistensi-Nya. Pengutusan merupakan suatu pemberian demi keselamatan kita. Pertama, dengan menyediakan kebenaran melalui kehidupan-Nya yang sempurna bagi kita, dan yang kedua, melalui pendamaian. Merupakan satu tindakan penuh kehinaan untuk mengambil rupa manusia, tetapi dengan merendahkan diri sendiri, bahkan sampai mati di kayu salib, Ia menjadi kurban penebusan bagi dosa kita; Penanggung murka, Pengganti posisi kita yang terhukum.

Kehadiran Mesias dalam Sejarah

Betapa Bapa yang penuh kasih tidak menderita ketika melihat Anak Tunggal-Nya mati dalam kehinaan? Tidak pernah terjadi, tidak sekali-kali terjadi, pengorbanan diri lebih besar dari pemberian Bapa akan Anak-Nya untuk menjadi kurban penebusan atas murka ilahi dan memuaskan keadilan ilahi. Tidak ada pemberian lebih besar dari Bapa yang dapat dihitung karena tidak ada pemberian yang lebih besar yang mungkin diberikan. Itulah pemberian "tidak terkatakan" (2 Korintus 9:15; juga 1 Yohanes 3:16; Roma 8:32). Dalam 1 Yohanes 4:7-12, kita mendapatkan penjelasan lebih jelas mengenai kasih Bapa. Patut dicatat pengekspresian kata "sedemikian mengasihi". Jika Allah sedemikian mengasihi kita, kita harus saling mengasihi.

Kasih berarti mengampuni dosa orang yang kita kasihi dan tidak mengingatnya lagi. Inilah yang dilakukan Bapa kepada umat manusia yang memberontak; Ia mengampuni dosa terhadap-Nya dengan bayaran sendiri. Kita juga harus demikian. Merupakan sebuah perintah, "Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di surga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu" (Matius 6:15).

3. Kasih Allah sempurna dalam kita jika kita mengasihi satu dengan yang lain.

"Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita." (1 Yohanes 4:12) Ini merupakan pernyataan yang mengagetkan karena kita tahu bahwa kasih Allah sempura dinyatakan dalam ketritunggalan-Nya. Akan tetapi, Yohanes menekankan bahwa kasih Allah dibawa kepada kesempurnaan dalam kita ketika kita mengasihi sebagaimana seharusnya. Kasih Allah dinyatakan ulang dalam kita dan di antara kita ketika kita mengasihi satu dengan yang lain dalam kebenaran dan dalam tindakan.

Kasih Allah sempurna ketika kita mengasihi satu dengan lain, bukannya perpecahan, saling menyerang, menganiaya, dan menekan. Sesuatu yang mencengangkan malaikat adalah ketika mengobservasi kasih gagal dalam jemaat orang kudus, khususnya di antara mereka yang mula-mula membenci satu dengan lainnya.

Siapa yang mampu meletakkan api di atas sumur minyak di Kuwait? Seperti neraka yang mengamuk! Suatu neraka yang lebih besar yang tidak dapat dilacak, adalah lautan dari kebencian yang mengamuk dalam neraka; kebencian dari Setan dan kebencian dari orang berdosa yang tidak bertobat. Untuk memiliki suatu hati baru yang mengasihi, dan menanggalkan api kebencian kepada Allah dan manusia merupakan pekerjaan yang saling melengkapi. Menunjukkan kasih yang benar dalam gereja adalah pekerjaan surgawi.

Aplikasi

Menghadapi mereka yang belum mau menerima Yesus Kristus membutuhkan pemikiran yang jernih dan pelaksanaan kasih yang dinyatakan dari pribadi kepada pribadi. Ketika Yesus berdoa untuk kesatuan gereja-Nya (Yohanes 17:20-23), Ia membuktikan bahwa melalui kesatuan dalam kasih, Roh Kudus memakainya untuk mempertobatkan dunia. Senjata kita untuk memenangkan dunia adalah kebenaran dan kasih.

Audio Perintah Kasih

Diambil dari:
Judul buku : Momentum
Judul artikel : Perintah Kasih
Penulis artikel : Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerbit : LRII, Surabaya 2007
Halaman : 6 -- 7
Kategori: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA