GSM-Referensi 05b

Pelajaran 05 | Pertanyaan 05 | Referensi 05a |

Nama Kursus : Training Guru Sekolah Minggu (GSM)
Nama Pelajaran : Teknik Memimpin Kebaktian Sekolah Minggu
Kode Pelajaran : GSM-R05b

Referensi GSM-R05b diambil dari:

Judul Buku : Pembaruan Mengajar
Judul Artikel : Selayang Pandang Tentang Teknik Bercerita
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman : 92 - 94

REFERENSI PELAJARAN 05b - TEKNIK MEMIMPIN KEBAKTIAN SM

SELAYANG PANDANG TENTANG TEKNIK BERCERITA

Bercerita merupakan metode mengajar yang paling sering dipakai oleh guru-guru Sekolah Minggu dalam proses mengajar. Tuhan Yesus juga sering memakai metode bercerita untuk mengajarkan kebenaran. Sepanjang sejarah, banyak guru besar memakai metode bercerita, untuk menyampaikan pesan-pesan dan pembicaraan mereka yang penting kepada para pendengarnya. Pasal ini akan mengetengahkan secara ringkas hal- hal penting yang harus diperhatikan para pembawa cerita, dan menganalisis teknik-teknik dasar bercerita. Semoga pasal ini dapat menolong para guru menggunakan teknik bercerita dengan lebih efisien.

ORANG YANG BERCERITA

  1. Cara berpakaian: harus rapi, bersih, anggun, leluasa, wajar, dan sesuai dengan keadaan/situasi.
  2. Sikap: sikap yang baik adalah mengendalikan tubuh dengan wajar, misalnya mimik, nafas dan lain-lain harus santai, jangan tegang. Usahakan penampilan yang sopan dan leluasa.
  3. Gerak-gerik: segalanya harus wajar, hindari gerak-gerik yang berlebihan. Jangan selalu mengulang gerakan yang sama. Jangan menjadi terkenal karena suatu gerakan yang aneh. Tenang dan jangan tergesa-gesa.
  4. Pandangan mata: harus memperhatikan semua murid, juga reaksi mereka. Jangan hanya menatap pada satu arah yang sama saja.
  5. Suara: jangan terlalu diperhatikan, tapi juga jangan melalaikan penggunaan suara. Pada waktu berbicara, longgarkanlah bagian tenggorokan, tarik nafas yang dalam, kemudian kumpulkanlah suara. Karena hanya dengan berbuat demikian, barulah dapat diperoleh hasil yang paling ideal.
  6. Nada suara: perhatikan saat kapan nada suara harus tinggi, rendah, besar, kecil, cepat, lambat, berubah, berhenti dan sebagainya. Adakalanya perlu memakai suara tiruan.
  7. Ekspresi: harus dapat mengekspresikan perasaan suka, marah, sedih, gembira, takut, murung, dan lain-lain yang terdapat dalam cerita.
  8. Penggunaan istilah: pilihlah penggunaan istilah yang sesuai dengan usia murid, supaya mereka dapat mengerti isi pelajaran. Boleh menggunakan banyak bentuk dialog langsung, dan usahakan sedikit mungkin pemakaian orang ketiga atau pernyataan yang tidak langsung.

KESELURUHAN CERITA

  1. Pendahuluan: harus menarik, jangan selalu mengulang ucapan yang sama: "Hari ini cerita yang akan Bapak sampaikan adalah ...", "Apakah kalian suka mendengar cerita", "Dahulu, dahulu kala". Pilihlah pendahuluan dengan cermat, carilah yang baru, menyenangkan dan menarik. Jangan terlalu cepat membocorkan isi atau akhir cerita.
  2. Penyampaian cerita: harus jelas, terinci dan cukup menawan hati. Isi cerita adalah bagian yang penting, baik sikap maupun gerak- gerik jangan terlalu dibuat-buat, agar murid jangan hanya terpaku pada gerak-gerik kita dan melalaikan isi cerita itu sendiri.
  3. Perubahan: harus ada perubahan yang tidak diduga-duga, jangan selalu menyampaikan dengan cara yang datar dam tak ada, liku- likunya.

  4. Klimaks: Sebaiknya akhirilah cerita pada klimaksnya. Bila tidak, bukan saja akan menjemukan, tetapi juga membuat pendengar letih.
  5. isipan: jangan menyisipkan ajaran moral di tengah-tengah cerita. Sebenarnya tokoh dalam cerita itu sendiri, sudah cukup menjadi contoh yang dapat diteladani oleh murid, atau menjadi peringatan bagi mereka. Bila disisipkan ajaran yang membosankan, cerita itu akan kehilangan daya tariknya.
  6. Kesimpulan: cerita harus diakhiri dengan seru dan penuh kekuatan. Berikan kesan yang mendalam pada murid, jangan mengulang ucapan yang sama, atau mendadak berubah jadi datar dan membosankan: "Sampai di sini cerita hari ini! Maka ... demikian ...begin ..."

PADA SAAT BERCERITA

  1. Usahakan untuk memegang Alkitab di tangan: materi bacaan berupa buku-buku dongeng, mitos, novel, dan cerita-cerita fiktif lainnya telah membanjiri toko-toko buku. Untuk menghindari anak-anak yang masih kecil menganggap mujizat sebagai cerita fiktif, guru harus memegang Alkitab pada saat bercerita. Dengan demikian anak-anak akan mengerti bahwa Alkitab adalah firman Allah dan cerita-cerita yang terdapat dalamnya adalah cerita nyata.
  2. arus sungguh-sungguh dan bersemangat: menyampaikan cerita Alkitab harus penuh semangat. Kesungguhan hati dan sikap yang berkobar- kobar akan membuat murid merasakan pentingnya cerita Alkitab.
  3. Harus menekankan penerapannya: hanya menyampaikan cerita Alkitab saja masih belum cukup sempurna, guru harus menghubungkan kebenaran dengan kehidupan murid setiap hari, agar mereka belajar bagaimana melaksanakan kebenaran.
  4. Pada saat menyampaikan cerita Alkitab harus mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang, bagaikan berhadapan dengan orang yang sudah berada di pinggir neraka. Berupaya meyakinkannya dengan bijaksana agar ia terlepas dari tempat yang berbahaya itu dan jiwanya diselamatkan. Sebab itu, pada saat guru menyampaikan cerita Alkitab, bukan saja harus menarik, tapi juga harus mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang.
Taxonomy upgrade extras: 

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA