Blog Terbaru

Manusia Memang Tidak Sempurna

Beberapa kali saya menjumpai keluhan ini, ketika berhadapan dengan kasus kegagalan atau kesalahan. Dari beberapa kali tadi, saya menangkap bahwa kalimat 'manusia memang tidak sempurna' ini bisa diungkapkan dengan nada yang berbeda meskipun dalam kasus yang sama, yaitu sama-sama dalam situasi kesalahan, tetapi dengan pengungkapan yang berbeda.

Jemaat GKPI Cengkareng harus peduli...!!!

Baru inget kalo saya pernah nulis di blog ini...balik ke blog ini, udah hampir 2 tahun lebih tulisan saya tentang musibah-musibah yang terjadi di Indonesia terjadi karena tipisnya iman percaya kita...tapi tahun demi tahun saya melihat, kondisi ini malah makin menjadi-jadi yang terbaru Tragedi Situ Gintung dan di Padang Tahun 2009 ini,seperti yang baru saja kemarin saya terima dalam Pendalaman Alkitab memang zaman ini adalah Akhir Zaman..tanda-tandanya pun telah terbukti, sudah saatnya kita sebagai Jemaat GKPI Cengkareng lebih peduli dengans sekitar, bukan hanya membangun untuk urusan intern

Berhala-berhala di Hati

Sudah banyak contoh, orang yang memberhalakan sesuatu di hatinya. Segala kesenangan, nafsu keserakahan, materialistik, kejahatan atau semua hal yang bisa memotivasi seseorang, mengendalikan kecenderungan seseorang dan memberikan tujuan seseorang di dalam hidupnya. Sudah pasti semua itu bisa digolongkan dengan pemberhalaan, dimana Allah, sudah bukan yang nomor satu di hidupnya.

Mana Yang Lebih Mudah

Kemarin khotbah, Pendeta cerita pernah ditanya oleh dosennya,
mana yang lebih mudah dilakukan berkenaan dengan ayat di Roma 12:15;
Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan
menangislah dengan orang yang menangis!

Lebih mudah bersukacita dengan orang yang bersukacita...
atau
Lebih mudah menangis dengan orang yang menangis...

Sepertinya kecenderungan kita akan memilih yang pertama.
Karena nampaknya memang lebih mudah dilakukan.
Masalahnya... benarkah demikian?
Benarkah lebih mudah bersukacita dengan orang yang bersukacita.

Martabat dan Makna

Seorang pendeta di sebuah kota kecil di luar Lynchburg, Virginia, menceritakan kisah ini:

Diaken saya datang pada saya meminta bantuan saya. “Dalam jemaat kita,” ia berkata, “ada seorang janda dengan enam anak. Saya telah melihat catatan saya dan mendapatkan bahwa ia selalu memberikan persembahan empat dolar setiap bulan – perpuluhan dari penghasilannya. Tentu saja ini terlalu besar bagi dia. Kami minta Anda berbicara pada janda itu memberitahu agar ia jangan menganggap itu sebagai keharusan dan membebaskan dia dari tanggung jawab itu.”

Pages

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA