Blog Terbaru

Malaikat di Jalan Tol

"Melihat penyertaan Allah dalam segala sesuatu, akan menjadikan hidup kita suatu petualangan yang hebat,"

Itu adalah kata bijak di buku Renungan Harian yang saya baca pagi ini. Seperti biasa jam tiga pagi saya bangun untuk doa pribadi dilanjutkan bersaat teduh dengan membaca renungan harian (terbitan RBC/Gloria). Saya merasakan nyata sekali makna kata-kata itu, karena malamnya saya mengalami peristiwa yang sangat ajaib dalam hidup saya.

Dua Mangkuk Baso

Dua belas tahun telah berlalu sejak kami mengucapkan janji setia di hadapan pendeta di bulan April tahun 1994. Saat itu adalah hari ulang tahun pernikahan dan kita berniat untuk merayakannya dengan sebuah acara yang khusus. Kami berniat 'berpacaran' lagi. Jalan bersama, makan, nonton dan mengingat masa-masa indah awal pertemuan kita.

Tiap Hari Adalah Mujizat

Setiap hari Minggu jam 7 pagi saya mengantar anak laki-laki saya yang sekarang berusia 4 tahun untuk mengikuti Sekolah Minggu kelas kecil. Saya selalu menunggu sampai Sekolah Minggu selesai. Itu juga yang dulu dilakukan oleh ibu saya waktu saya masih Sekolah Minggu.

Para guru sekolah minggu mengajar dengan penuh sukacita. Sebagian besar adalah pemuda yang mengajak anak-anak sekolah minggu untuk memuji Tuhan dengan gerakan-gerakan yang menarik, diiringi musik yang enerjik.

Kesalahan yang Sempurna

Seperti biasa, pada hari Sabtu tanggal muda saya mengantar istri ke mall untuk belanja bulanan seperti susu, kebutuhan dapur dan yang lain. Setelah belanja bulanan dan meletakkan semuanya di bagasi, acara dilanjutkan dengan putar-putar untuk window shopping. Sebetulnya saya tidak terlalu suka dengan window shopping, karena biasanya berujung pada konsumsi barang yang tidak begitu diperlukan. Tetapi sebagai 'pemilik tulang rusuk' yang setia, saya terus mendampingi 'tulang rusuk' saya yang dengan gesit melakukan observasi produk-produk unggulan.

Lampu Merah

Saat itu adalah pertama kali berada di negara asing. Ada pekerjaan yang harus saya selesaikan di kantor pusat di Jepang. Saya merasa menjadi seperti si Kabayan yang pertama kali datang ke budaran HI. Girang bercampur tidak percaya karena berada di Jepang, jauh dari tanah air.

Pages

Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PESTA